Makalah
Oleh :
1. Riska Dwi Khoiroiyaroh NPM. 21611100083
2. Ayu Ristiana NPM. 21611100017
3. Yuan Fahlesi NPM. 21611100023
4. Brilian Helza Mahendra NPM. 21611100034
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dimana dengan rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok yang merupakan tugas mata
kuliah Hukum Adat ini.
Tugas ini merupakan tugas yang dikerjakan secara kelompok yang tergabung
dalam Kelompok I dengan judul “Copyright & Trademark”.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pengampu mata kuliah
Hukum Cyber & IT yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahannya
sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak yang perlu dibenahi baik secara
substansinya, tinjauan pustakanya, tata cara penyusunannya, maupun kajian- kajian
telaahannya, karena berbagai keterbatasan kami di dalam menggali materi dan
menganalisa permasalahan yang ada, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari
Dosen Pengampu guna melengkapi kekurangan tersebut.
Hormat kami,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Begitu banyaknya kasus pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia, tentunya
merupakan suatu hal yang meresahkan para pencipta suatu karya. Suatu bentuk kreativitas
seseorang yang harusnya dihargai, justru dijadikan sebagai kesempatan untuk mencari
keuntungan bagi berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab.
Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnik/ suku bangsa dan budaya
serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembangan-pengembangannya yang
memerlukan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari
keanekaragaman tersebut. perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi telah
sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak
terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas.
Melihat pemberitaan yang disampaikan oleh Vivanews pada tanggal 1 Mei 2012
menyatakan bahwa Amerika Serikat kembali menggolongkan Indonesia dalam daftar negara
yang sangat bermasalah dalam pelanggaran hak cipta atau kekayaan intelektual. Amerika Serikat
berkepentingan dalam penyusunan daftar ini mengingat sebagian besar ekspor mereka terkait
dengan hak cipta.
Perkembangan teknologi seiring berjalannya waktu selalu menghasilkan produk-produk baru
atau pengembangan dari produk-produk sebelumnya yang memiliki kualitas berbeda-beda. Saat
produk tersebut ingin dikenalkan dan dijual ke konsumen, maka perusahaan membutuhkan
merek. Menurut pasal 1 butir 1 Undang-Undang Merek 2001 diberikan suatu definisi tentang
merek yaitu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Merek memiliki kemampuan sebagai tanda yang dapat membedakan hasil perusahaan yang
satu dengan perusahaan yang lain di dalam pasar, baik untuk barang/jasa yang sejenis maupun
yang tidak sejenis. Fungsi merek tidak hanya sekedar untuk membedakan suatu produk dengan
produk lain, melainkan juga berfungsi sebagai aset perusahaan yang tidak ternilai harganya,
khususnya untuk merek-merek yang berpredikat terkenal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hak cipta?
2. Bagaimana sejarah munculnya hak cipta?
3. Apa saja dasar hukum dari hak cipta?
4. Apa saja sifat dari hak cipta?
5. Apa fungsi dari hak cipta?
6. Definisi serta penjelasan mengenai Hak Merek
7. Pengaturan mengenai Hak Merek
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi hak cipta
2. Mengetahu isejarah munculnya hak cipta
3. Mengetahui dasar hukum dari hak cipta
4. Mengetahui sifat dari hak cipta
5. Mengetahui fungsi dari hak cipta
6. Mengetahui Definisi serta penjelasan mengenai Hak Merek
7. Mengetahui Pengaturan mengenai Hak Merek
BAB 2
PEMBAHASAN
1.1 Definisi
Pengertian Merek menurut Prof R Soekardono adalah suatu tanda yang mempribadikan
sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin
kualitasnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau
diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.
Dari berbagai pandangan para sarjana dan pengertian merek berdasarkan UU Merek
sebagaimana telah dikemukakan di atas, secara umum dapat diberikan pemahaman bahwa merek
adalah suatu tanda untuk membedakan barang-barang atau jasa sejenis yang dihasilkan dan
diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang atau
jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai
jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan..
Merek Dagangadalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan barang-barang sejenis lainnya.
Merek Jasaadalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-
jasa sejenis lainnya.
