Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PELANGGARAN ITE TENTANG PELANGGARAN HAK CIPTA / HAKI”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Teknologi Informasi dan
Komunikasi

DISUSUN OLEH:

1. IMRAN SHODIQIN
2. RIKA
3. VIONA MONICA
4. ISRAHMI
5. VIFI AGUSTINA
6. FARHAN FAKHRUROZI SALIM

DOSEN PENGAMPU :
Santi Nurul Fianti, M.Kom

PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA 2 B


JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
T.A 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala, Pencipta


Alam Semesta, Penguasa seluruh yang ada di langit dan di bumi, Tempat memohon
para makhluk, Sumber segala Ilmu, yang telah memberikan Karunia, Rahmat dan
Hidayahnya kepada kami, sehingga makalah tentang “Pelanggaran ITE tentang
pelanggaran hak cipta / HAKI” ini dapat selesai. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Ibuk Santi Nurul Fianti, M.Kom selaku Dosen Mata Kuliah ini.

Sebagaimana halnya manusia biasa yang masih dalam tahapan proses belajar,
maka tidak menutup kemungkinan setiap aktifitas kita akan selalu ada kekurangan
dan kelalaian, begitu pula dengan makalah yang kami tulis ini. Oleh karena itu kami
selalu mengharapkan tegur sapa dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan
makalah berikutnya.

Bengkalis, 27 februari 2024

2
BAB I

PENDAHULUAAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, keberadaan hak cipta


menjadi semakin krusial untuk melindungi kekayaan intelektual dan mendorong
inovasi. Pada tahun 2014, Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai landasan hukum yang menyeluruh
untuk mengatur hak dan kewajiban terkait dengan karya intelektual.

Dalam konteks ini, hak cipta bukan hanya sekadar perlindungan hukum bagi
pencipta, tetapi juga sebuah upaya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
berkembangnya kegiatan kreatif dan inovatif di berbagai sektor. Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 mengakui bahwa hak cipta tidak hanya terbatas pada karya
seni tradisional, tetapi juga mencakup karya-karya digital, audio, dan visual yang
semakin mendominasi ranah kreativitas modern.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, kebijakan hak cipta juga


dihadapkan pada tantangan baru, termasuk pembajakan digital dan penggunaan
karya tanpa izin. Oleh karena itu, Undang-Undang Hak Cipta ini tidak hanya
menciptakan kerangka hukum untuk memberikan hak eksklusif kepada pencipta,
tetapi juga menetapkan aturan yang mengatur penggunaan dan perlindungan
terhadap karya intelektual tersebut.

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan secara mendalam Undang-Undang


Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, menggali aspek-aspek kunci yang
melibatkan perlindungan hak cipta, pembatasan penggunaan karya, serta sanksi
yang diberlakukan terhadap pelanggaran hak cipta. Dengan pemahaman yang lebih
mendalam tentang undang-undang ini, diharapkan masyarakat dapat lebih

3
menghargai dan melibatkan diri dalam menciptakan dan menggunakan karya
intelektual dengan penuh rasa tanggung jawab.

1.2. Rumusan Masalah


1. Pengertian Pelangaran Hak Cipta / HAKI
2. Bagaimana perkembangan konsep hak cipta dalam Undang-Undang tersebut,
khususnya seiring dengan evolusi teknologi informasi?
3. Apa saja aspek-aspek kunci yang terkait dengan perlindungan hak cipta,
pembatasan penggunaan karya, dan sanksi terhadap pelanggaran hak cipta
menurut Undang-Undang tersebut?
4. Bagaimana Undang-Undang Hak Cipta mengatasi tantangan baru yang
muncul dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, seperti
pembajakan digital dan penggunaan karya tanpa izin?

