Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak terlepas dari ilmu pengetahuan dan


teknologi (Iptek). Semakin maju tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi
maka kehidupan manusia juga semakin baik. Dengan adanya teknologi,
kehidupan manusia sangat banyak terbantu, pekerjaan yang dulu
dikerjakan sendiri oleh manusia sekarang dapat dikerjakan oleh mesin,
sehingga selain menghemat tenaga juga menghemat waktu.

Teknologi juga berkembang bersamaan dengan informasi, sehingga


muncul istilah Teknologi Informasi (TI). Teknologi informasi merupakan
perkembangan dari kemudahan manusia dalam memperoleh informasi
terkini. Manusia dapat dengan mudah memperoleh informasi dengan
menggunakan berbagai macam media, mulai dari televisi hingga internet.
Internet merupakan salah satu media yang paling banyak menyediakan
informasi, berbagai informasi tersedia di internet mulai dari berita terkini
hingga resep makanan ada di internet.

Masa sekarang ini internet menjadi kebutuhan manusia. Selain


sebagai tempat untuk memperoleh informasi, internet dapat digunakan
sebagi sarana untuk belajar, bermain, bahkan untuk berbisnis.
Perdagangan antar negara pun sekarang sudah dapat dengan mudah
dilakukan karena menggunakan sarana internet. Internet telah memegang
peranan penting dalam bagian kehidupan masyarakat didunia.

Saat ini penggunaan internet sebagai media informasi mengalami


kemajuan yang pesat. Menurut data yang ada, pada divisi sistem terpadu
ilmu komputer, ada lebih dari 100 juta warga bumi di 135 negara telah
mengakses internet, jumlah ini bukan saja khalayak lepas yang
berlangganan internet atau hanya kepentingan profesi maupun hobby
pribadi, tapi juga kalangan bisnis. Tahun 1994 lalu jumlah perusahaan
pengakses internet hanya 3000 buah. Jumlah ini kemudian meningkat
menjadi 55.000 di tahun 2000. Tahun 2004 menjadi 250.000 buah dan
ditahun 2007 diproyeksikan berjumlah 700.000 buah (www.kompas.com).

Dunia internet hidup berkembang layaknya sebuah kehidupan


organisme, di dalam organisme hidup tersebut tumbuh dan berkembang
bakteri, tidak semua bakteri yang hidup adalah bakteri buruk karena ada
juga bakteri yang baik. Begitu pula dalam dunia maya (internet), tidak
semua pengguna internet (user) adalah orang yang baik, ada juga
pengguna internet yang mempunyai niat buruk untuk memanfaatkan
informasi dalam internet.

Informasi dalam internet merupakan sebuah karya, hasil kreatifitas


manusia yang dibuat dengan mencurahkan seluruh tenaga. Namun
pengguna internet yang mempunyai niat buruk dapat dengan mudah
mengambil, mengcopy, meniru maupun mengubah bentuk sehingga
berbeda dari bentuknya semula.

Permasalahan-permasalahan seperti itu sangat beragam


keberadaannya. Salah satu isu yang menarik adalah menyangkut hak cipta
di internet. Beberapa waktu yang lalu masyarakat Indonesia di kejutkan
dengan adanya kasus peniruan web milik Bank BCA, dimana web tersebut
tampilannya benar-benar mempunyai persamaan dengan web milik Bank
BCA aslinya. Hal tersebut menjadi perdebatan yang panjang baik dari
kalangan ahli hukum internet maupun pengguna internet secara umum.
Faktor yang menjadi perdebatan adalah bahwa kasus ini secara de facto
memang ada, tetapi secara de jure kasus ini mengalami kesulitan dalam
hal apakah perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
hak cipta atau bukan (Budi Agus Riswandi, 2003:127). Kemudian apabila

ii
ada pelanggaran hak cipta di internet, bagaimana penyelesaiannya secara
hukum terkait dengan sistem hukum hak cipta di Indonesia.

Oleh sebab hal-hal tersebut diatas maka perlindungan terhadap hak


cipta diinternet sudah sangat mendesak dilakukan. Sebab bukan hanya
peniruan website saja, namun juga pembajakan lagu dalam format mp3,
atau software-software bajakan juga mudah ditemukan diinternet hal
tersebut selain menimbulkan kerugian bagi penciptanya juga menimbulkan
kerugian bagi negara atas pajak yang tidak dibayarkan. Seperti diketahui
bahwa, pelanggaran hak cipta berakibat yang sangat serius karena dapat
merusak struktur dan sistem economic right. Latar belakang dari
pelanggaran itu pada dasarnya berkisar pada keinginan untuk mencari
keuntungan finansial secara cepat dan mudah dengan mengabaikan
kepentingan para pemegang hak cipta.

Pelanggaran hak cipta di internet masih merupakan hal baru, dan


terutama mengenai perlindungan hukumnya, perlindungan hukum
terhadap hak cipta secara esensial adalah perlindungan terhadap pencipta
sebagai karakter individu. Dan semangat mengekspresikan karyanya
dalam sastra dan seni, walaupun suatu karya mungkin dapat
dieksploitasikan secara komersial tetapi hak itu tidak dianggap sebagai
komoditi dagang dan meskipun karyanya dapat dilihat baik sebagian atau
keseluruhan namun hal itu sebagai ungkapan pencipta secara pribadi untuk
mengkomunikasikannya kepada publik.

Di Indonesia dalam perundang-undangan baru muncul Undang-


Undang No. 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta , kemudian Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1987, Undang-Undang No. 12 tahun 1997 dan terakhir
muncul Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang
merupakan revisi terbaru dari undang-undang sebelumnya. Dalam undang-
undang itu disebutkan bahwa ciptaan-ciptaan yang dilindungi adalah
ciptaan dalam bidang ilmu, sastra, seni tetapi dengan batasan tersebut

iii
tampaknya tidak mudah untuk menerapkan begitu saja pasal-pasal undang-
undang hak cipta terhadap pelanggaran hak cipta di internet. Apakah
menyalin secara gratis salah satu lagu dari sebuah album penyanyi dari
internet dalam bentuk CD bisa dikategorikan sebagai pelanggaran hak
cipta? Bagaimana dengan mengcopy suatu teks atau tulisan dalam sebuah
karya cipta tulisan? Apakah melanggar hak cipta? atau bagaimana dengan
menyalin piranti lunak (software) dari penyedia content ke dalam
komputer milik pribadi?

Sebuah karya tulisan yang berada dijaringan internet sangat rawan


terhadap pembajakan. Karya tulisan yang banyak tersebar diblog-blog
ataupun sebuah website, yang merupakan hasil pikiran dan mungkin juga
hasil dari penelitian secara bebas diambil kemudian diubah seenaknya
sendiri. Seakan-akan Hak Cipta tersebut tidak ada harga dan
perlindungnnya. Untuk karya cipta yang lain semisal lagu, film atau video,
buku, program komputer ataupun foto mungkin telah didaftarkan ke pada
Direktorat Jendral HaKI, namun bagaimana dengan karya tulisan yang
telah beredar banyak dijaringan internet?

Hak cipta sebagai bagian dari hak kekayaan intelektual, dalam sistem
hukum Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta. Namun perlindungan hukum Hak Cipta di internet
belum sepenuhnya dapat dijalankan, dapat dimungkinkan karena faktor
penegak hukumnya atau masih lemahnya pengawasan dari pemerintah.

Berdasarkan atas uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk


mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai perlindungan hukum
terhadap hak cipta dijaringan internet. Oleh sebab itu penulis memilih
judul pada penulisan ini adalah “ TINJAUAN TENTANG
PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA DI INTERNET
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA”

iv
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah suatu karya tulisan dijaringan internet telah mendapat
perlindungan Hak Cipta dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta?
2. Pelanggaran apa saja yang sering terjadi terhadap hak cipta di internet
dan bagaimana solusinya?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dibagi menjadi 2
macam, yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap hak cipta karya
cipta tulisan di internet.
b. Untuk mengetahui pelanggaran yang terjadi terhadap hak cipta di
internet dan mencari solusi agar perlindungan hukum terhadap hak
cipta di internet dapat terlaksana secara maksimal.

2. Tujuan Subjektif
a. Untuk memperluas wawasan penulis dalam bidang hukum perdata
terutama hukum Hak atas Kekayaan Intelektual pada internet.
b. Mengembangkan daya berpikir dan daya penalaran penulis agar
dapat berkembang sesuai dengan bidang penulis.
c. Untuk memperoleh data-data yang akan penulis pergunakan dalam
penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

v
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian Harus mempunyai manfaat bagi pemecahan
masalah yang diteliti. Manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua segi, yaitu
segi praktis dan segi teoritis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum Hak atas
Kekayaan Intelektual dan Hukum Perdata.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi referensi untuk bahan
kuliah atau bahan hukum lainnya.

2. Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
pemikiran, literature maupun pengetahuan bagi semua pihak yang
ingin meneliti permasalahan yang sama.
b. Meningkatkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis, dan
menerapkan ilmu yang diperoleh penulis dibangku kuliah.

E. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan Ilmiah berdasarkan
pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan
mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
menganalisanya (Soerjono Soekanto, 2006 : 43).

Metode penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah yang


dianggap efektif dan efisien, dan pada umumnya sudah mempola untuk
mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data dalam rangka menjawab
masalah yang diteliti secara benar.

vi
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif atau penelitian
doktrinal. Penelitian normatif merupakan suatu penelitian yang
dimaksudkan untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan
data, menyusun (mengklarifikasikan) data, kemudian menganalisis
serta mengintepretasikan untuk selanjutnya mendapatkan hasil, atau
dengan melakukan penelitian terhadap bahan pustaka atau data
sekunder.

2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penelitian hukum normatif adalah
deskriptif, yaitu suatu penelitian yang mempunyai tujuan untuk
memaparkan atau menggambarkan secara lengkap dan sistematis
keadaan objek yang diteliti (Tim PPH.2007:5).

3. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan normatif.
Dalam kaitanya dengan penelitian normatif, digunakan pendekatan
perundang-undangan. Pendekatan perundang-undangan adalah
mengkaji dan menganalisis perundang-undangan yang terkait dengan
topik penelitian (Johny Ibrahim.2006:186).

4. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, data primer merupakan data yang diperoleh
langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder yaitu data yang
diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya, tetapi diperoleh dari
bahan pustaka, antara lain ; buku-buku, literatur, peraturan perundang-
undangan, hasil penelitian terdahulu, artikel dan sumber-sumber lain
yang berkaitan dengan penelitian ini.

vii
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian normatif
merupakan sumber data sekunder, namun dalam penelitian ini penulis
juga menggunakan sumber data primer yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Sumber Data Sekunder
Merupakan data yang bersumber dari bahan-bahan
kepustakaan berupa dokumen, buku, laporan, arsip dan literatur-
literatur lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Sumber data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 1989 tentang Karya Ciptaan Untuk
Kepentingan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan
Pengembangan, Peraturan Menteri Kehakiman Nomor
M.01.HC.03.01 Tahun 1987 tentang Pendaftaran Hak cipta.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum sekunder sebagai dari pendukung data
sekunder bahan hukum primer adalah yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu terdiri atas ; buku-buku teks yang
telah ditulis para ahli hukum, dokumen resmi, karya ilmiah,
artikel dan sumber lainyang berhubungan dengan penelitian ini.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus maupun
ensiklopedia.

viii
b. Sumber Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari pihak yang
berkaitan secara langsung dengan permasalahan yang diteliti.
Sumber data primer diperoleh dari kuisioner yang telah diisi oleh
para responden yang berasal dari kalangan mahasiswa dan
masyarakat umum.

6. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah
a. Studi Kepustakaan
Merupakan pengumpulan data sekunder dari peraturan
perundang-undangan, buku-buku, dokumen, artikel dan cyber
media yaitu pengumpulan data melalui internet, kemudian
dikategorisasikan dan dipergunakan sebagai data yang menunjang
dalam penulisan penelitian hukum
b. Kuisioner
Merupakan suatu tehnik pengumpulan data dengan cara
menyebar daftar pertanyaan kepada responden. Kuisoner bersifat
terbuka dan tertutup
Kuisioner yang disebar sebanyak 20 lembar, namun yang
kembali hanya 15 lembar yang berasal dari 15 orang responden
dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum pengguna
internet..

7. Teknik Analisis Data


Pada penelitain hukum normatif, teknik analisis data yang
digunakan adalah non statistik. Analisis data adalah proses
mengorganisasikan, dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditentukan tema dan menjadi
hipotesis kerja seperti yang terdapat di dalam data (J. Lexy Moleong,
2002 : 103). Teknik analisis data dalam penelitian penting agar data-

ix
data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis agar dapat
menghasilkan jawaban dari permasalahan.
Teknik analisis data yang dipergunakan penulis dalam penelitian
ini adalah teknik analisis data yang bersifat content analysis, yaitu
teknik analisis data dengan cara mengkaji isi suatu data sekunder yang
sudah dikumpulkan agar disusun, kemudian dijelaskan dari materi
perundang-undangan (Hilman Hadi Kusuma, 2004:201)

E. Sistematika Penulisan Hukum


Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai
sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam
penulisan hukum. Maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan
hukum. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat)
bab, yang tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bagian yang dimaksud untuk
memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini.

Sistematika penulisan hukum tersebut adalah sebagai berikut :


BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan
Hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kajian
pustaka dan teori yang berkenaan dengan judul dan
masalahyang diteliti serta kerangka pemikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan
pembahasannya dengan teknik analisis data yang telah
ditentukan dalam sub bab metode penelitian.

x
BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan menguraikan mengenai simpulan
dan saran terkait dengan permasalahan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Mengenai hak atas kekayaan intelektual
a. Pengertian Hak atas Kekayaan Intelektual

Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas


sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak/rasio. Hasil
dari pekerjaan manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa
benda immaterial. Benda tidak berwujud, misalnya karya cipta
lagu. Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan
otak Menurut para ahli biologi otak kananlah yang berperan untuk
menghayati kesenian, berkhayal, menghayati kerohanian, termasuk
juga kemampuan melakukan sosialisasi dan dan mengendalikan
emosi. Fungsi otak yang seperti ini disebut sebagai fungsi
nonverbal, metaforik, intuitif, imajinatif dan emosional.
Spesialisasinya bersifat intuitif, holistik, dan mampu memproses
informasi secara simultan (H. OK Saidin.2004:9)

Apa yang menjadi hasil kerja otak dapat disebut sebagai


intelektualitas, sehingga setiap karya cipta yang dihasilkan otak
dapat dikatakan sebagai Hak atas Kekayaan Intelektual. Padahal
Hak atas Kekayaan Intelektual tidak menampilkan benda nyata dan
bukan benda materiil namun merupakan hasil kegiatan
pemberdayaan cipta pikiran manusia yang diungkapkan ke dunia

xi
nyata dalam suatu bentuk baik materril maupun immaterial. Hak
atas Kekayaan Intelektual melindungi hak penciptanya bukan
benda atau jelmaan atas hasil kerja otak. Jadi yang dilindungi
dalam hal ini adalah haknya, sedangkan jelmaan dari hak tersebut
yang berupa benda dilindungi oleh hukum benda.

b. Pengelompokan Hak atas Kekayaan Intelektual


Dalam perjanjian internasional tentang aspek-aspek
perdagangan dari HaKI (The TRIP’s Agreement) membagi Hak
atas Kekayaan Intelektual menjadi 2 Kelompok besar yaitu
1) Hak Cipta
Yang terdiri dari hak cipta (Copy Rights) dan hak yang
terkait dengan hak cipta (Neighbouring Rights)
2) Hak atas Kekayaan Perindustrian.
Yang terdiri dari :
a) Patent
b) Utility Models
c) Industrial Designs
d) Trade Secret
e) Trade Marks
f) Service Marks
g) Trade Name or Commercial Name Appelations of Origin
h) Indications of origin
i) Unfair Competition Protection
j) New Varietes of Plants Protections
k) Integrated Circuits

Di Indonesia pengaturan mengenai HaKI seperti yang


tercantum diatas tidak semuanya diatur dalam Undang-Undang
tersendiri, ada yang pengaturannya digabung dalam beberapa
Undang-Undang, misalnya pengaturan mengenai neighbouring
rights diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta, demikian juga

xii
dengan utility models (Undang-Undang kita tidak mengenal istilah
ini tetapi menggunakan istilah Paten Sederhana) yang diatur dalam
Undang-Undang Paten, begitu juga dengan trade marks, service
marks, trade names or commercial names appellations of origin
dan indication of origin diatur dalam Undang-Undang Merk (H.
OK Saidin,2004:15)

Oleh sebab tersebut diatas maka pengaturan tentang


masing-masing bidang HaKI di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 mengatur tentang Hak
Cipta.
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 mengatur tentang
Paten.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 mengatur tentang
Merek.
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 mengatur tentang
Perlindungan Varietas Tanaman.
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 mengatur tentang
Rahasia Dagang.
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 mengatur tentang
Desain Industri.
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 mengatur tentang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.

c. Pengertian atas cabang-cabang Hak atas Kekayaan Intelektual


1) Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang antara
lain dapat terdiri dari buku, program komputer,

xiii
ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan yang sejenis dengan
itu, serta hak terkait dengan hak cipta. Rekaman suara
dan atau gambar pertunjukan seorang pelaku
(performer), misalnya seorang penyanyi atau penari
diatas panggung, merupakan hak terkait yang dilindungi
hak cipta (Tim Lindsley,2002:6).

