TINJAUAN PUSTAKA
Intellectual Property Right (IPR), sebagaimana diatur pada Undang-undang No. 7 Tahun
1994 tentang Pengesahan WTO (Agreement Establishing The World Trade Organization).
Pengertian Intellectual Property Right (selanjutnya ditulis IPR) adalah yang mengatur
segala karya-karya yang lahir karena adanya kemampuan intelektual manusia. Dengan
demikian IPR merupakan pemahaman mengenai hak atas kekayaan yang timbul dari
kemampuan intelektual, yang mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi
menyangkut lembaga sosial dan hukum, keduanya selalu terkait dengan “pemilik” (owner)
Secara luas konsep “kepemilikan” dan “kekayaan” apabila dikaitkan dengan “hak”,
maka ditinjau dari segi hukum, dikenal hak yang menyangkut kepemilikan dan hak yang
menyangkut kebendaan. Pada dasarnya hak kebendaan meliputi juga hak kepemilikan
karena kepemilikan senantiasa berhubungan dengan benda tertentu baik secara materiil
maupun immaterial.
1
Istilah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan istilah pengganti dari Hak Milik Intelektual
yang selama ini digunakan. Menurut Bambang Kesowo, istilah Hak Milik Intelektual belum
menggambarkan unsur-unsur pokok yang membentuk pengertian Intellectual Property Right, yaitu hak
kekayaan dan kemampuan Intelektual. Istilah Hak Milik Intelektual (HMI) masih banyak digunakan, karena
dianggap logis untuk memilih langkah yang konsisten dalam kerangka berpikir yuridis normatif. Istilah HMI
ini bersumber pada konsepsi Hak Milik Kebendaan yang tercantum pada KUH Perdata Pasal 499, 501, 502,
503, 504. (Bambang Kesowo, Pengantar Umum Mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia,
Kumpulan Makalah, tanpa tahun, hal. 139).
Pada bidang milik intelektual terdiri dari hak milik perindustrian (industrial right)
yang khusus berkenaan dengan bidang industri, serta hak cipta yangk meliputi bidang ilmu
Menurut W.R. Cornish, “hak milik intelektual melindungi pemakaian idea dan
informasi yang mempunyai nilai komersiil atau nilai ekonomi”.2 Pemilikannya tidak berupa
hasil kemampuan intelektual manusianya yang baru berupa idea tertentu. Hak milik
intelektual ini baru ada, bila kemampuan intelektual manusia itu telah membentuk sesuatu
Hak milik intelektual ini merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu
kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai
bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, juga
mempunyai nilai ekonomi. Bentuk nyata dari kemampuan karya intelektual tersebut bisa di
Sebagai suatu hak milik yang timbul dari karya, karsa, cipta manusia atau dapat pula
disebut sebagai hak atas kekayaan intelektualitas manusia. Hasil kreasi tersebut, dalam
masyarakat beradab diakui bahwa yang menciptakan boleh menguasai untuk tujuan yang
menguntungkannya. Kreasi sebagai milik berdasarkan hak milik dalam arti seluas-luasnya
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) timbul atau lahir karena adanya intelektualita
seseorang sebagai inti atau obyek pengaturannya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap hak
2
W. R. Cornish, Intellectual Property dalam Etty Susilowati, “Kontrak Alih Teknologi pada Industri
Manufaktur”, (Yogyakarta : Genta Press, 2007), hal. 106.
3
Roscou Pound, Pengantar Filsafat Hukum (terjemahan Mohammad Radjab), Cetakan Ketiga, (Jakarta :
Bharatara Karya Aksara, 1982), hal. 21.
ini pada dasarnya merupakan pemahaman terhadap hak atas kekayaan yang timbul atau lahir
Organization (WIPO) adalah sebagai berikut : “The legal rights which result from
bahwa intellectual property adalah suatu manifestasi fisik suatu gagasan praktis kreatif atau
Memahami HKI merupakan hal yang mendasar dibutuhkan oleh semua pihak yang
mempunyai minat untuk memanfaatkan dan mengembangkan HKI bagi kegiatan usaha.