1.3. Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui Pengertian Pelangaran Hak Cipta / HAKI
2. Untuk mengetahui perkembangan konsep hak cipta dalam Undang-Undang
tersebut, khususnya seiring dengan evolusi teknologi informasi?
3. Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek kunci yang terkait dengan
perlindungan hak cipta, pembatasan penggunaan karya, dan sanksi terhadap
pelanggaran hak cipta menurut Undang-Undang tersebut?
4. Untuk mengetahui bagaimana Undang-Undang Hak Cipta mengatasi
tantangan baru yang muncul dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi
informasi, seperti pembajakan digital dan penggunaan karya tanpa izin?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta: Merupakan
landasan utama yang mengatur hak dan kewajiban terkait dengan hak cipta di
Indonesia. Undang-Undang ini memberikan dasar hukum untuk perlindungan
hak cipta, pembatasan penggunaan karya, dan sanksi terhadap pelanggaran
hak cipta.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE): Mengatur aspek-aspek hukum terkait dengan
informasi dan transaksi elektronik, termasuk perlindungan hak cipta dalam
lingkup teknologi informasi.
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUC):
Meskipun telah digantikan oleh UU Hak Cipta 2014, UU ini masih
memberikan dasar hukum untuk sejumlah ketentuan terkait hak cipta.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Periklanan (PP 59/2015): Menjelaskan persyaratan
dan sanksi dalam kegiatan periklanan yang dapat melibatkan hak cipta.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perdagangan Melalui


Sistem Elektronik (PP 20/2016): Mengatur perdagangan elektronik yang
dapat melibatkan hak cipta.
2.2. Pengertian Pelanggaran Hak Cipta / HAKI

Pelanggaran hak cipta, yang umumnya dikenal sebagai pembajakan,


merupakan suatu tindakan yang terjadi ketika materi yang masih dilindungi hak
cipta digunakan tanpa seizin pencipta atau pemegang haknya. Tindakan pelanggaran
ini melibatkan sejumlah kegiatan, seperti menggandakan, mereproduksi,

5
mendistribusikan, menampilkan, atau memamerkan ciptaan tanpa izin resmi dari
pemegang hak cipta.

Hak cipta, pada dasarnya, adalah hak eksklusif yang secara otomatis muncul
bagi pencipta setelah karyanya diwujudkan dalam bentuk nyata. Fungsi utama hak
cipta adalah melindungi karya yang telah diciptakan dan memberikan hak eksklusif
kepada pencipta, baik dari segi moral maupun ekonomi. Cakupan hak cipta
melibatkan berbagai jenis karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, seperti
buku, program komputer, musik, seni rupa, arsitektur, dan lainnya.

Dalam menghadapi pelanggaran hak cipta, penting untuk memahami bahwa


proses hukum dapat dijalankan sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta yang
berlaku. Perlindungan hukum terhadap hak cipta bertujuan untuk mencegah dan
menghukum pelanggaran tersebut, dengan maksud menjaga integritas karya
intelektual dan memberikan penghargaan yang layak kepada para pencipta.

Dalam Mendalami Pelanggaran Hak Cipta:

• Nature Pelanggaran Hak Cipta: Pelanggaran hak cipta dapat memiliki


berbagai bentuk, seperti reproduksi tanpa izin, distribusi ilegal, atau
penggunaan karya tanpa persetujuan pencipta.
• Dampak Pelanggaran: Pelanggaran hak cipta tidak hanya merugikan
pemegang hak, tetapi juga dapat merugikan industri kreatif secara
keseluruhan. Hal ini dapat menghambat inovasi dan mengurangi insentif
bagi pencipta.
• Perlindungan Hukum: Undang-Undang Hak Cipta memberikan dasar
hukum untuk menangani pelanggaran hak cipta. Prosedur hukum
melibatkan pengajuan gugatan, penentuan ganti rugi, dan sanksi hukum
lainnya.

6
• Hak Moral dan Ekonomi: Perlindungan hak cipta tidak hanya terkait
dengan aspek ekonomi, tetapi juga hak moral pencipta. Ini mencakup hak
untuk diakui sebagai pencipta dan hak untuk melindungi integritas karya.