Oleh sebab setiap ciptaan dilindungi hak cipta sebagai


hak eksklusif maka ciptaan-ciptaan tersebut menjadi hak yang
hanya boleh dipergunakan oleh penciptanya sendiri atau pihak
lain yang telah mendapat izin dari penciptanya. Sehingga
apabila pihak kedua telah mendapat izin dari pencipta sebagai
pihak pertama maka pihak kedua mempunyai hak untuk
mengumumkan dan memperbanyak suatu karya cipta kepada
publik.

2) Paten
Paten merupakan suatu hak khusus yang berdasarkan
Undang-Undang diberikan kepada si pendapat/si penemu
(inventor) atau menurut hukum pihak yang berhak
memperolehnya, atas permintaan yang diajukan kepada pihak
penguasa, bagi penemuan baru dibidang teknologi (invensi)
perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara kerja baru, atau
menemukan suatu perbaikan baru dalam cara kerja, untuk
selama jangka waktu tertentu,yang dapat diterapkan dalam
bidang industri(H. OK Saidin.2004:227).

Hak yang diberikan bersifat eksklusif sama seperti


halnya dengan hak cipta, hanya penciptanya saja atau orang
yang telah mendapat izin dari pencipta yang dapat
melaksanakan invensi, yaitu paten produk atau paten proses.

Paten produk merupakan suatu penemuan baru dalam


teknologi yang berbentuk suatu barang yang digunakan dalam
bidang industri, misalnya resleting, kunci pintu, dll. Sedangkan

xiv
paten proses adalah suatu penemuan baru dalam melakukan
proses produksi untuk membuat barang, misalnya proses
membuat tissu.

3) Merek
Sama halnya dengan hak cipta dan paten, merek juga
merupakan salah satu Hak atas Kekayaan Intelektual. Merek
digunakan untuk membedakan antara suatu barang dengan
barang lain yang sejenis, misalnya dalam hal alat tulis pena,
ada berbagai macam merek mulai dari pilot, standard,
fabercastle, dan merek-merek yang lain. Merek dapat berupa
huruf, gambar, warna, kata, angka, nama atau kombinasi antara
unsur-unsur tersebut yang mempunyai daya pembeda.

Merek sangat penting dalam dunia perniagaan,


khususnya pada periklanan, promosi dan reputasi sebuah
produk niaga. Apabila sebuah produk niaga dengan merek
tertentu sudah dikenal luas, maka dengan sendirinya merek dari
produk itulah yang menjadi tanda, bahwa suatu produk telah
dikenal, berkualitas, dan mendapat kepercayaan dari
masyarakat. Apabila suatu perusahaan menggunakan merek
dari suatu produk perusahaan lain yang sudah terkenal, maka
para konsumen mungkin merasa tertipu karena telah membeli
produk yang kualitasnya lebih rendah dari produk aslinya.

Dengan adanya perlindungan merek maka pemilik


merek terdaftar memiliki hak untuk mencegah pihak lain untuk
mempergunakan merek tanpa seizin pemegang merek. Sebab
merek berkaitan dengan reputasi atau nama baik (good will)
dari suatu produk niaga atau perusahaan itu sendiri.

4) Rahasia Dagang

xv
Rahasia dagang berkaitan dengan segala jenis informasi
yang bernilai komersial dalam suatu perusahaan. Informasi
tersebut akan dijaga dengan suatu cara yang rahasia dan tidak
ditentukan sampai kapan rahasia tersebut akan dilindungi.
Informasi ini dapat berupa resep suatu makanan, daftar
pelanggan, metode bisnis, informasi keuangan, konsep
pemasaran, metode produksi dan lain-lain.

Dari berbagai macam Hak atas Kekayaan Intelektual,


Rahasia dagang yang paling lama mendapat perlindungan,
yaitu tidak terbatas sepanjang sang pemilik bisa menjaga
rahasia dagang tersebut.

Konsep perlindungan rahasia dagang sama dengan Hak


atas Kekayaan Intelektual lainnya, yaitu pemilik dapat
mencegah pihak lain menggunakan atau mengungkapkan
informasi tanpa izin (licensi). Salah satu keuntungan dengan
adanya perlindungan rahasia dagang adalah secara tidak
langsung mendorong pihak pengusaha mengembangkan
pengetahuan, konsep dan metode dalam bisnis yang
dimilikinya, daripada hanya mencuri atau meniru karya pihak
lain.

5) Desain Tata Letak sirkuit Terpadu


Desain tata letak sirkuit terpadu merupakan terjemahan
dari integrated circuit (IC). Integrated circuit merupakan
bagian penting dalam sebuah alat-alat elektronika, setiap alat
eletronika baik itu televisi, radio maupun komputer pasti
didalamnya terdapat integrated circuit. Integrated circuit itu
sendiri terdiri atas rangkaian berbagai komponen elektronik
yang terdiri dari transistor, dioda, resistor dan kapasitor.
Komponen-mponen tersebut di rangkai dengan pola/desain

xvi
tertentu oleh para ahli elektronika sehingga rangkaian tersebut
dapat menghasilkan fungsi elektronik.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang


Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, sirkuit terpadu merupakan
suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang
didalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya
satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian
atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu
didalam sebuah bahan semi konduktor yang dimaksudkan
untuk menghasilkan fungsi elektronik.

Perlindungan hukum terhadap desain tata letak sirkuit


terpadu, adalah untuk memajukan sektor industri dan
merangsang minat peneliti dan pendesain untuk lebih kreatif
dan secara ekonomis desain mereka dapat memberikan
kontribusi penambah penghasilan bilamana desain mereka
digunakan untuk kepentingan industri (H. OK
Saidin.2004:492).

Perlindungan atas desain tata letak sirkuit terpadu hanya


diberikan jangka waktu selama 10 tahun dan tidak dapat di
perpanjang. Hal tersebut dikarenakan perkembangan teknologi
dirasa sangat cepat sehingga perlindungannya tidak lama.

Pemegang hak memiliki hak eksklusif untuk


melaksanakan hak desain tata letak sirkuit terpadu yang
dimilikinya, serta melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya untuk melaksanakan hak desain tata letak
sirkuit terpadu dan membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor, dan mengedarkan barang yang berhubungan
dengan desain tata letak sirkuit terpadu tersebut.

xvii
6) Perlindungan Varietas Tanaman
Perlindungan Varietas Tanaman di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000. Perlindungan
varietas tanaman (PVT) adalah perlindungan khusus yang
diberikan negara kepada varietas tanaman baru yang telah
ditemukan pemulia tanaman melalui kegiatan penelitian.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000
Pasal 1 angka 3 definisi Varietas Tanaman adalah
sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang
ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman,
daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik
genotype atau kombinasi genotype yang dapat
membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh
sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan, dan
apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

Varietas akan dianggap unik apabila tanaman tersebut


dapat dibedakan dari varietas yang ada (Pasal 2 (3)). Untuk
memenuhi syarat keseragaman, unsur-unsur pembeda dari
varietas tanaman baru harus ditemukan didalam semua (paling
tidak kebanyakan) pohon atau tanaman yang dihasilkan dari
varietas baru. Varietas dianggap stabil apabila cirri-ciri tetap
ada setelah ditanam berulangkali (Pasal 5 (5)), yaitu apabila
unsur-unsur pembeda ini diturunkan kepada generasi tanaman
berikutnya. Tanaman yang sydah memenuhi syarat-syarat
perlindungan varietas tanaman yaitu baru, unik, seragam, dan
stabil, harus diberi nama. Pemberian nama ini dilakukan
berdasarkan aturan yang berlaku dalam ilmu biologi, pertanian,
atau kehutanan (Tim Lindsley,2002:232).

Apabila verietas tanaman telah mendapat perlindungan


maka pemegang hak mempunyai hak khusus untuk
menggunakan sendiri varietas tanaman tersebut atau memberi
persetujuan/izin kepada pihak lain untuk menggunakan selama
jangka waktu tertentu. Jangka waktu perlindungan varietas

xviii
tanaman di Indonesia dibagi menjadi 2 yaitu untuk tanaman
semusim selama 20 tahun dan untuk tanaman tahunan selama
25 tahun.

7) Desain Industri
Desain industri merupakan bagian dari Hak atas
Kekayaan Intelektual. Perlindungan desain industri di
Indonesia terdapat pada Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2000. Desain industri merupakan hasil dari kemampuan
kreativitas cipta, rasa, dan karsa yang dimiliki oleh manusia.

Definisi Desain Industri menurut Undang-Undang


Nomor 31 Tahun 2000 adalah suatu kreasi tentang
bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna,
atau garis dan warna atau gabungan dari padanya yang
berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam
pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untuk menghasilakn suatu produk, barang, komoditas
industri, atau kerajinan tangan.

Perlindungan yang diberikan terhadap desain industri


adalah selama 10 tahun sejak tanggal pendaftaran desain
industri. Pemegang hak desain industri memiliki hak eksklusif
untuk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya dan
mempunyai hak untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuan atau izinnya membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor, dan mengedarkan barang yang diberi
hak desain industri. Tujuan dari perlindungan desain industri
adalah mendorong terciptanya suatu karya desain dengan
mengedepankan unsur perlindungan dan kegunaannya,
sehingga dapat memberi kontribusi bagi kemajuan industri.

2. Tinjauan mengenai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002


Tentang Hak Cipta
a Sejarah pengaturan Hak Cipta di Indonesia

xix
Setelah masa revolusi sampai tahun 1982, Indonesia masih
memakai Undang-Undang pemerintah kolonial Belanda
Auteurswet 1912, sampai saat Undang-Undang Hak Cipta Nasional
pertama diberlakukan tahun 1982. berdasarkan Undang-Undang
Hak Cipta 1982 perlindungan atas para pencipta dianggap kurang
memadai dibandingkan dengan yang diberikan oleh hukum Hak
Cipta diluar negeri. Misalnya perlindungan hak cipta umum
berlaku selama hidup pencipta dan 25 tahun setelah meninggalnya
pencipta. Kategori karya-karya yang hak ciptanya dilindungi pun
terbatas karena hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta
(neighbouring rights), misalnya, tidak memperoleh perlindungan
hukum.

Pada tahun 1987, Undang-Undang Hak Cipta Indonesia


direvisi dan skala perlindungannya pun diperluas. Diantara
perubahan mendasar yang terjadi didalamnya adalah masa berlaku
perlindungan karya cipta diperpanjang menjadi selama hidup
pencipta dan 50 tahun setelah penciptanya meninggal dunia.
Karya-karya seperti rekaman dan video dikategorikan sebagai
karya-karya yang dilindungi. Hak Negara untuk mengambil alih
Hak Cipta demi kepentingan nasional dicabut karena pasal-pasal
wajib mengenai lisensi hak cipta dianggap telah memadai untuk
menjaga kepentingan nasional.

Pada tahun 1997, Undang-Undang Hak Cipta Indonesia


direvisi lebih lanjut guna mengarahkan hukum Indonesia
memenuhi kewajibannya pada TRIP’s. hak yang berkaitan dengan
hak cipta (neighbouring rights)

Secara khusus diakui dan dilindungi dalam bagian undang-


undang baru tersebut. Walaupun demikian, banyak karya yang
dianggap termasuk dalam hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta

xx
ternyata diikutsertakan dalam pasal umum mengenai kategori
karya-karya yang hak ciptanya dilindungi.

Pada akhirnya tahun 2002, Undang-Undang Hak Cipta


yang baru telah diundangkan sekaligus dicabutnya Undang-
Undang Hak Cipta tahun 1997. Sehingga berlakulah Undang-
Undang Hak Cipta Indonesia tahun 2002 yang didalamnya memuat
perubahan-perubahan yang telah disesuaikan dengan TRIP’s dan
penyempurnaan beberapa hal yang perlu untuk memberikan
perlindungan bagi karya-karya intelektual dibidang hak cipta,
termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual
yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tradisional
Indonesia (Tim Lindsley,2002:94).

b Pengertian Hak Cipta


Hak cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi atas suatu
ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide pencipta di bidang
seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Misalnya ketika kita membeli
buku, kita hanya membeli hak untuk menyimpan dan meminjam
buku tersebut sesuai keinginan anda. Namun ketika kita membeli
buku tersebut kita tidak membeli hak cipta karya tulis yang ada
dalam buku yang dimiliki oleh sang pengarang (Tim
Lindsley,2002:96).

Sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19


Tahun 2002 definisi Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta
atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hak cipta


adalah hak eksklusif bagi para pencipta suatu karya ciptaan untuk

xxi
mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk melakukan hal yang
sama dalam batasan yang telah ditentukan perundang-undangan
yang berlaku. Dan yang terpenting adalah hak tersebut
memberikan hak atau izin kepada pemegang hak untuk mencegah
pihak lain memperbanyak tanpa izin.

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Hak Cipta memberikan


definisi mengenai pencipta adalah sebagai seorang yang memiliki
inspirasi dan dengan inspirasi tersebut menghasilkan karya yang
berdasarkan kemampuan intelektual, imajinasi, keterampilan,
keahlian mereka dan diwujudkan dalam bentuk karya yang
memiliki sifat dasar pribadi mereka. Sedangkan pada Pasal 1 ayat
(3) Undang-Undang Hak Cipta mendefinisikan ciptaan sebagai
karya cipta pengarang/pencipta dalam segala format materi yang
menunjukan keasliannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni atau
sastra.

c Hak terkait dengan hak cipta


Tidak ada perbedaan yang tajam antara hak cipta (copy
rights) dengan hak terkait (neighbouring rights). Sebuah karya
pertunjukan atau karya seni yang disiarkan oleh lembaga
penyiaran, didalamnya terdapat perlindungan hukum kedua hak ini.
Copy rights berada ditangan pencipta atau produsernya, sedangkan
neighbouring rights berada ditangan lembaga penyiaran yang
menyiarkan siaran tersebut (H. OK Saidin.2004:134).

Hak terkait dengan hak cipta (neighbouring rights)


merupakan hak eksklusif bagi pelaku yang terdiri artis
film/televisi, pemusik, penari pelawak dan lain sebagainyauntuk
menyiarkan pertunjukannya. Yang dimaksud dengan menyiarkan
termasuk menyewakan, melakukan pertunjukan umum (public

xxii
performance), mengkomunikasikan pertunjukan secara langsung
(live performance) dan mengkomunikasikan secara interaktif suatu
karya rekaman pelaku. Selain pelaku, juga produser rekaman suara
dan lembaga penyiaran mempunyai Hak-Hak Terkait.
Perlindungan yang diberikan sebagai neighbouring rights kepada
pelaku, produser rekaman, dan lembaga penyiaran umumnya
sangat terbatas dibandingkan perlindungan yang diberikan kepada
para pencipta ciptaan-ciptaan di bidang seni, sastra, dan ilimu
pengetahuan (Tim Lindsley,2002:102).

Pelanggaran terhadap hak cipta dan hak terkait hanya


terjadi apabila benda berwujud dari hak terkait misalnya film,
kaset, cakram optik dan media penyimpanan lainnya yang
didalamnya terdapat hak cipta kemudian diperbanyak atau
digandakan dalam bentuk yang sama dengan ciptaan asli dan
diedarkan tanpa izin dari pemegang hak cipta.

Dapat disimpulkan bahwa penyanyi dan para pemusik yang


suara atau lagunya direkam dalam CD mempunyai hak terkait.
Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta, maka para penyanyi atau
pemusik tersebut mendapatkan hak eksklusif, yaitu berhak
memberi izin atu melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya
membuat memperbanyak atau menyiarkan rekaman atau gambar
pertunjukannya.

Penyanyi yang menyayikan sebuah lagu hanyalah sebatas


menyayikan lagu saja berdasarkan atas izin dari pencipta lagu.
Penyanyi hanya mempunyai hak untuk menyanyikan lagu saja,
inilah yang disebut sebagai hak terkait. Sedangkan terhadap lagu-
lagu yang diperbanyak dalam sebuah CD pemegang hak ciptanya
adalah perusahaan rekaman atau produser rekaman suara.

xxiii
Berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang Hak Cipta
Indonesia, perlindungan hak terkait dengan hak cipta
(neighbouring rights) meliputi :
1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberi izin atau
melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat,
memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan atau
gambar dari pertunjukannya.
2) Produser rekaman suara memiliki hak eksklusif untuk memberi
izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya
membuat, memperbanyak, dan atau menyewakan karya
rekaman suara atau rekaman bunyi.
3) Lembaga penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberi izin
atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat,
memperbanyak, dan atau menyiarkan ulang karya siarannya
melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem
elektromagnetik lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hak terkait


mempunyai tiga subjek yang menjadi pemegang hak yaitu pelaku
(artis, aktor, penyanyi, penari dan sebagainya) terhadap
penampilannya, produser rekaman terhadap rekaman yang
dihasilkan, dan lembaga siaran terhadap karya siarannya.

