Anda di halaman 1dari 19

COPYRIGHT & TRADEMARK

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Cyber & IT

Oleh :
1. Riska Dwi Khoiroiyaroh NPM. 21611100083
2. Ayu Ristiana NPM. 21611100017
3. Yuan Fahlesi NPM. 21611100023
4. Brilian Helza Mahendra NPM. 21611100034

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dimana dengan rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok yang merupakan tugas mata
kuliah Hukum Adat ini.
Tugas ini merupakan tugas yang dikerjakan secara kelompok yang tergabung
dalam Kelompok I dengan judul “Copyright & Trademark”.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pengampu mata kuliah
Hukum Cyber & IT yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahannya
sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak yang perlu dibenahi baik secara
substansinya, tinjauan pustakanya, tata cara penyusunannya, maupun kajian- kajian
telaahannya, karena berbagai keterbatasan kami di dalam menggali materi dan
menganalisa permasalahan yang ada, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari
Dosen Pengampu guna melengkapi kekurangan tersebut.

Hormat kami,

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Begitu banyaknya kasus pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia, tentunya
merupakan suatu hal yang meresahkan para pencipta suatu karya. Suatu bentuk kreativitas
seseorang yang harusnya dihargai, justru dijadikan sebagai kesempatan untuk mencari
keuntungan bagi berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab.
Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnik/ suku bangsa dan budaya
serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembangan-pengembangannya yang
memerlukan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari
keanekaragaman tersebut. perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi telah
sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak
terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas.
Melihat pemberitaan yang disampaikan oleh Vivanews pada tanggal 1 Mei 2012
menyatakan bahwa Amerika Serikat kembali menggolongkan Indonesia dalam daftar negara
yang sangat bermasalah dalam pelanggaran hak cipta atau kekayaan intelektual. Amerika Serikat
berkepentingan dalam penyusunan daftar ini mengingat sebagian besar ekspor mereka terkait
dengan hak cipta.
Perkembangan teknologi seiring berjalannya waktu selalu menghasilkan produk-produk baru
atau pengembangan dari produk-produk sebelumnya yang memiliki kualitas berbeda-beda. Saat
produk tersebut ingin dikenalkan dan dijual ke konsumen, maka perusahaan membutuhkan
merek. Menurut pasal 1 butir 1 Undang-Undang Merek 2001 diberikan suatu definisi tentang
merek yaitu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Merek memiliki kemampuan sebagai tanda yang dapat membedakan hasil perusahaan yang
satu dengan perusahaan yang lain di dalam pasar, baik untuk barang/jasa yang sejenis maupun
yang tidak sejenis. Fungsi merek tidak hanya sekedar untuk membedakan suatu produk dengan
produk lain, melainkan juga berfungsi sebagai aset perusahaan yang tidak ternilai harganya,
khususnya untuk merek-merek yang berpredikat terkenal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hak cipta?
2. Bagaimana sejarah munculnya hak cipta?
3. Apa saja dasar hukum dari hak cipta?
4. Apa saja sifat dari hak cipta?
5. Apa fungsi dari hak cipta?
6. Definisi serta penjelasan mengenai Hak Merek
7. Pengaturan mengenai Hak Merek

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi hak cipta
2. Mengetahu isejarah munculnya hak cipta
3. Mengetahui dasar hukum dari hak cipta
4. Mengetahui sifat dari hak cipta
5. Mengetahui fungsi dari hak cipta
6. Mengetahui Definisi serta penjelasan mengenai Hak Merek
7. Mengetahui Pengaturan mengenai Hak Merek
BAB 2
PEMBAHASAN

1.Definisi Hak Cipta


Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, pengertian hak cipta adalah hak khusus
bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa hak cipta itu hanya
dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima hak. Hanya namanya yang disebut sebagai
pemegang hak khususnya yang boleh menggunakan hak cipta dan ia dilindungi dalam
penggunaan haknya terhadap subjek lain yang menggangu atau yang menggunakannya tidak
dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hokum.
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, pengertian hak cipta adalah hak khusus
bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa hak cipta itu hanya
dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima hak. Hanya namanya yang disebut sebagai
pemegang hak khususnya yang boleh menggunakan hak cipta dan ia dilindungi dalam
penggunaan haknya terhadap subjek lain yang menggangu atau yang menggunakannya tidak
dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hokum.
Menurut Wikipedia, hak cipta (lambang internasional: ©, Unicode: U+00A9) adalah
hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan
gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu
ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi
penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku
tertentu yang terbatas.
Terdapat 3 (tiga) istilah dalam hak cipta, yaitu:
a. Pencipta
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, cekatan,
keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
b. Pemegang Hak Cipta
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang
menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari
pihak yang menerima hak tersebut.
c. Ciptaan
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk yang khas dan menunjukkan
keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.

