Anda di halaman 1dari 12

Muhammad Hafizh Rafiansyah (106119053)

Risya Pradiki (106119065)

HAK CIPTA
Latar Belakang
Hak Cipta adalah hak yang timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk
atau proses yang berguna bagi umat manusia. Sistem hukum Hak Cipta menunjang diadakannya
sistem dokumentasi yang baik atas segala bentuk karya kreativitas manusia, sehingga
pembajakan terhadap hasil karya tersebut dapat dicegah.
Perlindungan Hak Cipta di Indonesia telah dimulai dari zaman Hindia Belanda dengan
berlakunya Auteurswet 1912, Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912. Sejalan dengan berlakunya
Undang-Undang Dasar tahun 1945, keberlakuan Auteurswet 1912 tetap dipertahankan. Hingga
pada tahun 1982, Undang-UndangHak Cipta pada masa kolonial tersebut dicabut dan diganti
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1982 Nomor 15. Perubahan yang terjadi di bidang ekonomi nasional dan
internasional berkembang dengan cepat, sehingga untuk mengakomodasinya, perlindungan
terhadap Hak Cipta perlu ditingkatkan. Keikutsertaan Indonesia dalam beberapa konvensi
internasional di bidang Hak Cipta, mewajibkan Indonesia untuk menyesuaikan peraturan
perundang-undangannya dengan konvensi internasional tersebut. Revisi pertama terjadi pada
tahun 1987, dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1987 Nomor 42. Perubahan kembali terjadi dengan ditetapkannya Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1987,Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 29. Pada akhirnya pengaturan
mengenai Hak Cipta diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85 yang berlaku sampai saat
ini.

Konsep dan Teori


Hak Cipta
1. Pengertian Hak Cipta

Dalam kepustakaan hukum di Indonesia yang pertama dikenal adalah istilah hak pengarang
(author right) setela diberlakukannya Undang-undang Hak Pengarang (Auteurswet 1912 Stb.
1912 No.600), kemudian menyusul istilah hak cipta.
Hak cipta adalah hak eksklusif atau hak yang hanya dimiliki si pencipta atau pemegang hak cipta
untuk mengatur penggunaan hasil karya atau hasil olah gagasan atau informasi tertentu. Pada
dasarnya, hak cipta merupakan “hak untuk menyalin suatu ciptaan”, atau hak untuk menikmati
suatu karya secara sah. Hak cipta sekaligus juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk
membatasi pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan secara tidak sah, atas suatu ciptaan.
Mengingat hak eksklusif itu mengandung nilai ekonomis yang tidak semua orang bisa
membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu
yang terbatas.
Menurut Patricia Loughan, hak cipta merupakan bentuk kepemilikan yang memberikan
pemegangnya hak eksklusif untuk mengawasi penggunaan dan memanfaatkan suatu kreasi
intelektual,
sebagaimana kreasi yang ditetapkan dalam kategori hak cipta, yaitu kesastraan, drama, musik
dan pekerjaan seni serta rekaman suara, film, radio dan siaran televisi, serta karya tulis yang
diperbanyak melalui perbanyakan (penerbitan).
Lebih lanjut McKeough & Stewart menjelaskan bahwa perlindungan hak cipta merupakan
suatu konsep dimana pencipta (artis, musisi, pembuat film) yang memiliki hak untuk
memanfaatkan hasil karyanya tanpa memperbolehkan pihak lain untuk meniru hasil karyanya
tersebut.
Definisi yang diberikan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang
memberikan pengertian hak cipta :
”Hak cipta merupakan sebuah hak eksklusif pencipta dimana hak ini timbul secara prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

