Anda di halaman 1dari 13

HAK CIPTA

Dalam Pasal 1 butir 1 UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002.yaitu: Hak Cipta adalah Hak
eksklusif bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya maupun memberi ijin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak ekslutif adalah hak yang semata-
mata diperuntukan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan
hak tersebut tanpa izin pemegang.
Hak cipta juga adalah Hak Kekayaan Immateril. Hak kekayaan immateril adalah suatu
hak kekayaan yang objek haknya adalah benda tidak berwujud.Pasal 499 KUH Perdata
memberikan batasan tentang rumusan benda, yaitu tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang
dapat dikuasai menjadi objek kekayaan atau hak milik.
Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang
menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak
yang menerima hak tersebut (Pasal 1 (4) UHC) Subjek hak cipta adalah pemegang hak yaitu
pencipta atau orang atau 41 badan hukum yang secara sah memperoleh hak untuk itu, yaitu
dengan carapewarisan, hibah, wasiat atau pihak lain dengan perjanjian (Pasal 3 UHC). Objek
adalah benda yang dalam hal ini adalah hak cipta sebagai benda immateril.Ciptaan adalah hasil
setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni
atau sastra.
Sifat Kebendaan Hak Cipta
Hak cipta mempunyai sifat sebagai benda bergerak dalam kaitannya dengan hukum
kebendaan. Benda bergerak dalam hukum di golongkan menjadi dua, yaitu benda bergerak
berwujud dan benda bergerak tidak berwujud. Hak cipta termasuk dalam golongan benda
bergerak tidak berwujud. Hak cipta dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain, baik
seluruhnya maupun sebagia. Namun, berbeda dengan benda bergerak lainnya yang dapat
dialihkan secara lisan, beralih atau dialihkan hak cipta tidak dapat dilakukan secara lisan, tetapi
harus dilakukanya secara tertulis, baik dengan maupun tanpa akta notaris.
Ciptaan Yang Dilindungi
Pasal 12 ayat 1 UUHC secara rinci menyebutkan berbagai ciptaan yang dilindungi, yaitu Buku,
program komputer, karya tulis, ceramah, kuliah, pidato, ciptaan lagu atau musik, drama, tari,
koreografi, arsitektur, seni batik, fotografi, terjemahan, seni rupa seperti lukisan, gambar, seni
ukir, seni kaligrafi, kerajinan tangan, dll.
Pembatas Hak Cipta
1. Tidak dianggap pelanggaran hak cipta apabila berupa perbuatan yang tidak dapat
dituntut sebagai perbuatan melanggar hak cipta.
2. Tidak dianggap pelanggaran hak cipta dengan syarat bahwa sumbernya harus
disebutkan atau diumumkan.
Pendaftaran Hak Cipta
1. Pendaftaran hak cipta dilakukan di kantor Hak Cipta, Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual.
2. Pendaftaran hak cipta dalam daftar umum ciptaan tidak mengandung arti sebagai
pengesahan atas isi, arti atau bentuk dari ciptaan yang didaftarkan.
Prosedur Pendaftaran Hak Cipta

1) Permohonan pendaftaran diajukan kepada Menteri Kehakiman (Menkumham) melalui


HAKI dengan surat rangkap dua, ditulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas folio
berganda.
2) Dalam surat permohonan tersebut tertera :

a. Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta;

b. Nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta;

c. Nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa;

d. Jenis dan judul ciptaan

e. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali;

f. Uraian ciptaan rangkap tiga.

3) Surat permohonan hak ciptahanya dapat diajukan untuk satu ciptaan. Dan
ditandatanganioleh pemohon/ kuasanya.
4) Apabila pemohon adalah suatu badan hukum, maka dalam surat permohonannya harus
dilampirkan turunan resmi akta pendirian badan hukum tersebut.
5) Apabila surat permohonan diajukan oleh seorang kuasa, maka harus ditandatangani
oleh penerima kuasa dengan dilampiri oleh surat kuasa.
6) Kuasa tersebut harus WNI dan bertempat tinggal di Indonesia (lampirkan tanda bukti).
7) Surat permohonan tanda terima yang berisikan nama pencipta, pemegang hak cipta,
nama kuasa, jenis dan judul ciptaan, tanggal dan jam surat permohonan diterima.
8) Apabila surat permohonan tidak memenuhi persyaratanmaka Dirjen HAKI atas nama
Menkumham memberitahukan secara tertulis kepada pemohon agar melengkapinya
dalam jangka waktu3 bulan sejak pemberitahuan.
9) Permohonan yang telah memenuhi persyaratandiperiksa secara administratif oleh
Dirjen HAKI, hasilnya dilaporkan ke Menkumham untuk mendapat keputusan.
10) Keputusan Menkumham di beritahukan kepada pemohon melalui Dirjen HAKI.