2.Sejarah Hak Cipta


Konsep hak cipta di Indonesia merupakan terjemahan dari konsep copyright dalam bahasa
Inggris (secara harafiah artinya "hak salin"). Copyright ini diciptakan sejalan dengan penemuan
mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari
sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan proses pembuatan
karya aslinya. Sehingga, kemungkinan besar para penerbitlah, bukan para pengarang, yang
pertama kali meminta perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat disalin.
Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit untuk menjual karya
cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang copyright mulai diundangkan pada tahun 1710
dengan Statute of Anne di Inggris, hak tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit.
Peraturan tersebut juga mencakup perlindungan kepada konsumen yang menjamin bahwa
penerbit tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut setelah transaksi jual beli
berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi
pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian setelah itu karya tersebut menjadi
milik umum.
Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Bern
tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) pada tahun 1886 adalah yang pertama kali
mengatur masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam konvensi ini, copyright
diberikan secara otomatis kepada karya cipta, dan pengarang tidak harus mendaftarkan karyanya
untuk mendapatkan copyright. Segera setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu
media, si pengarang otomatis mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan
juga terhadap karya derivatifnya, hingga si pengarang secara eksplisit menyatakan sebaliknya
atau hingga masa berlaku copyright tersebut selesai.
Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi
Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karsa bangsa
asing tanpa harus membayar royalty.
Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta
berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad No. 600 Tahun 1912 dan menetapkan Undang-undang
No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di
Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-undang No. 7 Tahun
1987, Undang-undang No. 12 Tahun 1997, dan pada akhirnya dengan Undang-undang No. 19
Tahun 2002 yang kini berlaku.
Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam pergaulan
antarnegara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi pembentukan World Trade Organization -
WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), yang mencakup pula Agreement on Trade Related
Aspects of Intellectual Propertyrights - TRIPs (Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak
Kekayaan Intelektual). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-undang No. 7
Tahun 1994. Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property
Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) melalui Keputusan Presiden No.
19 Tahun 1997.

3.Dasar Hukum Hak Cipta


Indonesia saat ini telah meratifikasi konvensi internasional dibidang hak cipta yaitu
namanya Berne Convension tanggal 7 Mei 1997 dengan Kepres No. 18/ 1997 dan dinotifikasikan
ke WIPO tanggal 5 Juni 1997, dengan konsekuensi Indonesia harus melindungi dari seluruh
negara atau anggota Berne Convention.
Perlindungan hak cipta diatur dalam Undang-undang No. 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta ,
kemudian diubah menjadi UU No. 7 tahun 1987, dan diubah lagi menjadi UU No. 12 1987
beserta peraturan pelaksanaannya.
Selain UU tersebut di atas, terdapat dasar hukum lain atas hak cipta, antara lain:
a. Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the
World Trade Organization (WTO).
b. Undang-undang No. 10/1995 tentang Kepabeanan.
c. Undang-undang No. 12/1997 tentang Hak Cipta.
d. Undang-undang No. 14/1997 tentang Merek.
e. Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the
Protection of Industrial Property dan Convention Establishing the World Intellectual
Property Organization.
f. Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty.
g. Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the
Protection of Literary and Artistic Works.
h. Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty.

4.Sifat Hak Cipta


Sifat-sifat hak cipta diatur dalam pasal 3 ayat (1) dan (2) No. 19 Tahun 2002, yaitu:
a. Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak.
b. Hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena
beberapa hal, seperti pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tulis, dan sebab-sebab lain
yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Serta pasal 4 ayat (1) dan (2) UU yang sama, yaitu:
a. Hak cipta yang dimiliki oleh Pencipta, yang setelah Penciptanya meninggal dunia,
menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak
dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hokum.
b. Hak cipta yang tidak atau belum diumumkan yang setelah Penciptanya meninggal
dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut
tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hokum.

