Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Hak Kekayaan Intelektual

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang

semakin pesat, Intelectual Property Rights atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

juga bertransformasi menjadi salah satu bagian yang penting bagi perkembangan

perekonomian nasional maupun internasional. Hak Kekayaan Intelektual memiliki

kaitan yang sangat erat dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi serta Ekonomi. Hal

ini disebabkan karena Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang lahir dari

hasil kreativitas suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam

berbagai bentuk karya nyata yang memiliki manfaat serta berguna dalam

kehidupan manusia, yang artinya Hak Kekayaan Intelektual merupakan suatu

bentuk kekayaan bagi pemiliknya dan dari kepemilikan itulah seseorang

memperoleh keuntungan. Sehingga dengan hasil karya yang diciptakan itu

kemudian mempunyai peranan penting bagi sektor ekonomi, teknologi dan ilmu

pengetahuan.

Berbagai jenis informasi tentang kebijakan, peraturan, perkembangan

terkini tentang praktek dan perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual,

telah menjadi materi yang sangat diperlukan oleh berbagai kalangan masyarakat,

seperti para akademisi, kaum profesional, industri maupun pemerintah dalam

ruang lingkup nasional maupun internasional. HKI senantiasa bergerak mengikuti


dinamika perkembangan masyrakat, sehingga masyrakat mau tidak mau akan

bersinggungan dan terlibat secara langsung dengan masalah HKI. Hak atas

Kekayaan Intelektual adalah suatu hak yang timbul dari hasil olah fikir manusia

yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna bagi manusia.1 HKI

adalah terjemahan langsung dari istilah Intellectual property rights, sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 tentang pengesahan WTO

(Aggrement Establishing The World Trade) yang mempunyai arti hak atas

kekayaan dari kemampuan intelektual manusia yang memiliki hubungan dengan

hak seseorang secara pribadi (human rights). World Intellectual Property

Organization (WIPO) menyatakan hal ini sebagai kreasi pemikiran manusia yang

meliputi invensinya, karya sastra dan seni, simbol, nama, citra, dan desain yang

digunakan dalam perdagangan.2 Esesnsi dari setiap bidang HKI sesungguhnya

adalah adanya suatu ciptaan tertentu dalam bidang industri, bidang kesenian, dan

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada prinsipnya HKI berbeda dengan Hak Milik Kebendaan karena

sesungguhnya HKI bersifat tidak nyata sehingga tidak mudah hilang, tidak dapat

disita, serta lebih langgeng. HKI mengandung hak moral di mana nama pencipta

atau penemu tetap melekat bersama hasil ciptaan atau temuannya walaupun hak

tersebut telah dialihkan kepada pihak lain. Salah satu aspek lain dalam HKI selain

hak moral adalah hak ekonomis atau economic rights. Hak ekonomi merupakan

hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas kekayaan intelektual.


1
Syafrinaldi, Fahmi dam M. Abdi Almakstur, Hak Kekayaan Intelektual, (Pekanbaru:
Suska Press, 2008), Hal. 18
2
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globalisasi, Sebuah Kajian
Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), Hal. 1
HKI adalah hak privat di mana seorang pencipta / penemu bebas

mengajukan ataupun tidak mengajukan permohonan pendaftaran karya

intelektualnya. Sedangkan pemberian hak eksklusif kepada para pelaku HKI

(pencipta, penemu, pendesain dan sebagainya) dimaksudkan sebagai penghargaan

atas hasil karya kreativitisnya, sehingga orang lain dapat ikut terangsang untuk

mengembangkan lebih lanjut. Pengembangan HKI ditentukan melalui mekanisme

pasar yang sehat dan diarahkan untuk kemajuan masyarakat, oleh karenanya HKI

mengenal adanya pembatasan tertentu untuk melindungi kepentingan masyarakat.

Sistem HKI mendorong adanya sistem dokumentasi yang baik sehingga

dapat mencegah munculnya temuan atau ciptaan yang sama di kemudian hari.

Melalui dokumentasi HKI yang baik inilah maka individu-individu dalam

masyarakat didorong untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menghasilkan karya-

karya intelektual yang khas dan baru demi kemajuan bangsa dan peradaban umat

manusia.3

Terdapat empat (4) prinsip dasar dalam sistem HKI yang berfungsi untuk

menyeimbangkan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat:4

1. Prinsip Keadilan : Para investor berhak mendapatkan imbalan berupa

materi maupun imateri atas karyanya berdasarkan kemampuan

intelektualnya.

