Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hak Cipta, Perlindungan HAKI,
dan Pengembangan Bisnis” dengan baik dan tepat waktu.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan bernilai bagi pembaca dan penulis
pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diperlukan demi kesempurnaan penulisan
makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 293
2
R. Diah Imaningrum Susanti, Hak Cipta : Kajian Filosofis dan Historis (Setara Press, 2017), hlm 66
3
Ibid, hlm 70
4
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta : UUHC No.19 Tahun 2002 ( P.T. Alumni, 2004), hlm 138
5
Ibid, hlm 141
6
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 295
2.2 Fungsi Dan Sifat Hak Cipta
Dalam pasal 1 ayat 1, telah dijelaskan bahwa, “Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta tahu
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi batasan – batasan menurut perundang – undangan yang berlaku”.
Tegas – tegas dinyatakan adanya hak ekslusif yang dimiliki pencipta. Dialah satu – satunya
pemilik hasil ciptaannya. Oleh karenanya, terdapat dua unsur. Pertama, Hak yang dapat dipindahkan,
dialihkan kepada pihak lain. Kedua, Hak moral yang biar bagaimanapun, dengan jalan apapun tidak
dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama
sebenarnya atau nama samaran dan mempertahankan keutuhan dan integritas karyanya).7
Selanjutnya terdapat dua hak, yang tercakup dalam hak cipta, yaitu hak eksklusif dan hak ekonomi dan
moral.
a. Hak Eksklusif
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada hak pemegang hak cipta adalah hak
untuk :
Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk, pada
umumnya,salinan elektronik)
Mengimpor dan mengekspor ciptaan
Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan)
Menjual dan mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.8
7
Ibid, hlm 295-296
8
Ibid, hlm 297-298
Hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat
dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan perundang – undangan setelah pencipta
meninggal dunia. Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral ini, penerima dapat melepaskan
atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut
secara tertulis.9
Hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta, merupakaan hak eksklusif pencipta atau
pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Pencipta atau pemegang hak
cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan :
(a) Penerbitan ciptaan (f) Pertunjukan ciptaan
(b) Penggandaan ciptaan (g) Pengumuman ciptaan
(c) Penerjemahan ciptaan (h) Komunikasi ciptaan
(d) Pengadaptasian (i) Penyewaan ciptaan
(e) Pendistribusian ciptaan atau
salinan
Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi, wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang
hak cipta. Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan
Penggandaan dan atau penggunaan secara komersial ciptaan.10
Dengan status hak cipta dipandang sebagai barang bergerak mempunyai konsekuensi seperti
barang bergerak lainnya yaitu dapat di bahwa kesana-kemari maupun dipindahtangankan kepada pihak
lain. Mengenai hak cipta dapat dibawa kesanakemari cara membawanya tidak seperti barang bergerak
yang bertubuh seperti dengan menjinjing, memikul, mengirim atau mengangkut Berhubungan bendanya
merupakan sebuah hak pribadi maka hak cipta selalu mengikuti keberadaan pencipta/pemegang hak
cipta ke mana yang bersangkutan berada di suatu tempat.11
Karya seni batik atau seni motif lain masalah teknis atau yang bentuknya
hanya ditujukan untuk kebutuhan
Karya fotografi
fungsional.18
Potret
Karya sinematografi
Terjemahan, tafsir, saduran, bunga
rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi, dan karya lain dari hasil
transformasi
Terjemahan, adaptasi, aransemen,
transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional
Kompilasi ciptaan atau data, baik
dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer maupun media
lainnya
Kompilasi ekspresi budaya
tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya asli
Permainan video
Program komputer
18
Toman Sony Tambunan & Wilson R.G. Tambunan, Hukum
Bisnis (Prenadamedia Group, 2020), hlm 137-138
2.6 Perolehan, Pelaksanaan, dan Jangka Waktu Perlindungan
Pada sistem yang juga berlaku berdasarkan Konvensi Bern, suatu hak cipta atas suatu ciptaan
diperoleh tanpa perlu melalui pendaftaran resmi terlebih dahulu, bila gagasan ciptaan sudah terwujud
dalam bentuk tertentu (seperti lukisan, pertitur lagu, foto, pita video, atau surat), pemegang hak cipta
berhak atas hak cipta tersebut.
Pemegang hak cipta bisa jadi adalah orang yang memperkerjakan pencipta dan bukan pencipta itu
sendiri bila ciptaan tersebut dibuat dalam kaitannya dengan hubungan dinas. Prinsip ini umum berlaku,
misalnya dalam hukum Inggris (Copyright Design and Patent Act 1988) dan Indonesia (UU 19/2002
pasal 8). Dan termasuk undang – undang yang terkait berlaku di Indonesia.