5.Fungsi Hak Cipta


Secara umum, fungsi hak cipta diatur dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No. 19 Tahun
2002:
a. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Pencipta dan/ atau pemegang hak cipta atas karya sinematografi dan program
komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya menyewakan ciptaannya untuk kepentingan yang bersifat komersial.

6. Definisi, Fungsi dan Dasar Hukum Trademark (Hak Merk)

1.1 Definisi

Pengertian Merek berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 adalah suatu


“tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, sususan warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa”.

Pengertian Merek menurut Harsono Adisumarto adalah tanda pengenal yang


membedakan milik seseorang dengan orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan memberi
cap pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggembalaan bersama yang luas.
Cap tersebut itu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang
bersangkutan tersebut telah ada pemiliknya. Biasanya dalam membedakan tanda atau merek
digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan.

Pengertian Merek menurut Prof R Soekardono adalah suatu tanda yang mempribadikan
sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin
kualitasnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau
diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.

Dari berbagai pandangan para sarjana dan pengertian merek berdasarkan UU Merek
sebagaimana telah dikemukakan di atas, secara umum dapat diberikan pemahaman bahwa merek
adalah suatu tanda untuk membedakan barang-barang atau jasa sejenis yang dihasilkan dan
diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang atau
jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai
jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan..
Merek Dagangadalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan barang-barang sejenis lainnya.

Merek Jasaadalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-
jasa sejenis lainnya.

Merek Kolektifadalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara
bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain
melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk
menggunakan Merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang
didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu. Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan
pencatatannya kepada DJHKI dengan dikenakan biaya. Akibat hukum dari adanya pencatatan
perjanjian lisensi tersebut adalah bahwa perjanjian lisensi tersebut selain berlaku bagi para pihak,
juga mengikat pihak ketiga.

1.2 Fungsi

Fungsi Merek

Menurut Endang Purwaningsih, suatu merek digunakan oleh produsen atau pemilik merek
untuk melindungi produknya, baik berupa jasa atau barang dagang lainnya, menurut beliau suatu
merek memiliki fungsi sebagai berikut:

 Fungsi pembeda, yakni membedakan produk yang satu dengan produk perusahaan lain;
 Fungsi jaminan reputasi, yakni selain sebagai tanda asal usul produk, juga secara pribadi
menghubungkan reputasi produk bermerek tersebut dengan produsennya, sekaligus
memberikan jaminan kualitas akan produk tersebut;
 Fungsi promosi, yakni merek juga digunakan sebagai sarana memperkenalkan dan
mempertahankan reputasi produk lama yang diperdagangkan, sekaligus untuk menguasai
pasar;
 Fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri, yakni merek dapat menunjang
pertumbuhan industri melalui penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri dalam
menghadapi mekanisme pasar bebas.

Fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang dan konsumen. Dari segi produsen
merek digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas, kemudian
pemakaiannya, dari pihak pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang
dagangannya guna mencari dan meluaskan pasaran, dari pihak konsumen, merek digunakan
untuk mengadakan pilihan barang yang akan dibeli.

Sedangkan, Menurut Imam Sjahputra, fungsi merek adalah sebagai berikut:

 Sebagai tanda pembeda (pengenal);


 Melindungi masyarakat konsumen;
 Menjaga dan mengamankan kepentingan produsen;
 Memberi gengsi karena reputasi;
 Jaminan kualitas.

Fungsi Pendaftaran Merek

1. Sebagai alat bukti kepemilikan hak atas merek yang didaftarkan;


2. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama pada keseluruhannya atau sama pada
pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenisnya;
3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama pada
keseluruhannya atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenisnya.
1.3 Dasar Perlindungan Hak Merek

 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek (UUM)

7. Pengaturan Hak Merek

2.1 Perlindungan Hak Merek

Perlindungan hak merek diperoleh setelah dilakukan pendaftaran merek. Merek yang sudah
didaftarkan disebut Merek Terdaftar, sering disimbolkan dengan tanda ® (registered) setelah
merek atau tanda ™ (trademark) setelah merek.