3
Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI yang Benar, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
2010), Cet. 1, Hal. 16
4
Syafrinaldi, Fahmi dan M. Aldi Almakstur, op.cit, Hal. 19
2. Prinsip Ekonomi : Hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu

kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk

yang akan memeberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.

3. Prinsip Kebudayaan : Perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra

yang sangat besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan dan martabat

manusia.

4. Prinsip Sosial : Hukum berfungsi untuk menyeimbangkan kepentingan

individu dan masyarakat.

Menurut World Intellectual Property Organization (WIPO), Hak

Kekayaan Intelektual terdiri dari hak cipta dan hak-hak lain yang terkait, serta hak

milik perindustrian. Secara administratif, perlindungan HKI international

dikaitkan dengan kategorisasi HKI menurut WIPO:

1. Hak Cipta dan hak-hak terkait (Copyright and related right). Hak cipta

melindungi karya-karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan

sastra seperti novel, puisi, film, ciptaan musik, gambar, lukisan, karya

fotografi, ukuran dan karya-karya arsitektur. Sedangkan hak-hak terkait

terdiri dari hak para artis pertunjukan terhadap karya pertunjukannya,

produser rekaman suara terhadap hasil kerjanya, atau lembaga penyiaran

terhadap program radio dan televisinya.

2. Hak Milik Perindustrian (Industrial Property). Terdiri dari trademarks

(hak atas merek, termasuk merek jasa), georgraphical indicators (indikasi

geografi), industrial designs (desain industri), patens (paten), lay-out


design (topographies) of integrated circuits (hak desain tata letak sirkuit

terpadu), undisclosed informations, including trade secrets (rahasia

dagang).

Sederhananya, kekayaan intelektual memiliki arti sebagai kekayaan yang

timbul atau lahir dari kemampuan berpikir atau kemampuan intelektual manusia.

Karya-karya yang lahir dari kemampuan intelektual manusia tersebut dapat berupa

karya dibidang ilmu pengetahuan, teknolog, seni dan sastra. Karya-karya

intelektual tersebut lahir melalui pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan

curahan tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh “produk” baru dengan

landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis. Hal inilah yang menjadi pembeda

antara kekayaan intelektual dan jenis kekayaan lain yang juga dapat dimiliki oleh

seseorang tetapi tidak dihasilkan atau lahir dari intelektualitas manusia. Sebagai

contoh, kekayaan alam (sumber daya alam) seperti hewan, tumbuhan, tanah dan

sebagainya yang ada di alam merupakan ciptaaan dari sang Pencipta. Kekayaan

jenis ini tentu dapat dimiliki oleh manusia namun kekayaan jenis ini tidak

dihasilkan atau lahir dari daya pikir/intelektualitas manusia.

Sebagai Negara Hukum, Indonesia tentunya memiliki aturan-aturan

hukum yang menaungi bidang-bidang HKI, yakni:5

1. Hak Cipta diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

2. Paten diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016

5
Tim Lindesy, Hak Kekayaan Intelektual : Suatu Pengantar, Edisi Cetakan Ke Lima
(Bandung: PT. ALUMNI, 2006), Hal. 190
3. Merek dan Indikasi Geografis diatur dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016

4. Rahasia dagang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000

5. Desain Industri diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000

6. Desain tata letak sirkuit terpadu diatur dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2000

7. Perlindungan varietas tanaman diatur dalam Undang-Undang Nomor 29

Tahun 2000 yang dikelola oleh kementrian pertanian Indikasi geografis

diatur dengan peraturan pemerintah nomor 51 Tahun 2007.

Dari segi sifat dan bentuknya, HKI dapat digolongkan sebagai benda

bergerak tak berwujud (intangible goods). Oleh karena sifat tersebutlah maka

perlindungan hukum bagi HKI tidak ditujukan kepada suatu benda berwujud

tetapi pada suatu hal abstrak yang terkandung dalam benda berwujud tersebut.

Kekayaan intelektualitas manusia ini memiliki nilai dan manfaat ekonomis bagi

kehidupan manusia sehingga dianggap juga sebagai aset komersial. Oleh karena

karya-karya yang dilahirkan atau sihasilkan lewat kemampuan intelektual manusia

baik melalui pemikiran, curahan tenaga waktu dan tenaga, daya cipta dan rasa

serta biaya maka sudah sewajarnya karya-karya intelektual tersebut dihargai dan

diapresiasi lewat dengan menumbuhkembangkan sistem perlindungnan hukum

atas kekayaan tersebut yang dikenal sebagai sistem HKI.

