Anda di halaman 1dari 16

Hak Cipta, Perlindungan HAKI, Dan Pengembangan Bisnis

disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Hukum Bisnis


Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar, S.H.,M.Ag

Disusun Oleh :

Muhammad Rakha Agung Prastya (200501110106)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hak Cipta, Perlindungan HAKI,
dan Pengembangan Bisnis” dengan baik dan tepat waktu.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan bernilai bagi pembaca dan penulis
pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diperlukan demi kesempurnaan penulisan
makalah ini.

Malang, 13 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era yang sekarang atau lebih di kenal sebagai era globalisasi, banyak hal di dunia ini yang
telah terjadi terutama perkembangan terhadap suatu karya baik berupa teknologi, seni, kreasi dan lain –
lain. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberi perubahan dalam kehidupan.
Teknologi yang memberi dampak cukup besar adalah teknologi dunia internet, adanya internet
mengenalkan masyarakat kepada dunia digital. Dan dari perkembangan teknologi itu menyebabkan
semua orang bisa mengakses segala hal salah satunya adalah karya dan kreasi. Perkembangan karya
cipta di era sekarang sangatlah pesat dan mudah tersebar luaskan.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, tidak dipungkiri juga akan
adanya pelanggaran mengenai hak cipta yang terjadi dan bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Masyarakat akan melakukan apapun untuk mendapatkan barang yang murah apabila barang yang
diinginkan sangat lah mahal. Dan hal ini kerap kali di manfaatkan oleh beberapa orang yang memiliki
usaha untuk membuat bajakannya, sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih bajakan daripada
aslinya. Sehingga seiring berjalannya waktu, hukum dan peraturan mengenai hak cipta diciptakan demi
melindungi karya orisinilnya. Mengenai hak cipta ini juga dibahas dalam islam. Karenanya bila karya
seseorang tidak dilindungi akan berdampak pada keberlangsungan karya – karya kedepannya akan
semakin maju atau tidak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hak cipta
2. Apa fungsi dan sifat hak cipta
3. Apa saja cakupan hak cipta
4. Bagaimana penegakan hukum atas hak cipta
5. Bagaimana hak cipta dalam perspektif islam
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami pengertian hak cipta
2. Mampu memahami fungsi, sifat dan cakupan hak cipta
3. Mampu memahami penegakan hukum atas hak cipta
4. Mampu memahami hak cipta dalam perspektif islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Sejarah Singkat Hak Cipta


Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam undang – undang hak cipta yang berlaku saat ini
yaitu Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2002. Dalam undang – undang tersebut,
pengertian hak cipta adalah “Hak ekslusif bagi cipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan –
pembatasan menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku”.1
Sejarah hukum hak cipta menunjukkan bahwa hak cipta awalnya adalah dalam pengertian hak
untuk memperbanyak (copy right), bukan hak pencipta untuk diakui sebagai pencipta (hak maternitas)
dan hak atas keutuhan karyanya (hak intergritas). Hal ini dimulai sebagai suatu respon hukum yang atas
perubahan ekonomi saat itu di Eropa. Ronald Bettig menelusuri akar hak cipta sampai pada sistem
penerbitan Romawi, tetapi sepakat bahwa peran hak cipta dalam konteks Eropa adalah datangnya
penemuan mesin cetak pada tahun 1450.2
Undang – undang Hak Cipta (UUHC) modern pertama biasanya dianggap dimulai di Inggris
dengan dikeluarkannya Statue of Anne, yang diumumkan oleh kerajaan Inggris pada tahun 1710. Statue
of Anne merupakan produk dari kekuatan – kekuatan yang kompleks yang bertarung di masyarakat
Inggris pada saat itu. UU ini merespon secara langsung atas keberadaan penyensoran terhadap
penerbitan, yang mengarah pada kontrol monopoli terhadap penerbitan.3
Pada masa penjajahan Belanda selama 3,5 abad, Indonesia sebagai koloni Kerajaan Belanda
kedudukannya dalam hubungan internasional dan pengaturan hukum internasionalnya sebagai negara
jajahan ditentukan dan bergantung sepenuhnya pada kerajaan belanda. Dengan kondisi sedemikian ini,
hukum positif tentang hak cipta yang secara formal berlaku di Indonesia pada masa penjajahan kerajaan
Belanda adalah A.W. 1912 (Wet van 23 September 1912, Staatsblad 1912-600) mulai berlaku 23
September 1912.4
Tepatnya 12 April 1982, oleh pemerintah Indonesia diputuskan mencabut A.W. 1912 Staatsblad
Nomor 600 Tahun 1912 dan sekaligus diundangkan Undang – undang RI nomor 6 Tahun 1982 tentang
hak cipta yang dimuat dalam lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15.5 Undang – undang tersebut
kemudian diubah dengan undang – undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang – undang Nomor 12 Tahun
1997, dan pada akhirnya dengan undang – undang Nomor 19 tahun 2002 yang kini berlaku.6