• Upaya Penegakan: Selain upaya hukum, penegakan hak cipta juga dapat
melibatkan kampanye penyuluhan masyarakat, kerjasama antarinstansi,
dan pengembangan teknologi untuk mendeteksi pelanggaran secara lebih
efektif.

Melalui pemahaman mendalam terhadap pelanggaran hak cipta, masyarakat


dapat lebih menghargai dan menghormati karya intelektual, menciptakan
lingkungan yang mendukung perkembangan industri kreatif, serta memberikan
apresiasi yang setimpal kepada para pencipta.

2.3. Perkembangan konsep hak cipta dalam Undang-Undang.

Perkembangan konsep hak cipta dalam Undang-Undang, khususnya dalam


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, mencerminkan adaptasi
terhadap perubahan zaman, perkembangan teknologi, dan kebutuhan masyarakat
kreatif. Dalam menjelaskan perkembangan konsep hak cipta yang tercantum dalam
Undang-Undang Hak Cipta tahun 2014, beberapa aspek utama dapat diidentifikasi
sebagai bagian integral dari evolusi regulasi tersebut. Pertama, pengakuan terhadap
karya modern menjadi poin krusial dalam undang-undang tersebut. Secara tegas,
disebutkan bahwa hak cipta tidak hanya berlaku untuk karya seni tradisional,
melainkan juga merangkul karya-karya digital, audio, dan visual yang semakin
mendominasi dalam ranah kreativitas modern. Hal ini menunjukkan respons positif
terhadap pergeseran tren dalam menciptakan dan memanfaatkan karya intelektual di
era kontemporer.

Pembaruan ketentuan teknologi menjadi aspek kedua yang mencerminkan


ketanggapan Undang-Undang Hak Cipta terhadap kemajuan era digital. Dalam
pembaruan ini, terdapat penyesuaian aturan terkait teknologi informasi, sehingga
konsep hak cipta dapat selaras dengan perubahan zaman. Perubahan ini mencakup

7
pengaturan hak dan kewajiban dalam penggunaan karya-karya digital, distribusi
online, dan perlindungan pencipta dalam konteks teknologi informasi yang terus
berkembang.

Pentingnya hak moral dan ekonomi sebagai aspek ketiga mencerminkan


perhatian yang lebih kuat terhadap nilai spiritual dan etis dari karya cipta. Hak
moral, seperti hak untuk diakui sebagai pencipta, menjadi fokus yang lebih
diperkuat dalam perlindungan hak cipta. Ini menegaskan bahwa hak cipta tidak
hanya melibatkan aspek ekonomi, tetapi juga menyangkut integritas dan pengakuan
pencipta terhadap karyanya.

Perkembangan konsep hak cipta dalam Undang-Undang juga membuka


peluang perlindungan yang lebih baik terhadap karya-karya interdisipliner, yang
seringkali mencakup elemen-elemen dari berbagai bidang kreatif. Hal ini menjadi
bagian keempat dari evolusi konsep hak cipta, di mana undang-undang mencoba
mengakomodasi kompleksitas karya yang melibatkan seni, sastra, dan teknologi
secara bersamaan.

Terakhir, penyesuaian terhadap tantangan baru seperti pembajakan digital dan


penggunaan karya tanpa izin menjadi fokus utama dalam pengembangan
undangundang ini. Undang-Undang Hak Cipta berusaha memberikan landasan
hukum yang efektif untuk merespons dan menyelesaikan konflik hak cipta di era
modern, menjadikannya sebagai aspek kelima dalam perkembangan konsep hak
cipta. Dengan demikian, undang-undang ini tidak hanya menjadi instrumen hukum,
tetapi juga alat adaptasi terhadap dinamika masyarakat kreatif dan teknologi
informasi yang terus berkembang.