HKI merupakan hak privat (private rights) bagi siapa saja yang

menghasilkan suatu karya intelektual. Hak privat inilah yang melegalkan sang
pemegang hak untuk memonopoli penggunaan karya ntelektual tersebut, sehingga

ia berhak untuk mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya intelektualnya

atau tidak. Namun demikian hak privat seringkali menjadi kontradiksi jika

dihubungkan dengan upaya perlindungan hukum bagi suatu karya intelektual.

Hukum diharapkan dapat menjadi solusi untuk setiap permasalahan yang timbul

berkaitan dengan HKI. Hukum harus dapat memberikan perlindungan bagi karya

intelektual, sehingga mampu mengembangkan daya kreasi masyarakat yang

akhirnya bermuara pada tujuan berhasilnya perlindungan HKI.

Berikut ini beberapa teori-teori terkait perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual:

1. Berdasarkan Pasal 28 huruf f Ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa :

“Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun”.

2. Doktrin tentang perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Berikut merupakan alasan mendasar terkait perlunya diberikan

perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual, yang

menyatakan bahwa:6

“The basic reason for the protection of intellectual property is that a man

should own what he brings into being if what he produces can be taken

23 Chudi C. Nwabachili, Intellectual Property and Law in Nigeria, (Nigeria: Malthouse


Press, 2007), Hal. 191
from him, he is no better than a slave. Intellectual property is therefore the

most basic form of property because a man uses nothing to produce it

other than his mind and therefore deserved to be protected”, arti dari

kalimat ini jika diterjemahkan adalah “Alasan dasar untuk perlindungan

kekayaan intelektual adalah bahwa seseorang harus memiliki apa yang ia

wujudkan, jika apa yang ia hasilkan dapat diambil darinya, ia tidak lebih

baik dari seorang budak. Karena itu, kekayaan intelektual adalah bentuk

paling mendasar dari properti karena seseorang tidak menggunakan apa

pun untuk memproduksinya selain dari pikirannya dan karena itu pantas

dilindungi”.

3. Doktrin tentang Hak untuk mengontrol penggunaan HKI

Chudi C. Nwabachili dalam bukunya yang berjudul Intellectual Property

and Law in Nigeria memberikan salah satu dasar untuk perlindungan Hak

Kekayaan Intelektual yaitu Rights to Control The Use atau hak untuk

mengontrol penggunaan (terhadap HKI), yang menyatakan bahwa:7 “A

person who creates a work or has a good idea which he develops has a

right, based partly on morality and partly of the concept of rewards, to

control the use and exploitation of, and he should be able to prevent others

from taking unfair”. Yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia memiliki arti : “Seseorang yang menciptakan sebuah karya atau

memiliki ide bagus yang ia kembangkan memiliki hak, sebagian

7
Loc.cit
didasarkan pada moralitas dan sebagian dari konsep penghargaan, untuk

mengontrol penggunaan dan eksploitasi, dan ia harus dapat mencegah

orang lain dari mengambil tindakan yang tidak adil”.

Berdasarkan uraian tersebut maka pemberian hak terhadap hasil kekayaan

intelektual seseorang menjadi sangat beralasan. Karena itu, masyarakat

sepantasnya mengapresiasi kekayaan intelektual seseorang yang sedang

dinikmatinya tanpa harus khawatir dirampas oleh orang yang tidak berhak.8

Namun demikian hak apapun yang diberikan atau diakui oleh hukum kepada

perseorangan tidak berarti diberikan untuk semata-mata memenuhi kepentingan

perseorangan saja, tetapi juga untuk pemenuhan kepentingan seluruh masyarakat.

Setiap negara memiliki sistem dan aturan yang berbeda-beda tentang pengaturan

mengenai hak kekayaan intelektualnya. Negara berkembang dan negara bekas

jajahan, dengan negara yang maju industrinya sangat berbeda pula cara pandang

persoalan prinsip Hak Kekayaan Intelektual itu.9

B. Tinjauan Tentang Desain Industri dan Pendaftarannya di Indonesia

Pada prinsipnya, HKI digolongkan kedalam dua bagian yaitu hak cipta dan

hak-hak yang terkait dengan hak cipta (neighbooring rights). Yang dimaksud

dengan hak-hak yang terkait dengan hak cipta adalah Hak Kepemilikan Industri

(Industrial Property Rights) yang khusus berkenan dengan industri. Yang

diutamakan dalam Hak Kepemilikan Industri adalah bahwa hasil penemuan atau

8
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Edisi Ke-empat, Cetakan Ke-1, (Bandung: PT. Bandung
Alumni, 2014), Hal. 27
9
Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Op.cit, Hal.18
ciptaan dibidang ini dapat dipergunakan untuk maksud-maksud industri.