1
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 293
2
R. Diah Imaningrum Susanti, Hak Cipta : Kajian Filosofis dan Historis (Setara Press, 2017), hlm 66
3
Ibid, hlm 70
4
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta : UUHC No.19 Tahun 2002 ( P.T. Alumni, 2004), hlm 138
5
Ibid, hlm 141
6
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 295
2.2 Fungsi Dan Sifat Hak Cipta
Dalam pasal 1 ayat 1, telah dijelaskan bahwa, “Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta tahu
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi batasan – batasan menurut perundang – undangan yang berlaku”.
Tegas – tegas dinyatakan adanya hak ekslusif yang dimiliki pencipta. Dialah satu – satunya
pemilik hasil ciptaannya. Oleh karenanya, terdapat dua unsur. Pertama, Hak yang dapat dipindahkan,
dialihkan kepada pihak lain. Kedua, Hak moral yang biar bagaimanapun, dengan jalan apapun tidak
dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama
sebenarnya atau nama samaran dan mempertahankan keutuhan dan integritas karyanya).7

2.3 Prinsip – Prinsip Dasar dan Cakupan Hak


Ada beberapa prinsip dasar hak cipta, yang secara konseptual digunakan sebagai landasan bagi
semua negara, baik yang menganut Civil Law maupun Common Law untuk mengatur perlindungan
hukum hak cipta. Prinsip – prinsip tersebut adalah :
1. Yang dilindungi Hak cipta adalah ide yang telah terwujud dan asli
2. Hak cipta timbul dengan sendirinya (otomatis)
3. Suatu ciptaan tidak selalu perlu diumumkan untuk memperoleh hak cipta
4. Hak cipta (pasal 1 ayat 1) suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum (legal right)
yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu ciptaan
5. Hak cipta bukan hak mutlak

Selanjutnya terdapat dua hak, yang tercakup dalam hak cipta, yaitu hak eksklusif dan hak ekonomi dan
moral.
a. Hak Eksklusif
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada hak pemegang hak cipta adalah hak
untuk :
 Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk, pada
umumnya,salinan elektronik)
 Mengimpor dan mengekspor ciptaan
 Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan)
 Menjual dan mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.8

b. Hak Ekonomi dan Moral

7
Ibid, hlm 295-296
8
Ibid, hlm 297-298
Hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat
dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan perundang – undangan setelah pencipta
meninggal dunia. Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral ini, penerima dapat melepaskan
atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut
secara tertulis.9
Hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta, merupakaan hak eksklusif pencipta atau
pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Pencipta atau pemegang hak
cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan :
(a) Penerbitan ciptaan (f) Pertunjukan ciptaan
(b) Penggandaan ciptaan (g) Pengumuman ciptaan
(c) Penerjemahan ciptaan (h) Komunikasi ciptaan
(d) Pengadaptasian (i) Penyewaan ciptaan
(e) Pendistribusian ciptaan atau
salinan
Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi, wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang
hak cipta. Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan
Penggandaan dan atau penggunaan secara komersial ciptaan.10
Dengan status hak cipta dipandang sebagai barang bergerak mempunyai konsekuensi seperti
barang bergerak lainnya yaitu dapat di bahwa kesana-kemari maupun dipindahtangankan kepada pihak
lain. Mengenai hak cipta dapat dibawa kesanakemari cara membawanya tidak seperti barang bergerak
yang bertubuh seperti dengan menjinjing, memikul, mengirim atau mengangkut Berhubungan bendanya
merupakan sebuah hak pribadi maka hak cipta selalu mengikuti keberadaan pencipta/pemegang hak
cipta ke mana yang bersangkutan berada di suatu tempat.11

