Anda di halaman 1dari 7

Nama : Wahidatul Karomatil Khasanah

NIM : 190710101251

Kelas : Hak atas Kekayaan Intelektual (B)

ESSAY PENGATURAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DI


INDONESIA PADA ERA DIGITALISASI

Pendahuluan
Berkembangnya teknologi yang sangat masif di era sekarang ini menimbulkan
dampak yang cukup signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Berkembangnya teknologi yang diwujudkan dengan munculnya teknologi internet
mengantarkan peradaban manusia ke era serba digital. Era digitalisasi seakan menjadi
tempat tanpa batas bagi seluruh manusia untuk menuangkan hasil kreatifitas dan
kemampuannya, hal tersebut tentunya berdampak pada eksistensi pengaturan terhadap
perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia 1. Perlu diketahui Hak atas
Kekayaan Intelektual merupakan hak atas suatu karya cipta, baik karya seni, teknologi
atau buah pikiran manusia. Kata “intelektual” tercermin bahwa obyek kekayaan
intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (The
Creations of the Human Mind). Hak atas Kekayaan Inteletual merupakan hak eksklusif
yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara
sederhana Hak atas Kekayaan Intelektual mencakup hak cipta, hak paten dan hak
merek2.
Di era digitalisasi segala aktivitas manusia dapat dilakukan dengan mudah hanya
dengan memanfaatkan teknologi internet. Hampir sebagian masyarakat Indonesia sudah
barang tentu menggunakan internet sebagai penunjang aktivitas nya entah digunakan
sebagai media promosi maupun pencarian informasi mengenai berbagai hal di dunia. Di
era sekarang semua aspek kehidupan sudah ditunjang secara digital bahkan sudah
dimanfaatkan sebagai media promosi karya oleh sebagian pihak. Karya-karya tersebut
pada umumnya di promosikan melalui media website atau media di jejaring sosial yang
1
Sartika Nanda Lestari, “Perlindungan Hak Moral Pencipta di Era Digital di Indonesia”, Diponegoro
Private Law Review, vol.4, no.3, hlm.1.
2
Munsharif Abdul Chalim, “Pengaruh Perkembangan IPTEK Terhadap Permasalahan HAKI”, Jurnal
Dinamika Hukum, hlm. 47.
mana memudahkan penyampaian informasi kepada khalayak umum. Namun, maraknya
pemasangan website di internet tidak selamanya menunjukan dampak baik untuk tujuan
komersial maupun non komersial, hal tersebut ternyata membuka peluang terhadap
pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual. Realitas pelanggaran ditunjukan dengan
kemudahan untuk memproduksi, mengalih wujudkan, mereflikasi data, memodifikasi
data serta mendistribusikan data. Upaya memodifikasi data terkadang sangat sulit
dibedakan dengan data yang aslinya. Tentu jika hal tersebut dibiarkan terus menerus,
maka dapat menimbulkan keresahan khususnya bagi kreator atau pemegang hak cipta
baik secara moral maupun secara ekonomi 3. Hak ekonomi sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah hak pencipta untuk memperoleh
manfaat ekonomi dari karya ciptanya.
Tantangan perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual di era digitalisasi juga
diakibatkan adanya suatu paham di sebagian kalangan masyarakat bahwa karya-karya
digital di internet hakikatnya merupakan hak publik, dimana publik berhak untuk
mendapatkan itu serta dapat memanfaatkan nya secara pribadi. Publik berprasangka
bahwa hal tersebut menjadi wajar untuk dimanfaatkan, karena pada dasarnya mereka
tidak mengetahui secara pasti terkait hak cipta dan hak kekayaan intelektual orang lain.
Berdasarkan realitas-realitas ini, maka sesungguhnya menjadi suatu tantangan bagi
kalangan hukum dan ahli teknologi untuk menemukan solusi perlindungan hukum pada
karya-karya tersebut. Karena adanya media teknologi internet, pencipta secara sadar
dapat memanfaatkanya untuk menunjukan karya-karya nya. Maka, tidaklah salah
apabila pencipta yang notabenenya menjadikan teknologi digital untuk memperoleh
pengakuan serta penghormatan dari masyarakat4. Dengan karakteristik era digital seperti
sekarang dengan berbagai tantangan tentunya memerlukan pengaturan guna
memberikan perlindungan hak terhadap seseorang atas segala hasil karya dan kreatifitas
nya. Esensi yang terpenting dari setiap bagian Hak Kekayaan Intelektual adalah adanya
suatu ciptaan yang memerlukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
dibarengi dengan upaya pengaturan terhadap perlindungan hukum nya.