 Tujuan Perlindungan Hak Merek

Perlindungan hak merek dimaksudkan untuk melindungi pemilikan atas merek, investasi dan
goodwill (nama baik) dalam suatu merek, dan untuk melindungi konsumen dari kebingungan
menyangkut asal usul suatu barang atau jasa. Perlindungan hak merek dilakukan melalui
Pendaftaran Merek.

 Justifikasi Perlindungan Merek

Paling tidak terdapat tiga (3) justifikasi perlindungan hak merek menurut Bently & Sherman,
yaitu:

a) Kreatifitas.

Usaha untuk membenarkan perlindungan Merek dengan argumentasi kreatifitas adalah suatu
hal yang lemah, sebagian karena pada saat hubungan antara barang dengan Merek dipicu dan
dikembangkan oleh pedagang, namun peran yang sama besarnya justru diciptakan oleh
konsumen dan masyarakat. Bently dan Sherman memandang, bahwa argumentasi yang paling
meyakinkan dalam hal ini terkait dengan pendapat yang melihat Merek sebagai imbalan atas
investasi.

b) Informasi.

Ini merupakan justifikasi utama perlindungan merek, karena merek digunakan dalam
kepentingan umum sehingga meningkatkan pasokan informasi kepada konsumen dan dengan
demikian meningkatkan efisiensi pasar. Merek merupakan cara singkat komunikasi informasi
kepada pembeli dilakukan dalam rangka membuat pilihan belanja. Dengan melindungi merek,
lewat pencegahan pemalsuan oleh pihak lain, maka akan menekan biaya belanja dan pembuatan
keputusan. Peran iklan dalam dunia industri yang makin dominan menjadikan perlindungan
merek menjadi semakin penting.

c) Etis.

Argumentasi etis utama bagi perlindungan Merek didasarkan pada gagasan mengenai keadilan
dan fairness. Khususnya dikatakan bahwa “seseorang tidak boleh memetik dari yang tidak
ditanamnya”. Lebih khusus dikatakan dalam argumentasi ini, bahwa dengan mengadopsi Merek
orang lain maka seseorang telah mengambil keuntungan dari nama baik yang dihasilkan oleh
pemilik asli Merek.

7. Penegakan Hukum Hak Merek

2.1.1 Penghapusan dan Pembatalan Hak Merek

1. Penghapusan

Penghapusan pendaftaran Merek dari Daftar Umum Merek dapat dilakukan atas prakarsa
Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik Merek yang bersangkutan.
Penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika :
a) Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang
dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang
dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; atau

b) Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau
jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek
yang didaftar.

Permohonan penghapusan pendaftaran Merek oleh pemiik Merek atau Kuasanya, baik sebagian
atau seluruh jenis barang dan/atau jasa, diajukan kepada Direktorat Jenderal. Penghapusan
pendaftaran Merek berdasarkan alasan dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk
gugatan kepada Pengadilan Niaga.

2. Pembatalan

Gugatan Pembatalan Pendaftaran Merek diajukan oleh pihak yang berkepentingan


dengan alasan bahwa merek termasuk dalam merek yang tidak dapat didaftar atau harus ditolak

Hal-Hal yang Menyebabkan Suatu Merek Tidak Dapat di Daftarkan:

 Didaftarkan oleh pemohon yang tidak beritikad baik.


 Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas keagamaan,
kesusilaan, atau ketertiban umum.
 Tidak memiliki daya pembeda
 Telah menjadi milik umum
 Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya. (Pasal 4 dan Pasal 5 UU Merek).

Disini Pemilik Merek yang tidak terdaftar/ditolak dapat mengajukan gugatan setelah
mengajukan Permohonan ke Direktorat Jenderal. Gugatan tersebut diajukan ke Pengadilan
Niaga, dalam hal penggugat tinggal di luar wilayah Republik Indonesia, gugatan diajukan kepada
Pengadilan Niaga di Jakarta.
Agar dapat diterima sebagai Merek, sebuah tanda haruslah memiliki “Daya Pembeda”. Daya
Pembeda adalah kemampuan suatu merek yang dimiliki untuk membedakan barang tersebut dari
barang sejenis yang diproduksi oleh pihak lainnya. Dengan kata lain, tanda tersebut telah
memperoleh arti yang kedua (secondary meaning). Sebagai contoh, “Apple” secara harafiah bisa
berarti buah Apel, namun dalam perdagangan merupakan merek komputer.