2.4 Perkecualian dan Batasan Hak Cipta


Perkecualian hak cipta dalam hal ini tidak berlakunya hak eksklusif yang diatur dalam hukum
tentang hak cipta. Contoh perkecualian hak cipta adalah doktrin fair use atau fair dealing, hukum hak
cipta memperkenankan seseorang (pihak ketiga) menggunakan atau mengeskploitasi suatu ciptaan tanpa
perlu izin dari pencipta, asalkan masih dalam batas – batas yang diperkenankan.12
Batasan – batasan ini bervariasi dari satu negara ke negara lainnya, tetapi biasanya mencakup
pengecualian – pengecualian bagi tindakan yang dilakukan yang di anggap sebagai fair use or fair
dealing terhadap karya itu, seperti memperbanyak untuk penelitian studi, kritik, review atau laporan
9
Toman Sony Tambunan & Wilson R.G. Tambunan, Hukum Bisnis (Prenadamedia Group, 2020), hlm 136
10
Ibid, hlm 136-137
11
Vallencia Gabriela Entjarau. Tinjauan Yuridis Pengalihan Hak Moral Dan Hak Ekonomi Berdasarkan Undang – Undang No. 28 tahun
2014 tentang Hak Cipta. Mei 2021. Hlm 223
12
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 300
berita. Batasan – batasan lain yang biasanya ditemukan adalah pengecualian untuk mengkopi karya
untuk pribadi, serta pengecualian bagi perpustakaan dan arsip.13
Hak untuk mendistribusikan suatu karya cipta biasanya terkait dengan hak untuk mereproduksi karya
yang bersangkutan. Seseorang diberi hak untuk mereproduki, biasanya diikuti pula (bahkan kadangkala
secara otomatis) dengan hak untuk mendistribusikan menjual produk yang bersangkutan. Sedangkan hak
untuk memperdengarkan karya musik selamanya tetap berada pada pencipta. Sedangkan hak untuk
memamerkan karya lukis mengikuti pemiliknya. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara
mengumumkan karya musik dengan karya lukis. Oleh karena itu, pemahaman tentang pengumuman
karya cipta harus dilihat case by case disesuaikan dengan bentuk karya cipta yang bersangkutan.14
Dalam undang – undang Hak Cipta yang berlaku di Indonesia, beberapa hal diatur sebagai
dianggap tidak melanggar hak cipta (pasal 14-18). Pemakaian ciptaan tidak dianggap sebagai
pelanggaran hak cipta apabila sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan
terbatas untuk kegiatan yang non-komersial, termasuk untuk kegiatan sosial, misalnya kegiatan dalam
lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya.15
Selain itu, undang – undang hak cipta juga mengatur hak pemerintah Indonesia untuk
memanfaatkan atau mewajibkan pihak tertentu memperbanyak ciptaan berhak cipta demi kepentingan
umum atau kepentingan nasional (pasal 16 dan 18), ataupun melarang penyebaran ciptaan “yang apabila
diumumkan dapat merendahkan nilai – nilai keagamaan, ataupun menimbulkan masalah kesukuan atau
ras, daoat menimbulkan gangguan atau bahaya terhadap pertahanan keamanan negara, bertentangan
dengan norma kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat dan ketertiban umum” (pasal 17).16