Sanksi Pidana
1. Barang siapa memperbanyak atau mengumunkan suatu ciptaan tanpa izini pencipta atau
pemegang hak ciptanya dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat
1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait
dipidana dengan pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda palinh banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
3. Barang siapa dengan sengja dan tanpa hak memperbanyak peenggunaan untuk
kepentingan komersial suatu program komputer dipidana dengan pidana pernjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

Contoh Kasus Hak Cipta

Perkara gugatan pelanggaran hak cipta logo cap jempol pada kemasan produk
mesin cuci merek TCL bakal berlanjut ke Mahkamah Agung setelah pengusaha Junaide
Sasongko melalui kuasa hukumnya mengajukan kasasi. "Kita akan mengajukan kasasi ke
Mahkamah Agung (MA), rencana besok (hari ini) akan kami daftarkan," kata Angga Brata
Rosihan, kuasa hukum Junaide. Meskipun kasasi ke MA, Angga enggan berkomentar lebih
lanjut terkait pertimbangan majelis hakim yang tidak menerima gugatan kliennya itu.
"Kami akan menyiapkan bukti-bukti yang nanti akan kami tunjukan dalam kasasi,"
ujarnya. Sebelumnya, majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengatakan tidak
dapat menerima gugatan Junaide terhadap Nurtjahja Tanudi-sastro, pemilik PT Ansa
Mandiri Pratama, distributor dan perakit produk mesin cuci merek TCL di Indonesia.

Pertimbangan majelis hakim menolak gugatan tersebut antara lain gugatan itu salah
pihak (error in persona). Kuasa hukum tergugat, Andi Simangunsong, menyambut
gembira putusan Pengadilan Niaga tersebut. Menurut dia, adanya putusan itu
membuktikan tidak terdapat pelanggaran hak cipta atas peng-gunaan logo cap jempol pada
produk TCL di Indonesia. Sebelumnya, Junaide menggugat Nurtjahja karena menilai
pemilik dari perusahaan distributor dan perakit produk TCL di Indonesia itu telah
menggunakan logo cap jempol pada kemasan mesin cuci merek TCL tanpa izin. Dalam
gugatanya itu. penggugat menuntut ganti rugi sebesar Rp 144 miliar.
Penggugat mengklaim pihaknya sebagai pemilik hak eksklusif atas logo cap
jempol. Pasalnya dia mengklaim pemegang sertifikat hak cipta atas gambar jempol dengan
judul garansi di bawah No.-C00200708581 yang dicatat dan diumumkan untuk pertama
kalinya pada 18 Juni 2007. Junaide diketahui pernah bekerja di TCL China yang
memproduksi AC merek TCL sekitar pada 2000-2007. Pada 2005. Junaide mempunya ide
untuk menaikkan kepercayaan masyarakat terhadap produk TCL dengan membuat gambar
jempol yang di bawahnya ditulis garansi. Menurut dia, Nurtjahja telah melanggar Pasal 56
dan Pasal 57 UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta. Untuk itu Junaide menuntut ganti
rugi materiel sebesar Rpl2 miliar dan imateriel sebesar Rp 120 miliar.