Apalagi memanfaatkan dan mengembangkan HKI tersebut untuk tujuan meningkatkan nilai
produktifitas usaha. Secara konseptual HKI mengandung arti sebagai sarana untuk
melindungi penuangan ide dan gagasan yang telah diwujudkan secara riil, dimana
penuangan ide ini mempunyai implikasi pada munculnya nilai ekonomi terhadap hasil
Sebagaimana dikatakan oleh David Brainbridge, dalam wacana hukum, HKI dapat
diartikan, sebagai : ”…that area of law which concerns legal rights associated with creative
effort or commercial reputation and goodwill.” Paparan ini memberikan pemahaman bahwa
HKI adalah masuk wilayah hukum yang mana pusat perhatiannya pada hak hukum yang
diasosiasikan dengan upaya kreatif atau reputasi dan good will yang bernilai komersial.
4
Muhammad Abdulkadir, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung : PT. Citra
Aditya Bhakti, 2001), hal. 1.
a. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya, bersifat tetap dan eksklusif.
b. Hak yang diperoleh pihak lain atas ijin dari pemilik dan bersifat sementara.
Untuk mengetahui ruang lingkup Hak Kekayaan Intelektual maka harus diketahui
terlebih dahulu mengenai jenis-jenis benda. Terdapat tiga jenis benda yang dapat dijadikan
a. Benda bergerak, seperti emas, perak, kopi, teh, alat-alat elektronik, peralatan telekomunikasi
Sementara itu menurut Burgerlijk Wetboek benda dibedakan menjadi dua, yaitu benda
berwujud (material), dan benda tidak berwujud (immaterial) sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 503 BW. Sedangkan benda tidak berwujud itu sendiri disebut dengan hak sebagaimana
Menurut Ismail Saleh, Intelectual Property Rights dapat diterjemahkan sebagai hak
kepemilikan intelektual, menyangkut hak cipta (Copyright) dan hak milik perindustrian
(Industrial Property right).6 Hal ini sejalan dengan sistem hukum Anglo Saxon, dimana Hak
Kekayaan Intelektual diklasifikasikan menjadi Hak Cipta (Copyright) dan Hak Milik
Perindustrian (Industrial Property Right) yang dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yakni;
paten (patent), merek (trademarks), desain industri (industrial design), rahasia dagang
(tradesecrets), desain tata letak sirkuit terpadu dan varitas tanaman (plan variaty).
Pembagian HKI ke dalam beberapa bagian ini membawa konsekuensi pada ruang
5
Sanusi Bintang dan Dahlan, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, (Bandung : PT. Citra Aditya
Bhakti, 2000), hal. 77.
6
Ismail Saleh, Hukum Ekonomi, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1990) hal. 45.
melingkupi pada aspek seni, sastra dan pengetahuan, sedangkan merek (trademarks)
melingkupi perlindungan hukum pada aspek tanda dan/atau simbol yang digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang dan jasa dan begitu pula pada bagian-bagian HKI yang
lainnya.
intellectual property. Selain itu, istilah intellectual property juga dikenal dengan istilah
menangani masalah HKI mendefinisikan HKI sebagai “kreasi yang dihasilkan dari pikiran
manusia yang meliputi: invensi, karyasastradan seni, symbol, nama, citra dandesain yang
digunakan di dalam perdagangan”. Definisi dari WIPO ini merupakan contoh yang paling
nyata bahwa HKI memang tidak dapat dilepaskan dari cabang-cabang ilmu yang
melingkupinya.
Definisi yang bersifat lebih umum dikemukakan oleh Jill Mc-Keoughand Andrew
Stewart yang mendefinisikan HKI sebagai “sekumpulan hak yang diberikan oleh hukum
untuk melindungi investasi ekonomi dari usaha-usaha yang kreatif”. Definisi HKI yang
tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh UNCTAD-ICTSD. Menurut kedua lembaga
tersebut, HKI merupakan “hasil-hasil usaha manusia kreatif yang dilindungi hukum”.
