Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : YOGI AGUSTIN KAPINDO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044049548

Kode/Mata Kuliah : HKUM4207/HUKUM DAGANG DAN KEPAILITAN

Kode/Nama UPBJJ : 19/BENGKULU

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Berikan analisis saudara apakah mengunggah karya cipta film di media sosial tanpa izin
pencipta merupakan perbuatan melanggar hukum!
JAWABAN :
Film atau sinematografi merupakan jenis Hak Kekayaan Intelektual yang dilindungi
khususnya hak cipta yang merupakan hak ekslusif yang memiliki hak moral, hak ekonomi dan hak
terkait. Sehingga pengunggahan karya cipta film tanpa izin pencipta di media sosial termasuk suatu
pelanggaran karena mengumumkan karya cipta tanpa izin.oleh karna itu apabila hendak mengunggah
(Upload) Sebuah Karya cipta fil di media sosial haruslah memiliki izin berdasarkan Pasal 26 ayat (1)
dan ayat (2) UU ITE yang berkaitan dengan Pasal 25 tersebut mengatur setiap penggunaan konten
melalui media sosial yang menyangkut hak seseorang harus dilakukan atas persetujuan atau harus
memiliki ijin dari orang yang bersangkutan tersebut

2. Berikan analisis saudara dimana letak perbedaan antara pengalihan hak cipta dan
pemberian lisensi?
JAWABAN :
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis (“UU MIG”) Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa
gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3
(tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa.
Selain itu, penting untuk dipahami pengertian dari hak atas merek berdasarkan Pasal 1 angka 5 UU
MIG berikut ini:
- Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik Merek yang
terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan
izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.
-Hak atas merek diperoleh setelah merek tersebut terdaftar. Agar merek terdaftar, diperlukan suatu
permohonan, dalam hal ini adalah permintaan pendaftaran merek yang diajukan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Pengalihan Hak atas Merek dan Lisensi


Jika melihat aturan dalam UU MIG, hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena:
 pewarisan;
 wasiat;
 wakaf;
 hibah;
 perjanjian;
Perbedaan yang paling mendasar antara pengalihan hak atas merek dengan lisensi adalah:
Suatu pengalihan hak atas merek dari si pemilik merek terdaftar kepada pihak lainnya mengakibatkan
berpindahnya seluruh hak atas merek kepada pihak lain tersebut sehingga si pemilik merek
kehilangan hak atas merek tersebut.

Suatu lisensi dari si pemilik merek terdaftar kepada pihak lainnya mengakibatkan diperbolehkannya
menggunakan seluruh atau sebagian hak atas merek kepada pihak lain tersebut, akan tetapi si pemilik
merek masih dapat menggunakan sendiri atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk
menggunakan merek tersebut. Artinya hak atas merek tersebut tidak berpindah kepada pihak lain.[6]
Perbedaan-perbedaan lainnya adalah:

- Pengalihan hak atas merek terdaftar dapat terjadi melalui beberapa peristiwa hukum, seperti
pewarisan, hibah, perjanjian atau sebab-sebab lain yang diperbolehkan oleh undang-undang yang
berlaku, sedangkan lisensi hanya dapat dilakukan dengan melalui perjanjian.
- Dalam pengalihan hak atas merek terdaftar, penerima pengalihan dapat menggunakan seluruh
hak yang melekat pada hak atas merek tersebut. Sedangkan dalam lisensi, penerimanya hanya dapat
menggunakan hak-hak yang dilisensikan kepadanya, dapat berupa sebagian hak ataupun seluruh hak.
- Pengalihan hak atas merek terdaftar oleh pemilik merek yang memiliki lebih dari satu merek
terdaftar yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa
yang sejenis hanya dapat dilakukan jika semua merek terdaftar tersebut dialihkan kepada pihak yang
sama. Sementara dalam lisensi, pemilik merek terdaftar dapat memberikan lisensi kepada pihak lain
baik sebagian maupun seluruh jenis barang dan/atau jasa, tidak diatur harus kepada pihak yang sama.

Pengalihan hak atas merek dapat dilakukan pada saat proses permohonan pendaftaran merek.
Sementara itu, untuk lisensi tidak diatur demikian.
Pengalihan hak atas merek maupun lisensi nyatanya wajib dicatatkan kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia dan dikenai biaya. Berdasarkan Lampiran angka V mengenai Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Pelayanan Kekayaan Intelektual Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45
Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (“PP 45/2016”) diatur untuk biaya pencatatan
pengalihan hak adalah sebesar Rp 650.000 per nomor daftar, sementara pencatatan perjanjian lisensi
sebesar Rp 500.000 per nomor daftar.

3. Berikan analisis saudara adakah manfaat pencatatan ciptaan ke Kementerian Hukum dan
HAM sebagai upaya perlindungan hak cipta ? Jelaskan jawaban saudara berdasar ketentuan
yang berlaku!
JAWABAN :
Sebagaimana diketahui, Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya
pencatatan ciptaan di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, ini akan memudahkan orang untuk
mempermudah pendokumentasian atas karya ciptanya.
Perlindungan terhadap Hak Cipta timbul secara otomatis setelah ciptaan diwujudkan tanpa
perlu dilakukan pendaftaran atau pencatatan. Pencatatan Hak Cipta diperlukan untuk memperkuat
perlindungan Hak Cipta.
Hak Cipta memberikan hak eksklusif kepada Pencipta yang terdiri dari Hak Moral, Hak
Ekonomi, dan Hak Terkait. Hak Moral merupakan hak yang melekat abadi pada diri Pencipta atas
Ciptaannya yang pada dasarnya meliputi hak untuk diakui sebagai Pencipta di mana nama Pencipta
harus tercantum pada karya seorang Pencipta yang diperbanyak, diumumkan, atau dipamerkan
dihadapan publik dan hak keutuhan karya yang dimaksudkan untuk mencegah tindakan perubahan
terhadap ciptaan yang berpotensi merusak reputasi Pencipta. Hak Moral ini tidak dapat dialihkan
selama Pencipta masih hidup tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau
sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meninggal dunia.
Hak Ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mendapatkan hak ekonomi atas ciptaan dimana Pencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki hak
ekonomi untuk melakukan penerbitan ciptaan, penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya,
penerjemahan ciptaan, pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan,
pendistribusian ciptaan, pertunjukan ciptaan, pengumuman ciptaan, komunikasi ciptaan, dan
penyewaan ciptaan. Sedangkan Hak Terkait merupakan hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang
merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, dan lembaga penyiaran.

Dapat disimpulkan bahwa terhadap Hak Cipta berlaku prinsip deklaratif yaitu perlindungan
terhadap Hak Cipta timbul secara otomatis setelah ciptaan diwujudkan tanpa perlu dilakukan
pendaftaran atau pencatatan, namun pencatatan Hak Cipta tersebut diperlukan untuk memperkuat
perlindungan Hak Cipta. Saat ini berdasarkan Pasal 66 UU Hak Cipta, Pencatatan Ciptaan dan produk
Hak Terkait diajukan dengan permohonan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia oleh Pencipta,
Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait, atau Kuasanya kepada Menteri dan dapat dilakukan baik
secara elektronik maupun non-elektronik.

Anda mungkin juga menyukai