Penggunaan dibidang industri inilah yang merupakan aspek terpenting hak

kepemilikan industri. Kekayaan industrial terdiri dari atas invensi teknologi

paten, merek, desain industri, rahasia dagang, dan indikasi geografis.

1. Pengertian Desain Industri

Salah satu bidang dalam HKI yang dekat sekali dengan perindustrian salah

satunya adalah desain industri. Pada abad ke-20 desain industri berkembang

dengan sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya produk industri yang

tidak terlepas dari peranan pendesain kala itu. Pengaturan desain industri yang

pertama mulai dikenal pada abad ke-18 terutama di negara yang

mengembangkan revolusi industri, yakni Inggris. Undang-Undang pertama yang

mengatur tentang Desain Industri adalah The Designing and Painting of Lines,

Cotton, Colicoes, Muslins Act pada tahun 1787. Hal ini disebabkan karena pada

saat itu desain industri mulai berkembang pada sektor pertekstilan dan kerajinan

tangan yang dibuat secara masal. Undang-Undang ini memberikan perlindungan

hanya dua bulan dan dapat diperpanjang sampai tiga bulan.

Pengertian desain industri menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No

31 Tahun 2000 tentang Desain Industri yang adalah:

“Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau
dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola
tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu
produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.”
Dari pengertian seperti itu maka produk atau barangnya merupakan gabungan

kreativitas dan teknikal dalam proses perancangan produk industri dengan tujuan

untuk dapat dipakai oleh manusia atau pengguna serta sebagai hasil produksi

dari satu sistem manufaktur.10

Pengertian seperti yang diuraikan diatas dapat dibandingkan dengan

pengertian yang diberikan oleh United Nations Industrial Development

Organization mengenai Desain Industri, yaitu “sebagai suatu kegiatan yang luas

dalam inovasi teknologi dan bergerak meliputi proses pengembangan produk

dengan mempertimbangkan fungsi, kegunaan, proses produksi, dan teknologi,

pemasaran, serta perbaikan manfaat dan estetika produk industri”. Sedangkan

International Council Society if Industrial Design (ICSID) mendefinisikan

“Desain Industri sebagai suatu aktivitas kreatif untuk mewujudkan sifat-sifat

bentuk suatu objek. Dalam hal ini termasuk karakteristik dan hubungan dari

struktur atau sistem yang harmonis dari sudut pandang produsen dan

konsumen”.11 Dalam pengertian yang lebih luas, ruang lingkup desain industri itu

meliputi fenomena benda buatan manusia, dalam pengertian ini desain mencakup

pembuatan peralatan sehari-hari dari yang paling kecil, seperti sendok, garpu,

hingga pada corak dan model tekstil serta pakaian, perumahan hingga beserta alat-

alat transport beserta jaringannya. Oleh karena itu, desain mencakup bidang

yang luas, desain produk, tekstil, grafis, desain rekayasa, serta desain kota.

Berapapun luasnya, kesemua bidang itu dapat dikembalikan pada citra dasar

10
Muhamad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006) Hal. 113
11
Muhammad Djumhana, Op.Cit., Hal. 7
desain, yaitu bahwa kesemuanya itu dibuat dalam rangka pemenuhan kebutuhan

spiritual dan material manusia.12

Selain pengertian diatas, beberapa pakar dibidang hukum juga

mengungkapkan pengertian Desain Industri antara lain: Paul Torremans dan John

Holyak : “Sebuah hak kepemilikan yang menjamin pemilik mempunyai hak

khusus untuk memproduksi kembali desainnya untuk tujuan komersial. Langkah

nyata untuk melaksanakannya adalah dengan membuat desain-desain, tetapi

pemilik juga membuat sebuah dokumen atau catatan desain dan memungkinkan

desain tersebut dibuat oleh pihak ketiga”.

2. Unsur-Unsur Desain Industri

Dari pengertian desain industri menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang

Nomor 31 tahun 200 tentang Desain Industri, dapat diketahui bahwa sesuatu hal

dikatakan sebagai Desain Industri apabila mempunyai unsur-unsur:

a. Suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis, warna, atau

garis dan warna atau gabungan dari padanya berbentuk tiga dimensi atau

dua dimensi,

b. Memberikan kesan estetis,

c. Dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi,

d. Untuk menghasilkan suatu produk barang, komoditas industri atau

kerajinan tangan.”