Merek Kolektifadalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara
bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain
melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk
menggunakan Merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang
didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu. Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan
pencatatannya kepada DJHKI dengan dikenakan biaya. Akibat hukum dari adanya pencatatan
perjanjian lisensi tersebut adalah bahwa perjanjian lisensi tersebut selain berlaku bagi para pihak,
juga mengikat pihak ketiga.
1.2 Fungsi
Fungsi Merek
Menurut Endang Purwaningsih, suatu merek digunakan oleh produsen atau pemilik merek
untuk melindungi produknya, baik berupa jasa atau barang dagang lainnya, menurut beliau suatu
merek memiliki fungsi sebagai berikut:
Fungsi pembeda, yakni membedakan produk yang satu dengan produk perusahaan lain;
Fungsi jaminan reputasi, yakni selain sebagai tanda asal usul produk, juga secara pribadi
menghubungkan reputasi produk bermerek tersebut dengan produsennya, sekaligus
memberikan jaminan kualitas akan produk tersebut;
Fungsi promosi, yakni merek juga digunakan sebagai sarana memperkenalkan dan
mempertahankan reputasi produk lama yang diperdagangkan, sekaligus untuk menguasai
pasar;
Fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri, yakni merek dapat menunjang
pertumbuhan industri melalui penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri dalam
menghadapi mekanisme pasar bebas.
Fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang dan konsumen. Dari segi produsen
merek digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas, kemudian
pemakaiannya, dari pihak pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang
dagangannya guna mencari dan meluaskan pasaran, dari pihak konsumen, merek digunakan
untuk mengadakan pilihan barang yang akan dibeli.
Perlindungan hak merek diperoleh setelah dilakukan pendaftaran merek. Merek yang sudah
didaftarkan disebut Merek Terdaftar, sering disimbolkan dengan tanda ® (registered) setelah
merek atau tanda ™ (trademark) setelah merek.
Perlindungan hak merek dimaksudkan untuk melindungi pemilikan atas merek, investasi dan
goodwill (nama baik) dalam suatu merek, dan untuk melindungi konsumen dari kebingungan
menyangkut asal usul suatu barang atau jasa. Perlindungan hak merek dilakukan melalui
Pendaftaran Merek.
Paling tidak terdapat tiga (3) justifikasi perlindungan hak merek menurut Bently & Sherman,
yaitu:
a) Kreatifitas.
Usaha untuk membenarkan perlindungan Merek dengan argumentasi kreatifitas adalah suatu
hal yang lemah, sebagian karena pada saat hubungan antara barang dengan Merek dipicu dan
dikembangkan oleh pedagang, namun peran yang sama besarnya justru diciptakan oleh
konsumen dan masyarakat. Bently dan Sherman memandang, bahwa argumentasi yang paling
meyakinkan dalam hal ini terkait dengan pendapat yang melihat Merek sebagai imbalan atas
investasi.
b) Informasi.
Ini merupakan justifikasi utama perlindungan merek, karena merek digunakan dalam
kepentingan umum sehingga meningkatkan pasokan informasi kepada konsumen dan dengan
demikian meningkatkan efisiensi pasar. Merek merupakan cara singkat komunikasi informasi
kepada pembeli dilakukan dalam rangka membuat pilihan belanja. Dengan melindungi merek,
lewat pencegahan pemalsuan oleh pihak lain, maka akan menekan biaya belanja dan pembuatan
keputusan. Peran iklan dalam dunia industri yang makin dominan menjadikan perlindungan
merek menjadi semakin penting.
c) Etis.
Argumentasi etis utama bagi perlindungan Merek didasarkan pada gagasan mengenai keadilan
dan fairness. Khususnya dikatakan bahwa “seseorang tidak boleh memetik dari yang tidak
ditanamnya”. Lebih khusus dikatakan dalam argumentasi ini, bahwa dengan mengadopsi Merek
orang lain maka seseorang telah mengambil keuntungan dari nama baik yang dihasilkan oleh
pemilik asli Merek.
1. Penghapusan
Penghapusan pendaftaran Merek dari Daftar Umum Merek dapat dilakukan atas prakarsa
Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik Merek yang bersangkutan.
Penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika :
a) Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang
dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang
dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; atau
b) Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau
jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek
yang didaftar.