2.5 Pendaftaran Hak Cipta di Indonesia


Di Indonesia, pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau
pemegang hak cipta, dan timbulnya perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau
terwujud dan bukan karena pendaftaran. Namun demikian, surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan
sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila terjadi sengketa dikemudian hari terhadap ciptaan.17
Pasal 40 dalam UU RI Nomor 28 tahun 2014 menuliskan beberapa ciptaan yang dilindungi meliputi
ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, terdiri atas :
 Buku, pamflet, perwajahan karya  Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan
tulis yang diterbitkan, dan semua hasil sejenis lainnya
karya tulis lainnya
13
R. Diah Imaningrum Susanti, Hak Cipta : Kajian Filosofis dan Historis (Setara Press, 2017), hlm 96
14
Agus Sardjono, Hak Cipta Bukan Hanya Copyright, Jurnal Hukum Dan Pembangunan, April – Juni 2010, 268
15
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 302
16
Ibid, hlm 303
17
Ibid, hlm 304
 Alat peraga yang dibuat untuk Selanjutnya Pasal 41 dalam UU
kepentingan pendidikan dan ilmu Republik Indonesia Nomor 28 tahun
pengetahuan 2014 menyebutkan hasil karya yang
 Lagu dan/atau musik dengan atau tidak dilindungi hak cipta meliputi :
tanpa teks  Hasil karya yang belum diwujudkan
 Drama, drama musikal, tari, dalam bentuk nyata
koreografi, pewayangan, dan pantomim  Setiap ide, prosedur, sistem, metode,
 Karya seni rupa dalam segala bentuk konsep, prinsip, temuan, atau data
seperti lukisan, gambar, ukiran, walaupun telah diungkapkan,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase dinyatakan, digambarkan, dijelaskan,
 Karya seni terapan atau digabungkan dalam sebuah ciptaan

 Karya arsitektur  Alat, benda, atau produk yang

 Peta diciptakan hanya untuk menyelesaikan

 Karya seni batik atau seni motif lain masalah teknis atau yang bentuknya
hanya ditujukan untuk kebutuhan
 Karya fotografi
fungsional.18
 Potret
 Karya sinematografi
 Terjemahan, tafsir, saduran, bunga
rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi, dan karya lain dari hasil
transformasi
 Terjemahan, adaptasi, aransemen,
transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional
 Kompilasi ciptaan atau data, baik
dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer maupun media
lainnya
 Kompilasi ekspresi budaya
tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya asli
 Permainan video
 Program komputer
18
Toman Sony Tambunan & Wilson R.G. Tambunan, Hukum
Bisnis (Prenadamedia Group, 2020), hlm 137-138
2.6 Perolehan, Pelaksanaan, dan Jangka Waktu Perlindungan
Pada sistem yang juga berlaku berdasarkan Konvensi Bern, suatu hak cipta atas suatu ciptaan
diperoleh tanpa perlu melalui pendaftaran resmi terlebih dahulu, bila gagasan ciptaan sudah terwujud
dalam bentuk tertentu (seperti lukisan, pertitur lagu, foto, pita video, atau surat), pemegang hak cipta
berhak atas hak cipta tersebut.
Pemegang hak cipta bisa jadi adalah orang yang memperkerjakan pencipta dan bukan pencipta itu
sendiri bila ciptaan tersebut dibuat dalam kaitannya dengan hubungan dinas. Prinsip ini umum berlaku,
misalnya dalam hukum Inggris (Copyright Design and Patent Act 1988) dan Indonesia (UU 19/2002
pasal 8). Dan termasuk undang – undang yang terkait berlaku di Indonesia.
Selanjutnya, pemberian waktu atas hak cipta seseorang, dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
dan teknologi. Sehingga, dari berbagai perubahan undang- undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2002, telah dibatasi waktu selama 50 tahun.19
Menurut pasal 29 (1) UUHC 2002 masa berlaku hak cipta adalah selama hidup pencipta dan terus
berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, untuk ciptaan – ciptaan yang tergolong
asli yaitu :
 Buku, pamflet, dan semua hasil  Lagu atau musik dengan atau tanpa
karya tulis lain teks
 Drama atau drama musikal, tari,  Arsitektur
koreografi  Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan
 Segala bentuk seni rupa, seperti seni sejenis lain
lukis, seni pahat, dan seni patung  Peta
 Seni batik  Terjemahan, tafsir, saduran, dan
bunga rampai
Selanjutnya, untuk masa berlaku perlindungan hak cipta untuk ciptaan – ciptaan yang tergolong
turunan, pengaturannya menurut Pasal 30 adalah sebagai berikut :
(1) Program komputer, sinematografi, fotografi, database dan karya hasil pengalihwujudan, adalah
50 tahun sejak pertama kali diumumkan.
(2) Susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali
diterbitkan.
Dalam dasar hukum mengingat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta mempedomani Pasal 28C ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang memuat bahwa
“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi

19
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 304-305
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Lebih lanjut, Pasal 28C ayat
(2) UUD NRI Tahun 1945 mengatur bahwa Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Sehingga, hal itu menjadi landasan konstitusional adanya perlindungan hak cipta. UU Hak Cipta tahun
2014 dapat kita temui aturan baru yang secara garis besar mengatur tentang: a. Pelindungan Hak Cipta
dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan penerapan aturan di berbagai negara sehingga
jangka waktu pelindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah
70 (tujuh puluh) tahun
setelah Pencipta meninggal dunia. b. Pelindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta
dan/atau Pemilik Hak Terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus
(sold flat). c. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan,
serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana. d. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab
atas tempat penjualan dan/atau pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di pusat tempat
perbelanjaan yang dikelolanya. e. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan
objek jaminan fidusia. f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan,
apabila Ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan
keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundangundangan. g. Pencipta, Pemegang Hak Cipta,
pemilik Hak Terkait menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau
Royalti. h. Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait mendapat imbalan Royalti untuk Ciptaan atau produk
Hak Terkait yang dibuat dalam
hubungan dinas dan digunakan secara komersial. i. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi
menghimpun dan mengelola hak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib mengajukan
permohonan izin operasional kepada Menteri. j. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana
multimedia untuk merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.20

2.7 Penegakan Hukum Atas Hak Cipta : Sanksi Yang Dijatuhkan


Penegakan hukum atas hak cipta biasanya dilakukan oleh pemegang hak cipta sendiri
sebagaimana yang diatur dalam hukum perdata dan pidana. Sanksi pidana secara hukum dikenakan pada
praktik pemalsuan yang serius, yang sekarang nampaknya semakin merambah pada perkara – perkara
yang lain.21
Aturan-aturan dasar yang berkaitan dengan hak cipta diatur dalam ketentuan Pasal 9 sampai
dengan Pasal 14 TRIPs. Aturan tersebut meliputi: hak cipta dan hak-hak terkait, perlindungan program
komputer, hak persewaan, jangka waktu perlindungan, pengecualian, perlindungan terhadap artis

20
Fauzi Iswahyudi. KONSTITUSIONALITAS MASA PERLINDUNGAN HAK CIPTA DALAM PERSPEKTIF PRINSIP DEKLARATIF. Juli 2022. Hlm 113
21
Op.Cit, hlm 306
penampil, produser rekaman suara dan organisasi penyiaran. Aturan dasar dalam TRIPs ini telah
diakomodasikan dalam Undang-Undang Hak Cipta. Pengaturan hak cipta di Indonesia diawali dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang kemudian
diamandemen sebanyak 3 (tiga) kali sampai pada berlakunya Undang-Undang Hak Cipta.22
Hukum hak cipta Indonesia telah mengakomodir ketentuan terkait teknologi pengaman dalam
pasal – pasalnya yang dapat ditemukan pada Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Meskipun pengaturan dalam Undang-Undang Hak Cipta belum dijelaskan secara eksplisit perihal
metode dan penggunaannya. Konsep Teknologi Pengaman dalam hukum positif Indonesia telah cukup
mencakup perlindungan hak eksklusif pencipta, hak moral dan hak ekonomi.23
Menurut Pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan sengaja atau tanpa hak
melanggar Hak Cipta orang lain dapat dikenakan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Selain itu, beberapa sanksi
lainnya adalah:
 Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dipidana dengan dengan pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun dan/atau
denda maksimal Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
 Memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