PATEN
Hak Paten adalah suatu hak khusus yang eksklusif berupa penemuan baru yang dapat
diterapkan dalam bidang perindustrian, yang diberikan negara kepada para penemunya atas
hasil temuannya di bidang teknologiselama waktu tertentu, untuk melaksanakan sendiri
penemuannya tersebutatau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk
melaksanakannya. Penemuan disini adalah suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik
dibidang teknologi yang dapat dalam wujud suatu:
1. Proses
2. Hasil Produksi
3. Penyempurnaan dan pengembangan proses
4. Penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi
Adapun yang menjadi subyek paten yang diatur dalam Undang-Undang nomor 14 Tahun 2001
Pasal 10 adalah :
1. Yang berhak memperoleh paten adalah investor (penemu) atau yang
menerima lebih lanjut hak investor yang bersangkutan.
2. Jika dalam suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama, hak
atas invensi tersebut dimiliki secara bersama oleh investor yang
bersangkutan.
Prosedur Perolehan Paten :
Pemberian paten pada dasarnya dilandasi oleh motivasi tertentu, misalnya
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Selain itu dimaksudkan
untuk:
1. Penghargaan atas suatu hasil karya berupa penemuan baru, dasar pemberian
paten kepada si penemu adalah berdasarkan rasa keadilan dan kelayakan atas
jerih payahnya, maka patutlah ia memperoleh paten.
2. Pemberian insentif atas sebuah penemuan dan karya yang inovatif adanya
insentif yang adil dan wajar untuk kegiatan penelitian dan pengembangan
teknologi yang cepat.
3. Paten sebagai sumber informasi teknik merupakan salah satu alasan
diberikannya perlindungan paten atas suatu penemuan tertentu.
Permohonan Paten :
Permohonan Paten diajukan dengan membayar biaya kepada Direktorat
Jenderal.Dalam Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) ditentukan, Permohonan diajukan
secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada DirektoratJenderal, dan
permohonan harus memuat :
1. Tanggal, bulan, tahun, Surat Permohonan;
2. Alamat lengkap dan alamat jelas pemohon;
3. Nama lengkap dan kewarganegaraan investor;
4. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;
5. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan untuk dapat diberi paten;
6. Pernyataan permohonan untuk dapat diberikan Paten;
7. Judul invensi;
8. Klaim yang terkandung dalam invensi;
9. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang
cara melaksanakan invensi;
10. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas
invensi; dan
11. Abstrak invensi.

Jangka waktu berlakunya Hak Paten :

a. Paten Biasa: Paten apat diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang (Pasal 8 UU No. 14
Tahun 2001).

b. Paten Sederhana: diberikan untuk jangka waktu 10 tahun terhitung sejak tanggal
penerimaan dan jangka waktu itu tiak dapat di perpanjang (Pasal 9 UU No. 14 Tahun 2001).
Paten dapat dimiliki oleh seseorang, beberapa orang atau badan hukum yang menemukan
suatu penemuan dibidang teknologi itu secara otomatis mendapat paten.Syarat utama untuk
mendapatkan hak paten; Penemuan tersebut merupakan penemuan baru, mempunyai
langkah-langkah yang inventif dan penemuan dapat diterapkan dalam industri.

Pengalihan Hak Paten

Hak Paten sebagai hak milik dialihtenagakan, seluruhnya maupun sebagian melalui:
pewarisan, hibah, wasiat maupun dengan cara perjanjian atau dengan cara lain yang
dibenarkan oleh Undang-Undang. Segala bentuk pengalihan ini wajib didaftarkan pada
direktorat jendderal dan dicatat dalam daftar umum paten. Pengalihan paten ini dapat
dilakukan kepada perorangan maupun kepada badan hukum dengan cara :

a. Pengalihan Paten melalui Perjanjian

Dapat berbentuk Perjanjian Lisensi, perjanjian ini berisi bahwa pemegang hak paten
memberi izin kepada pihak lain berasarkan surat perjanjian untuk melaksanakan perbuatan
hak eksklusif ari si pemilik hak paten berupa hak untuk: membuat, menggunakan, menjual,
mengimpor, menyewakan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan hasil produk yang di beri paten, ataupun dalam hal paten proses, maka termasuk
menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang, dan perjanjian
lisesnsi wajib didaftarkan pada direktorat jenderal.

b. Lisensi wajib Ketentuan lisensi wajib dikenal dalam konvensi Paris Pasal 5 Act of
london, menyatakan dalam ayat (2), bahwa tiap negara anggota berhak untuk menentukan
dalam perundang-undangan nasionalnya bahwa penyalahgunaan hak pemegang paten ini,
misalnya tiak melakukan pelasanaan hak patennya, dapat dihindarkan. Antara lain dengan
memberikan lisesnsi wajib kepada pihak lain, akan tetapi ditentukan bahwa pemberian
lisensi wajib ini tidak boleh diadakan lebih cepat dari 3 tahun setelah hak paten ini diberikan
dan pihak pemegang hak paten tidak dapat memberikan alasan yang sah mengapa ia tidak
dapat menggunakannya.