Kata-kata yang deskriptif namun tidak memiliki daya pembeda tidak bisa dijadikan sebagai
merek. Kalimat yang panjang, juga tidak bisa menjadi merek (terlalu rumit). Selain itu, tanda
yang terlalu sederhana tidak bisa pula dijadikan sebagai merek, misalnya: “.” atau “ – “ .
Lambang negara, organisasi, bendera resmi negara, organisasi, hasil karya cipta orang lain, tidak
bisa dijadikan merek.

Tanda yang mengganggu kepentingan umum, ketertiban umum, melawan hukum, tidak bisa
menjadi merek. Misalnya tanda-tanda yang terkait dengan pornografi, organisasi kejahatan, dll.

Apabila terjadi penyalah gunaan Gugatan dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak tanggal pendaftaran merek atau dapat dilakukan tanpa batas waktu apabila Merek yang
bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilan, atau ketertiban umum.

Terhadap putusan Pengadilan Niaga tersebut dapat diajukan kasasi. Setelah isi putusan keluar
maka segera disampaikan oleh Panitera yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah
tanggal putusan diucapkan. Oleh Direktorat Jenderal dilaksanakan pembatalan pendaftaran
merek dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek, setelah
putusan tersebut diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

2.1.2 Penyelesaian Sengketa

 Gugatan Pembatalan Merek

Pemilik Merek Terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa
hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
untuk barang atau jasa yang sejenis berupa gugatan ganti rugi, dan/atau penghentian semua
perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut. Gugatan diajukan kepada
Pengadilan Niaga.

 Tata Cara Gugatan Pada Pengadilan Niaga

Gugatan pembatalan pendaftaran Merek :

1. Diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau
domisili.

2. Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan tersebut diakukan
kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

3. Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang bersangkutan


diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani panitera
dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran gugatan.

4. Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.

5. Dalam Jangka paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal gugatan pembatalan
didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan dari sidang.

6. Sidang Pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.

7. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah gugatan
pembatalan didaftarkan.

8. Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari
setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas
persetujuan Ketua Mahkamah Agung.

9. Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) yang memuat secara
lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan tersebut
diajuka suatu upaya hukum.
10. Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (9) wajib disampaikan oleh
juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan atas gugatan
pembatalan diucapkan.

 Alternatif Penyelesaian Sengketa

Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud di atas, para pihak dapat menyelesaikan
sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Dapat dilihat bahwa pelanggaran-pelanggaran hak cipta terjadi karena 3 (tiga) faktor
utama, yaitu masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap ketentuan hak cipta yang
telah diberlakukan, belum tegasnya penerapan sanksi terhadap para pelaku yang terlibat untuk
memberikan efek jera, serta kurangnya sosialisasi atau penyuluhan pemerintah tentang
pentingnya penghargaan terhadap suatu kekayaan intelektual kepada masyarakat.

Merek adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
sususan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Perlindungan Hak Merek dimaksudkan untuk melindungi pemilikan atas merek, investasi
dan goodwill (nama baik) dalam suatu merek, dan untuk melindungi konsumen dari kebingungan
menyangkut asal usul suatu barang atau jasa. Perlindungan hak merek dilakukan melalui
Pendaftaran Merek.
DAFTAR PUSTAKA

URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta, 03 Oktober 2015.

URL: http://dunia.vivanews.com/news/read/309208-as--ri-masuk-daftar-pelanggaran-hak-cipta,
04 Oktober Mei 2015.

URL: http://hakintelektual.com/hak-cipta/masa-berlaku-hak-cipta/, 04 Oktober 2015.

URL: http://hakintelektual.com/hak-cipta/prosedur-pendaftaran-ciptaan/, 03 Oktober 2015

URL: http://www.dgip.go.id/hak-cipta/referensi-hukum-cipta, 04 Oktober 2015


H. OK. Saidin, 2007, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual(Intellectual Property Rights), PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta

Endang Purwaningsih, 2005, Perkembangan Hukum (Intellectual Property Rights), Ghalia


Indonesia, Bogor

Ditjen HKI, 2011, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Tangerang

Anda mungkin juga menyukai