Perlindungan terhadap hak terkait dengan hak cipta


(neighbouring rights) adalah sebagai berikut :
1) 50 tahun terhadap karya pertunjukan dari seorang pelaku (artis,
aktor, penari dan sebagainya) sejak karya tersebut di
pertunjukan
2) 50 tahun terhadap karya rekaman yang dihasilkn oleh produser
rekaman sejak karya tersebut selesai direkam.
3) 20 tahun terhadap karya siaran yang dihasilkan oleh lembaga
penyiaran sejak karya tersebut pertama kali disiarkan.

xxiv
d Karya-karya yang dilindungi Hak Cipta di Indonesia
Untuk menentukan karya-karya apa saja yang dapat
dilindungi oleh negara adalah suatu hal yang tidak mudah. Hal ini
dikarenakan setiap negara mengatur jenis-jenis ciptaan yang
dilindungi selain harus berdasarkan kesesuainan dengan ketentuan
internasional yang berlaku, juga diberikan kebebasan menentukan
ciptaan-ciptaan tertentu untuk diberikan perlindungan.

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002


tentang Hak Cipta menetapkan ciptaan apa saja yang termasuk
dalam ciptaan yang dilindungi, ciptaan-ciptaan yang dilindungi
tersebut adalah karya-karya dibidang seni, sastra, dan ilmu
pengetahuan. Karya-karya tersebut adalah :
1) Buku, Program komputer, pamflet, perwajahan (lay out), karya
tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
2) Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan
itu;
3) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan
ilmu pegetahuan;
4) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
5) Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim;
6) Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni
ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni
terapan;
7) Arsitektur;
8) Peta;
9) Seni batik;
10) Fotografi;

xxv
11) Sinematografi;
12) Terjemahan, saduran, tafsir, bunga rampai, database, dan karya
lain dari hasil pengalihwujudan.

e Pendaftaran dan pemegang Hak Cipta


Pendaftaran hak cipta di Indonesia dilakukan secara
sukarela. Tidak ada ketentuan yang mewajibkan pencipta untuk
mendaftarkan ciptaannya agar mendapatkan hak cipta. Pendaftaran
hak cipta hanya digunakan sebagai alat bukti yang mempunyai
kekuatan hukum apabila suatu saat nanti terjadi sengketa mengenai
ciptaan tersebut.

Pendaftaran hak cipta di Indonesia dilakukan dengan sistem


deklaratif yaitu orang yang pertama kali mengumumkan/
mendaftarkan suatu karya cipta dianggap sebagai pencipta dari
karya tersebut tanpa harus membuktikan bahwa karya tersebut
adalah benar-benar hasil karyanya. Jadi pendaftaran hak cipta
bukanlah syarat untuk sahnya (diakuinya) suatu hak cipta secara
mutlak. Sehingga apabila ada orang lain yang dapat membuktikan
bahwa itu adalah haknya maka kekuatan hukum dari suatu
pendaftaran ciptaan tersebut dapat dihapuskan.

Berdasar Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta maka


yang disebut pencipta adalah orang yang namanya terdaftar dalam
Daftar Umum Ciptaan pada direktorat Jenderal atau orang yang
namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta
pada suatu ciptaan, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.

Pemegang hak cipta sesuai dengan Undang-Undang Hak


Cipta dapat dirinci sebagai berikut :
1) Pencipta
Pencipta suatu ciptaan merupakan pemegang hak cipta
atas ciptaannya. Dengan kata lain, pemegang hak cipta adalah

xxvi
pencipta itu sendiri sebagai pemilik hak cipta atau oaring yang
menerima hak tersebut dari pencipta atau orang lain yang
menerima lebih lanjut hak dari orang tresebut diatas.

Keadaan beralihnya hak cipta dari pencipta kepada


orang lain yang menerima hak tersebut dilakukan melalui
proses penyerahan (assignment) atau pemberian lisensi
(licensing) kepada seseorang.

2) Pemerintah
Seorang karyawan pegawai negeri sipil yang dalam
hubungan dinasnya dengan instansi pemerintah menciptakan
suatu ciptaan dan ciptaan tersebut menjadi bagian dari tugas
sehari-hari karyawan tersebut, maka tidak dianggap sebagai
pencipta atau pemegang hak cipta kecuali bila diperjanjikan
lain antara pencipta dengan instansi pemerintah tempatnya
bekerja. Yang menjadi pemegang hak cipta adalah instansi
pemerintah yang untuk dan dalam dinas pegawai negeri sipil
ciptaan itu dikerjakan, dengan tidak mengurangi hak pencipta
apabila penggunaan ciptaan itu diperluas sampai ke luar
hubungan dinas (Pasal 8 ayat (1))

3) Pegawai swasta
Lain halnya dengan seorang karyawan (pegawai swasta)
yang dalam hubungan kerja dengan perusahaan menciptakan
suatu ciptaan. Pencipta yang merupakan pihak yang membuat
ciptaan itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta,
kecuali bila diperjanjikan lain diantara kedua belah pihak
(Pasal 8 ayat (3))

4) Pekerja lepas
Hak cipta atas suatu ciptaan yang dibuat berdasarkan
pesanan berada ditangan yang membuat ciptaan itu. Yang

xxvii
membuat ciptaan itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang
hak cipta, kecuali diperjanjikan lain antara kedua belah pihak
(Pasal 8 ayat (3)). Perusahaan yang membayar pencipta untuk
membuat suatu ciptaan yang dipesan pada umumnya
mempunyai hak untuk memanfaatkan atau mengeksploitasi
ciptaan yang dibuat oleh pencipta sebagai pesanan yang sesuai
dengan maksud tujuan ciptaan itu diciptakan berdasarkan
pesanan.

5) Negara
Negara Republik Indonesia adalah pemegang hak cipta
atas:
a) karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya
nasional lainya;
b) foklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik
bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad,
lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan
karya seni lainnya;

Terhadap suatu ciptaan yang telah diterbitkan tetapi tidak


diketahui penciptanya dan atau penerbitnya, negara untuk
kepentingan penciptanya menjadi pemegang hak cipta (Pasal
11 ayat (1), (2), dan (3)). Negara juga pemegang hak cipta
untuk kepentingan pencipta atas ciptaan yang tidak diketahui
penciptanya dan ciptaan tersebut belum di terbitkan. Lain
halnya dengan ciptaan yang sudah diterbitkan tapi tidak
diketahui siapa penciptanya dan pada ciptaan tersebut hanya
tercantum nama samaran penciptanya. Dalam hal ini penerbit
memegang hak cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan
penciptanya.

xxviii
6) Beberapa pencipta
Dapat terjadi bahwa suatu ciptaan diciptakan oleh dua
orang atau lebih. Dalam hal yang demikian, yang dianggap
pencipta adalah orang yang memimpin serta mengawasi
penyelesaian seluruh ciptaan. Jika orang yang memimpin tidak
ada, yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang
menghimpunnya dengan tanpa mengurangi hak cipta masing-
masing atas bagian ciptaannya. (Tim Lindsley,2002:110).

f Pengalihan hak cipta


Hak cipta merupakan hak yang dapat dieksploitasi hak-hak
ekonominya seperti halnya sebuah kekayaan. Dikarenakan hak
cipta merupakan hak yang dapat dieksploitasi maka hak cipta
seperti halnya hak kebendaan dapat dialihkan kepemilikannya.
Pengalihan dapat dilakukan dengan cara penyerahan (assignment)
kepada orang lain. Pemegang hak juga dapat memberikan hak
dengan cara lisensi.

Bila pemegang hak mengalihkan dengan cara assignment,


maka terjadi pengalihan seluruh hak-hak ekonomi yang dapat
dieksploitasi dari suatu karya cipta tersebut dalam jangka waktu
yang telah disetujui. Berbeda apabila pengalihan dilakukan dengan
cara lisensi, dengan lisensi maka pencipta masih memiliki hak-hak
ekonomi tertentu dari ciptaan yang dialihkan pada pemegang hak
cipta.

g Hak Moral
Makna dari hak moral diatur dalam Undang-Undang Hak
Cipta Pasal 24, dengan adanya hak moral, pencipta suatu karya
memiliki hak untuk :

xxix
1) dicantumkan nama atau nama samarannya didalam ciptaannya
ataupun salinannya dalam hubungan dengan penggunaan secara
umum.
2) Mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi, atau bentuk
pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan
dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi
dan reputasi pencipta.

Selain itu, tidak satupun dari hak-hak tersebut diatas dapat


dipindahkan selama penciptanya masih hidup, kecuali atas wasiat
pencipta berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Hak-hak moral adalah hak-hak pribadi pencipta/pengarang


untuk dapat mencegah perubahan atas karyanya dan untuk tetap
disebut sebagai pencipta karya tersebut. Hak-hak ini
menggambarkan hubungan antara pencipta dengan karyanya
walaupun kontrol atas hak ekonomi telah hilang karena telah
diserahkan kepada pemegang hak cipta atau lewat jangka waktu
perlindungannya seperti diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta
yang berlaku (Tim Lindsley,2002:118)

h Jangka waktu pemilikan hak cipta


Pembatasan jangka waktu hak cipta berdasarkan atas
landasan filosofis, bahwa hak cipta merupakan hak kebendaan dan
hak kebendaan tersebut mempunyai fungsi sosial. Dengan
diberinya pembatasan jangka waktu kepemilikan hak cipta, maka
diharapkan hak cipta tersebut tidak di miliki oleh pemegang hak
atau penciptanya dalam jangka waktu yang lama. Sehingga dengan
demikian karyanya tersebut dapat dinikmati oleh masyrakat luas.
Meskipun kenyataannya yang beruntung justru pihak tertentu, yaitu
produser dalam hal karya cipta lagu dan penerbit dalam hal karya
cipta buku atau karya ilmiah lainnya.

xxx
Pertimbangan yang lain adalah hasil suatu karya cipta pada
suatu ketika harus dapat dinikmati oleh semua orang dan tidak
hanya oleh orang yang menciptakannya dengan tidak ada
pembatasannya. Dengan ditetapkannya batasan tertentu dimana hak
pencipta itu berakhir maka orang lain dapat menikmati hak tersebut
secra bebas, artinya boleh mengumumkan atau memperbanyak
tanpa harus minta izin kepada si pencipta atau si pemegang hak,
dan ini tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta (H. OK
Saidin.2004:109)

Berdasarkan ketentuan Konvensi Bern dan TRIP’s,


perlindungan terhadap hak cipta adalah selama hidup pencipta dan
terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta
meninggal dunia. Hal ini juga tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yaitu perlindungan
hukum yang diberikan terhadap hak cipta suatu karya ciptaan
adalah selama pencipta karya hidup ditambah 50 tahun setelah
pencipta meniggal dunia.

i Pendaftaran hak cipta


Surat permohonan pendaftaran hak cipta diajukan kepada
Menteri Kehakiman melalui Direktorat Jenderal HAKI dengan
surat rangkap dua, ditulis dalam bahasa Indonesia diatas kertas
folio berganda dan dalam surat tersebut memuat mengenai :
1) Nama, kewarganegaraan, dan alamat pencipta;
2) Nama, kewarganegaraan, dan alamat pemegang hak cipta;
3) Nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa;
4) Jenis dan judul ciptaaan;
5) Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali;
6) Uraian ciptaan rangkap tiga.

xxxi
Dapat dimungkinkan nama pencipta dan pemegang hak
cipta adalah orang yang berbeda. Hal ini dapat terjadi apabila karya
cipta tersebut telah dialihkan kepada pihak lain sebelum ciptaan
tersebut didaftarkan. Misalnya saja seorang pengarang buku
memberikan hak kepada penerbit untuk menerbitkan dan
memperbanyak serta mengedarkan buku hasil karya pengarang.
Oleh sebab itu kedua pihak harus terdapat dalam surat permohonan
pendaftaran hak cipta.

Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat


diajukan untuk satu ciptaan saja, yang berarti pula tidak dapat
diajukan bermacam-macam ciptaan dalam satu surat permohonan.
Surat permohonan tersebut ditandatangani oleh pemohon atau
pemohon-pemohon dalam hal penciptanya lebih dari satu atau oleh
kuasanya yang khusus dikuasakan untuk mengajukan permohonan
tersebut disertai contoh ciptaan atau penggantinya dan bukti tertulis
yang menerangkan tentang kewarganegaraan (H. OK
Saidin.2004:95)..

Jika permohonan telah memenuhi syarat maka dicatat


dalam daftar umum ciptaan, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
secara administratif, misalnya pemeriksaan mengenai pernyataan
pencipta yang menyatakan bahwa ciptaan tersebut merupakan hasil
karyanya. Hasil pemeriksaan disampaikan kepada Menteri
Kehakiman untuk memperoleh keputusan, keputusan disampaikan
oleh Direktorat Jenderal HAKI kepada pemohon. Hak cipta yang
telah didaftarkan diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan
Direktorat Jenderal HAKI.

Dalam hal permohonan pendaftaran ditolak, maka pemohon


dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Niaga dengan
surat gugatan yang ditandatangani pemohon atau kuasanya agar

xxxii
permohonan pendaftaran hak cipta didaftarkan dalam daftar umum
ciptaan Direktorat Jenderal HAKI. Permohonan kepada Pengadilan
Niaga harus diajukan paling lambat 3 bulan sejak diterimanya surat
penolakan pendaftaran oleh pemohon atau kuasanya.

3. Tinjauan umum Mengenai Internet.


a Sejarah internet
Perkembangan internet sekarang ini sudah sangat luar biasa
cepat. Diperkirakan pengguna internet aktif (User) meningkat dua
kali lipat setiap tahunnya. Pengguna internet aktif (User) adalah
seseorang yang dalam kesehariannya mempergunakan internet
sebagai sarana untuk melakukan kegiatan (browsing, chatting,
email, streaming, dll). Indonesia pertama kali terhubung di internet
pada tahun 1993 dan mempunyai 32 jaringan (network) yang
terhubung ke internet, jumlah ini terbilang sangat kecil bila
dibandingkan dengan Amerika pada waktu yang sama yaitu
mempunyai 14.782 dan Jepang mempunyai 1.220 jaringan
(network) yang terhubung ke internet.

Pada awal mulanya internet dibangun untuk kepentingan


militer saja. Pada tahun 1960-an Advanced Research Project
Agency Departemen Pertahanan Amerika Serikat mulai
membangun jaringan dan membiayai proyek-proyek percobaan
guna mendukung kegiatan penelitian militer. Hal ini dilakukan
agar memungkinkan para ahli melakukan tukar menukar file
komputer dan memudahkan para ahli saling berinteraksi.

Minat mengembangkan jaringan komputer semacam ini


adalah langkah logis yang didorong oleh ledakan penggunaan
bersama (time sharing) komputer mini (mini computer). Pada time
sharing, sejumlah dumb terminals (terminal bisu) dihubungkan
dengan kawat khusus atau telepon kesebuah host computer, host

xxxiii
computer pada waktu itu dapat berupa mainframe (mainframe
computer) atau komputer mini (mini computer). Tugas dumb
terminals hanya mengirimkan berbagai perintah kepada host
computer. Host computer membagi waktu untuk menjalankan
sejumlah pekerjaan yang berbeda meski hanya dapat menjawab
perintah satu per satu (Budi Agus Riswandi. 2003:6)

Time sharing memungkinkan sejumlah pengguna


berhubungan dalam waktu yang sama. Langkah berikutnya tentu
saja menghubungkan host computer pada jaringan komputer yang
lebih luas untuk bertukar informasi.

Untuk melakukan hubungan dengan berbagai host


computer, Departemen Pertahanan Amerika Serikat menetapkan
syarat-syarat tertentu. Salah satunya adalah jaringan harus dapat
terus berfungsi meskipun bagian-bagiannya sudah hancur, karena
perang misalnya. Para peneliti lalu memutuskan untuk
menggunakan sistem alamat (address) yang dinamakan dengan
Internet Protocol (IP). Dengan adanya sistem ini maka komputer-
komputer yang saling berhubungan mampu menentukan sendiri
apakah informasi berhasil dikirim atau diterima, dan setiap
komputer pada jaringan mampu berhubungan dengan komputer
lain pada jaringan itu. Mekanisme ini disebut peer-to-peer
networking (jaringan antar rekan) yakni setiap komputer mampu
melaksanakan semua tugas komunikasi antar jaringan.

Tahun 1969 diluncurkan sebuah jaringan percobaan,


ARPA-net, dengan empat node (komputer yang terhubung
langsung dengan sebuah jaringan). Para peserta adalah UCLA,
Stanford Research Institute, UC santa Barbara, University of Utah.
Tahun 1971 ada 19 node yang dipergunakan bersama oleh 30

xxxiv
universitas dengan bantuan biaya dari Departemen Pertahanan
Amerika.