CONTOH KASUS HAK PATEN

Baru-baru ini, pertarungan hak paten antara Samsung dengan Apple di pengadilan
nampaknya semakin meluas. Terlebih setelah pernyataan terbaru dari perusahaan yang
didirikan oleh Steve Jobs tersebut. Apple mengatakan bahwa pemicu dari banyaknya
pertikaian paten yang melibatkan Apple tak lain dan tak bukan adalah OS Android. Di
pasaran saat ini banyak sekali beredar smartphone yang berbasis Sistem Operasi Android
dan ditengarai banyak meniru produk keluaran Apple.

Dilihat dari pihak Samsung sendiri, perusahaan yang berbasis di Cupertino tersebut telah
menyiapkan dokumen sebanyak 67 halaman sebagai bukti untuk melawan argumen-
argumen yang dikeluarkan oleh musuhnya tersebut. Namun, dokumen-dokumen tersebut
ternyata tidak hanya melibatkan Samsung sebagai pihak tertuduh pelanggaran hak paten.
Beberapa produsen Android lain pun termasuk di dalamnya.

“Apple telah mengidentifikasi lusinan contoh dimana Android digunakan atau menjadi
pemicu perusahaan lain untuk memakai teknologi yang telah dipatenkan Apple,” tulis
sebuah kalimat dalam dokumen tersebut. Dokumen tersebut sebenarnya telah diperlihatkan
kepada Samsung pada Agustus 2010.

Namun ada yang menarik di balik perang paten tersebut, ternyata ada hubungan mesra
dalam bisnis hardware di antara keduanya. Perlu diketahui, bahwa Apple merupakan
pelanggan terbesar Samsung. Beberapa perangkat penting iPad dan iPhone, diproduksi oleh
Samsung.

Selain itu, Apple membeli panel LCD, flash memory, dan prosesor dari Samsung.
Keputusan perang paten di AS, sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan bisnis jangka
panjang antara kedua perusahaan menginta semakin rumitnay kasus tersebut bergulir dan
belum adanya titik temu diantara kedua belah pihak yang berseteru.

Analisis :

Hak khusus pemegang paten untuk melaksanakan temuannya secara perusahaan atas
patennya baik secara sendiri maupun dengan memberikan persetujuan atau ijin atau lisensi
kepada orang lain, yaitu: membuat, menjual, menyewakan, menyerahkan, memakai,
menyediakan, untuk dijual atau disewakan atau diserahkan hasil produksi yang diberi
paten. Hak ini bersifat eksklusif, dalam arti hak yang hanya bisa dijalankan oleh orang yang
memegang hak paten, orang lain dilarang melaksanakannya tanpa persetujuan pemegang
paten.
MEREK

Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

1. Merek Dagang: Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau Badan Hukum untuk
membedakan dari barang-barang sejenis lainnya.

2. Merek Jasa: Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dari jasa-jasa
sejenis yang lain.

3. Merek Kolektif: Merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang
sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama
untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.

Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada pemilik merek yang
terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu menggunakan sendiri
merek tersebut ataumemberi izin kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk menggunakannya.Dasar hukum hak merek adalah UU No.
15 Tahun 2001.

Merek yang tidak dapat didaftar adalah:

1. Permohonan yang diadukan oleh pemohon yang beritika tidak baik

2. Bertentangan dengan moralitas, agama, kesusilaan atau ketertiban umum

3. Tidak memiliki daya pembeda

4. Telah menjadi milik umum

5. Merupakan keterangan atau berkaitan engan barang atau jasa yang

dimihinkan pendaftarannya.

Merek yang tidak dapat didaftar adalah yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, moralitas, agama dan ketertiban umum, contoh:

1. Gambar-gambar maupun kata-kata yang berkaitan pornografi


2. Lambang-lambang atau nama yang melanggar dengan ketentuan perundang undangan
yang berlaku

3. Lambang/ simbol-simbol keagamaan seperti gambar ka’bah, nama kitab suci

dan sebagainya.