Sedangkan Ditjen HKI bekerjasama dengan ECAP mendefinisikan HKI sebagai “hak yang
timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna
untuk manusia. ”Definisi HKI yang dirumuskan oleh para ahli selalu dikaitkan dengan tiga
intelektual;dan
HKI adalah suatu sistem yang sekarang melekat pada tata kehidupan modern, misalnya
masalah lingkungan hidup serta persaingan usaha. Indonesia adalah suatu negara
berkembang yang sistem HKI-nya sudah lama tumbuh. Terhitung sejak Indonesia merdeka,
undang-undang bidang HKI Nasional pertama kali dilahirkan tahun 1961, yaitu Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan. 9 HKI
sendiri adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada seseorang, sekelompok orang,
maupun lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat
dari kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakan. Istilah HKI sebelumnya bernama
Hak Milik Intelektual. Menurut Bambang Kesowo, istilah Hak Milik Intelektual belum
Right, yaitu hak kekayaan dari kemampuan intelektual. Dengan begitu dirasa nama hak
a. Hak Otoritas
HKI adalah hak, dan sebagai hak dia merupakan harta atau aset berupa benda yang
tidak berwujud (intangibleassets).10 HKI baru ada secara hukum jika telah ada
pengayoman, penaungan, atau perlindungan hukum dari negara atau otoritas publik
8
TomiSuryoUtomo,HakKekayaanIntelektual(HKI)diEraGlobalSebuahKajianKontemporer,GrahaIlmu,Yogya
karta,2010,hlm.1-2
9
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, PT Alumni, Bandung,2011,hlm.8
10
Ibid,hlm.12
terhadap suatu karya intelektual. Melalui mekanisme pengurusan dokumentasi diberikan
HKI adalah hak bagi pemilik karya intelektual jadi sifatnya individual, perorangan,
pasar. Bell menemukan telepon, Watt menemukan mesin uap, Edison menemukan listrik.
Karya intelektual yang telah mendapat atau telah dikemas dengan hak eksklusif yang oleh
penawaran). Hal ini timbul karena pelaksanaan sistem HKI memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak, itu sebabnya dalam HKI ada unsur penerapan industrial (industrial
c. Satu Kesatuan
Satu Kesatuan merupakan satu kesatuan sistem. HKI mencakup berbagai bidang
yang luas, sehingga diperlukan pengikatan antara semua unsur agar saling terkait menjadi
satu. Walaupun saat ini berada dibawah Kementerian Hukum dan HAM, pengelolaan
sistem HKI dilakukan berkoordinasi dengan instansi terkait seperti yang direfleksikan
dalam berbagai bidang HKI, yaitu hak cipta, paten, merek, indikasi geografis, desain
Pada hakekatnya HKI merupakan refleksi dari pengembangan diri manusia, yakni
karya cipta desain serta berbagai gambar dan formula untuk dunia usaha dan bisnis.13
11
Ibid, hlm.13
12
Ibid,hlm.14-15
13
Ibid,hlm.17
Perjanjian multilateral, baik itu Berne Convention maupun TRIPs Agreement
mengatur tentang konsep dasar perlindungan hak cipta. Salah satu konsep dasar14 pengakuan
lahirnya hak atas hak cipta adalah sejak suatu gagasan itu dituangkan atau diwujudkan
dalam bentuk yang nyata (tangible form). Pengakuan lahirnya hak atas hak cipta tersebut
tidak diperlukan suatu formalitas15 atau bukti tertentu, berbeda dengan hak-hak dari pada
hak atas kekayaan intelektual lainnya, seperti paten, merek, desain industri, dan desain tata
letak sirkuit terpadu. Timbulnya atau lahirnya hak tersebut diperlukan suatu formalitas
tertentu yaitu dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan pemberian hak. Dengan
demikian lahirnya hak atas paten, merek, desain industri dan desain tata letak sirkuit terpadu
terlebih dahulu melalui suatu permohonan, tanpa adanya permohonan, maka tidaklah ada
pengakuan terhadapnya. Berbeda dengan hak cipta, hak cipta secara otomatis lahir sejak
Di samping prinsip yang paling fundamental tersebut, di dalam perlindungan hak cipta
dikenal juga prinsip atas asas orisinalitas (keaslian). Asas orisinalitas ini merupakan suatu
syarat adanya perlindungan hukum di bidang hak cipta. Orisinalitas ini tidak bisa dilakukan
seperti halnya novelty (kebaruan) yang ada dalam paten, karena prinsip originalitas adalah
tidak meniru ciptaan lain, jadi hanya dapat dibuktikan dengan suatu pembuktian oleh
Industri dijelaskan bahwa orisinal berarti sesuatu yang langsung berasal dari sumber asal
orang yang membuat atau yang mencipta atau sesuatu yang langsung dikemukakan oleh
14
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung : Alumni, 2005), Hal. 99.
