B. Abstrak Jurnal
1. Jumlah paragraph: 1
2. Halaman: setengah halaman
3. Uraian abstrak: Abstrak jurnal ditulis penuh menggunakan Bahasa Inggris.
Tujuan dari jurnal ini adalah merumuskan berbagai macam masalah dan
rintangan dalam melindungi motif batik Krakatoa khas Cilegon secara hukum.
Metode penelitian yang digunakan bersifat pendekatan secara yuridis-empiris
dengan menyajikan data primer dan data sekunder. Proses penyajian data
dibuat secara deskriptif analisis. Sumber dan jenis data memuat data primer dan
sekunder. Proses pengolahan data digunakan secara kualitatif karena data
dikumpulkan secara analisis deskriptif.
4. Kata Kunci: Law; Protection; Copyright; Batik; Krakatoa
C. Pendahuluan Jurnal
Pada bagian pendahuluan, Penulis membahas mengenai salah satu batik khas
Cilegon yang memiliki keunikan pada motifnya; yaitu berupa tell story (mempunyai
alur). Batik sendiri merupakan hasil karya intelektual manusia yang memiliki nilai
seni dan filosofis tinggi, maka tak jarang banyak pihak asing yang mendaftarkan
batik sebagai miliknya. Fokus pembahasan pada jurnal ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana caranya melindungi motif Batik yang merupakan warisan
tradisional agar tidak direbut oleh pihak asing, serta melegalkan motif Batik
menjadi bagian dari Hak Kekayaan Intelektual agar para pencipta batik dapat
menerima manfaatnya. Selain itu, penulis juga menyebutkan beberapa kekurangan
yang terdapat pada Trade-related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIP’s)
dimana belum mengakomodasi kekayaan intelektual masyarakat tradisional.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini bersifat yuridis empiris.
Sumber data diperoleh melalui wawancara, survey, dan kuisioner. Sedangkan
metode analisis data yang dipakai adalah metode kualitatif, metode kualitatif dapat
digunakan untuk memperoleh lebih banyak sudut pandang mengenai perlindungan
Hak Cipta atas motif Batik sebagai warisan budaya, khususnnya Batik tradisional
Kota Cilegon.
3) Upaya Pelaku Usaha dalam Melindungi Motif Batik Krakatoa di Kota Cilegon
Beberapa pelaku usaha telah mendaftarakan motif batik ciptaannya
untuk mendapatkan hak desain industri dan hak cipta. Namun, ada juga
pengrajin batik lama yang enggan mendaftarkan hasil karyanya ke ditjen
kekayaan intelektual, menurut salah satu pengrajin batik Krakatoa dalam
perbincangannya, hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dari dinas terkait
mengenai persoalan hak cipta dan hak desain industri bagi pengusaha baru,
serta terdapat kendala biaya. Pemerintah Kota Cilegon harusnya membuat
program yang mendukung para pelaku usaha kecil menengah, sehingga
pengusaha dan pengrajin motif batik Krakatoa sangat memerlukan bimbingan
dari pemda mulai dari masalah hukum dan hak cipta sehingga motif batik
Krakatoa lebih efektif. Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani
permasalahan hak cipta motif batik Krakatoa di Kota Cilegon adalah dengan
perlindungan hukum baik secara pereventif dan refresif.
F. Kesimpulan
Dari poin-poin diatas maka dapat disimpulkan bahwa hak cipta atas batik
Krakatoa belum berjalan maksimal, dapat dilihat dari 50 lebih motif batik Krakatoa
hanya 25 batik yang sudah mendaftarkan hak ciptanya dan dilindungi secara
hukum. Penyebab utamanya berasal dari pengrajin batik sendiri yang enggan
mendaftarkan hak cipta atas karya intelektualnya dikarenakan kurangnya
pemahaman atas hak cipta, proses yang berbelit-belit, dan kendala biaya. Dari pihak
pemerintah juga kurang memfasilitasi ciptaan masyarakat dikarenakan kurangya
anggaran dan kurangnya SDM dalam pihak Dirjen KI. Namun, perlahan-lahan
kesadaran hukum akan hak cipta mulai dipahami oleh pemilik sangar batik
Krakatoa, yaitu dengan mendaftarkan 25 motif batik atas hak ciptanya yang
merupakan upaya perlindungan hukum secara preventif.