2.8 Hak Cipta Dalam Perspektif Islam


Pemikir Islam Imam alQaraafi adalah tokoh Islam pertama yang membahas masalah hak cipta.
Dalam kitabnya yang berjudul alIjtihadat, Imam al-Qaraafi berpendapat bahwa hasil karya cipta (hak
cipta) tidak boleh diperjual belikan karena hak tersebut tidak bisa dipisahkan dalam sumber aslinya.
Namun demikian pendapatnya ini dibantah oleh Fathi al-Daraini yang berpendapat bahwa hak
cipta merupakan sesuatu yang dapat diperjual belikan, karena adanya pemisahan dari pemiliknya. Dalam
hak cipta ia mengatakan harus ada standar orisinalitas yang membuktikan keaslian ciptaan tersebut.
(Masfuk Zuhdi:1988: 85-89 ). Karena hak cipta tersebut hak milik pribadi, maka agama melarang orang
yang tidak berhak (bukan pemilik hak cipta), baik untuk kepentingan pribadi maupununtuk kepentingan
bisnis.24
Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga resmi pengawal hukuman islam di Indonesia, juga
telah menetapkan bahwa hak kekayaan intelektual dipandang sebagai salah satu huquq al-maliyyah (hak
22
Denny Kusmawan, Perlindungan Hak Cipta Atas Buku, Mei 2014, 140
23
Khawarizmi Maulana Simatupang, Jurnal Yuridis Perlindungan Hak Cipta Dalam Ranah Digital, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum,
Maret 2021, 76
24
Anis Mashdurohatun, Problematika Perlindungan Hak Cipta Di Indonesia, April 2012, 75
kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum sebagai mal (kekayaan). Salah Satunya adalah yang
berkaitan dengan hak cipta.25
Hukum islam dalam kaitannya dengan hak, menetapkan langkah hukum sebagai berikut :
1. Memberikan hak kepada yang berhak
2. Melindungi hak
3. Menggunakan hak dengan cara yang sah dan benar
4. Menjamin perpindahan hak dengan cara yang benar dan sah
5. Menjamin hangus atau terhentinya hak dengan cara yang benar dan sah26
Hak cipta dalam pandangan islam adalah hak kekayaan yang harus mendapatkan perlindungan hukum
sebagaimana perlindungan hukum terhadap hak milik seseorang. Islam melarang terhadap perbuatan
pencurian yang dalam hal ini bisa di contohkan seperti praktik pembajakan dan penggandaan karya tulis
yang sering terjadi di Indonesia. Perbuatan itu jelas merupakan tindak pidana menurut hukum islam.27

2.9. Upaya Perlindungan Hak Cipta Konten Youtube WNA Yang Dijiplak Oleh WNI Dalam Perspektif
Bern Convention

Dalam perkembangan beberapa tahun terakhir muncul ide kreatif dalam bidang karya
sinematografi yang di unggah melalui media sosial youtube. Karena video yang diunggah dapat
memiliki nilai ekonomis yang tinggi di kalangan publik figur pun juga masyarakat luas, sehingga
banyak bermunculan para YouTuber di tanah air. Selain mendapat keuntungan, tak jarang hal ini
membuka kesempatan terjadinya pelanggaran Hak Cipta atas karya cipta konten yang diunggah ke
YouTube.

Hal ini tentu membuat para youtuber menjadi resah untuk menuangkan ide dan kreativitasnya ke
dalam YouTube. Salah satu tindakan pelanggaran yaitu menjiplak konten hasil karya youtuber WNA
tanpa izin oleh youtuber WNI yang belakangan ini sering terjadi. Hal ini tentu menyebabkan kerugian
moral maupun ekonomis bagi pencipta konten yang diunggah ke YouTube-nya.

Ini dikarenakan adanya kekaburan norma terkait perlindungan hak cipta atas konten yang
diunggah ke YouTube. Dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf m bahwa yang mendapat
perlindungan hak cipta adalah karya sinematografi. Fenomena-fenomena memplagiarisme atau
memplagiat ciptaan milik warga negara asing di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini telah
beberapa kali terjadi di Indonesia.