Pembahasan

3
Handy Awaludin Prandika, “Analisa Perlindungan Hak Cipta di Jaringan Internet”, Lex Privatum,
vol.3, no.1, hlm. 50.
4
Ibid, hlm. 51.
Hak atas Kekayaan Intelektual atau Intellectual Property rights adalah hak yang
bersifat eksklusif (khusus) yang dimilki oleh para pencipta atau penemu sebagai hasil
aktivitas intelektual dan kreatifitas yang bersifat khas dan baru 5. Hasil karya intelektual
tersebut dalam praktek dapat berwujud ciptaan di bidang seni, sastra, merek, penemuan
di bidang teknologi tertentu dan lain sebagainya. Bersifat eksklusif dimana hak tersebut
hanya diberikan kepada pemilik atau pemegang hak yang dalam waktu tertentu
mempunyai hak untuk mengumumkan, memperbanyak, mengedarkan karyanya atau
memberi persetujuan kepada pihak lain, diantaranya berupa izin dalam bentuk lisensi
atau pengalihan dan termasuk untuk melarang pihak lain untuk menggunakan,
memperbanyak dan/atau mengumumkan hasil karya intelektual tersebut6.
Kemajuan teknologi saat ini mendorong adanya pergeseran cara kerja
konvensional ke cara kerja modern. Adanya digitalisasi mendorong perkembangan
kemampuan intelektual manusia, salah satunya alih informasi dengan cara yang jauh
lebih mudah dan sederhana. Namun, tentunya kemudahan tersebut juga turut
mendorong penggunanya untuk melindungi kekayaan intelektual di dalamnya. Trade
Related Aspects of Intelectual Property Rights membagi Hak Kekayaan Intelektual
menjadi dua bagian, yaitu hak cipta dan hak milik industri (merek, paten, desain
industri, desain tata letak sirkuit terpadu, dan rahasia dagang)7.
Di era digital seperti saat ini, tidak dapat dielakan bahwa pelanggaran terhadap
Hak atas Kekayaan Intelektual sangat rentan terjadi dan tidak menutup kemungkinan
juga berdampak pada hak ekonomi. Hak ekonomi sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah hak pencipta untuk memperoleh manfaat
ekonomi dari karya ciptanya. Manfaat ekonomi diartikan dengan lisensi, yaitu izin
tertulis yang diberikan oleh pemegang hak atau pemilik hak terkait kepada pihak lain
untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaanya dengan syarat tertentu. Selain lisensi
hak ekonomi dapat diperoleh dengan mekanisme royalti atau imbalan8.
Pengaturan perlindungan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual mempunyai
definisi sebagai suatu perlindungan hukum yang diberikan oleh negara kepada
seseorang atau sekelompok orang ataupun badan yang ide dan gagasannya telah
5
Iswi Hariyani, “Prosedur Mengurus HAKI Yang Benar”, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia,
2010), hlm. 16.
6
Sartika Nanda Lestari, “Perlindungan Hak Moral Pencipta di Era Digital di Indonesia”, Diponegoro
Private Law Review, vol.4, no.3, hlm.2.
7
Ibid.
8
Ibid, hlm. 7.
dituangkan ke dalam suatu karya cipta (berwujud). Karya cipta yang telah dituangkan
ke dalam bentuk suatu karya cipta (berwujud). Karya cipta yang telah berwujud tersebut
merupakan suatu hak individu atau kelompok yang dapat mempunyai nilai ekonomis
yang perlu dilindungi secara hukum, apabila suatu temuan atau inovasi tersebut
didafatarkan seseuai dengan persyaratan yang berlaku. Karya cipta yang berwujud
dalam cakupan kekayaan intelektual yang dapat didafatarkan untuk perlindungan
hukum yaitu seperti karya kesusastraan, artistik, ilmu pengetahuan (scientific),
pertunjukan, kaset, penyiaran audio visual, penemuan ilmiah, desain industri, merek
dagang, nama usaha, dan sebagainya. Hak atas Kekayaan Intelektual juga merupakan
suatu hak kekayaan yang berada dalam ruang lingkup kehidupan teknologi, ilmu
pengetahuan, seni maupun sastra. Pemilikannya bukan pada barangnya melainkan
terhadap hasil kemampuan intelektual manusianya. Jadi, Hak atas kekayaan inetelektual
melindungi pemakaian ide, gagasan dan informasi yang mempunyai nilai komersial atau
nilai ekonomi9.
Hak cipta sebagai hak atas kekayaan intelektual adalah hak alam dan menurut
prinsip ini bersifat absolut, dan dilindungi hak nya selama pencipta hidup dan beberapa
tahun setelahnya. Sebagai hak absolut, maka hak tersebut pada dasarnya dapat
dipertahankan terhadap siapapun, dan yang mempunyai hak tersebut dapat menuntut
tiap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak manapun. Dengan demikian, suatu hak