Pengembangan ARPA-net cukup rumit karena lokasi yang


berbeda-beda, komputer yang dijalankan pun berbeda janisnya.
Dan protocol yang dikembangkan harus dapat dijalankan dalam
komputer dengan sistem arsitektur dan sistem operasi yang
berbeda-beda. Tantangannya adalah bagaimana mengembangkan
peraturan komunikasi yang memungkinkan informasi dapat dikirim
melalui aneka jaringan terlepas dari teknologi jaringan yang
melandasinya. Protokol-protokol semacam ini mulai muncul pada
pertengahan tahun 1970-an, dan dikenal denhan nama
Transmission Control Protocol (TCP). Pada awal tahun 1980-an
semua sistem yang terhubung dengan ARPA-net menyesuaikan
diri dengan TCP/IP.

Dalam perkembangannya upaya-upaya tersebut terus


dikembangkan. Pada Oktober 1972, Bob khan sebagai
pemgembang ARPA-net mendemonstrasikan internet pada
International Computer Communication Conference (ICCC). Ini
adalah tampilan demo publik pertama dari teknologi baru kepada
publik. Pada tahun yang sama, aplikasi electronic mail
diperkenalkan. Pada bulan maret Ray Tomlinson dari BBN
membuat software dasar untuk penulisan, pengiriman, dan
pembaca pesan email, termotivasi dari kebutuhan pengembangan
ARPA-net atas mekanisme sederhana, cepat dan terkoordinasi
(Budi Agus Riswandi,2003:12)

Dorongan berikutnya bagi internet muncul pada tahun


1987, ketika National Science Foundation memutuskan untuk
mendirikan lima pusat komputer super di Amerika Serikat dan
menghubungkannya dalam jaringan berkecepatan tinggi miliknya

xxxv
sendiri yang diberi nama NSF-net. Karena para peneliti
menggunakan kawat khusus transmisi berkecepatan tinggi sangat
mahal, maka NSF-net mendorong lembaga-lembaga penelitian
membentuk jaringan regional antar sesama yang kemudian
dihubungkan pada jaringan komputer super pusat. Siasat inilah
yang melahirkan struktur dasar internet yaitu komputer berlapis.

b Pengertian Internet
Ada beberapa pengertian mengenai internet menurut para ahli
ataupun menurut undang-undang, antara lain yaitu :
1) Menurut Kamus online www.kezia.web.id
Internet adalah sebuah jaringan raksasa, tersebar diseluruh
dunia terdiri dari jutaan komputer dari berbagai jenis.
2) Menurut Kamus Telematika
Internet merupakan singkatan dari internet work, yaitu
sekumpulan jaringan komputer yang yang terdiri dari sebuah
jaringan komputer yang lebih kecil yang mempunyai sistem
jaringan yang berbeda-beda.
3) PP NO. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
telekomunikasi
Internet dimasukan kedalam jenis data multimedia, yang
didefinisikan sebagai penyelenggaraan jasa telekomunikasi
yang menawarkan layanan berbasis teknologi informasi.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan mengenai definisi


internet, yaitu merupakan suatu jaringan komunikasi yang
berbasiskan pada kecanggihan teknologi digital dan bersifat global,
karena mampu menjangkau masyarakat seluruh dunia.

xxxvi
c Keuntungan dan Kelebihan Internet
Internet sebagai suatu alat komunikasi mempunyai
keuntungan dan kelebihan, keuntungan dan kelebihan tersebut
antara lain (Budi Agus Riswandi,2003:15):
1) Efficiency
Internet bagi sebagian orang menilai hanya cocok untuk
perusahaan besar dalam memberikan pelayanan kepada orang-
orang kelas atas (highclass). Kalau ditinjau lebih dalam
sesungguhnya internet jauh lebih efisien dan ekonomis
dibandingkan dengan media-media lain. Untuk menerbitkan
buku dengan ketebalan 300 halaman dengan oplah seribu
eksemplar dibutuhkan dana sekitar sepuluh juta rupiah.
Sedangkan dengan media internet, ribuan halaman buku dapat
ditampilkan hanya dengan biaya operasional sekitar dua hingga
tiga juta rupiah saja. Biaya ini akan semakin lama semakin
turun seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan
pengguna internet.
2) Without Boundary
Apabila pada media cetak biasa terdapat kendala mengenai
penyebaran ke berbagai tempat lain, yang selain membutuhkan
biaya yang relative besar juga membutuhkan waktu yang lama.
Kendala tersebut tidak terdapat di internet, internet tidak
mengenal jarak, waktu atau pun batas negara. Jaringan
komputer yang terpasang telah menyebar luas hampir
menyelimuti seluruh bagian dunia ini. Internet telah
menciptakan suatu alam baru, suatu kehidupan baru, suatu
masyarakat baru yang bersifat mendunia.
3) 24-Hours Online
Media radio dan televisi mempunyai kelemahan, bahwa
informasi yang ditayangkan hanya berlangsung pada saat
siaran. Begitu habis masa siarnya maka tidak ada kesempatan

xxxvii
lagi bagi pendengar/pemirsa untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan, yang tak jarang membuat mereka kecewa.
Kelemahan semacam itu tidak terdapat di internet, sebab
internet menyediakan informasi yang berlangsung sepanjang
waktu. Tidak ada batasan waktu untuk memperoleh informasi,
kapanpun orang membutuhkan informasi maka saat itu juga ia
dapat memperoleh informasi di internet.
4) Hyperlink
Pengguna internet dapat dengan mudah berganti dari satu
informasi ke informasi yang lain, yang mempunyai kaitan
langsung maupun tidak langsung hanya dengan menekan
tombol mouse pada informasi yang diinginkan. Misalnya dari
suatu situs olahraga dimana memuat mengenai tempat/toko
online yang menjual peralatan olahraga.
5) No Licence Required
Untuk menayangkan suatu informasi diinternet tidak
diperlukan izin yang rumit, namun perlu diingat bahwa
meskipun tidak memerlukan izin tapi ada aturan yang mengatur
masalah internet, baik secara perdata maupun secara pidana.
Sehingga informasi yang ditayangkan bukan informasi yang
melanggar peraturan-perundangan.
6) No Censorship
Dapat dikatakan bahwa hingga kini belum ada satu badan pun
di dunia ini yang berwenang secara resmi untuk menyensor
informasi yang ada di internet. Kebebasan untuk berbicara,
berungkap dan berkabar telah berakar kuat di internet. Di
internet tidak diperlukan adanya “polisi internet” hanya untuk
melindungi masyarakat dari informasi yang menyimpang dan
menyesatkan. Hali ini dikarenakan pengguna internet adalah
kalangan intelektual, sebelum menerima atau menolak sesuatu
akan dilakukan pertimbangan yang matang.

xxxviii
B. Kerangka Pemikiran.
Di era sekarang ini, informasi menjadi hal yang sangat
penting/vital, setiap orang mencari informasi sesuai dengan
kebutuhkannya. Yang tak kalah penting adalah keakuratan dan kecepatan
informasi tersebut dapat diperoleh bagi yang membutuhkannya. Pada abad
21 ini dapat dikatakan sebagai era teknologi informasi, perkembangan
teknologi informasi sangat cepat sekali, bahkan hanya dalam hitungan
menit.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi menuntut setiap orang


untuk mengikuti perkembangan yang ada. Apabila lengah sedikit maka
dapat dipastikan akan ketinggalan informasi yang mungkin sangat
berharga. Dapat diibaratkan sebagai sebuah kesempatan, apabila orang
tidak cepat mengambil kesempatan maka orang lain yang akan mengambil
kesempatan itu.

Perkembangan teknologi informasi yang paling terasa dampaknya


dan mengalami pertumbuhan secara besar-besaran adalah internet. Bagi
sebagian orang sebuah komputer mungkin tak ubahnya hanya sebuah
komputer biasa, yang hanya digunakan untuk mengetik, menonton film,
atau mendengarkan musik. Namun sebuah komputer yang terhubung
dengan internet, sebuah komputer mempunyai banyak manfaat dan dapat
digunakan untuk melihat luasnya dunia.

Dengan adanya internet manusia dapat dengan mudah dan cepat


untuk memperoleh informasi yang diinginkan/dibutuhkan. Informasi
mengenai apapun tersedia di internet, mulai dari segala jenis artikel, lagu,
lowongan kerja, hingga software (piranti lunak). Kita dapat dengan mudah
mengaksesnya tanpa harus beranjak dari depan komputer.

Content (isi) dari sebuah website merupakan hasil karya cipta.,


baik itu berupa artikel, lagu, software, dan karya tulisan lainnya, “barang-
barang” tersebut pasti ada penciptanya. Utamanya adalah sebuah karya

xxxix
cipta tulisan (artikel, opini, karya tulis, hasil penelitian,dan karya tulisan
lainnya), sebuah karya tulisan tentu saja memiliki penciptanya (penulis),
tidak mungkin sebuah karya tulisan muncul begitu saja dijaringan internet.

Dijaringan internet begitu banyak ditemukan berbagai macam


karya cipta tulisan (opini, tulisan lepas, karya tulis, hasil penelitian,
skripsi, thesis, dan lai-lain). Baik yang ditulis dalam blog pribadi ataupun
dimuat dikoran elektronik semacam detiknet.com ataupun kompas.com.
Karya-karya tersebut tentunya dibuat dengan mencurahkan hasil pikiran
dan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan dijaringan internet perbuatan copy
paste sangat mudah dilakukan. Apakah tidak ada perlindungan dan
penghargaan terhadap karya cipta tulisan tersebut? Apakah para penulis
dan para blogger ytersebut harus pasrah terhadap karya ciptaan mereka?
Di Indonesia ada perlindungan terhadap hasil karya tulisan seseorang,
perlindungan terhadap karya cipta tersebut dituangkan dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Di Indonesia penegakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta


diinternet belum berjalan secara maksimal. Masih banyak pelanggaran dan
tindak kejahatan yang terjadi terhadap hak cipta di internet. Perlindungan
terhadap hak cipta mutlak harus dilakukan sebab sudah ada peraturan
perundangan yang mengatur, tinggal bagaimana perlindungan hukum
tersebut dapat berjalan secara efektif pada masa sekarang ini.

Secara singkat kerangka pemikiran penulis dapat digambarkan sebagai


berikut:

xl
Perkembangan
Teknologi Informasi

Internet

Content (isi)
Karya Tulisan, lagu, software,
picture

Undang-Undang
Nomor 19
Tahun 2002

Hak Cipta

Perlindungan Hak Bentuk pelanggaran


Cipta Karya Tulisan Secara umum

Bagan Kerangka Pemikiran

BAB III
PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hak Cipta Terhadap Karya Tulisan di Internet


menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

Pada awal abad 21 ini setidaknya kita menghadapi tiga revolusi


besar, yaitu revolusi komunikasi-informasi, pragmatisme ekonomi dan

xli
melonggarnya nilai moral. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi kini telah membawa terciptanya peradaban modern yang serba
canggih. Ketika kegiatan dilakukan secara global antar masyarakat yang
berbeda tempat baik lokal maupun secara internasional, maka ketika itulah
informasi menjadi sesuatu elemen yang sangat penting.

Perkembangan di bidang teknologi informasi, dalam hal ini


teknologi internet sudah pesat sekali. Sedemikian pesatnya perkembangan
tersebut hingga apabila kita lengah sedikit, dapat dipastikan kita akan
ketinggalan informasi terbaru dalam dunia internet. Dengan teknologi
terbaru dan pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari maka internet
telah menimbulkan aspek-aspek baru yang kompleks dan rumit. Dalam hal
ini hukum sebagai regulasi yang harus dipatuhi dituntut untuk tetap eksis
dalam menjalankan fungsinya, yaitu memberikan perlindungan hukum
yang pasti.

Dalam dunia cyber (internet) sebuah website biasanya terdiri dari


homepage yang isinya bervariasi bergantung pada siapa yang memasang
atau memiliki website tersebut. Apabila yang memasang website tersebut
adalah perusahaan rekaman (SONY Music, EMI Music, BMG dan lain-
lain) atau penyanyi terkenal (The Beatles, Eminem, Gun n’ Rosses dan
lain-lain), maka dalam homepagenya akan berisi mengenai lagu-lagu yang
telah terkenal dan dipasarkan kepada masyarakat, lirik-lirik lagu, cover
album, video klip atau foto dari penyanyi-penyanyi tersebut. Sedangkan
apabila yang memasang website tersebut adalah sebuah sekolah atau
perguruan tinggi maka dalam homepagenya akan berisi mengenai sejarah
pendirian, visi misi, jurnal kegiatan, hasil penelitian, artikel dan tulisan
ilmiah lainya.

Oleh sebab itulah dalam sebuah website diinternet terdapat


didalamnya banyak sekali karya-karya cipta (dan hak cipta itu sendiri)
yang sebenarnya dilindungi oleh Undang-Undang. Perlindungan hukum

xlii
hak cipta di Indonesia sekarang ini diatur dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang merupakan penyempurnaan
(revisi) dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1987 Jo Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1987 tentang
Hak Cipta. Peraturan perundangan tersebut merupakan perwujudan dari
ratifikasi sistem hukum Indonesia terhadap perjanjian internasional The
TRIP’s Agreement (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights) dan perjanjian hak cipta WIPO (World Intellectual
Property Organization Copy Rights Treaty).

Masalah hak cipta di media internet dapat dibagi menjadi 2 pokok


yaitu :
1. Hak cipta terhadap isi (content) yang terdapat di dalam media internet
yang berupa hasil karya berbentuk informasi, tulisan, program
(software), database, lagu (Mp3), video (Movie), gambar, dan atau
bentuk lain yang sejenis dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak
Cipta.
2. Hak Cipta atas nama atau alamat situs (homepage/domain name) dan
atau alamat e-mail (electronic mail) yang akan dituju oleh pelanggan
jasa internet. Berkaitan dengan domain name maka dalam hal ini
Undang-Undang tentang merek juga dapat dipergunakan sebagai
landasan.

Permasalahan yang sesuai dengan penulis adalah permasalahan


nomor satu, yaitu masalah mengenai perlindungan hak cipta terhadap isi
(content) dalam media internet. Untuk lebih mudahnya perlu diketahui
terlebih dahulu pengertian hak cipta, secara umum Hak cipta adalah hak
khusus bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak hasil ciptaan yang tumbuh bersamaan dengan suatu karya
cipta. Oleh sebab itu perlu ditumbuhkan sikap hidup untuk menghormati
dan menghargai suatu karya cipta, baik dibidang ilmu pengetahuan, seni
maupun sastra. Hal ini berarti diperlukan adanya pengakuan hak seseorang

xliii
atas ciptaannya (sebagai pemilik atau pemegang hak cipta). Selain itu
perlu diketahui juga hak cipta atas karya apa saja yang dilindungi dan
berapa lama perlindungan yang diberikan.

Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta


Indonesia, karya-karya yang dilindungi hak ciptanya adalah sebagai
berikut :
1. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out), karya tulis
yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pegetahuan;
4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
5. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim;
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
7. Arsitektur;
8. Peta;
9. Seni batik;
10. Fotografi;
11. Sinematografi;
12. Terjemahan, saduran, tafsir, bunga rampai, database, dan karya lain
dari hasil pengalihwujudan.

Jangka waktu perlindungan yang diberikan kepada pencipta atau


pemegang hak cipta berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Hak Cipta
adalah seumur hidup penciptanya dan ditambah 50 tahun setelah pencipta
atau pemegang hak cipta meninggal dunia. Bila penciptanya atau
pemegang hak cipta lebih dari satu orang maka berlaku selama masa hidup
pencipta yang terlama hidupnya dan berlaku 50 tahun kemudian setelah
pencipta yang paling lama hidup meninggal dunia. Sedangkan untuk

xliv
program komputer, fotografi, sinematografi, database atau hasil
pengalihwujudan berdasar Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta
berlaku 50 tahun sejak diumumkan pertama kalinya.

Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta


telah diberikan pengertian dan pengaturan secara tegas mengenai
pengertian pencipta, ciptaan-ciptaan apa saja yang dilindungi dan serta
hak-hak yang melekat pada pencipta yang berkaitan dengan ciptaannya
(misalnya hak untuk memperbanyak sesuatu karya cipta, hak untuk
mengumumkan karya cipta kepada khalayak umum, hak untuk mengalih
wujudkan dan lain-lain). Pengaturan ini membawa konsekuensi tersendiri,
sehingga orang lain yang tidak mempunyai hak atau memegang hak tidak
dapat menikmati dan melaksanakan hak-hak yang melekat pada suatu
karya cipta.

Di jaringan internet perbuatan mengambil (download), menyalin


(copy), mengubah (modification), dan mengumumkan (upload) suatu
karya cipta adalah sangat mudah sekali untuk dilakukan, bahkan untuk
seorang pemula yang baru mengenal internet dapat melakukannya tanpa
harus susah-susah belajar kepada orang lain yang lebih ahli. Pengguna
(user) hanya menyalin (copy) dengan memencet tombol pada keyboard
dan mouse, mereka tidak sadar betapa untuk membuat sebuah karya adalah
sangat sulit. Seorang pencipta telah mencurahkan seluruh pemikiran
dengan pengorbanan yang tidak sedikit baik tenaga maupun dana, namun
dengan mudahnya user menyalin kemudian mengubahnya dan setelah itu
mengumumkan bahwa karya tersebut adalah miliknya, sungguh sesuatu
yang tidak adil, selain merugikan, perbuatan tersebut juga mematikan
kreatifitas. Oleh sebab itulah di jaringan internet pelanggaran hak cipta
pun sangat rentan sekali.