Perkembangan konsep hak cipta dalam Undang-Undang mencerminkan


semangat untuk menciptakan kerangka hukum yang dinamis, yang tidak hanya
mengakomodasi perkembangan teknologi, tetapi juga mempertahankan nilai dan
prinsip hak cipta dalam mendukung keberlanjutan ekosistem kreatif.

2.4. Aspek-aspek kunci perlindungan hak cipta.

8
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta di
Indonesia, terdapat beberapa aspek kunci yang menentukan perlindungan hak cipta.
Aspek-aspek ini mencakup berbagai hal yang melibatkan hak dan kewajiban terkait
karya intelektual. Berikut adalah beberapa aspek kunci perlindungan hak cipta:

• Hak Eksklusif Pencipta: Undang-Undang memberikan hak eksklusif


kepada pencipta untuk menggandakan, menyalin, mendistribusikan, dan
memamerkan karyanya. Ini berarti bahwa orang lain tidak dapat
menggunakan karya tersebut tanpa izin atau persetujuan dari pemegang
hak.
• Hak Moral Pencipta: Perlindungan hak cipta tidak hanya melibatkan aspek
ekonomi, tetapi juga hak moral pencipta. Ini mencakup hak untuk diakui
sebagai pencipta dan hak untuk melindungi integritas karya. Hak moral
menegaskan nilai spiritual dan etis dari penciptaan karya.
• Hak Cipta Terhadap Karya Modern: Undang-Undang mengakui bahwa
hak cipta tidak hanya berlaku untuk karya seni tradisional, melainkan juga
mencakup karya-karya modern seperti digital, audio, dan visual. Ini
mencerminkan respons terhadap perkembangan tren dalam menciptakan
dan menggunakan karya intelektual.
• Perlindungan Terhadap Karya Interdisipliner: Undang-Undang
memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap karya-karya
interdisipliner yang melibatkan elemen-elemen dari berbagai bidang
kreatif, seperti seni, sastra, dan teknologi.
• Perlindungan terhadap Pembajakan Digital: Undang-Undang berusaha
menanggapi tantangan baru dalam era digital, seperti pembajakan digital.
Ini mencakup ketentuan-ketentuan yang melarang penggunaan karya tanpa
izin dan memberikan dasar hukum untuk menindak pelanggaran hak cipta.
• Pengaturan Teknologi Informasi: Terdapat ketentuan-ketentuan yang
diperbarui terkait dengan teknologi informasi. Ini mencakup regulasi

9
terkait hak dan kewajiban dalam penggunaan karya-karya digital,
distribusi online, dan perlindungan terhadap pencipta dalam konteks
teknologi informasi.

• Hak Pengguna dalam Batas Wajar: Meskipun hak eksklusif diberikan


kepada pencipta, undang-undang juga mengakui hak pengguna untuk
menggunakan karya tersebut dalam batas yang wajar. Ini mencakup
penggunaan untuk tujuan pendidikan, penelitian, kritik, dan ulasan.
2.5. Penanganan Tantangan Baru

Dalam menghadapi tantangan baru di era globalisasi dan kemajuan teknologi


informasi, Undang-Undang Hak Cipta Indonesia, yang terwujud dalam
UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014, secara progresif menanggapi permasalahan
seperti pembajakan digital dan penggunaan karya tanpa izin. Ketentuan dalam
undang-undang ini membentuk landasan hukum yang kokoh untuk melindungi hak
cipta dan menjaga integritas karya intelektual.

Pertama-tama, undang-undang menetapkan larangan yang jelas terhadap


pembajakan digital. Melibatkan tindakan seperti penggandaan, penyebaran, atau
penggunaan karya tanpa izin resmi dari pemegang hak cipta, pembajakan digital
dianggap sebagai pelanggaran hak eksklusif pemegang hak.