Pemohon yang beritikad tidak baik adalah pemohon yang memenuhi unsur-unsur :

1. Tidak layak dan tidak jujur

2. Membonceng

3. Meniru

4. Menjiplak

5. Menumbuhkan kondisi persaingan curang

6. Mengecoh atau menyesatkan konsumen.

CONTOH KASUS HAK MEREK

Kasus sengketa sepeda motor Tossa Krisma dengan Honda Karisma


Kasus ini berawal dari kesalahan penemu merek. Dilihat dengan seksama antara Krisma dan
Karisma memiliki penyebutan kata yang sama. Tossa Krisma diproduksi oleh PT.Tossa Sakti,
sedangkan Honda Karisma diproduksi oleh PT.Astra Honda Motor. PT.Tossa Sakti tidak dapat
dibandingkan dengan PT.Astra Honda Motor (AHM), karena PT.AHM perusahaan yang
mampu memproduksi 1.000.000 unit sepeda motor per tahun. Sedangkan PT.Tossa Sakti pada
motor Tossa Krisma tidak banyak konsumen yang mengetahuinya, tetapi perusahaan tersebut
berproduksi di kota-kota Jawa Tengah, dan hanya beberapa unit di Jakarta.
Permasalahan kasus ini tidak ada hubungan dengan pemroduksian, tetapi masalah penggunaan
nama Karisma oleh PT.AHM. Sang pemilik merek dagang Krisma (Gunawan Chandra),
mengajukan gugatan kepada PT.AHM atas merek tersebut ke jalur hukum. Menurut beliau,
PT.AHM telah menggunakan merek tersebut dan tidak sesuai dengan yang terdaftar di
Direktorat Merek Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM. Bahkan
PT.AHM diduga telah menggunakan merek tidak sesuai prosedur, karena aslinya huru Karisma
di desain dengan huruf balok dan berwarna hitam putih, sedangkan PT.AHM memproduksi
motor tersebut dengan tulisan huruf sambung dengan desain huruf berwana.
Akhirnya permohonan Gunawan Chandra dikabulkan oleh hakim Pengadilan Niaga Negeri.
Namun, PT.AHM tidak menerima keputusan dari hakim pengadilan, bahkan mengajukan
keberatan melalui kasasi ke Mahkamah Agung. PT.AHM menuturkan bahwa sebelumnya
Gunawan Chandra merupakan pihak ketiga atas merek tersebut. Bahkan, beliau menjiplak
nama Krisma dari PT.AHM (Karisma) untuk sepeda motornya. Setelah mendapat teguran,
beliau membuat surat pernyataan yang berisikan permintaan maaf dan pencabutan merek
Krisma untuk tidak digunakan kembali, namun kenyataannya sampai saat ini beliau
menggunakan merek tersebut.
Hasil dari persidangan tersebut, pihak PT.Tossa Sakti (Gunawan Chandra) memenangkan
kasus ini, sedangkan pihak PT.AHM merasa kecewa karena pihak pengadilan tidak
mempertimbangkan atas tuturan yang disampaikan. Ternyata dibalik kasus ini terdapat
ketidakadilan bagi PT.AHM, yaitu masalah desain huruf pada Honda Karisma bahwa pencipta
dari desain dan seni lukis huruf tersebut tidak dilindungi hukum.
Dari kasus tersebut, PT.AHM dikenakan pasal 61 dan 63 Undang-Undang No.15 Tahun 2001
tentang merek sebagai sarana penyelundupan hukum. Sengketa terhadap merek ini terjadi dari
tahun 2005 dan berakhir pada tahun 2011, hal ini menyebabkan penurunan penjualan Honda
Karisma dan pengaruh psikologis terhadap konsumen. Kini, PT.AHM telah mencabut merek
Karisma tersebut dan menggantikan dengan desain baru yaitu Honda Supra X dengan bentuk
hampir serupa dengan Honda Karisma.

LISENSI

Lisensi adalah pemberian izin untuk memproduksi suatu produk/jasa tertentu, dimana
produk/jasa tersebut sebelumnya sudah dipatenkan oleh yang menciptakanya pertama kali.
Atau sering juga lisensi diartikan sebagai suatu bentuk pemberian izin untuk memanfaatkan
hak atas kekayaan intelektual, dimana dapat diberikan oleh pemberi lisensi kepada penerima
lisensi dengan maksud supaya penerima lisensi dapat melakukan kegiatan usaha atau
memproduksi produk tertentu dengan menggunakan hak atas kekayaan intelektual yang
dilisensikan tersebut. Tapi sering juga kita temukan istilah Perjanjian lisensi, yang dapat
diartikan sebagai perjanjian diantara dua pihak ataupun lebih dimana satu pihak sebagai
pemilik atau pemegang lisensi bertindak memberikan lisensi kepada pihak yang bertindak
sebagai penerima lisensi, sehingga pihak penerima lisensi dapat dengan legal memproduksi
dan memasarkan produk/jasanya.