Dari hal tersebut diatas terciptalah sebuah pemikiran bahwa dalam


dunia internet adalah dunia yang bebas, dunia tanpa aturan dan tanpa batas

xlv
layaknya hutan rimba. Setiap orang boleh melakukan apa saja mengambil,
menyalin, mengubah dan kemudian mengumumkan sebuah karya cipta
dengan pengakuan bahwa karya tersebut adalah hasil pemikirannya
sendiri. Hal ini biasanya terjadi pada karya tulisan, baik artikel, hasil
penelitian, tulisan lepas atau pun tulisan-tulisan yang lain yang sejenis.
User biasanya mengira bahwa perbuatan yang dilakukan adalah sebuah
perbuatan yang biasa saja, karena perbuatan tersebut telah menjadi
kebiasaan yang dilakukan sehari-hari (membudaya) dalam masyarakat,
padahal sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta perbuatan tersebut
adalah perbuatan yang digolongkan sebagai kejahatan.

Sebenarnya seseorang dapat mengutip atau menggunakan karya


orang lain meskipun tanpa ijin dari pencipta atau pemegang hak cipta
namun penggunaan atau pelaksanaannya harus sesuai dengan aturan yang
telah ada. Aturan tersebut dalam konteks hak cipta disebut sebagai
penggunaan yang wajar (Fair Use). Fair use adalah sebuah doktrin
penggunaan suatu karya cipta oleh orang yang bukan pencipta atau
pemegang hak cipta yang perbuatannya tersebut bukan merupakan suatu
pelanggaran apabila dipergunakan untuk kepentingan publik dan atau ilmu
pengetahuan yang tidak mencari atau mengejar keuntungan semata (profit
oriented). Doktrin ini juga berguna sebagai penyeimbang hak, antara hak
pencipta ( hak ekonomi dan hak moral) dan demi kepentingan publik.

Konsep fair use dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 19 Tahun


2002 Tentang Hak Cipta yaitu dengan syarat bahwa sumbernya harus
disebutkan dan dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran hak
cipta :
1. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik atau tinjauansuatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan
yang wajar dari pencipta;

xlvi
2. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian,
guna keperluan pembelaan didalam atau diluar pengadilan;
3. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian
guna keperluan ;
a. Ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu
pengetahuan; atau
b. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan
ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.
4. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
dalam huruf braile guna keperluan para tuna netra, kecuali jika
perbanyakan itu bersifat komersial;
5. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas
dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh
perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan
pusat dokumentasi yang non komersial semata-mata untuk keperluan
aktivitasnya;
6. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksana teknis
atas karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan;
7. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik
program komputer yang digunakan semata-mata untuk keperluan
sendiri.

Oleh sebab hal tersebut diatas bagi para user yang memerlukan
data dan informasi diberikan keleluasaan untuk mengambil, mengutip atau
menggunakan suatu karya yang bukan miliknya untuk keperluan
pendidikan, penelitian dan karya ilmiah serta bersifat non komersial. Yang
terpenting dari hal tersebut adalah harus sesuai dengan etika yang berlaku
yaitu menyebutkan sumber dan penulis atau penciptanya serta hal tersebut
digunakan untuk tujuan yang baik. Ini akan menghindarkan user dari
sanksi moral dan sanksi hukum. Jadi konsep fair use ada 3 tiga unsur yaitu
itikad baik, kewajaran dan non komersil.

xlvii
Unsur itikad baik berkaitan dengan maksud dan tujuan awal dari
pengambilan atau penggunaan data dan informasi oleh user, apakah
dipergunakan untuk kebaikan dan demi kepentingan publik atau umum
ataukah sebaliknya dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan
melawan hukum. Unsur kewajaran maksudnya yaitu dalam melakukan
mengambil atau mengutip data dan informasi diberikan batas-batas yang
wajar, user cukup terinspirasi saja, secara kuantitatif tidak boleh mengutip
atau mengambil lebih dari 10% dari data dan informasi yang ada, namun
ukuran tersebut sulit diterapkan sehingga dipergunakan ukuran kualitatif
misalnya tidak boleh mengambil bagian yang menjadi ciri khas dari
ciptaan. Selain itu yang terpenting adalah sumbernya harus disebutkan
(termasuk nama penulis atau alamat situs/homepage). Dan yang terakhir
adalah non-komersil, yaitu penggunaan karya cipta tersebut tidak boleh
dikomersilkan untuk mencari keuntungan (profit oriented), misalnya
dalam karya tulisan, user mengambil data dari internet, kemudian dibuat
buku dan dijual kepada publik sehingga mendapat keuntungan.

Pembajakan, pencontekan, dan penjiplakan terhadap suatu karya


cipta diinternet sudah menjadi kebiasaan umum, seorang mahasiswa yang
dikatakan sebagai kaum intelektual pun sering melakukan perbuatan-
perbuatan tersebut. Mengapa bisa seperti itu? Tak lain dan tak bukan
karena kemudahan yang diberikan dunia internet untuk mencari dan
menyediakan segala data dan informasi yang hendak digunakan. Dan tentu
saja ditambah karena sifat malas mahasiswa atau user itu sendiri yang
tidak mau bersusah payah untuk sekedar sedikit berpikir.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis mencoba mencari data


menggunakan kuisioner yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan
dan pemahaman pengguna internet (user) terhadap Hak Cipta di internet.
Responden diambil secara acak dengan tehnik random sampling
didapatkan responden sebanyak 15 orang yang terdiri dari 11 mahasiswa
dan 4 orang masyarakat umum.

xlviii
Dari data yang diperoleh menyebutkan seluruh responden
mengatakan bahwa mereka surfing diinternet adalah untuk mencari data
yang berupa tulisan yaitu artikel, opini, rubrik, tulisan lepas atau pun
skripsi. Dari hasil tersebut dapat dikatakan hampir 100% dari responden
melakukan perbuatan menyalin (copy) dan mengambil (download) data
yang berupa teks dalam format digital. Sedangkan tujuan lain melakukan
surfing diinternet hanya untuk sekedar mencari hiburan misalnya chatting,
friendster atau mengirim e-mail.

Dari seluruh responden tersebut hanya 5 (lima) orang yang


mengetahui bahwa data yang berupa teks atau pun content lain dalam
format digital yang mereka copy dan download diinternet dilindungi oleh
Undang-Undang. Sedangkan sisanya yang 10 orang menjawab tidak tahu
bahwa web content (gambar, lagu, data teks yang berupa artikel, tulisan
lepas dan lain-lain) dilindungi oleh Undang-Undang. Kemudian 5 orang
tersebut ditanya jikalau sudah tahu dilindungi Undang-Undang mengapa
masih nekad menyalin dan mengambil data, maka 5 orang tersebut
mengatakan karena terpaksa dan terbiasa melakukannya

Dari seluruh responden yang mengambil data (download) maupun


menyalin (copy) data yang berupa web content ketika ditanya bagaimana
etika mengutip atau mengambil data dari internet, hanya 5 orang dari
kalangan mahasiswa yang menjawab dengan benar yaitu dengan
mencantumkan penulis atau sumbernya sedangkan sisanya yaitu 10 orang
tidak mengetahui secara tepat bagaimana etika mengutip atau
mempergunakan karya ciptaan milik orang lain..

Dari data tersebut diatas kita mendapatkan sebuah kenyataan


bahwa masyarakat masih buta akan hukum. Masyarakat kita belum
seluruhnya sadar akan hukum, dalam hal ini hukum yang dimaksud adalah
hukum yang melindungi Hak Cipta. Mereka berpikiran bahwa dunia
internet adalah dunia kebebasan, dunia tanpa aturan dan tanpa hukum,

xlix
hukum tidak berlaku di jaringan internet, sehingga sah-sah saja mereka
melakukan pelanggaran dijaringan internet. Bahkan dari kalangan
mahasiswa hampir semuanya tidak mengetahui bahwa perbuatan yang
mereka lakukan (mengambil, menyalin, mengubah, data teks digital di
jaringan internet) telah melanggar peraturan perundangan dan
perbuatannya tersebut termasuk kejahatan.

Bagi mereka yang mengetahui bahwa web content tersebut


dilindungi oleh hukum dan Undang-Undang, namun mengapa masih
melakukan perbuatan mengambil, menyalin, mengubah, data teks digital
di jaringan internet. Alasannya sederhana karena sudah menjadi kebiasaan
dan tidak ada proteksi ataupun penegakan dari pemerintah. Bukankah kita
sebagai warga negara seharusnya menaati hukum sebagai bagian dari
kesadaran diri, bukan menaati hukum karena ada yang melihatnya. Hal ini
berarti bahwa masyarakat taat hukum apabila ada yang melihat atau
mengawasi, dapat dikatakan bahwa kesadaran hukum masyarakat kita
masih rendah atau bahkan tidak ada kesadaran hukum dijaringan internet.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta


memberikan perlindungan kepada para webmaster atau blogger mengenai
isi dari websitenya atau pun blog yang telah diciptakan. Setiap konten dan
karya yang berwujud teks dalam sebuah website dilindungi oleh Undang-
Undang, tentu saja konten yang dilindungi adalah konten yang original
hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan atau mengambil karya
milik orang lain.

Karya yang sering diambil, dijiplak dan dicontek adalah karya


tulisan, baik itu berupa artikel, opini, tulisan lepas atau pun tulisan-tulisan
lain yang sejenis. Karya-karya seperti ini sangat mudah untuk dicontek
maupun dijiplak, karena memang merupakan salah satu kemudahan yang
disajikan teknologi internet itu sendiri. Sebagian besar dan mungkin
hampir 90% karya tulisan di internet tidak terdaftar dan tidak terlindungi

l
Hak Ciptanya. Lalu bagaimana perlindungan hukum yang diberikan
negara Indonesia kepada para penulis dan pencipta karya tulisan yang
disajikan didunia maya (internet)? Dalam hal ini Undang-Undang Hak
Cipta berperan penting dalam pemberian perlindungan.

Berbicara mengenai perlindungan hak cipta, tentu saja kita harus


mengetahui mengenai pengertian Hak Cipta, selama ini kita merujuk pada
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak cipta ;
“Hak Cipta merupakan Hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak
cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul
secara otomatis setelah ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang undangan yang berlaku “

Sedangkan definisi pengumuman dan perbanyakan menurut


Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah ;
“Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat
apapun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apapun
sehingga Ciptaan dapat dibaca, didengar dan dilihat oleh orang lain“
“Perbanyakan adalah menambah jumlah suatu ciptaan, baik secara
keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan
bahan bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan
secara permanen dan temporer “

Sehubungan dengan hak-hak pencipta untuk mengumumkan dan


memperbanyak ciptaannya, terdapat beberapa hak untuk melakukan
perwujudannya yang berupa ;

1. Hak untuk mengumumkan, yang berarti pencipta atau pemegang Hak


Cipta berhak mengumumkan kepada publik,

2. Hak untuk mengumumkan dengan cara memperbanyak lagu yang


direkam kepada publik secara komersial,

li
3. Hak untuk menyiarkan suatu ciptaan dibidang seni atau sastra atau
ilmu pengetahuan dalam bentuk karya suara, dengan menggunakan
transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui gelombang
elektromagnetik,
4. Hak untuk memberi ijin atau melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya menyewakan ciptaan karya program komputer yang
bersifat komersil. (Tim Lindsley,2002:177)

Dari rumusan diatas dapat dilihat suatu karya cipta identik dengan
pengumuman (publikasi) dan perbanyakan atas karya tersebut, apabila
telah memenuhi prosedur diumumkan dan dan disebarluaskan kepada
publik dalam bentuk-bentuk tertentu, dan bentuk publikasi tersebut dapat
digandakan dan diperbanyak, maka suatu karya cipta telah diakui hak
ciptanya. Artinya jika suatu karya cipta belum dilakukan pengumuman
atau publikasi kepada masyarakat dan belum dilakukan perbanyakan maka
hak cipta itu belum diakui sebab sebab belum ada yang mengumumkan
atau belum diketahui penciptanya. Demikian juga dengan karya cipta
tulisan yang ada dalam jaringan internet.

Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang


Hak Cipta, menyebutkan bahwa ;
Ayat 1,
”Jika suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaannya itu belum
diterbitkan, negara memegang Hak Cipta atas ciptaan tersebut untuk
kepentingan penciptanya.”
Ayat 3,
“Jika suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui siapa
penciptanya dan atau penerbitnya, negara memegang hak cipta atas
ciptaannya tersebut untuk kepentingan pencipta”
Pengertian belum diterbitkan dapat kita pahami sebagai belum dilahirkan,
belum ada, belum diumumkan atau dipublikasikan. Karya tulisan yang ada
dalam internet sebagian ada yang tidak diketahui penulisnya, meskipun
demikian apabila tidak ada penciptanya apakah karya tulisan tersebut

lii
bebas untuk dibajak (dicontek dan ditiru)? Mengacu pada Pasal 11 diatas,
hak cipta tetap ada namun pemegang hak ciptanya adalah negara.

Hal tersebut diatas berkaitan dengan pembatasan mengenai


siapakah yang dapat disebut sebagai pencipta, hal ini dapat dilihat dalam
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak cipta
yang berbunyi ;
“Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai pencipta adalah
1. orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada
Direktorat Jendral Hak Cipta, atau
2. orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan sebagai
Pencipta dalam Ciptaan“

Untuk karya cipta yang sering muncul di internet misalnya karya


lagu, software, fotografi, dan lain-lain yang sudah didaftarkan di
Direktorat Jenderal Hak Cipta mempunyai kekuatan hukum karena telah
terdaftar, lalu bagaimana dengan karya cipta tulisan, artikel, penelitian,
dan yang sejenis. Kemudian apakah para penulis lepas dan artikel di
internet secara beramai-ramai harus mendaftarkan karyanya? Tentu saja
tidak, sebab Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
juga telah memberikan perlindungan terhadap karya-karya tersebut.

Hal tersebut diatas dapat kita lihat dalam Pasal 35 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berbunyai ;

“Ketentuan tentang pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )


tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan hak cipta“
Dari Pasal diatas kemudian kita lihat kembali pada Pasal 2 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, ;
“Hak Cipta merupakan Hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak
cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul
secara otomatis setelah ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang undangan yang berlaku“
Artinya, pada hakekatnya hak cipta itu timbul setelah suatu karya cipta itu
dilahirkan.

liii
Menurut praktisi hukum Fandi Aditya ( penulis artikel dalam
PenulisLepas.com) secara doktrin suatu karya cipta merupakan buah
pikiran dari seorang pencipta, sehingga karya tersebut harus dilihat sebagai
suatu yang terikat pada penciptanya. Dapat diibaratkan seperti setiap sapi
yang melahirkan seekor anak sapi, maka anak sapi tersebut adalah
kepunyaan induknya, dalam konteks Hak Cipta anak sapi dianalogikan
sebagai karya ciptaan dan induk sapi dianalogikan sebagai penciptanya.
Hal tersebut menggambarkan betapa eratnya hubungan antara seorang
pencipta dengan karya ciptaannya. Sehingga perlindungan harus timbul
dengan sendirinya tanpa perlu ada intervensi dari pihak manapun termasuk
dari pemerintah.

Hak cipta harus dilihat seperti kita melihat hak untuk hidup. Hal ini
dapat menjadi suatu pemikiran yang logis, karena kita tidak perlu
mendaftarkan diri kepada pemerintah untuk mendapatkan perlindungan
dari ancaman pembunuhan. Kita memiliki hak untuk hidup bukan karena
kita memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk), sebagai bukti terdaftar kita
adalah warga negara indonesia. Namun karena hak untuk hidup melekat
pada diri kita pribadi sejak awal kita dilahirkan.

Sedangkan adanya suatu prinsip perlu diadakan pendaftaran


terhadap suatu karya cipta adalah untuk memudahkan pembuktian apabila
terjadi sengketa mengenai hak cipta. Dalam Undang-Undang Hak Cipta
Indonesia ketentuan mengenai pendaftaran hak cipta terdapat dalam Pasal
35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 40 Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa pendaftaran Hak Cipta


tersebut tidak mutlak diharuskan, karena tanpa pendaftaran pun Hak Cipta
tetap dilindungi. Namun apabila terjadi sengketa yang berkaitan dengan
Hak Cipta yang tidak didaftarkan tersebut akan menjadi sulit dalam

liv
pembuktian Hak Ciptanya. Selain itu pencipta atau pemegang Hak Cipta
mendapat kepastian hukum mengenai ciptaannya.