Selanjutnya, hak eksklusif pemegang hak cipta ditegaskan, memberikan


mereka kontrol penuh terhadap reproduksi, distribusi, dan pameran karya mereka.
Pembajakan digital dianggap sebagai pelanggaran hak eksklusif ini, dan undang-
undang memberikan sanksi serta hukuman sebagai bentuk perlindungan hukum bagi
pemegang hak cipta.

Prosedur penyelesaian sengketa yang diatur dalam undang-undang


memberikan jalan bagi pemegang hak cipta untuk menyelesaikan sengketa dengan
pihak yang melakukan pelanggaran melalui mediasi atau pengajuan gugatan hukum.

10
Selain itu, undang-undang memberikan perlindungan terhadap penggunaan
karya tanpa izin. Pemegang hak cipta dapat mengambil tindakan hukum untuk
melindungi haknya dan menuntut ganti rugi atas penggunaan tanpa izin.

Sanksi dan hukuman, termasuk denda dan pidana, terdapat dalam undang-
undang sebagai bentuk tekanan tambahan untuk mencegah pelanggaran hak cipta.
Pengakuan hak moral dan ekonomi pencipta memberikan dasar yang kuat untuk
melindungi integritas karya dan memberikan hak pengakuan kepada pencipta.

Dengan mengintegrasikan ketentuan-ketentuan ini, Undang-Undang Hak


Cipta menciptakan kerangka hukum yang efektif dalam menanggapi tantangan
pembajakan digital dan penggunaan karya tanpa izin, sehingga memberikan

perlindungan yang kuat bagi hak-hak pencipta di era digital yang terus berkembang.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam menghadapi era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi,


UndangUndang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 di Indonesia muncul sebagai
landasan hukum yang menyeluruh dan responsif terhadap tantangan baru, terutama
terkait pembajakan digital dan penggunaan karya tanpa izin. Undang-Undang ini
menetapkan kerangka hukum yang mencakup hak eksklusif pemegang hak cipta,
perlindungan terhadap karya modern, dan penanganan tindakan pelanggaran hak
cipta.

Pentingnya hak moral dan ekonomi pencipta juga diakui sebagai elemen
integral dalam melindungi integritas karya intelektual. Pengakuan hak terhadap
karya interdisipliner dan penyesuaian terhadap perubahan tren kreativitas
mencerminkan komitmen untuk mendukung inovasi di berbagai sektor.

B. Saran

Untuk meningkatkan efektivitas Undang-Undang Hak Cipta di era digital,


diperlukan penguatan edukasi masyarakat, melibatkan pemegang hak cipta dan
pelaku industri kreatif. Kerja sama aktif dengan platform digital perlu ditingkatkan
untuk meningkatkan deteksi pelanggaran hak cipta. Inovasi teknologi perlindungan,
seperti watermarking dan enkripsi, menjadi kunci dalam mencegah penggunaan
karya tanpa izin. Revisi berkala Undang-Undang Hak Cipta diperlukan untuk
menjawab perkembangan teknologi, dan kolaborasi internasional menjadi penting
untuk menguatkan perlindungan hak cipta secara global. Dengan langkah-langkah
ini, diharapkan undang-undang tetap relevan dan responsif terhadap tantangan era
digital.

12
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu, mohon di berikan
sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami
paragraf.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel "Implementasi Hak Cipta dalam Perdagangan Elektronik" di Jurnal


Cakrawala
Bisnis
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/download/
12 76/1048
Artikel "Perlindungan Hukum terhadap Hak Cipta dalam Perdagangan Melalui
Sistem
Elektronik" di Jurnal Kerthasemaya
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/download/
41736/23 56

13
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik (PP 20/2016)
Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Periklanan (PP 59/2015)
Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Periklanan. https://peraturan.bpk.go.id/Details/38690
Sumber informasi tambahan dapat ditemukan di artikel Wikipedia mengenai
Pelanggaran hak cipta dalam bahasa Indonesia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelanggaran_hak_cipta
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE)

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUC)

14

Anda mungkin juga menyukai