Pihak yang memberikan lisensi disebut dengan Licencor, sedangkan untuk pihak
penerima lisensi disebut dengan License. Maka secara tidak langsung istilah lisensi sudah
mengarah kepada penjualan atau izin untuk menggunakan hak paten dan hak untuk
menggunakan merk dagang. Tentunya pemegang lisensi yang sudah diakui/diberi izin oleh
pemberi lisensi harus memproduksi produk dengan bahan-bahan yang sama persis, kecuali
untuk variasi supaya produk yang di produksi sesuai dengan selera masyarakat dimana
pemegang lisensi memasarkannya.

MACAM-MACAM LISENSI

a. Lisensi HKI (Hak atas Kekayaan Intelektual)

Merupakan jenis lisensi hak atas kekayaan intelektual, misalnya seperti lisensi pada software
komputer. Pemberi lisensi akan memberikan hak kepada para pengguna untuk memakai
softwarenya. Lisensi atas hak intelektual ini umumnya mempunyai beberapa peraturan
didalamnya seperti syarat dan ketentuan, wilayah penggunaan, pembaruan, dan syarat-syarat
lainnya yang telah ditentukan oleh pemilik lisensi tersebut.

b. Lisensi Massal

Lisensi Massal umumnya terdapat pada lisensi software komputer, dimana lisensi diberikan
oleh pemilik lisensi kepada perorangan untuk menggunakan software komputer tersebut.
Lisensi secara rinci biasanya tertulis dalam EULA (End User License Agreement) dalam
software tersebut. (Baca juga: Pengertian open source dan contohnya lengkap).

c. Lisensi Merek Barang atau Jasa

Pemilik lisensi dapat memeberikan izin/lisensinya kepada seseorang atau perusahaan, dengan
tujuan supaya seseorang atau perusahaan tersebut dapat menjual produk atau jasa di bawah
pemilik lisensi merek dagang tersebut. Dengan lisensi ini maka pemakai lisensi dapat
menggunakan merek dagang atau jasa pemilik lisensi, tanpa adanya rasa khawatir dituntut
secara hukum oleh pemilik lisensi karena sebelumnya sudah mendapat persetujuan pemilik
lisensi. (Baca juga: Pengertian perusahaan jasa dan contohnya dilengkapi cirinya).

c. Lisensi Hasil Karya Seni & Karakter

Pemilik lisensi dapat memberikan izin kepada seseorang atau perusahaan sehingga dapat
menyalin dan menjual hak cipta yang mengandung material seni dan karakter. Misalnya suatu
perusahaan memproduksi dan memasarkan mainan dengan karakter doraemon, dalam
memproduksi dan memasarkan mainan karakter tersebut sebelumnya sudah mendapatkan izin
dari pencipta karakter tersebut.

d. Lisensi Bidang Pendidikan

Umumnya lisensi pada bidang pendidikan berbentuk gelar akademis. Sebuah perguruan tinggi
atau universitas sebagai memiliki lisensi dapat memberikan gelar kepada seseorang untuk
menggunakan gelar akademisnya setelah menimba ilmu dalam kurun waktu tertentu di
perguruan tinggi atau universitas tersebut, atau bisa juga gelar akademis tersebut diberikan
kepada seseorang sebagai suatu bentuk penghargaan.

CONTOH LISENSI

T Tiga Sinar Mestika, selaku substitusi dari perusahaan asal Singapura Wen Ken Drug Co Pte
Ltd, menggugat PT Sinde Budi Sentosa, produsen Cap Kaki Tiga, melalui Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat terkait dengan perkara lisensi.
Dalam gugatannya, Tiga Sinar Mestika meminta Pengadilan memerintahkan Sinde Budi
Sentosa menghentikan produksi, penjualan, pemasaran, dan pendistribusian produk dengan
merek Cap Kaki Tiga yang a.l. berupa produk larutan penyegar, balsem, puyer sakit kepala,
obat kurap, dan salep kulit.