Dalam hukum ada dalil pembuktian yang berdasar pada Pasal 163
HIR (Herzien Inlandsch Reglement) yaitu ;
“Barang siapa, yang mengatakan ia mempunyai hak, atau ia menyebutkan
suatu perbuatan untuk menguatkan hak-haknya itu, atau untuk membantah
hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau
adanya kejadian itu”
Dari Pasal diatas kita mungkin akan langsung berfikir bahwa apabila kita
menyatakan suatu hak (dalam hal ini hak cipta) maka kita harus
membuktikan bahwa hak tersebut adalah hak kita. Namun sesungguhnya
tidak seperti itu, yang harus membuktikan adalah orang yang menyangkal
atau membantah hak tersebut (hak cipta kita). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa yang dibuktikan adalah perbuatan-perbuatan yang tidak disetujui
atau dibantah oleh para pihak.

Untuk lebih mudahnya maka dapat diliustrasikan sebagai berikut,


A menggugat B karena telah mencuri karya tulisannya dan menuntut
supaya karya tulisannya tersebut dikembalikan kepada A. Maka A tidak
perlu membuktikan bahwa karya tulisan tersebut adalah karya ciptanya,
apabila B membantah maka B harus membuktikan apa yang didalilkannya
tersebut. Kemudian apabila A membantah maka A juga harus
membuktikan Haknya tersebut dan membuktikan bahwa B pernah
bersentuhan secara langsung maupun secara tidak langsung dengan karya
tulisnya tersebut. Apabila A tidak dapat membuktikan B bisa
bersinggungan/berhubungan secara langsung maupun tidak langsung
dengan karya tulisnya maka, haklim akan mengambil konklusi bahwa A
memang pencipta, tapi karena A tidak berhasil membuktikan B pernah
bersinggungan secara langsung maka B dianggap mempunyai ide yang
hampir mirip atau bahkan sama dengan karya tulisan A. Dengan kata lain
gugatan A akan ditolak, dan B yang dimenangkan oleh Pengadilan.

lv
Terlebih lagi si B telah menerbitkan karya tulisnya tersebut diinternet yang
berarti telah mempublikasikan atau mengumumkan karyanya pada publik
(ImanBrotoseno.wordpress.com)

Kembali pada pokok masalah, sebuah karya cipta tulisan baik itu
artikel, tulisan lepas, maupun hasil penelitian yang dipublikasikan kedalam
internet sebenarnya mempunyai kekuatan hukum yang kuat. Banyak orang
berpendapat bahwa mempublikasikan suatu karya tulisan dalam internet
sangat rentan terhadap pembanjakan. Namun sebenarnya publikasi
diinternet merupakan suatu cara yang efektif untuk menghindari adanya
pembajakan dan atau penjiplakan.

Telah dijelaskan diatas bahwa hak cipta atas sebuah karya


berkaitan dengan pengumuman dan perbanyakan, pengertian pengumuman
dan perbanyakan juga telah diuraikan diatas. Jadi ada dua unsur agar
sebuah karya cipta diakui hak ciptanya, yaitu pengumuman dan
perbanyakan. Adanya sebuah karya cipta dalam hal ini karya tulisan yang
belum terdaftar pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (DitJen
HKI) di jaringan internet, sebenarnya telah memenuhi unsur pengumuman
dan perbanyakan seperti yang telah terkandung dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang berbunyi
demikian
”Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya…”

Penjelasannya, bahwa internet juga merupakan sebuah media


massa, setiap karya cipta dalam hal ini karya tulisan yang dimuat
dijaringan internet berarti telah dipublikasikan atau diumumkan kepada
masyarakat umum (publik). Kemudian suatu karya tulisan yang
dipublikasikan dijaringan internet juga memenuhi unsur perbanyakan, hal
tersebut dikarenakan sebuah karya tulisan yang hendak dipublikasikan
pasti sudah pernah mengalami perbanyakan (penggandaan jumlah). Selain

lvi
itu penciptanya pasti (walaupun tidak selalu) memiliki salinannya sebagai
arsip (back up). Oleh karena terpenuhi unsur-unsurnya maka sebuah karya
tulisan di jaringan internet telah diakui sebagai suatu karya yang
mempunyai hak cipta (dan hal tersebut harus diakui) sehingga terlindungi
oleh Undang-Undang Hak Cipta. Selain itu unsur publikasi juga
membantu dalam proses pembuktian, sebab dalam hukum acara perdata
ada dalil yang menyatakan ”sesuatu yang telah diketahui oleh umum tidak
perlu dibuktikan”, sehingga dapat melepaskan pencipta dari beban
pembuktian.

Lalu bagaimana jika yang mengambil adalah orang ”pintar”


mengambil hanya ide dan bagian yang penting saja. Bukankah apabila
yang diambil ide atau bagian terpenting dari sebuah tulisan sama dengan
mengambil nyawa dari tulisan itu sendiri. Sebuah ide memang mudah
untuk dicuri seperti kasus yang terjadi pada seorang blogger bernama Iman
Brotoseno, tulisan hasil karyanya yang diposting diblognya diambil,
disalin dan diubah bentuknya. Dan yang paling menyedihkan adalah
tulisan tersebut diterbitkan dalam bentuk buku dimana yang menyusunnya
adalah seorang yang berpendidikan tinggi, yang ditunjukan dengan gelar
master dibelakang namanya. Sungguh sebuah kejadian yang ironis, namun
itulah kenyataan yang terjadi di dunia internet, semua seakan-akan bebas
tanpa batas.

Dari hal tersebut dapat penulis ambil sebuah pemikiran. Bila ada
seseorang yang dengan sengaja mengambil/menjiplak garis besar atau ide
sebuah karya tulisan di internet, meskipun tidak dapat dituntut namun
pencipta awal tetap akan mempunyai kredit yang lebih dimata masyarakat
bandingkan dengan orang yang hanya meniru garis besarnya saja
(terinspirasi).

Kemudian berkaitan dengan pembuktian terhadap sebuah tulisan


yang telah dibajak/dicontek/dijiplak maka terlebih dahulu kita perlu

lvii
mengetahui apa saja yang dapat dijadikan sebagai alat bukti menurut HIR
Pasal 164 yaitu ;
” Maka yang disebut sebagai alat bukti, yaitu :
1. bukti dengan surat
2. bukti dengan saksi
3. persangkaan-persangkaan
4. pengakuan
5. sumpah ”
Bukti surat dalam kaidah hukum perdata merupakan alat bukti yang
terkuat. Dalam perkembangan hukum terkini surat elektronik dan tulisan
elektronik telah mulai diakui sebagai bagian dari ”bukti tertulis”.

Surat elektronik dan file digital merupakan sebuah data yang terdiri
dari source code yang dibuat oleh manusia. Segala data yang ada di
internet dapat diambil, disalin dan diubah sehingga menjadi lain dari
bentuk aslinya. Begitu juga dengan surat elektronik maupun file digital,
dapat dengan mudah tanggal ataupun isinya diubah. Sehingga apabila
dijadikan bukti, maka bukti-bukti tersebut diragukan kebenarannya dan
kemungkinan besar dapat dipalsukan.

Namun didunia internet ada sebuah data yang sangat sulit diubah
bentuknya, yaitu arsip milist. Arsip milist merupakan suatu data yang
tanggal dan creation datenya mengikuti penaggalan dan aturan dari server
milist ( misalnya yahoogroups atau googlegroups ), sehingga bisa menjadi
suatu bukti yang cukup kuat bagi pencipta yang tulisannya telah
dibajak/dijiplak melalui internet. Dengan syarat bahwa tulisannya tersebut
telah dipulikasikan dalam salah satu milist yang ada.

Selain bukti surat, untuk membuktikan sebuah karya tulisan yang


telah dibajak (dijiplak/dicontek) oleh orang lain. Dapat kita gunakan bukti
yang kedua, yaitu bukti saksi. Bukti saksi ini diperlukan agar dapat
memperkuat argumen dan bukti tertulis. Jadi pada saat meng-upload atau
mem-posting suatu karya tulisan, alangkah lebih baik jika disaksikan oleh
orang lain (bisa saudara, teman, sesama blogger atau bisa juga

lviii
webmasternya), dan sedapat mungkin agar orang lain mengetahuinya
(untuk mremenuhi unsur publikasi)

Masih ada satu cara lagi untuk membuktikan suatu karya tulisan
telah terjadi pembajakan (penjiplakan dan atau pencontekan). Menurut
seorang pakar hukum Deny Monoarfa (denymonoarfa.wordpress.com)
mengemukakan dalil untuk menghadapi pembajakan karya cipta tulisan di
internet, dalil tersebut dinamakan dalil Klaim. Dalil Klaim mensyaratkan
keberanian dan keyakinan untuk melakukan kalim terhadap sebuah karya
cipta yang telah dibajak.

Sebagai contoh misalnya, Sebagai contoh kasus misalkan ada


publikasi sebuah cerpen pada tahun 2000 oleh A, lalu lima tahun
kemudian muncul cerpen lain yang menjiplak karya tersebut oleh B.
Ketika A menggugat dengan menunjukkan bukti bahwa ia telah
mempublikasikan karya itu sejak tahun 2000, katakan misalnya B
menyanggah dengan mendalilkan bahwa ia menulis jauh sebelum tahun
2000, katakanlah di tahun 1995, tetapi tidak mempublikasikannya dan
baru mempublikasikan tahun 2005. Dalam alur logikan yang runut, kita
bisa mendudukkan persoalan berdasarkan klaim yang terjadi. Bila A bukan
pencipta asli, maka antara rentang tahun 1995-2000 ia harus mencontek
karya si B.

Ketika A mempublikasikan tahun 2000, dan kemudian muncul


versi B tahun 2005, dan A mengklaim dengan menunjukkan bukti
publikasi tahun 2000 maka yang menjadi pertanyaan, bila A memang
mencontek, mengapa si A berani mengklaim pemunculan versi B tahun
2005 itu? Darimana ia tahu bahwa B tidak pernah mempublikasikan karya
itu sebelumnya? (perlu diingat sebelum mengklaim ia tentunya tidak tahu
pernyataan B, bahwa B tidak mempublikasikannya sebelum tahun 2005)

Bila ia memang mencontek tahun 1995, tentu ia seharusnya


berpikir bahwa ada kemungkinan si B telah mempublikasikan karya

lix
sebelum publikasi yang dilakukannya tahun 2000. Keberanian mengklaim
akan menunjukkan bahwa A tahu persis tidak ada publikasi di internet
sebelum tahun 2000 (sebelum ia sendiri mempublikasikannya). Bagaimana
mungkin A bisa tahu persis tidak ada publikasi suatu materi di internet?
Searching via mesin pencari pun tidak pernah bisa memberikan data yang
valid, karena ada kemungkinan situs atau millist yang tidak dapat
ditembus oleh mesin pencari.

Secara logis, kita bisa merunut Mengapa A bisa yakin demikian?


Hanya ada satu jawaban, tentu karena memang ia yang menciptakan karya
itu dan mempublikasikannya sesegera mungkin setelah karya itu selesai

Di sini keberanian untuk mengklaim akan menjadi satu paparan


logis yang penting ketika masalah seperti ini dibawa dalam perdebatan
perkara. Memang bisa terjadi kemudian B membuat suatu publikasi palsu
dengan memalsukan tanggal publikasinya (katakanlah tahun 1999).
Namun hal ini tentu telah bertentangan dengan pernyataannya sendiri
bahwa ia tidak pernah mempublikasikan sebelumnya.

Penulis setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Deny Monoarfa


mengenai dalil Klaim, namun sebaiknya sebelum melakukan apa yang
disyaratkan oleh dalil Klaim sorang pencipta harus mempunyai bukti-bukti
yang kuat terlebih dahulu. Tidak hanya keberanian saja, hal tersebut sama
saja dengan maju perang bersenjatakan senapan tanpa amunisi (bunuh
diri). Bukti-bukti tersebut dapat menggunakan bukti surat dan bukti saksi
seperti yang telah penulis uraikan diatas.dengan demikian selain
keberanian, bukti-bukti yang kuat dan beralasan juga harus ada.

B. Pelanggaran-pelanggaran Hak cipta yang biasa dilakukan di Internet.

Perkembangan teknologi informasi yaitu internet, menimbulkan


dampak yang beragam dan meluas bagi masyarakat. dampak yang
ditimbulkan ada dampak negatif dan dampak positif. Dampak positifnya

lx
antara lain kecepatan informasi yang dibutuhkan, efisiensi waktu dan
biaya, selalu on-line 24 jam, tidak memerlukan izin dan tanpa batas.
Sehingga internet mempunyai suatu daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Dampak yang lain yaitu dampak negatif. Dampak negatif dari


internet adalah pelanggaran atau kejahatan internet (cybercrime)
diantaranya, penyebaran gambar-gambar seronok (pornography),
pembajakan terhadap karya cipta (cyberpiracy), pencurian nomor kartu
kredit (carding), dan pencurian atau pengambilalihan website/homepage
yang bukan miliknya (hacker). Tujuan atau motifnya ada berbagai macam,
misalnya pada pembajakan karya cipta, dalam hal ini mengambil
(download) lagu dari internet (berformat *.mp3), kemudian menyalinnya
kedalam CD (compact disk) dan dijual kepada masyarakat umum.
Perbuatan tersebut bermotif ekonomi, salah satunya adalah mencari
kentungan sebesar-besarnya, selain itu pelaku juga tidak membayar pajak
kepada negara.

Pelanggaran Hak Cipta dapat berupa perbuatan mengambil


mengutip, merekam, memperbanyak, dan mengumumkan ciptaan orang
lain, baik sebagian ataupun keseluruhan tanpa izin dari pencipta atau
pemegang Hak Cipta, yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor
19 tahun 2002 tentang Hak Cipta. Pelanggaran tersebut misalnya ;
1. Diperbolehkan mengutip atau mengambil karya ciptaan orang lain
tanpa menyebutkan sumber;
2. Menyalahgunakan izin pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk
tujuan komersil, seperti memfotocopy buku lalu menjualnya untuk
mendapatkan keuntungan;
3. Melampaui jumlah yang diizinkan dalam perjanjian (lisensi penerbitan
sebuah karya ciptaan).

Pelanggaran Hak Cipta yang dilakukan dapat dibedakan menjadi


dua jenis yaitu:

lxi
1. Mengambil atau mengutip sebagian ciptaan orang lain dan dimasukan
kedalam ciptaan yang kemudian diakui sebagai ciptaannya sendiri.
Perbuatan seperti ini disebut sebagai peniru, istilahnya adalah
”Plagiarism” dan pelakunya disebut sebagai plagiator. Hal ini
biasanya terjadi pada karya ciptaan yang berupa tulisan dan karya tulis
dalam bentuk notasi lagu.
2. Mengambil karya ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan
diumumkan seperti aslinya tanpa ada perubahan secara substansial
kemudian diperjual-belikan untuk memperoleh keuntungan.
Pelanggaran seperti ini disebut sebagai ”Pembajakan”. Pembajakan ini
dilakuan pada karya tulis buku, kaset, karya audio dan video.
Pembajakan ini biasanya berkaitan pula dengan pelanggaran pajak,
karena pembajak tidak mungkin membayar pajak atas barang bajakan.

Berdasarkan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002


tentang Hak Cipta, ada dua golongan pelaku kejahatan terhadap hak cipta
yaitu:
1. Pelaku utama, baik perseorangan ataupun badan hukum yang
melakukan pembajakan terhadap suatau karya cipta.
2. pelaku pembantu, yaitu penjual, pengedar dan yang menyewakan
barang hasil bajakan kepada masyarakat

Pelanggaran yang biasa terjadi terhadap suatu karya cipta yang ada
di jaringan internet disebut sebagai cyberpiracy (pembajakan didunia
maya). Pembajakan ini dilakukan dengan motif ekonomi yaitu untuk
mencari keuntungan. Selain itu barang hasil bajakan juga bebas dari pajak,
sehingga selain merugikan diri pribadi penciptanya juga negara dengan
kehilangan pendapatan dari pajak.

Pelanggaran hak cipta di jaringan internet antara lain adalah


sebagai berikut ;
1. Pembajakan program komputer atau software (piranti lunak).

lxii
Program komputer merupakan suatu karya cipta yang disusun
berdasarkan kode-kode binary (kode yang terdiri dari angka 1 dan
angka 0) yang kemudian oleh komputer angka 1 diintepretasikan
sebagai perintah ”Ya” dan angka 0 sebagai perintah ”tidak”. Baris dari
angka (perintah) tersebut kemudian kita kenal dengan software,
misalnya Microsoft Office.

Pembajakan yang terjadi pada software komputer biasanya


dilakukan dengan mengambil software (download) dari jaringan
internet dengan cara melakukan tehnik hacking terhadap situs penyedia
software. Kemudian setelah selesai melakukan download, proses
selanjutnya program tersebut dipasang (diInstal) kedalam komputer.
Sebuah software biasanya hanya dapat digunakan dalam satu komputer
sebab sebuah software dilengkapi dengan proteksi yang disebut
sebagai serial number. Serial number tersebut berguna untuk
mencegah penggandaan penggunaan software. Setelah software
tersebut terpasang, dengan keahlian seorang programmer (orang yang
ahli dalam program komputer) dilakukan modifikasi (cracking) dengan
tujuan agar dapat dipasang pada komputer lain.