3. Hak Desain Industri

12
Agus Sachari, Desain, gaya dan realitas: sebuah penafsiran tentang desain grafis,
produk, interior, tekstil dan arsitektur di Indonesia, (Bandung: Rajawali dan INDES, 1986), Hal. 23
Hak desain industri merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh Negara,

berdasarkan berdasarkan Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang No 31 Tahun 2000

tentang Desain Industri menyatakan:

“Hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada pendesain
atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut”.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000

tentang Desain Industri, dapat disimpulkan bahwa hak eksklusif yang diperoleh

pendesain merupakan hak khusus yang diperolehnya dari Negara. Dengan kata

lain apabila seorang pendesain mendapatkan Hak Desain Industri maka hal

tersebut merupakan konsekuensi atau akibat dari didaftarkannya desain tersebut

ke lembaga terkait dalam hal ini Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Hak

Desain Industri merupakan suatu hak eksklusif untuk memproduksi ulang desain-

desain dengan tujuan komersil, dengan membuat suatu benda berdasarkan suatu

desain atau membuat suatu dokumen desain yang mencatat tentang desain yang

akan dibuat bendanya.

Menurut Trevor Black Hak Desain Industri merupakan suatu hak atas

kepemilikkan Intelektual yang baru dan merupakan hak milik perseorangan yang

bergerak dalam bidang desain-desain yang asli atau orisinil. Kata “asli” atau kata

“orisinil” berarti bahwa desain tersebut merupakan suatu desain yang tidak biasa

dalam bidang khusus desain”. Desain itu berarti rancangan dari semua aspek atau

konfigurasi, baik seluruh maupun sebagian dari suatu benda, termasuk bagian

internal maupun eksternal suatu bentuk atau konfigurasi. Desain harus asli atau
orisinil dan harus memenuhi syarat bahwa suatu benda telah dibuat berdasarkan

suatu desain.13

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain

Industri, Hak Desain Industri diberikan untuk Desain industri yang baru Desain

Industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut

tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya. Pengungakapan

sebelumnya adalah pengungkapan Desain Industri yang sebelum tanggal

penerimaan, atau sebelum tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan

hak prioritas, telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau luar Indonesia,

pengungkapan yang dimaksud disini adalah pengungkapan melalui media cetak

atau media elektronik, termasuk juga keikutsertaan dalam suatu pameran.

4. Asas-Asas Hak Desain Industri

Salah satu aspek penting dalam Desain Industri juga mencakup asas-asas hukum

yang mendasari hak ini yaitu:14

a. Asas publisitas

Asas publisitas bermakna bahwa adanya hak tersebut didasarkan pada

pengumuman publikasi dimana masyarakat umum dapat mengetahui keberadaan

tersebut. Untuk itu hak atas desain industri diberikan oleh negara setelah hak

tersebut terdaftar dalam berita resmi negara. Disini perbedaan yang mendasar

dengan hak cipta, yang menyangkut sistem pendaftaran pertama deklaratif,


13
Paul Torremans dan Jon Holyoak, Intellectual Property Law, (Butterworths: London,
1998), Hal. 163-164
14
OK. Saidikin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan keempat, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2010). Hal. 477
sedangkan hak atas desain industri menganut sistem pendaftaran konsumtif, jadi

ada persamaan dengan paten.

b. Asas Kemanunggalan (kesatuan)

Tentang asas kemanunggalan, ini bermakna bahwa hak atas desain industri

tidak boleh dipisah-pisahkan dalam satu kesatuan yang utuh untuk satu komponen

desain. Misalnya kalau desain itu berupa sepatu, maka harus sepatu yang utuh,

tidak boleh hanya desain taplaknya saja, maka hak yang dilindungi hanya

telapaknya saja. Demikian pula bila desain itu berupa botol beikut tutupnya, maka

yang dilindungi dapat berupa botol dan tutupnya berupa satu kesatuan.

Konsekuensinya jika ada pendesain baru mengubah bentuk tutupnya, maka

pendesain pertama kali tidak bisa mengklaim. Oleh karena itu, jika botol dan

tutupnya dapat dipisahkan, maka tutup botol satu kesatuan dan botolnya satu

kesatuan, jadi ada dua desain industri.

c. Asas Kebaruan

Asas kebaruan menjadi prinsip hukum yang juga perlu dapat perhatian

dalam perlindungan hak atas desain industri ini, hanya desain yang benar-benar

baru yang dapat diberikan hak. Ukuran atau kriteria kebaruan itu adalah apabila

desain industri yang akan didaftarkan itu tidak sama dengan desain industri yang

telah ada sebelumnya.