Penggugat menuntut dua macam ganti rugi materiil. Pertama, kerugian materiil yang terkait
dengan pembayaran royalti oleh tergugat kepada penggugat sejumlah 1% dari penjualan
tergugat per tahun terhitung sejak 1978.

Kedua, kerugian material terkait dengan upaya penghilangan logo Kaki Tiga, sejumlah S$1
juta per tahun, terhitung dari 2000. Nilai S$1 juta ini diklaim setara dengan biaya promosi
produk Cap Kaki Tiga.

Selain ganti rugi materiil, penggugat juga menuntut dua macam ganti rugi immateriil. Pertama,
immateriil S$100 juta, terkait dengan upaya penghilangan logo Cap Kaki Tiga, yang diklaim
dapat membawa akibat buruk bagi nama baik penggugat.

Kedua, immateriil S$100 juta, terkait dengan kegiatan produksi, penjualan, pemasaran, dan
pendistribusian produk-produk dengan menggunakan merek Cap Kaki Tiga secara tidak sah
dan tanpa hak, yang diklaim dapat membawa akibat buruk bagi nama baik penggugat.

Saat ini, sidang antara kedua pihak mulai bergulir di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Pada
sidang pekan lalu, persidangan telah dilanjutkan kembali dengan agenda penyerahan jawaban
dari pihak tergugat atas gugatan penggugat.

Dalam gugatan yang terdaftar di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 22 September 2008,
penggugat menyebutkan pihaknya telah menggunakan merek Cap Kaki Tiga di Singapura sejak
1937, dan merek tersebut diklaim telah terkenal di dunia internasional hingga saat ini.

Penggugat (Wen Ken) dan tergugat (Sinde Budi Sentosa), menurut penggugat, menjalin kerja
sama untuk memproduksi, menjual, memasarkan, dan mendistribusikan produk dengan
menggunakan merek Cap Kaki Tiga.

Hubungan kekeluargaan

Wen Ken mengklaim kerja sama yang terjadi dengan Sinde Budi Sentosa adalah didasarkan
pada hubungan kekeluargaan, sehingga tidak pernah dibuat dan ditandatangani Perjanjian
Lisensi secara tertulis.
Perusahaan asal Singapura itu juga mengklaim Sinde Budi Sentosa tidak membayar royalti
secara kontinu, tidak menyampaikan laporan produksi dan atau penjualan produk yang
menggunakan merek Cap Kaki Tiga, serta menghilangkan gambar atau logo Kaki Tiga dari
kemasan produk Cap Kaki Tiga.

Sejak 2000, menurut penggugat, pihaknya berupaya untuk membahas masalah pembuatan
suatu perjanjian lisensi.

Mengingat perundingan tidak mencapai titik temu, pada Maret 2008 penggugat mengumumkan
pemberitahuan di media massa bahwa pihaknya tidak mempunyai hubungan kerja sama lagi
dengan tergugat.

Lalu, penggugat juga mengumumkan bahwa pihaknya telah menunjuk PT Tiga Sinar Mestika,
guna melindungi kepentingan dan haknya atas merek Cap Kaki Tiga di Indonesia, dan dalam
rangka kelanjutan produksi, penjualan, pemasaran, dan pendistribusian produk Cap Kaki Tiga.

Sementara itu, kuasa hukum tergugat, Andi F. Simangunsong, menyebutkan pihaknya


merupakan satu-satunya penerima lisensi atas merek Cap Kaki Tiga untuk wilayah Indonesia,
sejak 1978.

Pemberian lisensi merek Cap Kaki Tiga itu, menurutnya, dilakukan secara sah dan tertulis yang
dibuat dan ditandatangani oleh kedua pihak, yang a.l. intinya pemberian lisensi untuk
memproduksi dan memasarkan, serta mengatur pengurusan pendaftaran merek dan hak cipta
di Indonesia.

Lagipula, katanya, reputasi merek Cap Kaki Tiga hingga menjadi suatu merek dagang yang
terkenal di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari upaya-upaya yang dilakukan pihaknya
selama ini. (Oleh Elvani Harifaningsih)

Anda mungkin juga menyukai