Modifikasi yang dilakukan terhadap sebuah software tentu saja


menyalahi aturan dalam Undang-Undang Hak Cipta. Sebab hal
tersebut bertentangan dengan hak moral yaitu mengenai perubahan
terhadap suatu karya ciptaan. Sehingga perbuatan tersebut digolongkan
dalam suatu pelanggaran dan atau kejahatan Hak Cipta.

Tidak hanya berhenti pada masalah modifikasi software saja.


Setelah software tersebut dimodifikasi, pembajak biasanya menyalin
hasil ”karya” tersebut dalam sebuah CD yang bertujuan agar agar
mudah dalam penyebaranya. Hal ini tentu saja melanggar ketentuan
dalam Undang-Undang Hak Cipta mengenai ketentuan perbanyakan
suatu karya cipta.

lxiii
Masih belum selesai rantai pembajakan ini, setelah
penggandaan tersebut dilakukan pembajak kemudian menjual hasil
bajakannya tersebut kepada orang lain, tentu saja dengan bayaran yang
mahal namun lebih murah dari software yang asli. Dengan begitu
pembajak mendapat keuntungan dari penjualan software bajakan
tersebut. Hal tersebut sangat bertentangan dengan Undang-Undang
Hak Cipta.

Apabila masih mungkin, setelah penjualan software ada sebuah


kejahatan lagi yang dapat dilakukan yaitu pembeli software hasil
bajakan tersebut menyewakan software bajakan dirental persewaan CD
program komputer dan mendapatkan keuntungan dari pernuatannya
itu. Sungguh suatu mata rantai yang luar biasa, pelanggaran hak cipta
dilakukan sampai beberapa kali, mulai dari awal hingga akhir.

Solusi yang dapat diberikan adalah membasmi pembajakan dari


akarnya, yaitu pada proses download program komputer. Dalam proses
ini sebenarnya pengguna (user) diharuskan membayar sejumlah uang
sebagai biaya pembelian software (lisensi). Namun dengan kepandaian
seorang user (biasa disebut hacker) dapat menembus sistem keamanan
(firewall) dari sebuah website yang telah dilindungi dengan password
yang telah dienskripsi, maka dengan mudahnya software tersebut dapat
didownload tanpa harus membayar sedikitpun. Dengan demikian
langkah yang dapat diambil adalah mengubah sistem keamanan sebuah
website, baik itu mengubah sistem keamanan ataupun menambah
sistem keamanan dengan campur tangan pihak ketiga.

Solusi yang lain adalah melakukan razia kepada rental-rental


yang menyewakan ataupun menjual CD program komputer, kemudian
memberikan sanksi yang berat dan tegas. Sebab selama ini berdasarkan
pengalaman penulis, para pemilik rental yang tertangkap hanya
dikenakan sanksi dan denda yang sangat ringan, sanksi yang diberikan

lxiv
hanya penutupan sementara tempat usaha rental sedangkan dendanya
hanya berkisar 5-8 juta rupiah. Tentu saja hal tersebut tidak akan
memberikan efek jera para pelaku.

Apabila diterapkan sanksi dan denda yang ada dalam Undang-


Undang Hak Cipta Pasal 72 ayat (2) dan (3) yang berbunyi demikian ;
Ayat 2,
”Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah)”
Ayat 3,
”Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak
penggunaan untuk kepentingan komersil suatu program komputer
dipidana dengan dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)”
Dalam Pasal ini sanksi dan denda yang diberikan cukup besar yaitu
pidana penjara paling lama 5 tahun dan atau denda paling banyak
limaratus juta rupiah. Apabila sanksi dan denda yang tercantum dalam
Pasal ini diterapkan separuhnya saja, penulis yakin pembajakan
software akan mengalami penurunan yang signifikan.

2. Plagiarism (pembajakan karya tulisan)


Suatu karya tulisan (teks) yang dipublikasikan pada jaringan
internet sangat rawan dengan pembajakan. Pembajakan yang dimaksud
sebenarnya lebih cocok disebut sebagai mencontek atau meniru
(plagiarism), dan orang yang melakukan perbuatan tersebut disebut
sebgai Plagiat.

Seorang plagiat biasanya mencari bahan-bahan yang


dibutuhkan dijaringan internet, hal tersebut disebabkan karena
pencarian dijaringan internet dapat dilakukan via search engine (mesin
pencari), misalnya google search, yahoo search, msn search atau pun

lxv
mesin pencari lain yang tersebar di jaringan internet. Hanya dengan
mengetik dan memasukan kata kunci judul ataupun subyek, maka
hanya dalam beberapa detik, ratusan bahkan ribuan artikel, opini,
skripsi, tesis, makalah, dan segala karya tulisan yang ada di jaringan
internet yang sesuai dengan kata kunci subyek atau judul yang telah
kita ketikan dalam search engine akan muncul dilayar monitor.

Perbuatan mencontek atau meniru suatu karya tulisan biasanya


dilakukan dengan motif untuk mencari kemudahan. Biasanya
dilakukan oleh para kalangan akademisi, dapat berupa siswa sekolah
atau pun para mahasiswa yang sedang membuat suatu tugas, paper,
makalah, karya tulis, atau skripsi, namun tidak menampik juga ada
yang berasal dari kalangan praktisi dan pengajar. Mereka tidak
melakukan tehnik kutipan, para pelaku biasanya menelan mentah-
mentah suatu tulisan di internet tanpa berpikir (karena malas), sebab
tujuannya untuk mencari kemudahan.

Jelas berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta perbuatan


tersebut merupakan suatu pelanggaran yang digolongkan pada suatu
kejahatan terhadap hak cipta. Dan ironisnya, mereka tidak mengetahui
bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah suatu kejahatan yang
dapat dihukum penjara dan denda seperti yang tercantum dalam Pasal
72 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Hak Cipta ;
Ayat1,
“Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 49 ayat (1)
dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pindana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).”
Ayat 2,
”Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud

lxvi
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).”

Pelanggaran lain yang bersifat komersil misalnya, mencari data


dan file baik itu berupa artikel, opini, makalah, skripsi, tesis, ataupun
karya tulisan lain yang kemudian dijual kepada orang lain sehingga
mendapatkan keuntungan. Pelanggaran lain yang sejenis, yaitu
seseorang yang mengutip sebagian atau bahkan mengambil seluruh
tulisan kemudian dibuat dalam sebuah buku yang diterbikan kemudian
dijual kepada masyarakat tanpa menyebutkan sumber ataupun
mencantumkan nama penulisnya (imanbrotoseno.wordpress.com).
Pelanggaran semacam ini biasanya dilakukan oleh kalangan praktisi
dan pengajar, sebenarnya mereka mengetahui perbuatan tersebut
adalah pelanggaran tapi dengan sikap tidak peduli mereka tetap
melakukannya. Perbuatan tersebut dapat juga di jerat dengan Pasal 72
ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Hak Cipta seperti tertera diatas.

Saat ini didunia digital telah lahir sebuah sistem keamanan dan
perlindungan yang baru meskipun belum terlalu sempurna. Sebuah
software yang cara kerjanya adalah dengan menolak atau menghalangi
seseorang untuk menyalin (copy) baik itu tulisan, gambar ataupun
suara/lagu dari sebuah website. Ketidak sempurnaanya adalah sebuah
halaman website masih bisa disalin (copy) oleh para user namun harus
secara keseluruhan dari halaman website tersebut. Sehingga seseorang
yang hendak membajak suatu karya tulisan di jaringan internet paling
tidak harus menulis/mengetik kembali data yang dicarinya tidak hanya
sekedar copy paste saja.

3. Pemampatan Lagu

Suatu karya cipta lagu agar dapat berada dalam dunia maya
(internet) harus diubah formatnya menjadi format digital. Format lagu
yang biasa digunakan dalam internet disebut sebagai Motion Picture

lxvii
Experts Group-1 Audio Layer-3 (MPEG-1 Audio Layer-3) atau biasa
disebut dengan MP3. Format MP3 ini merupakan format lagu yang
mempunyai Bitrate 128 khz 44 Khz dengan besar filenya antara 4-5
MB (Megabyte).

Sedangkan suatu karya cipta lagu dalam format digital yang


dikeluarkan oleh perusahaan rekaman adalah berjenis Compact Disk –
Digital Audio (CD-DA) yang mempunyai Bitrate 1411,2 Kbps 44 Khz
dengan besarnya file antara 40-60 MB (megabyte). Dari hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa telah terjadi konversi format file sebuah lagu
dari format CD-DA menjadi format MP3 atau dapat juga disebut
sebagai pemampatan sebuah file lagu sehingga menjadi lebih kecil dari
ukuran sebenarnya.

Perbuatan mengkonversi sebuah file lagu dalam format CD-DA


menjadi format MP3 disebut sebagai Ripping. Perbuatan ini
menggunakan CD asli dari perusahaan rekaman yang kemudian
dengan seperangkat komputer format asli dari lagu tersebut diubah.
Perbuatan ini bertujuan untuk untuk memperkecil ukuran suatu lagu
(dalam satuan byte), sehingga mudah dalam pendistribusiaannya baik
dalam jaringan internet maupun dalam kehidupan nyata. Akibat yang
ditimbulkan dari perbuatan tersebut (ripping) adalah kualitas suara dari
lagu menjadi turun atau menjadi lebih jelek dari aslinya, sebab bitrate
yang menjadi ukuran kualitas sebuah lagu dalam format digital telah
diturunkan.

Perbuatan seperti ini tentu saja melanggar Undang-Undang


Hak Cipta, khususnya pada hak moral dari pencipta. Sebab hal tersebut
merusak hasil karya cipta atau menurunkan kualitas dari ciptaan
sehingga mengurangi apresiasi dan reputasi dari pencipta. Dan hal
tersebut jelas tercantum dalam Pasal 72 ayat (6) Undang-Undang Hak
Cipta yang dengan ancaman pidana penjara maksimal 2 tahun dan atau

lxviii
denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).

Selain itu perbuatan pelanggaran lain yang telah menjadi


rahasia umum adalah penjualan lagu dalam format MP3. Pertama,
perbuatan tersebut dilakukan dengan mendownload lagu-lagu dalam
format MP3, kemudian lagu-lagu tersebut disalin dalam sebuah CD,
apabila sebuah lagu dalam format CD-DA disalin dalam sebuah CD
dengan kapasitas 700 MB, biasanya hanya memuat 12-14 lagu. Namun
dengan format MP3 sebuah CD berkapasitas 700 MB dapat memuat
hingga 120 lagu. Kedua, lagu-lagu tersebut dijual kepada masyarakat
umum dengan harga yang sangat murah (± Rp.8000). Dengan cara
seperti itu pelaku perbuatan ini mendapat keuntungan dari
perbuatannya tersebut.

Dalam Undang-Undang Hak Cipta perbuatan tersebut


tercantum dalam Pasal 72 ayat (2), dengan ancaman pidana penjara
paling lama 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

Jalan keluar dari permasalahan ini adalah perbaikan pada


sarana kontrol teknologi agar jangan terjadi pembajakan lagu. Hal ini
diawali dengan pembaharuan sarana kontrol teknologi pada compact
disk (CD). Dengan adanya perbaikan tersebut maka diharapkan lagu
yang telah ada dalam sebuah CD merupakan file yang berjenis read-
only atau hanya dapat dibaca saja tanpa dapat dicopy ataupun diubah
isinya.

Solusi yang lain adalah razia kepada para penjual CD MP3.


Razia dilakukan baik yang berdagang dipinggir-pinggir jalan maupun
terhadap pedagang yang berjualan ditoko-toko. Dengan adanya
penangkapan maupun pemberian sanksi dan denda, maka diharapkan
para pedagang jera terhadap perbuatannya tersebut dan polisi dapat

lxix
mengembang penyelidikan mengenai pelaku atau penyuplai CD MP3
bajakan tersebut.

4. Pelanggaran Hak Cipta Potret

Sebuah potret juga menjadi sasaran dari para pembajak di


dunia maya (internet). Potret atas diri seseorang atau pun potret atas
sebuah benda mempunyai arti seni dan keindahan sehingga dilindungi
Hak Ciptanya. Hak cipta atas potret dilindungi dengan Pasal 19 dan
Pasal 20 Undang-Undang Hak Cipta.

Pelanggaran hak cipta atas sebuah potert biasanya terjadi pada


foto atau potret artis dan public figure. Foto ataupun potret mereka
diambil secara diam-diam pada saat melakukan kegiatan sehari-hari
oleh para fotografer (istilahnya paparazi), kemudian di sebarkan lewat
jaringan internet ataupun menjualnya kepada majalah dan media massa
yang lain yang menginginkan fotonya.

Dijaringan internet sebuah foto/potret hampir tidak mempunyai


Hak Cipta. Sebab sebuah foto/potret sangat mudah dalam
pendistribusiannya. Untuk mencari foto/potret seorang artis hanya
dengan mengetikan nama artis atau public figure yang diinginkan
kedalam search engine semisal google search ataupun yahoo search.,
maka ratusan foto/potret yang kita inginkan sudah ada dilayar
komputer.

Selain itu seseorang yang ahli dengan pengolahan fotografi


secara digital, dapat merubah bentuk ataupun isi dari suatu foto/potret.
Perbuatannya antara lain, mengganti latar belakang foto, mengganti
obyek yang dipotret, mengubah kualitas dan dimensi dari sebuah foto
atau potret. Pelanggaran yang lain, misalnya mengganti wajah atau pun
tubuh seorang artis atau public figure dengan tubuh yang berpose
erotis atau porno. Perbuatan tersebut dapat lakukan dengan bantuan

lxx
software komputer seperti Adobe Photshop CS, ACDSEE, Corel Draw
ataupun aplikasi editing foto yang lain.

Perbuatan seperti ini tentu saja sangat merugikan terhadap


orang yang bersangkutan. Perbuatan ini sesuai dengan yang tercantum
dalam Pasal 72 ayat (5) yang berbunyi ;
”Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal
49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah).”

Solusi yang dapat diberikan adalah menindak secara tegas para


fotografer yang secara diam-diam mengambil foto/potret para artis
ataupun public figure. Atau dapat juga memberi sanksi yang tegas
kepada majalah atau media massa yang telah membeli foto hasil
”curian” tersebut. Selain itu dari para artis atau public figure (dapat
juga pemegang Hak Cipta potret) yang mengetahui bahwa
foto/potretnya telah beredar tanpa ijin ataupun telah diubah harus
proaktif, sebab dengan adanya aduan dari pemegang Hak Cipta maka
akan ada penindakan dari pihak yang berwajib.

Dengan demikian ada empat karya cipta yang Hak Ciptanya


sering dilanggar oleh para user. Meskipun pelanggaran tersebut
dilakukan atau terjadi di jaringan internet, namun efek dari
pelanggaran tersebut terasa hingga dikehidupan nyata. Pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi benar-benar membuat pencipta atau
pemegang Hak Cipta menderita kerugian. Kerugian yang diderita tidak
hanya kerugian materiil namun juga kerugian immateriil. Pencipta atau
pemegang Hak Cipta tidak mendapatkan royalti yang seharusnya
dibayarkan, selain itu nama dan reputasi pencipta menjadi menurun
atau bahkan rusak, karena kualitas karya ciptaannya yang dibajak juga
telah diturunkan (lagu dalam format MP3).

lxxi
Pemerintah juga dirugikan terkait dengan hasil bajakan yang
telah diedarkan dan diperdagangkan namun tidak membayar pajak,
dengan demikian pemerintah tidak mendapatkan pemasukan atau
pendapatan dari sektor pajak, dimana pendapatan tersebut digunakan
untuk seluruh masyarakat Indonesia. Dari hal tersebut dapat dilihat
sebagaimana besar efek dari pembajakan, pembajakan tidak hanya
merugikan individu pencipta atau pemegang Hak Cipta, namun juga
Pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Oleh sebab itulah perlindungan Hak Cipta di jaringan internet


mutlak harus dilakukan dan segera diterapkan. Meskipun masalah
pelanggaran Hak Cipta di jaringan internet merupakan hal baru namun
kita sudah mempunyai Undang-Undang Hak Cipta yang dapat
dipergunakan sebagai senjata untuk melawan pembajakan di jarimgam
internet, walaupun tidak efektif dan maksimal.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan dan uraian mengenai perlindungan hukum Hak Cipta di
internet dalam bab yang ke tiga, penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut, :

1. Perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 19


Tahun 2002 tentang Hak Cipta terhadap suatu karya ciptaan masih
dapat menjangkau di jaringan internet, meskipun tidak memberikan
pengaturan secara khusus tentang permasalahan pelanggaran Hak
Cipta yang terjadi dijaringan internet. Utamanya karya cipta tulisan
yang ada dijaringan internet dimana sebagian besar karya tulisan
tersebut tidak terdaftar di Ditjen HKI. Dasar yang dapat dipergunakan
adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

lxxii
Pasal 2 ayat (1) dengan unsur Pengumuman dan Perbanyakan, dan
Pasal 34 ayat (4) dengan substansi bahwa pendaftaran Hak Cipta
bukanlah suatu kewajiban. Pembuktian terhadap karya tulisan yang
telah di bajak (dicontek dan ditiru) dapat menggunakan Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan Pasal
163 HIR serta metode dalil klaim yang telah dikemukakan oleh
praktisi hukum Deny Monoarfa. Namun demikian Undang-Undang
Hak Cipta adalah Undang-Undang yang dibuat dan diperuntukan
mengatur dikehidupan nyata bukan diperuntukan di dijaringan internet,
sehingga apabila digunakan dalam dunia maya (internet) akan
mengurangi fungsinya atau tidak dapat berlaku sebagaimana mestinya.