2. Hak-hak Yang Termasuk Dalam Hak Cipta


a. Hak Cipta Sebagai Hak Eksklusif
Dari pengertian hak cipta yang diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014, dapat
diketahui bahwa hak cipta sebagai hak eksklusif. keberadaan hak eksklusif melekat erat kepada
pemiliknya atau pemegangnya yang merupakan kekuasaan pribadi atas ciptaan yang
bersangkutan.
Oleh karena itu tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak cipta kecuali atas izin
pemegangnya. Hal ini dilatar belakangi oleh pemikiran, bahwa untuk menciptakan sesuatu
ciptaan merupakan pekerjaan yang tidak mudah dilakukan. Menciptakan suatu ciptaan diawali
dengan mencari inspirasi lebih dahulu dan setelah mendapatkan inspirasi kemudian
menggunakan sebuah pemikiran untuk dapat mewujudkan ciptaan.
Dengan hak eksklusif seorang pencipta/pemegang hak cipta mempunyai hak untuk
mengumumkan, memperbanyak ciptaannya serta memberi izin kepada pihak lain untuk
melakukan perbuatan tersebut. Sebuah ciptaan yang telah diwujudkan bentuknya oleh seorang
pencipta yang sekaligus sebagai pemegang hak cipta dapat mengumumkan dengan cara seperti
melakukan pameran atau pementasan sehingga diketahui oleh orang lain.
b. Hak Cipta Sebagai Hak Ekonomi
Pengertian hak ekonomi Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dalam
pasal 8, bahwa ”hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaannya”. Kandungan hak ekonomi meliputi hak untuk
mengumumkan (performing rights) dan hak untuk memperbanyak
(mechanical rights).
Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif sebagaimana
dibicarakan diatas. Seorang pencipta/pemegang hak cipta melakukan perbanyakan ciptaan
kemudian dijual dipasaran, maka ia memperoleh keuntungan materi dari perbanyakan ciptaan
tersebut.
Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain untuk memproduksi, memperbanyak dan
menjual hasil copy-an ciptaan adalah bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin saja
melainkan pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
perbuatan tersebut.
c. Hak Cipta Sebagai Hak Moral
Suatu hak cipta tidak boleh diubah walaupun hak ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain,
kecuali dengan persetujuan pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal pencipta
telah meninggal dunia. Ketentuan ini juga berlaku terhadap perubahan judul dan anak judul
ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran pencipta.
Dengan mempunyai hak moral, pencipta memiliki hak untuk dicantumkan nama atau nama
samarannya di dalam ciptaannya ataupun salinannya dalam hubungan dengan penggunaan secara
umum. Pencipta juga punya hak untuk mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi atau bentuk
perubahan lain yang meliputi pemutarbalikan, pemotongan, perusakan, penggantian yang
berhubungan dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi dan reputasi
pencipta. Keduanya lazim disebut right of paternity dan right of integrity.70 Selain itu tidak
satupun dari hak-hak tesebut di atas dapat dipindahkan selama penciptanya masih hidup, kecuali
atas wasiat pencipta berdasarkan peraturan perundang-undangan.
d. Hak Cipta Sebagai Hak Terkait (Neighboring Right)
Hak terkait tersebut timbul akibat adanya kebutuhan para pencipta dan pemegang hak cipta
untuk mempublikasikan dan memasarkan hasil ciptaan tersebut secara luas kepada masyarakat
agar dapat menghasilkan keuntungan ekonomis. Pelaku, produser, dan lembaga penyiaran,
memiliki peran besar bagi kesuksesan para pencipta dan pemegang hak cipta.
Istilah neighboring rights, dalam lapangan perlindungan hukum Hak atas Kekayaan Intelektual
pengaturannya antara lain dijumpai dalam Rome Convention (1961). Untuk istilah ini ada yang
menerjemahkannya dengan istilah hak yang bertetangga dengan hak cipta, adapula yang
menerjemahkannya dengan istilah hak yang berhubungan dengan hak cipta, dan terakhir UHC
Indonesia menerjemahkannya dengan istilah hak yang berkaitan dengan hak
cipta.
Tidak ada perbedaan yang tajam antara hak cipta (copy right) dengan neighboring right. Sebuah
karya pertunjukan atau karya seni lainnya yang disiarkan oleh lembaga penyiaran, didalamnya
terdapat perlindugnan hukum kedua hak ini. Copy right berada ditangan pencipta atau
produsernya, sedangkan neighboring right dipegang oleh lembaga penyiaran yang
mengumandangkan siaran tersebut.

3. Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta


Konvensi Internasional Hak Cipta (UUC) 1952 revisi Paris 1971, menentukan secara umum
lamanya perlindungan hak cipta pada pasal 4 ayat 2a, yaitu lamanya perlindungan hak cipta tidak
boleh kurang dari selama hidup pencipta, dan 25 tahun setelah meninggal dunia. Pada ayat (2b)
ditentukan bahwa perlindungan hak cipta bisa didasarkan pada saat pertama diumumkan, atau
mulai didaftarkan. Lamanya perlindungan tidak boleh kurang dari 25 tahun mulai pada saat
pengumuman, atau pendaftaran karya cipta tersebut.
Konvensi internasional hak cipta (UCC) pada pasal 4 ayat (3), memberikan ketentuan khusus
lamanya perlindungan untuk karya cipta tertentu, yaitu bidang fotografi dan seni pakai (applied
art). Lamanya jangka waktu perlindungan bisa disesuaikan dengan lamanya perlindungan untuk
bidang pekerjaan artistik (artistic work), atau paling minimal tidak boleh kurang dari 10 tahun.
Praktek yang dianut oleh kebanyakan negara, pemberian perlindungan secara umum atas hak
cipta adalah selama hidup pencipta ditambah sekian tahun setelah meninggal.
Dengan demikian, jika kita membandingkan dengan Undang Undang Hak Cipta Nomor 28
Tahun 2014, perlindungan hak cipta dibagi menjadi dua yaitu perlindungan hak moral dan
ekonomi. Masa perlindungan terhadap hak moral pencipta diberikan tanpa batas waktu sesuai
dengan pasal 57 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014. Untuk hak ekonomi,
perlindungan diberikan selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 tahun setelah
pencipta meniggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya (Pasal 58 ayat (1)
Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014). Apabila hak cipta tersebut dimiliki oleh
suatu badan hukum, maka masa perlindungannya berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali
pengumuman.

Pembahasan
4 Filosofi Hak Cipta :
● INDIVIDUALITAS “Pelukis autis iris grace”
Setiap orang pastinya memiliki bakat atau kemampuan yang terpendam yang mana
akhirnya bakat tersebut muncul dengan orang tersebut menampilkan karya miliknya. Filosofi
individual ini menjelaskan bahwa seorang individu mampu melakukan sesuatu sesuai dengan
potensi individu tersebut karena minat dan kesukaannya dia, contohnya seperti pelukis cilik Iris
Grace ini walaupun dia memiliki keterbatasan namun dia lihai dalam melukis.
Iris Grace merupakan gadis kecil asal Inggris yang memiliki keterbatasan karena
mengidap autis sedari kecil. Berawal dari usaha sang ibu untuk membuat Iris untuk bisa
berbicara karena sampai usia 2 tahun dia belum bisa berbicara, bakat Iris ini ditemukan tak
sengaja saat kedua orang tuanya memperkenalkannya melukis untuk membantu
mengekspresikan dirinya pada 2013 silam. ternyata Iris sangat menikmatinya. Iris mampu
menciptakan pola-pola indah dalam pilihan warna menawan pada lukisannya.
Dikutip dari liputan6.com percakapan bunda Iris Grace "Saat saya memperkenalkan Iris
dengan dunia melukis, saya sangat terkejut. Hanya dalam tempo waktu dua jam saja, ia mampu
membuat lima lukisan yang sangat indah. Saya tak pernah tahu ia memiliki bakat melukis yang
terpendam. Dengan melukis, kini Iris mampu berinteraksi dengan orang lain dan mulai lancar
berbicara tak seperti sebelumnya," ujar Arabella, ibunda dari Iris. lukisan menawan yang dibuat
oleh Iris hasil dari imajinasinya membuahkan pundi-pundi uang dan sudah terjual ke beberapa
collector lukisan di Inggris dan Dunia salah satunya adalah Angelina Jolie, jadi keterbatasan
tidak memutuskan bakat seorang Iris Grace karena dia memiliki minat dan kesukaan untuk
melukis.

● OTENTISITAS “Film hafalan shalat delisa”


Otentisitas di dalam sebuah karya merupakan salah satu hal yang menjadi filosofi sebuah
karya, karena pastinya setiap karya memiliki keautentikan atau keasliannya sendiri yang mana
mencirikan keoriginalan karya tersebut, salah satunya yaitu film Hafalan shalat delisa
Film hafalan shalat delisa ini merupakan film yang diangkat dari novel karya Tere Liye
dan filmnya disutradarai oleh Sony Gaokasak. Film ini rilis pada 22 Desember 2011 yang mana
di dalamnya menceritakan kisah nyata atau asli dari tragedi tsunami aceh pada 26 Desember
2004. Karya film inilah menunjukkan bahwa adanya kisah nyata atau keorisinalitasan karena
mengadopsi kejadian nyata yang pernah terjadi.

