Anda di halaman 1dari 31

HAK CIPTA

PART II
DOSEN : RAHMA MELISHA FAJRINA, S.H.M.H.
HAK MORAL
Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku hak
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun,
walaupun hak cipta tersebut telah dialihkan.

Pencipta memiliki hak moral yang bersifat abadi meliputi :


a. Hak untuk tetap mencantumkan namanya pada Salinan sehubungan
dengan pemakaian ciptaannya untuk umum
b. Hak untuk menggunakan nama alias atau nama samaran
c. Hak untuk tetap mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai
dengan asas kepatutan dalam masyarakat
d. Hak untuk mengadakan perubahan judul dan anak judul ciptaan
e. Hak untuk mengajukan gugatan atas distorsi ciptaan , mutilasi
ciptaan, modifikasi ciptaan atau hal-hal yang bersifat merugikan
kehormatan diri atau reputasinya

Dengan memiliki hak moral, pencipta memiliki hak untuk dicantumkan


nama atau nama samarannya di dalam ciptaan ataupun salinannya
dalam hal penggunaan secara umum.
Dengan hak moral tersebut , Pencipta juga punya hak untuk :
mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi, atau bentuk perubahan lain yang
meliputi pemutarbalikan, pemotongan, perusakan, penggantian yang
berhubungan dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi
dan reputasi pencipta.

Selain itu, tidak satupun dari hak-hak tersebut dapat dipindahkan


selama penciptanya maih hidup, kecuali atas wasiat pencipta
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
HAK EKONOMI
Pasal 9 ayat 1 UU No 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa pencipta atau
pemegang hak cipta memiliki 8 hak ekonomi untuk melakukan :
a) Penerbitan ciptaan
b) Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya
c) Penerjemah ciptaan
d) Pengadaptasian
e) Pendistribusian ciptaan atau salinannya
f) Pertunjukkan ciptaan
g) Pengumuman ciptaan
h) Komunikasi ciptaan
i) Penyewaan ciptaan
ayat 2 : Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana di
atas, wajib mendapatkan izin dari pencipta atau pemegang hak cipta.

ayat 3 : Setiap orang yang tanpa izin dari pencipta atau pemegang hak
cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau penggunaan secara
komersial ciptaannya.

Pelanggaran terhadap hak ekonomi sesuai pasal 113 UU Nomor 28


Tahun 2014 dapat dikenakan sanksi pidana penjara maksimal 10 tahun
dan denda maksimal Rp 4 Milyar bergantung pada jenis
pelanggarannya.
Dalam menggunakan hak ekonomi  para pencipta diberikan hak
EKSKLUSIF  kebebasan untuk untuk memanfaatkan sendiri hasil
ciptaannya atau memberikan lisensi kepada pihak lain.

Pemberian Lisensi hak cipta dapat diibaratkan dengan “menyewakan


barang” sehingga dalam hal ini tidak ada pengalihan hak, namun hanya
ada pemberian izin kepada pihak lain untuk menggunakan hak cipta.
Atas pemberian lisensi hak cipta tersebut, maka pencipta akan
mendapatkan pembayaran royalti , baik berupa uang maupun barang.
Namun dalam pratiknya , pembayaran royalti kebanyakan berupa uang
yang dibayarkan secara berkala.
HAK EKONOMI ATAS POTRET
PASAL 12 :
1. setiap orang dilarang melakukan Penggunaan secara komersial, penggandaan ,
Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi atas potret yang dibuatnya guna
kepentingan reklame atau periklanan* secara komersial tanpa persetujuan tertulis
dari orang yang dipotret atau ahli waris.
2. Penggunaan secara komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian,
dan/atau komunikasi atas potret sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memuat
potret 2 (dua) orang/lebih , wajib meminta persetujuan dari orang yang ada
dalamPotret atau ahli warisnya

*yang dimaksud dengan kepentingan reklame atau periklanan adalah pemuatan potret
antara lain pada iklan, banner, billboard, kalender dan pamflet yang digunakan secara
komersial.
Pasal 13 :
Pengumuman, Pendistribusian atau Komunikasi Potret atau beberapa orang pelaku
pertunjukkan dalam suatu pertunjukkan umum tidak dianggap sebagai pelanggaran
hak cipta, kecuali dinyatakan lain atau diberi persetujuan oleh Pelaku Pertunjukkan
atau pemegang hak atas pertunjukkan tersebut sebelum atau pada saat pertunjukkan
berlangsung.