5. Pengalihan Hak dan Lisensi Desain Industri

Sebagai salah satu hak kekayaan intelektual yang tidak berwujud, hak

desain industri dapat dialihkan. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2000 menghormati hak individu dan wujud dari

penghormatan hak individu tersebut adalah dengan mengakuinya keberadaan hak

desain industri sebagai suatu hak milik atas benda tidak berwujud yang dapat

beralih atau dialihkan oleh pemilik.15

Hak Desain Industri sebagai hak milik dapat dialih tangankan, baik

seluruhnya maupun melalui hibah, pewaris, wasiat, maupun dengan cara

perjanjian dalam bentuk akta notaris, atau sebab lain yang dibenarkan oleh

Undang-Undang, dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain

Industri hal tersebut diatur dalam ketentuan Pasal 31 ayat (1). Pengalihan hak

desain industri dapat dilakukan kepala perorangan maupun kepada badan dan

secara administrasi segala bentuk pengaliham tersebut wajib didaftrakan kepada

kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual agar tercatatdalam daftar

umum Desain Industri dan akan diumumkan dalam berita resmi desain industri,

namun apabila pengalihan tersebut tidak dicatatkan, maka konsekuensinya tidak

berakibat hukum kepada pihak ketiga. Lisensi adalah izin yng diberikan

oleh pemegang hak desain industri kepada pihak lain melalui suatu perjanjian

berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak ) untuk menikmati

manfaat ekonomi dari suatu desain indsutri yang diberi perlindungan dalam

jangka waktu tertentu dan syarat tertentu (Pasal 1 angka 11 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2000).

Pengalihan hak desain industri dibagi menajdi dua bagian yaitu:

A. Pengalihan Non Lisensi

15
Ranti Fauzi Maryana, Perlindungan Desain Industri Di Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasrana Indonesia, 2004), Hal. 68
Seperti halnya dengan hak kekayaan intelektual lainnya seperti hak cipta,

paten, merek, dan lainnya, hak atas desain industri juga dapat dialihkan atau

diserahkan kepada pihak lain. Dengan alasan pengalihan atau penyerahan hak

kepada pihak lain, ini berarti yang beralih adalah hak ekonominya. Sedangkan hak

moralnya tetap melekat pada pendesain. Hak desain industri dapat beralih atau

dialihkan dengan, sebagai berikut:16

1. Pewarisan

2. Hibah

3. Wasiat

4. Perjanjian tertulis

5. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peratuan perundang-

undangan.

Pengalihan terhadap hak desain industri di atas harus disertai dengan

dokumen tentang pengalihan hak dimana segala bentuk pengalihan hak Desain

Industri wajib dicatat dalam daftar umum desain industri pada Direktorat Jenderal

dengan membayar biaya akan tetapi pengalihan Hak Desain Industri yang tidak

dicatatkan dalam daftar umum desain industri tidak berakibat hukum pada pihak

ketiga. Apabila pengalihan Hak Desain Industri diumumkan dalam berita resmi

desain industri. Dalam pengalihan Hak Desain Industri tersebut tidak

menghilangkan hak pendesain untuk tetap dicantumkan nama dan identitasnya,

baik dalam sertifikat desain industri, inilah yang disebut dengan hak moral.

16
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan Keempat,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2010). Hal. 306
B. Pengalihan Dengan Lisensi

Khusus mengenai pengalihan dengan lisensi, pemegang Hak Desain

Industri berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian

lisensi untuk melaksanakan semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

9, kecuali jika diperjanjikan lain Pasal 33 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

2000. Pasal 34 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 menegaskan bahwa

dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33,

pemegang Hak Desain Industri tetap dapat melaksanakan sendiri atau

memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000,

kecuali jika diperjanjikan lain. Perjanjian lisensi wajib dicatatkan dalam daftar

umum desain industri.

Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan, baik langsung maupun tidak

langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia

atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intektual wajib menolak pencatatan perjanjian

lisensi yang memuat ketentuan dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

2000 tentang desain industri.

Dalam Pasal 6 ayat (2) ditentukan, dalam hal pendesain terdiri dari

beberapa orang secara bersama, maka hak Desain Industri diberikan kepada

mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.

Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain

dalam lingkungan pekerjaannya, maka industri pemberi kerja adalah pemegang


hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan lain antar kedua pihak. Jika suatu

Desain Industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, maka

pihak yang membuat Desain Industri dianggap sebagai pemegang Hak Desain

Industri, kecuali diperjanjikan lain antar kedua belah pihak.

6. Pendaftaran Desain Industri

Berdasarkan Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

ditegaskan bahwa hak desain industri diberikan negara kepada pendesain untuk

suatu waktu tertentu, yakni selama 10 tahun. Dalam kurun waktu tersebut,

pendesain mempunyai hak eksklusif untuk melaksanakan sendiri, atau memberi

persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan hak atas desain tersebut.