15
Bandingkan dengan Mckeough Stewart, Intellectual Property in Australia 2nd edition, Butterworth, hal.
125.
Di dalam penjelasan umum Undang-undang no 28 tahun 2014 perubahan atas
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan penjelasan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, Pasal
1 menyebutkan bahwa suatu karya cipta harus memiliki bentuk yang khas dan menunjukkan
keaslian sebagai ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreatifitasnya yang bersifat
pribadi. Dalam bentuk yang khas, artinya karya tersebut harus telah selesai diwujudkan
dalam bentuk yang nyata, sehingga dapat dilihat, didengar, atau dibaca.
Landasan hukum dari segi formal maupun segi material adalah Pasal 5 ayat (1), Pasal
20 ayat (1), Pasal 28 C dan Pasal 33 Undangundang Dasar RI Tahun 1945. Dasar hukum
bidang hak cipta ini sangat penting diketahui, karena Indonesia telah ikut serta dalam
pergaulan masyarakat dunia dan menjadi anggota dalam Agreement Establishing The World
TRIPs, melalui Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1994, Lembaran Negara RI Tahun 1994
Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Tahun 1994 Nomor 3564, disahkan dan
Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for The Protection of Artistic and
Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui
Organization Copyright Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) selanjutnya disebut WTC
melalui Keputusan Presiden RI Nomor 19 Tahun 1997. Pada mulanya hak cipta diatur
menurut Auteurswet Staatsblad 1912 Nomor 600, kemudian diubah dan diganti dengan
Undang-undang RI Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun
1982 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3217), yang disahkan dan
diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1982, kemudian diubah dengan Undang-
undang RI Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3362), disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 19
September 1987, yang diubah lagi dengan Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1997
tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 2679), disahkan dan diundangkan pada tanggal 7 Mei 1997, dan terakhir
diubah dengan Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran
Negara RI Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4220), yang
disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Juli 2002, selanjutnya disebut
Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2002 (UU No. 19 Tahun 2002) kemudian perubahan
Sesungguhnya Hak Cipta telah dikenal sejak zaman imperium Romawi (saat
berkembangnya karya dan literatur sastra) dan zaman kekaisaran Cina (ketika kertas
pertama kali ditemukan dan dipergunakan secara luas). Referensi menyebutkan, kelahiran
Hak Cipta pada saat itu sangat dipengaruhi oleh pergesaran tradisi oral kepada tradisi
literal.16
Hal penting yang patut digaris bawahi ialah bahwa publik mulai merasa membutuhkan
perlindungan hukum yang lebih spesifik atas karya cipta yang mereka hasilkan. Pada
permulaan abad ke-18 Hak Cipta tidak diakui sebagai hak tersendiri. Hak cipta melekat erat
16
Geller, Paul Edward, Copy Right History and The Future : What Culture To Do With It. Journal
Copyright Society, USA, hal. 210-215.