Selanjutnya, pemberian waktu atas hak cipta seseorang, dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
dan teknologi. Sehingga, dari berbagai perubahan undang- undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2002, telah dibatasi waktu selama 50 tahun.19
Menurut pasal 29 (1) UUHC 2002 masa berlaku hak cipta adalah selama hidup pencipta dan terus
berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, untuk ciptaan – ciptaan yang tergolong
asli yaitu :
Buku, pamflet, dan semua hasil Lagu atau musik dengan atau tanpa
karya tulis lain teks
Drama atau drama musikal, tari, Arsitektur
koreografi Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan
Segala bentuk seni rupa, seperti seni sejenis lain
lukis, seni pahat, dan seni patung Peta
Seni batik Terjemahan, tafsir, saduran, dan
bunga rampai
Selanjutnya, untuk masa berlaku perlindungan hak cipta untuk ciptaan – ciptaan yang tergolong
turunan, pengaturannya menurut Pasal 30 adalah sebagai berikut :
(1) Program komputer, sinematografi, fotografi, database dan karya hasil pengalihwujudan, adalah
50 tahun sejak pertama kali diumumkan.
(2) Susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali
diterbitkan.
Dalam dasar hukum mengingat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta mempedomani Pasal 28C ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang memuat bahwa
“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
19
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 304-305
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Lebih lanjut, Pasal 28C ayat
(2) UUD NRI Tahun 1945 mengatur bahwa Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Sehingga, hal itu menjadi landasan konstitusional adanya perlindungan hak cipta. UU Hak Cipta tahun
2014 dapat kita temui aturan baru yang secara garis besar mengatur tentang: a. Pelindungan Hak Cipta
dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan penerapan aturan di berbagai negara sehingga
jangka waktu pelindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah
70 (tujuh puluh) tahun
setelah Pencipta meninggal dunia. b. Pelindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta
dan/atau Pemilik Hak Terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus
(sold flat). c. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan,
serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana. d. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab
atas tempat penjualan dan/atau pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di pusat tempat
perbelanjaan yang dikelolanya. e. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan
objek jaminan fidusia. f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan,
apabila Ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan
keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundangundangan. g. Pencipta, Pemegang Hak Cipta,
pemilik Hak Terkait menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau
Royalti. h. Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait mendapat imbalan Royalti untuk Ciptaan atau produk
Hak Terkait yang dibuat dalam
hubungan dinas dan digunakan secara komersial. i. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi
menghimpun dan mengelola hak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib mengajukan
permohonan izin operasional kepada Menteri. j. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana
multimedia untuk merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.20
20
Fauzi Iswahyudi. KONSTITUSIONALITAS MASA PERLINDUNGAN HAK CIPTA DALAM PERSPEKTIF PRINSIP DEKLARATIF. Juli 2022. Hlm 113
21
Op.Cit, hlm 306
penampil, produser rekaman suara dan organisasi penyiaran. Aturan dasar dalam TRIPs ini telah
diakomodasikan dalam Undang-Undang Hak Cipta. Pengaturan hak cipta di Indonesia diawali dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang kemudian
diamandemen sebanyak 3 (tiga) kali sampai pada berlakunya Undang-Undang Hak Cipta.22
Hukum hak cipta Indonesia telah mengakomodir ketentuan terkait teknologi pengaman dalam
pasal – pasalnya yang dapat ditemukan pada Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Meskipun pengaturan dalam Undang-Undang Hak Cipta belum dijelaskan secara eksplisit perihal
metode dan penggunaannya. Konsep Teknologi Pengaman dalam hukum positif Indonesia telah cukup
mencakup perlindungan hak eksklusif pencipta, hak moral dan hak ekonomi.23
Menurut Pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan sengaja atau tanpa hak
melanggar Hak Cipta orang lain dapat dikenakan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Selain itu, beberapa sanksi
lainnya adalah:
Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dipidana dengan dengan pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun dan/atau
denda maksimal Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
2.9. Upaya Perlindungan Hak Cipta Konten Youtube WNA Yang Dijiplak Oleh WNI Dalam Perspektif
Bern Convention
Dalam perkembangan beberapa tahun terakhir muncul ide kreatif dalam bidang karya
sinematografi yang di unggah melalui media sosial youtube. Karena video yang diunggah dapat
memiliki nilai ekonomis yang tinggi di kalangan publik figur pun juga masyarakat luas, sehingga
banyak bermunculan para YouTuber di tanah air. Selain mendapat keuntungan, tak jarang hal ini
membuka kesempatan terjadinya pelanggaran Hak Cipta atas karya cipta konten yang diunggah ke
YouTube.