Untuk dapat memperoleh hak desain industri tersebut, desain tersebut harus baru

dan terlebih dahulu harus diajukan permohonan pendaftaran secara tertulis dalam

bahasa Indonesia ke Direktorat Jenderal HKI.

Berikut ini proses yang harus dilalui seorang pendesain yang ingin

mengajukan permohonan pendaftaran ke Dirjen KI :

1. Pemeriksaan Administratif

Pemohon pemeriksaan desain industri diawali dengan pemeriksaan administrasi

permohonan pendaftaran desain industri. Pemeriksaan administratif disini adalah

pemeriksaan yang berkaitan dengan kelengkapan persyaratan administratif


permohonan sebagaimana dimkasud dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2000 yang menyebutkan :

a. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan membayar biaya

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh

pemohon atau kuasanya.

c. Permohonan harus memuat:

1). Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan.

2). Nama. alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain.

3). Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon.

4). Nama, dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan

melalui kuasa dan;

5). Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama

kali, dalam hal permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.

d. Pemohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilampiri dengan:

1). Contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari Desain Industri

yang dimohonkan pendaftarnnya.

2). Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui

kuasa.

3). Surat pernyataan bahwa Desain Industri yang dimohonkan

pendaftarannya adalah milik pemohon atau milik pendesain.


e. Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari

satu pemohon, permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu

pemohon dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon

lain.

f. Dalam hal permohonan diajukan oleh bukan Presiden, permohonan

harus disertai pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup

bahwa pemohon berhak atas Desain Industri yang bersangkutan.

g. Ketentuan tentang tata cara permohonan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah.

Untuk tujuan pengumuman permohonan, Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual melakukan pemeriksaan administratif terhadap permohonan

pendaftaran desain industri sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah melakukan pemeriksaan

syarat formalitas, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual akan

memberitahukan keputusan penolakan permohonannya kepada pemohon desain

industri yang dimohonkan masuk desain industri yang tidak mendapat

perlindungan atau memberitahukan anggapan ditarik kembali permohonannya

karena tidak memenuhi kekurangan persyaratan formalitas. Pemohon atau

kuasanya diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atas keputusan

penolakan atau anggapan penarikan kembali dalam waktu paling lama 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya surat penolakan atau

pemberitahuan penarikan kembali tersebut. Dalam hal ini dimaksud untuk

memberikan kesempatan kepada pihak yang mengajukan permohonan untuk


memperbaiki desain industri tresebut, umpamanya dengan menghilangkan bagian

yang dianggap bertentangan dengan kesusilaan. Keputusan penolakan atau

penarikan kembali oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dinyatakan

bersifat tetap bila pemohon atau kuasanya tidak mengajukan keberatan dalam

tenggang waktu yang telah ditentukan.

2. Pengumuman Serta Pemeriksaan Substantif Permohonan Pendaftaran Desain

Industri

Setelah memenuhi segala persyaratan yang telah ditemukan, permohonan

pendaftaran desain industri akan diumumkan oleh Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual dan diumumkan kepada masyarakat. Mengenai tata cara

mengumumkannya diatur lebih lanjut dalam Pasal 25 dan 26 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Pengumuman permohonan

pendaftaran desain industri yang telah memenuhi persyaratan formalitas dilakukan

dengan cara menempatkannya pada sarana yang khusus yang dapat dengan mudah

serta jelas dilihat oleh masyarakat, paling lama 3(tiga) bulan terhitung sejak

tanggal penerimaan. Data yang harus dicantumkan dalam pengumuman

pendaftaran desain industri, ditemukan dalam Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, yaitu :

a) Nama dan alamat lengkap pemohon

b) Nama dan alamat lengkap kuasa dalam hal permohonan diajukan

melalui kuasa

c) Tanggal dan nomer penerimaan permohonan


d) Nama negara dan tanggal penerima permohonan yang pertama kali apabila

permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas.

e) Judul Desain Industri

f) Gambar atau foto desain industri

Permohonan ditolak atau dianggap ditarik kembali, tetapi kemudian

didaftarkan atas putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,

pengumumannya dilakukan setelah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

menerima saliran putusan tersebut. Pada saat pengajuan permohonan pendaftaran

desain industri, permohonan dapat meminta secara tertulis agar pengumuman

permohonan pendaftaran desain industri ditunda, dengan ketentuan tidak boleh

melalui waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan atau

terhitung sejak tanggal prioritas. Ketentuan demikian dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan kepada pemohon yang menganggap perlu penundaan

pengumuman kepentingannya.