dengan objek materiil yang didalamnya ciptaan ini berbentuk. Sehingga apabila dimisalkan
pada suatu perjanjian kerja, atas suatu Hak Cipta otomatis akan beralih haknya ketika suatu
Istilah “hak” berasal dari bahasa Arab. Hak berarti milik atau kepunyaan. Milik adalah
tindakan terhadap sesuatu yang dikuasainya itu dan dapat menikmati manfaatnya. Dalam
bahasa Belanda dikenal istilah Auters Rechts yang berarti hak pengarang. Kemudian istilah
hak pengarang itu diganti dengan istilah hak cipta, dan pertama kali istilah hak cipta itu
disampaikan oleh Sutan Mohammad Syah dalam Kongres Kebudayaan di Bandung pada
tahun 1951.18
Menurut bahasa Indonesia, istilah hak cipta berarti hak seseorang sebagai miliknya
atas hasil penemuannya yang berupa tulisan, lukisan dan sebagainya yang dilindungi oleh
undang-undang. Dalam bahasa Inggris disebut Copy Right yang berarti hak cipta. Adapun
pengertian secara yuridis menurut Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak
Cipta, pada Pasal 2 menyatakan : Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin
Hak cipta adalah hak seseorang terhadap hasil penemuannya dalam bidang tertentu
yang dilindungi oleh undang-undang seperti hak cipta dalam mengarang, mengubah musik
17
Sudargo Gautama, Segi-segi Hukum Hak Milik Intelektual, Op. Cit. hal. 5-6.
18
Sudargo Gautama, Segi-segi Hukum Hak Milik Intelektual, (Bandung : PT Eresco, 1995, Cetakan kedua),
hal. 10.
dan penemuan-penemuan lain yang sejenis.19 Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta
atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan
perundang- undangan.20
Sedangkan ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata (Pasal 1 ayat (3)
Hak cipta terdiri dari dua kata, yaitu hak dan cipta. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, hak adalah kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan dan sebagainya). Sedangkan cipta adalah kemampuan pikiran untuk
mengadakan sesuatu yang baru, atau dapat pula diartikan sebagai angan-angan yang kreatif.
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun untuk memberi izin untuk itu
yang berlaku. Hak khusus dari pencipta dimaksudkan tidak ada orang lain yang boleh
melakukan hak itu atau orang lain kecuali dengan izin penciptanya. 22
19
Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm.154
20
OK.Saidin,Op.Cit,hlm.58
21
AdrianSutedi,HakAtasKekayaanIntelektual,SinarGrafika,Jakarta,2009,hlm.116
22
Munawar Kholil, Sekilas Tentang Hukum Hak Cipta, disampaikan pada Pelatihan dan Pemanfaatan HKI
bagi mahasiswa yang mempunyai Karya Inovasi, UNS, Surakarta, Juli 1999 dalam Syarifuddin, Perjanjian Lisensi
dan Pendaftaran Hak Cipta, PT.Alumni, Bandung, 2013, hlm.44
Sebagai hak khusus, pencipta atau pemegang hak cipta, mempunyai hak untuk:
a. Memperbanyak ciptaan, artinya pencipta atau pemegang hak cipta dapat menambah
jumlah ciptaan dengan perbuatan yang sama, hampir sama atau menyerupai ciptaan-
b. Mengumumkan ciptaan, artinya pencipta atau pemegang hak cipta dapat menyiarkan
dengan menggunakan alat apapun, sehingga ciptaan dapat didengar, dibaca atau dilihat
oleh oranglain;
c. Memperbanyak hak, artinya hak cipta sebagai hak kebendaan, maka pencipta atau
pemegang hak cipta dapat menggugat pihak yang melanggar hak ciptanya.23
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Hak cipta terdiri dari hak moral dan hak ekonomi. Hak
moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan pribadi pencipta. Hak moral merupakan
hak yang khusus serta kekal yang dimiliki pencipta atas hasil karya cipta, dan hak itu tidak
Hak moral adalah suatu hak yang diberikan kepada pencipta untuk melarang dan
mencegah orang lain untuk melakukan distorsi mutilasi, atau bentuk perubahan lainnya yang
23
Sentosa Sembiring, Op.Cit, hlm.18-19
24
MuhamadDjumhanadanDjubaedillah,Op.Cit,hlm.74
suatu ciptaan yang dapat merusak apresiasi dan reputasi pencipta walaupun hak ekonomi
Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat
dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun hak cipta atau pun hak terkait telah
dialihkan.