● PRESTATIFITAS “Novel Laskar Pelangi”


Ketika seseorang membuat sebuah karya pastinya akan memperhatikan kualitas dari
karya tersebut dan juga orang-orang yang menikmati karya tersebut akan memberikan banyak
apresiasi kepada karyanya. Salah satunya adalah film Laskar Pelangi ini yang mana memiliki
banyak sekali penghargaan yang didapatkannya.
Film Laskar pelangi merupakan film garapan sutradara Riri Riza yang dirilis pada 26
September 2008 yang mana film ini menceritakan kehidupan anak-anak yang bersekolah di desa
Gantong, Pulau Belitung yang begitu memprihatinkan. Pasalnya sekolah dasar tersebut
merupakan satu-satunya sekolah anak miskin yang ada di daerah tersebut. Lebih parahnya,
sempat ada ancaman dari dinas pendidikan setempat bahwa sekolah tersebut harus ditutup karena
kekurangan siswa. Kesebelas murid di SD Muhammadiyah Gantong ini kemudian dikenal
dengan sebutan Laskar Pelangi. Secara garis besar film ini bercerita tentang keseharian Ikal dan
teman-temannya dalam menuntut ilmu dan menghabiskan waktu bersama walaupun
kehidupannya berada di situasi yang serba kekurangan namun dia tetap bersemangat. Dengan
karya yang telah dibuat semaksimal mungkin akhirnya membuahkan penghargaan seperti pada
Bandung Film Festival dan laskar pelangi meraih beberapa penghargaan :
- Festival Film Bandung Untuk Film Bioskop Terpuji (2009)
- Festival Film Bandung Untuk Pemeran Pria Terpuji Film Bioskop (2009)
- Festival Film Bandung Untuk Pemeran Wanita Terpuji Film Bioskop (2009)
- Festival Film Bandung Untuk Penulis Skenario Terpuji Film Bioskop (2009)
- Festival Film Bandung Untuk Penata Musik Terpuji Film Bioskop (2009)
- Festival Film Bandung Untuk Penata Artistik Terpuji Film Bioskop (2009)
- Festival Film Bandung Untuk Sutradara Terpuji Film Bioskop (2009)
Selain itu film yang diangkat dari Novel Karya Andrea Hirata ini pun sukses
mendapatkan penghargaan mancanegara seperti Best Film dan Best Editor di Asian Film Award
Hong Kong, HIGNIS Award Pada Hong Kong International Film Festival, dan juga Golden
Butterfly Award di Iran.

● KREATIVITAS “Penjual Nasi Goreng Robot”


Kreatif merupakan hal yang dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan
pengembangan dan juga terkadang muncul dengan sendirinya. Kreativitas yang dimiliki dan
dibuat oleh seseorang bermacam sekali ragamnya yang mana terkadang tidak sempat terfikir di
benak orang lain karena adanya hal-hal yang tidak masuk akal. Namun kreativitas yang
dituangkan oleh orang tersebut pastinya harus dihargai dan juga tidak boleh asal dijiplak, salah
satu hal yang kreatif adalah penjual nasi goreng yang berasal dari Malang, Jawa Timur ini, beliau
memodifikasi gerobak nasi gorengnya dengan tangan robot yang dibuat dari onderdil motor
untuk membantu mengaduk masakan nasi gorengnya dan disebut “Nasi Goreng Robot”

Berdomisili di Malang, Jawa Timur Dartadi yang berumur 60 tahun menciptakan


kreativitas pada jualannya yaitu tangan yang menyerupai robot dengan fungsi untuk mengaduk
nasi goreng buatannya, beliau berjualan di daerah Jl Muharto Gang 5B, Kota Malang. Berawal
dari adanya keterbatasan fisik akibat kecelakaan yang dialaminya pada tahun 2018 silam dan
membuatnya patah tulang (regional.kompas.com). Tragedi kecelakaan tersebut membuat Dartadi
tidak bisa berjualan nasi goreng normal kembali dan pada akhirnya beliau memiliki ide membuat
pengaduk nasi goreng yang dirakit dari onderdil motor, dikutip dari Timesindo.co.id Dartadi
mengatakan bahwa “mesin ini sempurnanya di tahun 2021 ini karena beberapa kali mencoba.
Awal dulu saya coba mesin ini itu, gak sesuai saya ganti lagi. Kan lengan saya ini patah, gak
mungkin bisa pakai satu tangan kalau bikin nasi goreng," ujar Dartadi, Sabtu (16/10/2021).
Kreativitas yang dimilikinya tersebut ternyata muncul karena beliau sempat terjun ke bidang
elektro dan juga tukang las. Melalui video tiktok yang diunggah oleh salah satu netizen di media
Tiktok membuat kreativitas yang dituangkan Dartadi di gerobak nasi gorengnya menjadi viral
dan banyak diapresiasi oleh netizen.