25
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 312
26
Ibid, 310
27
Ibid 315
Pada dasarnya Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis yang
berdasar pada prinsip deklaratif setelah suatu Cipta diwujudkan dalam bentuk nyata, hak eksklusif
Pencipta itu sendiri terdiri dari hak moral dan hak ekonomi, dimana hak eksklusif tersebut adalah hak
yang hanya diperuntukkan bagi Pencipta yang sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan
hak- hak tersebut tanpa izin dari si Pencipta. Sementara hak eksklusif yang dimilik Pemegang Hak
Cipta hanya sebagian dari hak eksklusif tersebut yaitu hanya bisa melaksanakan hak ekonomi atas suatu
Ciptaan yang telah diberikan oleh si Pencipta.28

Menurut penjelasan Pasal 54 UUHC tersebut, yang dimaksud dengan konten adalah isi dari hasil
Ciptaan yang tersedia dalam media apapun. Oleh karena adanya perlindungan tersebut, perbuatan
penjiplakan yang dilakukan oleh setiap orang atau badan hukum tidak dibenarkan. Hal tersebut
bertujuan untuk melindungi keaslian serta keontetikan suatu karya cipta berupa konten Youtube.

Pelanggaran hak cipta sinematografi dengan bentuk plagiarisme juga memiliki ketentuan pidana
yang disebutkan dalam Pasal 113 ayat (3) UU Hak Cipta “Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau
tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.2 Mengenai penyelesaian
sengketanya dapat diselesaikan dengan diajukan nya gugatan ganti rugi ke pengadilan yang berwenang
menangani masalah hak cipta ini yaitu ke pengadilan niaga.29

Dalam prinsipnya jika terjadi peristiwa pidana, maka pemerintah yang diwakilkan oleh polisi,
kejaksaan dan kehakiman, tenpa permintaan dari yang kena peristiwa pidana tersebut dan segara
bertindak melakukan pemeriksaan. Akan tetapi, dari banyaknya peristiwa pidana itu ada beberapa jenis,
hampir semauanya kejahatan, yang hanya dituntut atas pengaduan (permintaan) dari orang yang kena
peristiwa pidana. Peristiwa pidana semacam ini disebut Delik Aduan. Delik aduan (Klacht delict) yaitu
suatu delik yang diadili, apablia yang berkepentingan (yang dirugikan) mengadunya kepada
Polisi/Penyidik.30

Piracy atau pembajakan merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
berbagai macam aktivitas, illegal downloading atau pemalsuan yang berkaitan dengan internet.
Internet piracy merupakan suatu hal yang berbahaya dan biasanya bersifat illegal dan bahkan cendrung

28
Ayu Indiakira dkk. Upaya Perlindungan Hak Cipta Konten Youtube WNA Yang Dijiplak Oleh WNI Dalam Perspektif Bern
Convention.Ganesha Law Review. November2021. Hlm 88
29
Ibid. Hlm 92
30
Nanan Isnaina, dkk. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK CIPTA TERKAIT PEMBAJAKAN SINEMATOGRAFI DI
APLIKASI TELEGRAM.januari 2021. Hlm 999
tergolong aksi kriminal ini juga mencakup penyalinan atau penyebaran secara tidak sah atas perangkat
lunak yang dilindungi undang.31

Berkaitan dengan perkembangan dunia digital, UUHC juga telah mengatur sebagaimana dalam
Pasal 54 UUHC dinyatakan bahwa “Untuk mencegah pelanggaran hak cipta dan hak terkait melalui
sarana berbasis teknologi informasi, Pemerintah berwenang melakukan:

a. pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak
Terkait;
b. kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri dalam
pencegahan pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;
c. pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan media apapun terhadap
Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat pertunjukan.”32

Pada intinya, internasionalisasi perlindungan Hak Cipta menghendaki terciptanya persamaan


standar antar negara – negara anggota perjanjian dalam memberikan perlindungan Hak Cipta.
Sebagaimana dipahami pula bahwa berdasarkan Internasional Court Of Justice, perjanjian internasional
nerupakan salah satu sumber pokok hukum internasional.33