Secara umum, hak moral berhubungan dengan hubungan spirit atau jiwa dari
pencipta dengan karyanya. Antara pencipta dan ciptaannya ada sifat kemanunggalan atau
dengan kata lain ada hubungan integral diantara keduanya. Sesuai dengan sifat manunggal
hak cipta dengan penciptanya, dari segi moral seseorang atau badan hukum tidak
diperkenankan melakukan perubahan terhadap suatu hasil karya cipta, baik itu mengenai
judul, isi, apalagi penciptanya. Hal demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dari
Hak moral tidak seperti hak ekonomi, hak moral adalah hak yang tidak dapat
Jika karya dari seorang pencipta diperbanyak, diumumkan atau dipamerkan dihadapan
Hak ini akan mencegah tindakan perubahan terhadap ciptaan yang berpotensi merusak
25
EddyDamian,Op.Cit,hlm.42
26
OttoHasibuan,HakCiptadiIndonesia,PTAlumni,Bandung,2014,hlm.69
27
TomiSuryoUtomo,Op.Cit,hlm.89
Hak ekonomi merupakan suatu hak yang diberikan oleh Undang-Undang secara
biasanya berupa publikasi suatu salinan ciptaan atau fonogram supaya dapat tersedia
publik dengan suatu pertunjukan, atau penyiaran melalui kabel atau tanpa kabel melalui
lembaga penyiaran, dan lain-lain. Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau
pemegang hak cipta untuk mendapatkan ekonomi atas ciptaan (Pasal 8 Undang-Undang
Hak Cipta). Pasal 9 Undang-Undang Hak Cipta menyebutkan bahwa pencipta atau
a. Penerbitan ciptaan;
c. penerjemahan ciptaan;
f. pertunjukan ciptaan;
g. pengumuman ciptaan28;
i. penyewaan ciptaan.
Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi seperti yang disebutkan diatas wajib
mendapatkan izin terlebih dahulu dari pencipta atau pemegang hak cipta. Berbeda dari
bidang-bidang kekayaan HKI lain, hak cipta lahir bukan karena pendaftaran, artinya hak
28
Pengumuman yang dimaksud dalam hal ini adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran, penyebarluasan suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun termasuk media internet, atau
melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca didengan atau dilihat orang lain, Pasal 1 ayat
(11) Undang-Undang Hak Cipta
cipta termasuk telah dimiliki penciptanya pada saat lahirnya karya cipta yang
bersangkutan. Hal ini merupakan prinsip pokok yang mendasari hak cipta. Namun,
prinsip dasar ini tidak menghalangi pencipta untuk mendaftarkan karyanya, dan
terbukti sangat bermanfaat bagi para pencipta karena dapat dipergunakan sebagai alat
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi (Pasa l1 ayat
(2) Undang-Undang Hak Cipta). Berdasarkan definisi yang dijelaskan dalam Undang-
Undang Hak Cipta tersebut, dapat disimpulkan bahwa pencipta adalah orang perorangan,
akan tetapi apabila suatu ciptaan tidak disebutkan penciptanya, maka badan hukum bisa
orang dianggap sebagai pencipta apabila namanya telah terdaftar dalam daftarumum
ciptaan pada Direktorat Jendral HKI, atau orang yang namanya disebut dalam ciptaan
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang
menerima hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih
lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah (Pasal 1 ayat (4) Undang-
Undang Hak Cipta). Keadaan dimana pemegang hak cipta bukan pencipta, terjadi karena
adanya proses pengalihan hak cipta dari pencipta kepada pihak tertentu disertai dengan
pemberian kompensasi (imbalan atau royalti) dari penerima hak cipta kepada pencipta.30
29
Tomi Suryo Utomo, Op.Cit, hlm.71
30
BernardNainggolan,Op.Cit,hlm.80
Lembaga Manajemen Kolektif yaitu institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba
yang diberi kuasa oleh pencipta, pemegang hak cipta, dan/atau pemilik hak terkait guna
mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti (Pasal
lembaga non-pemerintah yang berbentuk badan hukum yang diberikuasa oleh pencipta,
pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait guna mengelola sebagian hak ekonominya
mengajukan permohonan izin operasional kepada menteri agar dapat mengumpulkan, dan
mendistribusikan royalti. Setiap LMK harus bersifat non-profit (nirlaba) yang beroperasi
untuk kepentingan pencipta dan pemegang hak terkait serta untuk kepentingan nasional.