Permohonan penghapusan pendaftaran Merek oleh pemiik Merek atau Kuasanya, baik sebagian
atau seluruh jenis barang dan/atau jasa, diajukan kepada Direktorat Jenderal. Penghapusan
pendaftaran Merek berdasarkan alasan dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk
gugatan kepada Pengadilan Niaga.
2. Pembatalan
Disini Pemilik Merek yang tidak terdaftar/ditolak dapat mengajukan gugatan setelah
mengajukan Permohonan ke Direktorat Jenderal. Gugatan tersebut diajukan ke Pengadilan
Niaga, dalam hal penggugat tinggal di luar wilayah Republik Indonesia, gugatan diajukan kepada
Pengadilan Niaga di Jakarta.
Agar dapat diterima sebagai Merek, sebuah tanda haruslah memiliki “Daya Pembeda”. Daya
Pembeda adalah kemampuan suatu merek yang dimiliki untuk membedakan barang tersebut dari
barang sejenis yang diproduksi oleh pihak lainnya. Dengan kata lain, tanda tersebut telah
memperoleh arti yang kedua (secondary meaning). Sebagai contoh, “Apple” secara harafiah bisa
berarti buah Apel, namun dalam perdagangan merupakan merek komputer.
Kata-kata yang deskriptif namun tidak memiliki daya pembeda tidak bisa dijadikan sebagai
merek. Kalimat yang panjang, juga tidak bisa menjadi merek (terlalu rumit). Selain itu, tanda
yang terlalu sederhana tidak bisa pula dijadikan sebagai merek, misalnya: “.” atau “ – “ .
Lambang negara, organisasi, bendera resmi negara, organisasi, hasil karya cipta orang lain, tidak
bisa dijadikan merek.
Tanda yang mengganggu kepentingan umum, ketertiban umum, melawan hukum, tidak bisa
menjadi merek. Misalnya tanda-tanda yang terkait dengan pornografi, organisasi kejahatan, dll.
Apabila terjadi penyalah gunaan Gugatan dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak tanggal pendaftaran merek atau dapat dilakukan tanpa batas waktu apabila Merek yang
bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilan, atau ketertiban umum.
Terhadap putusan Pengadilan Niaga tersebut dapat diajukan kasasi. Setelah isi putusan keluar
maka segera disampaikan oleh Panitera yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah
tanggal putusan diucapkan. Oleh Direktorat Jenderal dilaksanakan pembatalan pendaftaran
merek dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek, setelah
putusan tersebut diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pemilik Merek Terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa
hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
untuk barang atau jasa yang sejenis berupa gugatan ganti rugi, dan/atau penghentian semua
perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut. Gugatan diajukan kepada
Pengadilan Niaga.
1. Diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau
domisili.
2. Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan tersebut diakukan
kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
4. Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.
5. Dalam Jangka paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal gugatan pembatalan
didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan dari sidang.
6. Sidang Pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.
7. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah gugatan
pembatalan didaftarkan.
8. Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari
setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas
persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
9. Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) yang memuat secara
lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan tersebut
diajuka suatu upaya hukum.
10. Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (9) wajib disampaikan oleh
juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan atas gugatan
pembatalan diucapkan.
Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud di atas, para pihak dapat menyelesaikan
sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat dilihat bahwa pelanggaran-pelanggaran hak cipta terjadi karena 3 (tiga) faktor
utama, yaitu masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap ketentuan hak cipta yang
telah diberlakukan, belum tegasnya penerapan sanksi terhadap para pelaku yang terlibat untuk
memberikan efek jera, serta kurangnya sosialisasi atau penyuluhan pemerintah tentang
pentingnya penghargaan terhadap suatu kekayaan intelektual kepada masyarakat.
Merek adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
sususan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Perlindungan Hak Merek dimaksudkan untuk melindungi pemilikan atas merek, investasi
dan goodwill (nama baik) dalam suatu merek, dan untuk melindungi konsumen dari kebingungan
menyangkut asal usul suatu barang atau jasa. Perlindungan hak merek dilakukan melalui
Pendaftaran Merek.
DAFTAR PUSTAKA
URL: http://dunia.vivanews.com/news/read/309208-as--ri-masuk-daftar-pelanggaran-hak-cipta,
04 Oktober Mei 2015.
Ditjen HKI, 2011, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Tangerang