Pasal 14 :
Untuk kepentingan keamanan, kepentingan umum, dan/atau keperluan proses
peradilan pidana, instansi yang berwenang dapat melakukan Pengumuman,
Pendistribusian, atau Komunikasi Potret tanpa harus mendapatkan persetujuan dari
seseorang atau beberapa orang yang ada dalam potret. *

*Yang dimaksud dengan instansi yang berwenang dalam ketentuan ini antara lain
kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan
informasi, KPK, atau aparat penegak hukum lainnya.
ROYALTI
Royalti adalah bentuk penghargaan khusus yang diberikan kepada seorang
pencipta atau pemiliki HAKI.
Istilah “royalti” berbeda maknanya dengan honor, upah atau gaji, meskipun
berupa pembayaran atau jasa yang sudah diberikan.

Royalti  dipakai untuk pembayaran atas jasa lisensi kepada para pemilik HAKI
Honor  pembayaran jasa yang bersifat tidak tetap misalnya honor untuk guru
les, honor untuk guru kontrak.
Upah  pembayaran jasa bagi para buruh atau karyawan harian
Gaji  pembayaran jasa bagi karyawan / pegawai bulanan
PENGALIHAN HAK CIPTA DAN LISENSI
Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak yang dapat beralih dan
dialihkan baik melalui proses :

pewarisan, hibah , wakaf, wasiat, perjanjian tertulis,dsb yang dibenarkan sesuai


dengan ketentuan perundang-undangan (pasal 16 ayat 2 UU No 28 Tahun
2014). Hak cipta selain dapat beralih dan dialihkan, juga dapat dilisensikan.
LISENSI
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta kepada
pihak lain berdasarkan surat perjanjian untuk mengumumkan/ atau
memperbanyak ciptaan dengan persyaratan tertentu guna kepentingan
komersial.

Persyaratan tertentu yang berkaitan dengan perjanjian Lisensi


umumnya berkaitan dengan jangka waktu Lisensi dan besarnya
Royalty fee.
Dalam hal ini , perjanjian lisensi harus dibuat dalam bentuk tertulis dan
harus dicatatkan oleh Menteri dalam daftar umum perjanjian Lisensi
Hak Cipta dengan dikenai biaya.

Terkait Lisensi diatur dalam Pasal 80-86 UU No 28 Tahun 2014 tentang


Hak cipta

Terkait jangka waktu Lisensi  kurang dari jangka waktu perlindungan


hak cipta dan hak terkait itu sendiri.
LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF
DALAM HAK CIPTA INDONESIA
Undang-undang No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta secara jelas
mengatur posisi dan status Lembaga Manajemen Kolektif. Hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 1 angka 22 , Lembaga Manajemen Kolektif
didefinisikan sebagai berikut :
Lembaga Manajemen Kolektif adalah Institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba yang
diberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan/atau pemilik hak terkait guna
mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti.
Lembaga Manajemen Kolektif ini menjaga karya pencipta karena
lembaga ini yang membantu mengumpulkan royalti dari pengguna
secara komersial atas karya cipta dari pencipta.
Hubungan antara Pencipta/Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak
terkait, Lembaga Manajemen Kolektif, dan Pengguna diatur dalam Pasal
87 Undang-Undang Hak Cipta. Dalam pasal 87 disebutkan bahwa :
1)Untuk mendapatkan hak ekonomi setiap pencipta, pemegang hak cipta,
pemilik hak terkait menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat
menarik imbalan yang wajar dari pengguna yang memanfaatkan Hak Cipta dan
Hak Terkait dalam bentuk layanan publik yang bersifat komersial

2)Pengguna hak cipta dan ak terkait yang memanfaatkan hak sebagaimana


dimaksud pada ayat 1 membayar royalti kepada pencipta, pemegang hak cipta,
pemilik hak terkait, melalui lembaga manajemen kolektif
3)Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 membuat perjanjian dengan
Lembaga Manajemen Kolektif yang berisi kewajiban untuk membayar royalti
atas hak cipta dan hak terkait yang digunakan