2. Pelanggaran-pelanggaran yang sering terjadi di jaringan internet


terutama terhadap Hak Cipta (cyberpirate) adalah sebagai berikut ;
a. Pembajakan program komputer atau software (piranti lunak),
pembajakan software merupakan kejahatan terhadap Hak Moral,
sebab melakukan perubahan terhadap suatu karya cipta milik orang
lain . Kejahatan lainnya antara lain merusak sarana kontrol digital,
memperbanyak software tanpa ijin, dan kemudian menjualnya
untuk mendapat keuntungan pribadi.
b. Plagiarism (pembajakan karya tulisan), pelanggaran ini merupakan
pelanggaran yang paling banyak terjadi. Mulai dari pelajar,
mahasiswa, praktisi, sampai dengan pengajar pernah
melakukannya. Pelanggaran ini sebenarnya tidak perlu terjadi
apabila orang yang mempergunakan karya tulisan orang lain
mengindahkan etika pengutipan dan atau doktrin fair use yaitu
mencantumkan sumber dan nama penulisnya. Jenis dari
pelanggaran ini cukup kompleks, mulai dari pengutipan tanpa
menyebutkan sumber dan nama pencipta, pencontekan suatu

lxxiii
tulisan yang diterbitkan dalam buku untuk kemudian dijual demi
mendapatkan keuntungan pribadi.
c. Pemampatan Lagu, pengubahan format lagu atau konversi format
lagu digital yang dari penerbit berformat compact disk-digital
audio (CD-DA) kemudian diubah menjadi format MPEG-1 Audio
Layer-3 (MP3) merupakan suatu bentuk pelanggaran. Hal tersebut
bertentangan dengan hak moral, yaitu hanya penciptanya saja yang
dapat mengubah suatu ciptaan, selain itu pemampatan lagu juga
berdampak langsung terhadap reputasi dari pencipta.
d. Pelanggaran Hak Cipta Potret, merupakan jenis content yang
paling sering ada dalam sebuah website. Yang menjadi perhatian
adalah apabila potret dari seseorang yang ada dijaringan internet
diambil (download) seseorang yang tidak berhak. Hal tersebut
sudah merupakan pelanggaran, kemudian dengan kecanggihan
software yang ada potret tersebut dimanipulasi, misalnya badan
diganti dengan foto bugil namun kepalanya tetap asli. Hal ini selain
membuat orang yang difoto dilecehkan, juga membuat fotografer
kehilangan reputasinya, sebab oarang tidak mau lagi difoto oleh
fotografer tersebut.
B. Saran
Melihat perkembangan teknologi informasi, terutama internet dan segala
bentuk pelanggaran yang terjadi, maka saran yang dapat penulis berikan
adalah sebagai berikut :
1. Bagi para blogger tidak perlu takut apabila hendak memposting karya
tulisannya di jaringan internet, sebab Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta masih mampu melindungi karya cipta
tulisan di jaringan internet. Agar perlindungannya lebih terjamin,
dalam setiap tulisan hendaknya dicantumkan identitas asli, atau paling
tidak identitas yang dapat membuktikan identitas sebenarnya penulis.
Selain itu dicantumkan pula disclaimmer yang menyatakan bahwa

lxxiv
artikel, opini ataupun karya tulisan yang ada mempunyai Hak Cipta
yang dilindungi oleh undang-undang.
2. Bagi para blogger yang mengetahui karyanya telah dibajak, hendaknya
berani melakukan klaim atau perlawanan terhadap orang yang telah
membajak karyanya. Cara dan langkahnya seperti yang penulis tulis
dalam bab III skripsi ini.
3. Perlu adanya dibentuk sebuah Undang-Undang baru yang khusus
melindungi Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) di jaringan internet
meliputi seluruh komponen HaKI baik itu Hak Cipta maupun Hak atas
Kekayaan Industri.
4. Mengadakan penyuluhan dan penerangan sebagai sarana untuk
membentuk kesadaran hukum masyarakat terhadap arti penting Hak
atas Kekayaan Intelektual.
5. Mempersiapkan aparat penegak hukum yang khusus dibekali dengan
kemampuan dan keahlian dibidang cyber, yang tugas utamanya
menangani kasus cyberpiracy.

Abdulkadir Muhammad. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Atas Kekayaan


Intelektual. Bandung : Citra Aditya bandung.

__________. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Abdul Wahid. 1995. Kejahatan Mayantara (cybercrime). Bandung : PT. Refika


Aditama.

Andi Hamzah. 1993. Hukum Pidana yang Berkaitan Dengan Komputer. Jakarta :
Sinar Grafika.

lxxv
Assafa Endeshaw. 2007. Hukum E-Commerce dan Internet Dengan Fokus di Asia
Pasifik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agus Raharjo. 2002. Cybercrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan


Berteknologi. PT. Citra Adiya Bakti : Bandung.

Budi Agus Riswandi. 2003. Hukum dan Internet di Indonesia.Yogyakarta : UII


Press.

C.S.T. Kansil. 1989. Pengantar Ilmu hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.

David L Bainbridge. 1993. Komputer dan Hukum. Jakarta : Sinar Grafika.

Didik M. Aris Mansur dan Elisataris Gultom. 2005. Cyber Law. Bandung : PT.
Rafika Aditama.

Eddy Damian. 2004. Hukum Hak Cipta. Bandung : Alumni.

H.B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.

H. OK. Saidin. 2004. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar.
Bandung: Alumni.

Heru Supraptomo. 1996. Hukum dan Komputer. Bandung : Alumni

Johny Ibrahim. 2006. Teori dan metodologi penelitian hukum normatif. Malang:
Banyumedia Publishing.

Jan Smith. 1991. Komputer Suatu Tantangan Baru dibidang Hukum. Surabaya :
Airlangga University Press.

Ledeng Marpaung. 1995. Tindak Pidana Terhadap Hak atas Kekayaan


Intelektual. Sinar Grafika : Jakarta.

Lexy J. Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Sentosa Sembiring. 2004. Hukum Dagang. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Soerjono Soekanto.1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UII Press.

Soedjono Dirdjosisworo. 2000. Hukum Perusahaan Mengenai Hak Atas


Kekayaan Intelektual. Bandung : Mandar Maju.

lxxvi
Rachmadi Usman. 2003. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual. Bandung :
Alumni.

Tim Lindsley. 2002. Hak atas Kekayaan Intelektual.Bandung: Alumni.

Tim PPH. 2007. Buku Pedoman Penulisan Hukum. Surakarta: UNS Press.

Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1995. Kamus


Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Bali Pustaka.

Widyopramono. 1992. Tindak Pidana Hak Cipta. Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan dan Perundang-undangan


Herzien Inlandsch Reglement (HIR)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1989 tentang Karya Ciptaan Untuk
Kepentingan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Pengembangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi.
Peraturan Menteri Kehakiman Nomor M.01.HC.03.01 Tahun 1987 tentang
Pendaftaran Hak cipta.

Internet
Denymonoarfa.wordpress.com
ImanBrotoseno.wordpress.com
http://bima.ipb.ac.id/~haki/home.php?kiri=Hak%20Cipta
http://anggara.org/2008/01/02/hak-cipta-atas-karya-tulisan-dalam-blog/
http://home.indo.net.id/~hirasps/haki/General/2006/tugas_HaKi.doc
http://panmohamadfaiz.com/2007/02/07/penelitian-hukum-fair-dealing-dan-fair-
use-pada-uu-hak-cipta/
http://www.suarapembaruan.com/News/1996/09/050996/OpEd/cipta/cipta.html
http://www.copyright.gov/title17/92chap1.html#106

lxxvii
http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/02/tgl/20/time/
150647/idnews/897152/idkanal/399
http://www.inovasi.lipi.go.id/hki/copyright/copyright.php
http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?kd_sup=1&date=2008-05-07
http://yulian.firdaus.or.id/2005/03/06/hak-cipta-dan-hak-paten
www.cyberlaw.ikht.org/arsip/hukum telematika.htm
www.hukumonline.com/hakCipta/artikel/pertanyaan.htm
www.kezia.web.id
www.kompas.com
www.legalitas.com/transaksielektronikdiindonesia.html
www.legalitas.com/hakciptaversusteknologiptop.html
www.penulislepas.com/plagiatism.htm
www.wikipedia.com/def/hak_cipta.htm

lxxviii
TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN HAK CIPTA
DI INTERNET MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG
HAK CIPTA

Penulisan Hukum
(Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk


Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
ANDRY FAJAR YUNANTO
NIM. E 0004086

FAKULTAS HUKUM

lxxix
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2008

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN HAK CIPTA


DI INTERNET MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA

Disusun oleh :
ANDRY FAJAR YUNANTO
NIM. E 0004086

Disetujui untuk Dipertahankan


Dosen Pembimbing

lxxx
HERNAWAN HADI, S.H., M.Hum.
NIP. 131 571 620

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)


TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN HAK CIPTA
DI INTERNET MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA

Disusun oleh :
ANDRY FAJAR YUNANTO
NIM. E 0004086

Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
pada :
Hari :
Tanggal :

TIM PENGUJI
1. AMBAR BUDHI S, S.H., M.Hum : ________________________
Ketua
2. DIANA TANTRI, S.H., M.Hum. : ________________________
Sekretaris
3. HERNAWAN HADI, S.H., M.Hum. : ________________________
Anggota

Mengetahui,
Dekan,

lxxxi
Mohammad Jamin, S.H., M.Hum.
NIP. 131 570 154

lxxxii
ABSTRAK

Andry Fajar Yunanto, 2008. TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN HAK


CIPTA DI INTERNET MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN
2002 TENTANG HAK CIPTA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui dan menjawab


permasalahan mengenai kekuatan perlindungan hukum yang diberikan oleh
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta kepada para pencipta,
khususnya pencipta atau penulis dari karya cipta berwujud tulisan yang berada di
jaringan internet, disertai dengan cara pembuktian terhadap karya cipta tulisan
yang telah di bajak (dicontek dan ditiru) dan berbagai macam bentuk pelanggaran
terhadap hak cipta yang sering terjadi di jaringan internet disertai dengan
solusinya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian doktrinal atau normatif yang
bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Sumber data yang dipergunakan adalah sumber
data primer dan sumber data sekunder. Data dikumpulkan dengan tehnik kuisioner
dan tehnik studi kepustakaan. Teknik analisis data dengan menggunakan tehnik
analisis data yang bersifat content analysis.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta masih mampu memberikan perlindungan terhadap
karya cipta di jaringan internet, terutama karya cipta yang berupa karya tulisan.
Perlindungan yang diberikan belum berjalan secara maksimal, sesuai dengan
peruntukan Undang-Undang Hak Cipta tersebut. Pembuktian terhadap karya cipta
tulisan yang telah dibajak terbatas pada dua hal yaitu pembuktian dengan
metadata dan dengan dalil klaim yang disertai dengan saksi. Pelanggaran yang
sering terjadi terhadap Hak Cipta di jaringan internet ada empat macam, yaitu
pembajakan software, plagiarism, pemampatan lagu, dan pelanggaran hak cipta
potret. Berdasarkan kuisioner yang telah disebar dapat diambil kesimpulan
bahwapelanggaran disebabkan karena ketidaktahuan user pada hukum dan
kebiasaan yang telah membudaya dalam masyarakat.
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta tidak perlu diubah, yang perlu dilakukan yaitu
membentuk sebuah Undang-Undang baru yang khusus melindungi Hak atas
Kekayaan Intelektual (HaKI) dijaringan internet, tidak hanya hak cipta saja tetapi
juga meliputi seluruh komponen HaKI baik itu Hak Cipta maupun Hak atas
Kekayaan Industri. Implikasi praktisnya adalah memberikan masukan, pengertian
dan pengetahuan kepada masyarakat pengguna internet pada umumnya dan
khususnya kepada para pencipta atau penulis karya cipta tulisan (blogger,
webmaster, dan server provider) bahwa dijaringan internet hukum masih tetap
berlaku dan memberikan perlindungan terhadap karya cipta tulisan dijaringan
internet.
84

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan kasih dan karuniaNya dengan tiada batas, sehingga
Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini dengan judul ”
TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI INTERNET
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG
HAK CIPTA ”. Penulisan Hukum (Skripsi) ini merupakan salah satu syarat
dalam mencapai gelar sarjana di bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam Penulisan Hukum (Skripsi) ini, tak lepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Ambar Budhi S, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata
3. Bapak Hernawan Hadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing.
4. Ibu Zeni Lutfiah, S.Ag., M.Ag., selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bekal pengetahuan selama Penulis menutut ilmu.
6. Orang tua Penulis, yaitu Bapak Budi Santosa, Ibu Kun Puji Lestari dan Budhe
Jinten yang tidak henti-hentinya mendoakan keberhasilan Penulis, membiayai,
mendidik, dan menjadikan Penulis manusia berilmu dan beriman.
7. Adik Candra dan seluruh keluarga yang selalu mendukung Penulis.
8. Etika Kurniasih (Gembul) yang telah banyak membantu Penulis, menemani
Penulis dalam kondisi dan situasi apapun, memberikan dukungan moril dan
perhatian bagi Penulis.
9. Mas Jokowi, Deta, Tasya dan Sisilia yang selalu mendoakan dan memberi
dorongan spiritual kepada penulis.

84
85

10. Pak Harno, Budiman dan Tigor yang selalu menemani dalam mencari data dan
segala sumber bahan skripsi ini.
11. Prastiwi, Mitha, Ristha, Kingkin, Yulies , Cahyo, dan Diego atas dukungan
dan semangat yang telah kalian berikan.
12. Temen-temen di sekretariat PMK, Novilia, Rio, Anjar, Maya, Ara, Nancy,
Dwi cilik, Adit, Mas Teguh, dan temen-temen lainnya. Terimakasih atas
perhatian dan bantuannya selama ini.
13. Teman-teman dikampus Damas, Bastian, Kempris, Asror, Triset, Erika, Neni,
Samsul, Aan, Arif, Anjar, Andika, Machfud, Babun, Erika, Dhustine, Rita,
Adi bujel, Adi Sutet, Mahendra, Joseph, Himawari, Yoga, Syarief, dan temen-
temen lain angkatan 2004 yang banyak memberi masukan dan berjuang
bersama Penulis dari awal penyusunan skripsi
14. Semua pihak yang telah memberi bantuan kepada Penulis yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum (Skripsi) ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun.

Akhirnya Penulis berharap Penulisan Hukum (Skripsi) ini dapat


bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2008
Penulis

Andry Fajar Yunanto


NIM. E 0004086

DAFTAR ISI

85
86

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
E. Metode Penelitian ................................................................ 6
F. Sistematika Skripsi .............................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Teori .................................................................... 12
1. Tinjauan Mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual ........... 12
a. Pengertian Hak atas Kekayaan Intelektual .............. 12
b. Pengelompokan Hak atas Kekayaan Intelektual...... 13
c. Pengertian atas cabang-cabang Hak atas
Kekayaan Intelektual ............................................... 14
2. Tinjauan Mengenai Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta ..................................... 20
........................................................................................
a. Sejarah Pengaturan Hak Cipta.................................. 20
b. Pengertian Hak Cipta................................................ 22
c. Hak Terkait dengan Hak Cipta................................. 23

86
87

d. Karya-karya yang dilindungi Hak Ciptanya di


Indonesia.................................................................. 26
e. Pendaftaran dan Pemegang Hak Cipta.................... 27
f. Pengalihan Pencipta................................................. 30
g. Hak Moral................................................................ 30
h. Jangka Waktu Pemilikan Hak Cipta........................ 31
i. Pendaftaran Hak Cipta............................................. 32
3. Tinjauan Mengenai Internet................................................. 34
a. Sejarah Internet........................................................ 34
b. Pengertian internet................................................... 37
c. Keuntungan dan kelebihan Internet......................... 38
B. Kerangka Pemikiran ............................................................ 40

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Perlindungan Hak Cipta Terhadap Karya Tulisan di
Internet Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta ............................................................... 43
B. Pelanggaran-pelanggaran yang sering Terjadi Terhadap
Hak Cipta di Jaringan Internet dan Solusinya...................... 62

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan .............................................................................. 73
B. Saran .................................................................................... 75
Daftar Pustaka ............................................................................................. 78
Lampiran ..................................................................................................... 81

87
88

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran...................................................................... 42

88

Anda mungkin juga menyukai