absolut mempunyai segi pasif, bahwa setiap orang terdapat kewajiban untuk
menghormati hak tersebut. Dari pengertian hak cipta yang diatur dalam Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 dapat diketahui bahwa hak cipta
merupakan hak eksklusif. Keberadaan hak eksklusif melekat erat kepada pencipta yang
merupakan kekuasaan pribadi atas ciptaan yangbersangkutan. Hak eksklusif pemegang
hak cipta dimaksudkan bahwa tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak tersebut,
kecuali dengan izin pencipta10.
Berikutnya perlindungan hukum terhadap hak merek di Indonesia saat ini diatur
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang merek dan indikasi geografis. Di
era perdagangan global, peranan merek sangat penting dalam menjaga persaingan usaha
yang sehat, perlindungan hukum terhadap merek dibutuhkan karena untuk menjamin
9
Fachruddin Razi, “Jenis dan Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual Yang di akui dan Dilindungi di
Indonesia”, Jurnal Lex Specialis, hlm. 12.
10
Irawati, “Digital Right Managements (Teknologi Pengaman) Dalam Perlindungan Terhadap Hak Cipta
di Era Digital “, Diponegoro Privat Law Review, vol.4, no.1, hlm. 384.
adanya kepastian hukum bagi para penemu merek, pemilik merek, atau pemegang hak
merek, untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan kejahatan atas hak merek sehingga
keadilan hukum dapat diberikan kepada pihak yang berhak, serta untuk memberi
manfaat kepada masyarakat agar lebih terdorong untuk membuat dan mengurus
pendaftaran merek uasaha mereka11. Selanjutnya, Pengaturan tentang Paten, telah diatur
di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten, Undang-Undang ini
diharapkan dapat meningkatkan pendaftaran paten di Indonesia sehingga mengurangi
adanya bentuk pelanggaran. Karena desain adalah bagian dari seni terapan maka dahulu
semua bentuk desain dilindungi dengan hak cipta, namun kini ada beberapa jenis desain
yang dilindungi dengan Undang-Undang Hak atas Kekayaan Intelektual khusus, desain
untuk produk industri saat ini dilindungi dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2000 tentang Desain Industri, sedangkan desain untuk produk elektronika berupa sirkuit
terpadu dilindungi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata
Letak dan Sirkuit Terpadu12.
Hak atas Kekayaan Intelektual di bidang rahasia dagang telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang rahasia dagang. Berdasarkan Pasal 1
rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan bisnis yang memilki nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
dijaga kerahasiaanya oleh pemilik rahasia dagang. Sedangkan yang dimaksud dengan
hak rahasia dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2000. Rahasia dagang sebagaimana hak atas kekayaan
intelektual lainnya dapat dipakai sendiri atau dilisensikan kepada pihak lain. Ruang
lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan bisnis yang memilki nilai
ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum13.
Perlindungan indikasi geografis merupakan hal baru dalam sistem perlindungan
Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia. Perlindungan hukum terhadap hak indikasi
geografis diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis. Indikasi geografis secara khusus diatur dalam Pasal 53 hingga Pasal
71. Kebutuhan akan perlindungan geografis di Indonesia merupakan hal yang sangat
11
Iswi Hariyani, “HAKI dan Warisan Budaya”, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2018), hlm.
115.
12
Ibid, hlm. 205.
13
Ibid, hlm.268.
penting mengingat Indonesia memilki potensi yang sangat besar dalam hal-hal produk
yang dapat dilindungi sebagai Indikasi geografis. Adanya sistem perlindungan indikasi
geografis akan memberikan banyak manfaat14.
Sudah menjadi kewajiban negara untuk mampu melindungi hasil karya atas
kekayaan intelektual terutama berbasis digital dengan melakukan penegakan hukum dan
perlindungan hukum terhadap pelaku pelanggaran. Kehadiran teknologi bukan berarti
merevolusi semua produk hukum yang berlaku saat ini. Aturan hukum juga harus
diterapkan secara tepat untuk memastikan bahwa teknologi digital yang terus
berkembang tidak merusak prinsip dasar Hak atas Kekayaan Intelektual.