dipenuhi, yaitu:
a. Calon LMK harus mengajukan permohonan pendirian LMK kepada Menteri Hukum dan
HAM RepublikIndonesia;
c. Calon LMK harus mendapatkan dukungan pencipta dan pemegang hak terkait sebagai
calon pemberi kuasa paling sedikit 50 (lima puluh) orang yang ditujukan dengan surat
pernyataan bermaterai;
Pada bagian operasional LMK, yang harus diatur dalam undang-undang, yaitu:
31
BernardNainggolan,Op.Cit,hlm.310
a) Setiap LMK berhak memberikan lisensi penggunaan lagu atau musik, khususnya bagi
pengguna lagu atau musik yang bersifat komersial. LMK harus membuat daftar pengguna
lagu yang menjadi sasaran lisensi dan mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan
HAM RI;
b) Setiap LMK berhak menagih dan mengumpulkan royalti dari pengguna lagu atau musik
yang sudah memiliki lisensi pengunaan lagu atau musik. LMK harus menetapkan tarif
royalti dan ukuran-ukuran yang dipakai yang disepakati secara bersama dengan asosiasi
pengguna lagu atau musik dan mendapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM RI;
c) Royalti yang dikumpulkan LMK, setelah dipotong biaya administrasi yang besarnya
tidak melebihi 30% (tiga puluhpersen) harus didistribusikan sepenuhnya kepada pencipta
atau pemegang hak terkait yang berhak. LMK harus membuat sistem pendistribusian
d) Setiap LMK harus membuat sistem administrasi keuangan dan sistem akuntasi serta
sistem pengelolaan asset yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku;
e) Setiap LMK harus memiliki website yang berisikan informasi menyeluruh tentang LMK
dan untuk pelayanan kepada user dan stakeholder (pencipta, pemegang hak cipta dan
f) Setiap LMK harus membuat laporan keuangan setiap akhir tahun yang diaudit oleh
akuntan publik dan mempublikasikan dimedia massa, setidaknya pada website LMK
yang bersangkutan.32
Kembali pada tujuan awal pembentukan LMK yaitu menjaga hak ekonomi dari
pencipta, maka setiap pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait harus menjadi
anggota LMK guna menjaga hak ekonomi tersebut agar LMK dapat menarik imbalan yang
32
BernardNainggolan,Op.Cit,hlm.312-313
wajar dari pengguna yang memanfaatkan hak cipta dan hak terkait dalam bentuk layanan
publik yang bersifat komersial. Pengguna hak cipta atau hak terkait yang memanfaatkan
hak ekonomi membayar royalti kepada pencipta atau pemegang hak cipta melalui lembaga
ini, dengan demikian pemanfaatan ciptaan atau produk hak terkait secara komersial oleh
user tidak dianggap sebagai pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta, sepanjang user telah
LMK memberikan solusi dari masalah yang berkaitan dengan hak cipta dalam bentuk
karyanya. LMK ditunjuk oleh pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengurus hak
ciptanya. Hal-hal yang diurus oleh LMK diantaranya yaitu pengesahan hak-hak
pemungutan royalti dan pelaksanaan hak untuk dan atas nama pemegang hak cipta.
Didalam Undang-Undang Hak Cipta, LMK diatur didalam Bab XII (Pasal 87 – Pasal 93).