Hal ini tentu membuat para youtuber menjadi resah untuk menuangkan ide dan kreativitasnya ke
dalam YouTube. Salah satu tindakan pelanggaran yaitu menjiplak konten hasil karya youtuber WNA
tanpa izin oleh youtuber WNI yang belakangan ini sering terjadi. Hal ini tentu menyebabkan kerugian
moral maupun ekonomis bagi pencipta konten yang diunggah ke YouTube-nya.
Ini dikarenakan adanya kekaburan norma terkait perlindungan hak cipta atas konten yang
diunggah ke YouTube. Dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf m bahwa yang mendapat
perlindungan hak cipta adalah karya sinematografi. Fenomena-fenomena memplagiarisme atau
memplagiat ciptaan milik warga negara asing di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini telah
beberapa kali terjadi di Indonesia.
25
H.Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (UIN-maliki Pres, 2016), hlm 312
26
Ibid, 310
27
Ibid 315
Pada dasarnya Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis yang
berdasar pada prinsip deklaratif setelah suatu Cipta diwujudkan dalam bentuk nyata, hak eksklusif
Pencipta itu sendiri terdiri dari hak moral dan hak ekonomi, dimana hak eksklusif tersebut adalah hak
yang hanya diperuntukkan bagi Pencipta yang sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan
hak- hak tersebut tanpa izin dari si Pencipta. Sementara hak eksklusif yang dimilik Pemegang Hak
Cipta hanya sebagian dari hak eksklusif tersebut yaitu hanya bisa melaksanakan hak ekonomi atas suatu
Ciptaan yang telah diberikan oleh si Pencipta.28
Menurut penjelasan Pasal 54 UUHC tersebut, yang dimaksud dengan konten adalah isi dari hasil
Ciptaan yang tersedia dalam media apapun. Oleh karena adanya perlindungan tersebut, perbuatan
penjiplakan yang dilakukan oleh setiap orang atau badan hukum tidak dibenarkan. Hal tersebut
bertujuan untuk melindungi keaslian serta keontetikan suatu karya cipta berupa konten Youtube.
Pelanggaran hak cipta sinematografi dengan bentuk plagiarisme juga memiliki ketentuan pidana
yang disebutkan dalam Pasal 113 ayat (3) UU Hak Cipta “Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau
tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.2 Mengenai penyelesaian
sengketanya dapat diselesaikan dengan diajukan nya gugatan ganti rugi ke pengadilan yang berwenang
menangani masalah hak cipta ini yaitu ke pengadilan niaga.29
Dalam prinsipnya jika terjadi peristiwa pidana, maka pemerintah yang diwakilkan oleh polisi,
kejaksaan dan kehakiman, tenpa permintaan dari yang kena peristiwa pidana tersebut dan segara
bertindak melakukan pemeriksaan. Akan tetapi, dari banyaknya peristiwa pidana itu ada beberapa jenis,
hampir semauanya kejahatan, yang hanya dituntut atas pengaduan (permintaan) dari orang yang kena
peristiwa pidana. Peristiwa pidana semacam ini disebut Delik Aduan. Delik aduan (Klacht delict) yaitu
suatu delik yang diadili, apablia yang berkepentingan (yang dirugikan) mengadunya kepada
Polisi/Penyidik.30
Piracy atau pembajakan merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
berbagai macam aktivitas, illegal downloading atau pemalsuan yang berkaitan dengan internet.