Kesimpulan
Pengaturan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia telah diatur di
dalam beberapa peraturan Perundang-Undangan khusus. Aturan hukum yang telah
berlaku pada prinsipnya harus diterapkan dan dilaksanakan sebagaimana mestinya tanpa
tereduksi akibat adanya digitalisasi. Undang-Undang tersebut pada dasarnya telah
mengakomodir perkembangan teknologi di Indonesia, tetapi penegakan hukum yang
tegas untuk kasus yang berbasis teknologi digital perlu menjadi perhatian penting. Peran
pemerintah beserta aparat penegak hukum sangat diharapkan untuk menindak segala
bentuk pelanggaran terhadap Hak atas kekayaan intelektual yang terjadi di media
digital.

14
Iswi Hariyani, “HAKI dan Warisan Budaya”, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2018), hlm.
343.
DAFTAR PUSTAKA

Iswi Hariyani, HAKI dan Warisan Budaya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. 2018)

Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI Yang Benar, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Yustisia, 2010),

Lestari, Sartika Nanda. "Perlindungan Hak Moral Pencipta Di Era Digital Di


Indonesia." Diponegoro Private Law Review, vol. 4, no. 3 (2019).

Munsharif Abdul Chalim, Pengaruh Perkembangan IPTEK Terhadap Permasalahan


HAKI, Jurnal Dinamika Hukum, vol. 11, (2011)

Handy Awaludin Prandika, Analisa Perlindungan Hak Cipta di Jaringan Internet, Lex
Privatum, vo.3, no.1, (2015)

Razi, Fachruddin. Jenis Dan Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual Yang Diakui Dan
Dilindungi Di Indonesia. Jurnal Lex Specialis, vol.11 (2017).

Irawati, Digital Right Managements (Teknologi Pengaman) Dalam Perlindungan


Terhadap Hak Cipta Di Era Digital, Diponegoro Private Law Review , vol. 4,
no. 1 (2019).

Anda mungkin juga menyukai