Pelanggaran Hak Cipta


“Plagiat sinetron Dari Jendela SMP yang menyerupai film Squid Game”
Setiap karya atau kreatifitas pasti memiliki hak cipta dan juga dijaga keorisinalitasannya,
namun tidak bisa dihindari lagi pastinya akan ada beberapa karya yang dijiplak karena adanya ke
tenaran pada karya yang dijiplaknya. Ketika sebuah karya itu dijiplak pastinya akan muncul
permasalahan dan tidak dipungkiri lagi pihak yang menjiplaknya akan mendapatkan tuntutan
karena sudah adanya aturan yang berlaku. Salah satu contohnya yaitu yang lagi hangat-hangat
sekali film squid game yang mana adegannya di jiplak oleh salah satu sinetron di indonesia yang
lagi viral juga yaitu sinetron Dari Jendela SMP.

Baru-baru ini dikejutkan dengan adanya plagiat atau tiruan yang dilakukan oleh sinetron
indonesia yaitu Dari Jendela SMP yang ditayangkan di stasiun televisi SCTV. pasalnya dalam
tayangan tersebut sinetron itu melakukan adegan menyerupai film serial Netflix yaitu Squid
Game namun nama yang digunakannya diganti menjadi Dolanan Game. Kemiripan yang di
plagiatkan oleh sinetron tersebut dilihat Mulai dari para pemain yang mengenakan jaket
bernomor dan celana training berwarna hijau, para petugas Dolanan Game yang mengenakan
topeng seperti front man dari Squid Game, dan juga bagan yang menampilkan eliminasi pemain
juga dinilai mirip seperti Squid Game. Dengan banyaknya ocehan tentang plagiat tersebut
akhirnya sampai juga berita tersebut ke pihak netflix indonesia, dikutip dari (pikiran-rakyat.com)
yang mana akhirnya Akun Twitter resmi Netflix Indonesia memberikan balasan berupa reaksi
salah satu pemain squid game. Netflix Indonesia mengirimkan sebuah gif salah satu pemain
Squid Game, Lee Jung Jae yang menggunakan seragam hijau peserta game. Dalam gif tersebut,
Lee Jung Jae (pemain Squid Game) awalnya tersenyum lebar, tetapi dalam hitungan detik
senyuman itu kemudian berubah menjadi ekspresi wajah datar, jadi bisa dilihat adanya
kekecewaan Netflix atas plagiasi yang dilakukan oleh sinetron Indonesia tersebut.

Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua karya ataupun ciptaan dari seseorang pastinya
memiliki hak cipta yang mana dilindungi oleh beberapa undang-undang yang ada di indonesia
ataupun di dunia. Dalam hak cipta terdapapat 4 filosofi yang mana sudah dijabarkan
dipembahasan. Ketika adanya plagiat yang dilakukan pasti akan ada tuntutan yang diterima oleh
si plagiat tersebut. Jadi ketika kita membuat suatu karya harus diperhatikan yang namanya
plagiat agar tidak terkena tuntutan hak cipta.
REFRENSI
Contoh 4 Filosofi Hak Cipta
● https://www.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-012864392/sinetron-dari-jendela-smp-
diduga-plagiat-squid-game-netflix-indonesia-bereaksi?page=2
● https://www.timesindonesia.co.id/read/news/376392/cerita-nasgor-robot-di-malang-
berawal-karena-lengan-penjual-patah-muncul-inovasi
● https://regional.kompas.com/read/2021/10/15/155304278/kreatif-tukang-nasi-goreng-
jualan-pakai-mesin-pengaduk-dari-onderdil-motor?page=all
● https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2110849/lukisan-memukau-dari-goresan-tangan-
penderita-autis
● https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/03/16/keren-deretan-film-lokal-ini-
menang-penghargaan-internasional
● https://www.tribunnewswiki.com/2020/05/02/film-hafalan-shalat-delisa-2011

Anda mungkin juga menyukai