4)Tidak dianggap sebagai pelanggaran Undang-undang ini, pemanfaatan


ciptaan dan / atau produk hak terkait secara komersial oleh pengguna
sepanjang pengguna telah melakukan dan memenuhi kewajiban sesuai
perjanjian dengan Lembaga Manajemen Kolektif.
JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN HAK
CIPTA
Hak moral pencipta untuk :
a)Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum

b)Menggunakan nama aliasnya atau samarannya

c)Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan,


modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasinya berlaku tanpa batas waktu (pasal 57 ayat 1 UU Hak Cipta Tahun
2014)
Sedangkan hak moral pencipta untuk :
a)Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat

b)Mengubah judul dan anak judul ciptaan, berlaku selama berlangsungnya


jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan (Pasal 57 ayat 2 UU
Hak Cipta 2014)
Kemudian untuk hak ekonomi atas ciptaan, perlindungan hak cipta
berlaku selama hidup pencipta hidup dan terus berlangsung selama
70 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1
januari tahun berikutnya (pasal 58 ayat 1 UU Hak Cipta Tahun 2014).

Sedangkan jika hak cipta tersebut dimiliki oleh badan hukum, maka
masa berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan.
Perlindungan dalam pasal 58 UU Hak Cipta tahun 2014 hanya berlaku bagi ciptaan
berupa :
a)Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya

b)Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya

c)Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan

d)Lagu atau musik dengan tanpa teks

e)Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim’

f)Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan , gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat,
patung atau kolase

g)Karya arsitektur

h)Peta

i)Karya seni batik, atau seni motif lainnya


Di sisi lain , bagi ciptaan berupa :
a)Karya fotografi
b)Potret
c)Karya sinematografi
d)Permainan video
e)Program komputer
f)Perwajahan karya tulis
g)Terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi, dan karya lain dari
hasil transformasi
h)Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya tradisional
i)Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program komputer atau media lainnya
j)Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli
k)Karya2 tersebut, berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman (pasal 59 ayat 1 UU Hak
Cipta Tahun 2014 ). Kemudian untuk ciptaan berupa karya seni terapan, perlindungan hak cipta berlaku selama 25
tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman (pasal 59 ayat 2 UU Hak Cipta Tahun 2014)
Jangka waktu perlindungan atau masa berlaku Hak Cipta dan Hak
Terkait di atur melalui pasal 57 sampai Pasal 63 UU No 28 Tahun 2014.
Masing-masing jenis hak cipta memiliki perbedaan tentang masa
berlakunya.

Seperti misalnya atas karya cipta buku, lagu atau musik berdasarkan
ketentuan Pasal 58 ayat 1 berlaku --> selama hidup pencipta dan terus
berlangsung hingga 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia.

Sementara itu, untuk jenis ciptaan fotografi jangka waktu


perlindungannya hanya 50 tahun sejak ciptaan pertama kali dilakukan
pengumuman atas karya cipta tersebut.
Hak cipta atas ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat 1 Undang-undang Nomor
28 Tahun 2014, berlaku tanpa batas waktu.

Hak Cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui yang


dipegang oleh negara sebagaimana yang dimaksud pasal 39 ayat 1 dan
ayat 3 berlaku selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali
dilakukan pengumuman.
PENDAFTARAN HAK CIPTA
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjjen HAKI) yang berada
di bawah naungan Menteri Hukum dan HAM menyelenggarakan
pendaftaran ciptaan dan mencatatnya dalam daftar umum ciptaan.

Pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta


atau pemegang hak cipta, dan timbulnya perlindungan suatu ciptaan
dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena
pendaftaran. Hal ini berarti suatu ciptaan baik yang terdaftar maupun
tidak terdaftar tetap dilindungi.
Pendaftaran ciptaan dalam daftar umum ciptaan dilakukan atas
permohonan yang diajukan oleh pencipta atau pemegang hak cipta
atau oleh kuasanya.
Permohonan diajukan kepada Ditjen HAKI dengan surat rangkap 2 yang
ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh ciptaan dengan
dikenai biaya. Terhadap permohonan tersebut, Ditjen HAKI akan
memberikan keputusan paling lama 9 bulan terhitung sejak tanggal
diterimanya permohonan secara lengkap.
Berdasarkan aturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses pengurusan
pendaftaran ciptaan ke Ditjen HKI dapat dilakukan :
1. sendiri oleh pencipta (contoh penulis buku),
2. oleh pemegang hak cipta (contoh perusahaan penerbitan),
3. atau oleh kuasa yang ditunjuk, yaitu konsultan HAKI yang terdaftar pada
Ditjen HAKI.