31
Ibid. Hlm 1001
32
Sarah Firka Khalista,dkk. Perlindungan Hak Moral Pencipta dalam Hak Cipta terhadap Distorsi Karya Sinematografi
di Media Sosial. Volume 9, Nomor 1, 2021
33
Regyna Putri Wilis, dkk. Hak Cipta Atas Performing Rights Dalam PeraturanHak Cipta Indonesia Dan Konvensi Internasional
Creator’s right To Performing Rights In Indonesian Copyright Regulation And Internasional Convention. Januari 2022. Hlm 63
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hak cipta adalah “Hak ekslusif bagi cipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan –
pembatasan menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku. Pelanggaran terhadap hak cipta
dapat dikenai hukum pidana dan perdata sesuai dengan undang – undang yang berlaku di Indonesia. Hak
cipta bisa berupa seuatu karya atau kreasi yang diciptakan oleh seseorang. Dengan adanya hak cipta
akan mengurangi terjadinya plagiasi dan pengakuan terhadap suatu karya yang bukan karya orang
tersebut.

Menurut pandangan islam melakukan pembajakan dan sejenisnya merupakan tindakan yang
berdosa dan bisa dijatuhi hukuman sesuai dengan hukum islam. Selain itu dalam islam juga ada
perlindungan mengenai hak cipta.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar, S. M. (2016). Hukum Bisnis . Malang: UIN Maliki Press.

Toman Sony Tambunan, Wilson R.G. Tambunan (2020). Hukum Bisnis. Jakarta: Prenadamedia Group

Prof. DR. Eddy Damian, S. H. (2004). Hukum Hak Cipta: UUHC No.19 Tahun 2002. Bandung: P.T. Alumni

Drs. H. Adami Chazawi, S. H. (2007). Tindak Pidana Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Malang: Banyumedia
Publishing

R. Diah Imaningrum Susanti. (2017). Hak Cipta: Kajian Filosofis dan Historis. Malang: Setara Pres

Khawarizmi, M. S. (Maret 2021). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta Dalam Ranah Digital. Jurnal Ilmiah Kebijakan
Hukum, VOL 15 Nomor 1, 67-80

Denny, K. (Mei 2014). Perlindungan Hak Cipta Atas Buku. VOL 19 No.2

Agus, S. (April-Juni 2010). Hak Cipta Bukan Hanya Copyright. Jurnal Hukum Dan Pembangunan Tahun ke-40 No. 2

Anis, M. (Januari – April 2012). Problematika Perlindungan Hak Cipta di Indonesia, Yustisia Vol.1 No.1

Indirakirana, A,.dkk (November 2021). Upaya Perlindungan Hak Cipta Konten Youtube WNA Yang Dijiplak Oleh WNI
Dalam Perspektif Bern Convention. Vol 3 issue 2

Isnaina, N,. Dkk. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK CIPTA TERKAIT PEMBAJAKAN SINEMATOGRAFI DI
APLIKASI TELEGRAM.Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum. Vol 27 No. 7

Vallencia G. e. Tinjauan Yuridis Pengalihan Hak Moral Dan Hak Ekonomi Berdasarkan Undang – Undang No. 28 tahun
2014 tentang Hak Cipta.Lex Privatum. Vol IX No. 6. Mei 2021.
Khalista, F, S,.dkk. Perlindungan Hak Moral Pencipta dalam Hak Cipta terhadap Distorsi Karya Sinematografi
di Media Sosial. Padjadjaran Law Review.Volume 9, Nomor 1, 2021

Regyna Putri Wilis, dkk. Hak Cipta Atas Performing Rights Dalam PeraturanHak Cipta Indonesia Dan Konvensi Internasional Creator’s
right To Performing Rights In Indonesian Copyright Regulation And Internasional Convention. Jurnal Hukum Lex Generalis. Vol 3 No.
1. Januari 2022.

Fauzi Iswahyudi. KONSTITUSIONALITAS MASA PERLINDUNGAN HAK CIPTA DALAM PERSPEKTIF PRINSIP
DEKLARATIF.Jurnal Hukum Tata Negara dan Hukum Adminisrasi Negara.vol 1 No. 2 Juli 2022.

Anda mungkin juga menyukai