Sejak tanggal dimulainya pengumuman permohonan desain industri yang

telah memenuhi formalitas, menurut Pasal 26 Undang-Undang Desain Industri

setiap pihak dapat mengajukan keberatan (oposisi) tertulis yang mencakup hal-hal

yang bersifat substantif kepada Direktorat Jenderal Hak kekayaan Intelektual

dengan membayar biaya. Pengajuan oposisi paling lama 3 (tiga) bulan terhitung

sejak tanggal dimulainya pengumuman, kemudian oleh Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual diberitahukan kepada pemohon.

Pemohon dapat menyampaikan sanggahan atas keberatannya paling lama

3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman pemebritahuan oleh Direktorat


Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Dalam hal ini adanya oposisi, dilakukan

pemeriksaan substantif oleh pemeriksa. Peemriksaan substantif adalah

pemeriksaan terhadap permohonan berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-

Undang Desain Industri untuk mengetahui aspek kebaruan yang dimohonkan,

yang dapat dilakukan dengan menggunakan referensi yang ada. Pemeriksaan

substantif dilakukan oleh pemeriksa yang merupakan tenaga ahli yang secara

khusus dididik dan diangkat untuk melaksanakan tugas tersebut. Pemeriksa desain

industri seperti juga pemeriksaan pada bidang-bidang hak kekayaan intelektual

lainya diberi status sebagai pejabat fungsional karena sifat keahlian dan lingkup

pekerjaan yang khusus.17

Tidak terdapat keberatan terhadap permohonan hingga berakhirnya jangka

waktu pengumuman 3 (tiga) bulan, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

melakukan pemeriksaan substantif terhadap permohonan yang telah diterima

tersebut. Bila hasil pemeriksaan substantif menyatakan bahwa permohonan yang

bersangkutan telah memenuhi dan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual menerbitkan dan memberikan sertifikat desain industri

dalam tenggang waktu paling lama 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal

berakhirnya jangka waktu tersebut. Sertifikat desain industri mulai berlaku

terhitung sejak tanggal penerimaan (filling date). Sertifikat desain industrin dicatat

dalam daftar umum desain industri dan diumumkan secara resmi melalui berita

resmi desain industri. Pihak yang memerlukan salinan sertifikat desain industri
17
Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan Dan
Dimensi Hukumnya Di Indonesia, Cetakan Pertama, (Bandung: PT. Alumni, 2003), hal.
442-443.
dapat memintanya kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan

membayar sejumlah biaya.

Jelaslah bahwa hak desain industri tercipta karena pendaftaran dan hak

eksklusif atas suatu desain akan diperoleh karena pendaftaran. Pendaftaran adalah

mutlak untuk terjadinya suatu hak desain industri. Tanpa adanya pendaftaran,

tidak akan ada hak atas desain industri, juga tidak akan ada perlindungan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem pendaftaran yang dianut oleh Undang-

Undang No 31 tahun 2000 tentang Desain Industri adalah bersifat konstitutif. Hal

ini sangat jelas terlihat dalam Pasal 10 Undang-Undang No 31 tahun 2000 tentang

Desain Industri yang menyatakan bahwa “Hak Desain Industri diberikan atas

dasar permohonan”. Dalam Pasal 12 Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang

Desain Industri secara tegas menyatakan “bahwa pihak yang untuk pertama kali

mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang hak desain industri, kecuali

jika terbukti sebaliknya”.

Menurut Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri,

proses pendaftaran desain industri dilakukan ke Direktorat Jenderal KI, yang

selanjutnya melahirkan Hak Desain Industri terhadap pendesain. Berbeda

prinsipnya dengan Hak Cipta, yang mana ketika suatu ciptaan lahir maka saat itu

juga pencipta berhak untuk memperbanyak atau mengumumkan hasil karyanya

yang bersifat khas dan orisinil.

Jika hak cipta muncul atau lahir seketika ciptaan itu selesai dibuat,
diwujudkan, diperdengarkan, atau diumumkan pertam kali, dalam sisitem desain
industri karena hak desain diberikan oleh negara maka terjadinya hal desain
industri baru diperoleh setelah desain industri didaftarkan permintaannya kepada
negara melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, dan telah memenuhi
persyaratan perundang-undangan yang berlaku, serta diterima pendaftarannya.18

18
Ihsan Budi Maulana, A-B-C Desain Industri Teori dan Praktek Di Indonesia,
Cetakan Pertama, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010) Hal. 26.

Anda mungkin juga menyukai