Saat ini banyak konsultan HAKI yang daftarnya dapat ditanyakan melalui
kantor Ditjen HAKI atau melalui Kanwil Departemen Hukum dan HAM di
masing-masing ibukota provinsi.

Pendaftaran ciptaan dianggap telah dilakukan saat permohonan telah


dinyatakan lengkap dan diterima oleh Diten HAKI. Pendaftaran ciptaan
kemudian diumumkan dalam berita resmi ciptaan oleh Ditjen HAKI.
PELANGGARAN HAK CIPTA DAN
PENEGAKAN HUKUMNYA
Pelanggaran Hak Cipta serta penyelesaian sengketa Hak Cipta diatur
melalui Pasal 95 sampai Pasal 120 UU No 28 tahun 2014.
Penyelesaian sengketa hak cipta menurut UU No 28 Tahun 2014 dapat
dilakukan melalui penyelesaian sengketa abitrase atau pengadilan.
Untuk gugatan perdata diajukan kepada pengadilan Niaga , sementara
itu untuk tuntutan pidana menjadi kewenangan pengadilan Negeri.
Berdasarkan ketentuan Pasal 120 UU No. 28 Tahun 2014 diatur bahwa
tindak pidana Undang-undang Hak Cipta merupkan delik aduan.
Yang dapat pencipta atau pemegang hak cipta lakukan
jika ada pihak yang melakukan pelanggaran :

1. Mengajukan permohonan Penetapan Sementara ke Pengadilan Niaga


dengan menunjukkan bukti-bukti kuat sebagai pemegang hak dan bukti
adanya pelanggaran Penetapan Sementara ditujukan untuk :
– mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta, khususnya mencegah
masuknya barang yang diduga melanggar hak cipta atau hak terkait ke
dalam jalur perdagangan, termasuk tindakan importasi;
– menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta atau
hak terkait tersebut guna menghindari terjadinya penghilangan barang
bukti.
2. Mengajukan gugatan ganti rugi ke pengadilan niaga atas pelanggaran
hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan
atau hasil perbanyakannya. Untuk mencegah kerugian yang lebih besar,
hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan
pengumuman dan/atau perbanyakan ciptaan atau barang yang
merupakan hasil pelanggaran hak cipta (putusan sela).

3. Melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik POLRI


dan/atau PPNS DJHKI (Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual)
Yuk Menonton Film di Situs-Situs Legal Ini

1. Netflix
2. Disney + Hotstar
3. Goplay
4. HBO Go
5. FilmRise
6. Genflix
7. Hulu
8. Viki
9. Tubi
10. Viu
11. Maxstream
TUGAS
1. Jelaskan Pengertian Hak cipta, Pencipta , dan Ciptaan serta dasar
hukumnya !
2. Apakah karya intelektual yang masih berupa ide semata mendapat
perlindungan hukum Hak Cipta? jelaskan dan beri contoh !
3. Apa yang dimaksud dengan sistem perlindungan secara otomatis
(Automatically protection?)
4. jelaskan pengalihan hak dan lisensi dalam Hak cipta !
5. Jelaskan jangka waktu perlindungan hak cipta untuk masing-masing
karya cipta !
petunjuk :
tugas ditulis tangan dengan rapi dan jelas di dobel folio. setelah selesai
tugas difoto secara berurutan jika lebih dari 1 halaman , lalu dijadikan
pdf
dan kirim ke google classroom, paling lambat JUMAT, 8 oktober 2021
pukul 23.59
lewat satu menit saja dari jam tersebut dianggap alfa untuk pertemuan
pekan ini. (minggu pertama oktober)

terima kasih
selamat mengerjakan

Anda mungkin juga menyukai