LMK wajib melakukan koordinasi dan menetapkan besaran royalti yang menjadi hak
keadilan (Pasal 89 ayat (3) Undang-Undang Hak Cipta). LMK hanya dapat menggunakan
dana operasional paling banyak 20% (dua puluh persen) dari jumlah keseluruhan royalti
yang dikumpulkan setiap tahunnya. Pada5 (lima) tahun pertama sejak berdirinya LMK
berdasarkan undang-undang ini, LMK dapat menggunakan dana operasional paling banyak
30% (tiga puluh persen) dari jumlah keseluruhan royalti yang dikumpulkan setiap tahunnya.
(Pasal 91 Undang-Undang Hak Cipta). Fungsi dari LMK dibidang lagu atau musik adalah
sebagai berikut:
a. Posisinya adalah mewakili para pencipta atau pemegang hak dalam melakukan
bargaining atau mengikat kerjasama dengan para pengguna lagu atau musik (user).
33
TimVisiYustisia,PanduanResmiHakCipta,Visimedia,Jakarta,2015,hlm.33-34
b. Kontribusinya adalah membantu pencipta lagu atau musik mewujudkan hak-hak
ekonominya dan memastika supaya setiap pengeksploitasian ciptaan lagu atau musik
oleh pihak lain senantiasa dilandasi lisensi pemakaian lagu atau musik.
LMK wajib melakukan audit keuangan dan audit kinerja yang dilaksanakan oleh
akuntan publik paling sedikit 1 (satu) tahun sekali dan diumumkan hasilnya kepada
masyarakat melalui media cetak nasional dan media elektronik. Menteri melaksanakan
Salah satu LMK diIndonesia, yaitu Wahana Musik Indonesia (WAMI). WAMI
adalah suatu badan usaha yang bergerak dibidang Collective Management Organization
(CMO) atau Lembaga Manajemen Kolektif pengelola eksploitasi karya cipta lagu
terutama untuk royalti atas hak mengumumkan (performing rights). WAMI tidak
pekerjaan WAMI adalah hanya mengelola hak pengumuman lagu-lagu / karya cipta
musik dari pemberi kuasa. WAMI berdiri pada 15 September 2006 dan telah disahkan
oleh Menteri Hukum dan HAM pada 5 Januari 2007. Awal berdirinya WAMI, bentuk
badan hukumnya yaitu PT, namun pada April 2015 menjadi badan hukum nirlaba sesuai
dengan amanat Undang-Undang Hak Cipta setelah didaftarkan pada Menteri Hukum dan
HAM dan telah mendapatkan izin operasional. Sebagai salah satu LMK, WAMI hanya
memiliki cabang diwilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah dan hanya terbatas pada
pengurusan lisensi.35
34
Ibid,hlm.34
35
Wawancara 22 Januari 2016, BudiYuniawan, Ketua Umum Wahana Musik Indonesia
Pustaka Musik, Musica Studios, Nagaswara Publisherindo, Jawara Pustaka Musik,
Penerbit Karya Musik Pertiwi, Trinity Optima Publishing, Mobimax Multimedia, Mitra
Kreasi Prima, ARKA Publishing & Universal Publishing, sebagai pemegang hak
eksploitasi yang sah atas karya cipta lagu. 36 Tujuan didirikannya WAMI adalah
yang mengelola mechanical rights. Aktivitas pengelolaan performing rights oleh WAMI
adalah me-manage dan meng-collect royalti dari iklan dimedia baik media cetak, televisi,
memungut royalti atas hak mengumumkan kepada user lain, seperti live concert, hotel,
restoran, cafe, shopping centre, cinema, karaoke house, recreation park, transportation,
dan ringbacktone (RBT) berdasarkan kuasa dari penerbit musik dan penciptalagu. 37
36
http://www.wami.co.id/web2/home/index.php,diakses pada tanggal 30 Oktober 2018
37
WahanaMusikIndonesia,CompanyProfile,2011,ditambahhasilwawancaradengan
Budi,salah seorangpengurus WAMI pada bu0.lan April 2011dalamBernard Nainggolan,Op.Cit, hlm.241