Internet piracy merupakan suatu hal yang berbahaya dan biasanya bersifat illegal dan bahkan cendrung
28
Ayu Indiakira dkk. Upaya Perlindungan Hak Cipta Konten Youtube WNA Yang Dijiplak Oleh WNI Dalam Perspektif Bern
Convention.Ganesha Law Review. November2021. Hlm 88
29
Ibid. Hlm 92
30
Nanan Isnaina, dkk. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK CIPTA TERKAIT PEMBAJAKAN SINEMATOGRAFI DI
APLIKASI TELEGRAM.januari 2021. Hlm 999
tergolong aksi kriminal ini juga mencakup penyalinan atau penyebaran secara tidak sah atas perangkat
lunak yang dilindungi undang.31
Berkaitan dengan perkembangan dunia digital, UUHC juga telah mengatur sebagaimana dalam
Pasal 54 UUHC dinyatakan bahwa “Untuk mencegah pelanggaran hak cipta dan hak terkait melalui
sarana berbasis teknologi informasi, Pemerintah berwenang melakukan:
a. pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak
Terkait;
b. kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri dalam
pencegahan pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;
c. pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan media apapun terhadap
Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat pertunjukan.”32
31
Ibid. Hlm 1001
32
Sarah Firka Khalista,dkk. Perlindungan Hak Moral Pencipta dalam Hak Cipta terhadap Distorsi Karya Sinematografi
di Media Sosial. Volume 9, Nomor 1, 2021
33
Regyna Putri Wilis, dkk. Hak Cipta Atas Performing Rights Dalam PeraturanHak Cipta Indonesia Dan Konvensi Internasional
Creator’s right To Performing Rights In Indonesian Copyright Regulation And Internasional Convention. Januari 2022. Hlm 63
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak cipta adalah “Hak ekslusif bagi cipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan –
pembatasan menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku. Pelanggaran terhadap hak cipta
dapat dikenai hukum pidana dan perdata sesuai dengan undang – undang yang berlaku di Indonesia. Hak
cipta bisa berupa seuatu karya atau kreasi yang diciptakan oleh seseorang. Dengan adanya hak cipta
akan mengurangi terjadinya plagiasi dan pengakuan terhadap suatu karya yang bukan karya orang
tersebut.
Menurut pandangan islam melakukan pembajakan dan sejenisnya merupakan tindakan yang
berdosa dan bisa dijatuhi hukuman sesuai dengan hukum islam. Selain itu dalam islam juga ada
perlindungan mengenai hak cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar, S. M. (2016). Hukum Bisnis . Malang: UIN Maliki Press.
Toman Sony Tambunan, Wilson R.G. Tambunan (2020). Hukum Bisnis. Jakarta: Prenadamedia Group
Prof. DR. Eddy Damian, S. H. (2004). Hukum Hak Cipta: UUHC No.19 Tahun 2002. Bandung: P.T. Alumni
Drs. H. Adami Chazawi, S. H. (2007). Tindak Pidana Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Malang: Banyumedia
Publishing
R. Diah Imaningrum Susanti. (2017). Hak Cipta: Kajian Filosofis dan Historis. Malang: Setara Pres
Khawarizmi, M. S. (Maret 2021). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta Dalam Ranah Digital. Jurnal Ilmiah Kebijakan
Hukum, VOL 15 Nomor 1, 67-80
Denny, K. (Mei 2014). Perlindungan Hak Cipta Atas Buku. VOL 19 No.2
Agus, S. (April-Juni 2010). Hak Cipta Bukan Hanya Copyright. Jurnal Hukum Dan Pembangunan Tahun ke-40 No. 2
Anis, M. (Januari – April 2012). Problematika Perlindungan Hak Cipta di Indonesia, Yustisia Vol.1 No.1
Indirakirana, A,.dkk (November 2021). Upaya Perlindungan Hak Cipta Konten Youtube WNA Yang Dijiplak Oleh WNI
Dalam Perspektif Bern Convention. Vol 3 issue 2
Isnaina, N,. Dkk. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK CIPTA TERKAIT PEMBAJAKAN SINEMATOGRAFI DI
APLIKASI TELEGRAM.Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum. Vol 27 No. 7
Vallencia G. e. Tinjauan Yuridis Pengalihan Hak Moral Dan Hak Ekonomi Berdasarkan Undang – Undang No. 28 tahun
2014 tentang Hak Cipta.Lex Privatum. Vol IX No. 6. Mei 2021.
Khalista, F, S,.dkk. Perlindungan Hak Moral Pencipta dalam Hak Cipta terhadap Distorsi Karya Sinematografi
di Media Sosial. Padjadjaran Law Review.Volume 9, Nomor 1, 2021
Regyna Putri Wilis, dkk. Hak Cipta Atas Performing Rights Dalam PeraturanHak Cipta Indonesia Dan Konvensi Internasional Creator’s
right To Performing Rights In Indonesian Copyright Regulation And Internasional Convention. Jurnal Hukum Lex Generalis. Vol 3 No.
1. Januari 2022.
Fauzi Iswahyudi. KONSTITUSIONALITAS MASA PERLINDUNGAN HAK CIPTA DALAM PERSPEKTIF PRINSIP
DEKLARATIF.Jurnal Hukum Tata Negara dan Hukum Adminisrasi Negara.vol 1 No. 2 Juli 2022.