Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HAK PATEN

Nama Kelompok:

1. Chaniffatul Maghfirroh
2. Melan Apriliani
3. Siswo Hadi Purnomo
4. Tri Cahyono

Kelas: 2 TI-B

TEKNIK INFORMATIKA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada awal abad 21, sudah banyak para ilmuwan, sastrawan dan pekerja seni
lainnya yang menemukan atau menciptakan suatu inovasi dalam bidang teknologi
maupun bidang disiplin ilmu lainnya. Saat ini, teknologi mempunyai peran yang sangat
signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Negara yang menguasai dunia adalah negara
yang menguasai teknologi. Amerika serikat, Jerman, Perancis, Rusia dan Cina
merupakan contoh negara yang sangat maju dalam bidang teknologi sehingga mereka
mampu memberi pengaruh bagi negara lain. Negara-nnegara tersebut melindungi
teknologi mereka secara ketat. Jadi jika ada seorang mahasiswa asing yang belajar
dalam bidang teknologi di negara-negara tersebut, maka dosen tidak menularkan
seluruh ilmunya kepada si mahasiswa tersebut. Karena itu, Indonesia perlu merangsang
warga negaranya untuk mengembangkan teknologi dengan mengembangkan sistem
perlindungan terhadap karya intelektual di bidang teknologi yang berupa pemberian
hak paten.
Akar sejarah paten sudah cukup tua, pada awalnya memang sekedar perlindungan
yang bersifat monopolistik di Eropa dan memperoleh wujud yang jelas pada abad ke 14.
Perlindungan tersebut pada awalnya diberikan sebagai hak istimewa kepada mereka yang
mendirikan usaha industri baru dengan teknologi yang diimpor. Dengan perlindungan
tersebut, pengusaha indutri yang bersangkutan diberi hak untuk dalam jangka waktu
tertentu menggunakan teknologi yang diimpornya, hal tersebut diberi dalam bentuk Surat
Paten. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pengusaha pengimpor
teknologi yang baru agar benar-benar dapat terlebih dahulu menguasai seluk-beluk an
cara penggunan teknologi yang bersangkutan. Dengan demikian, tujuan pemberian paten
tersebut pada awalnya memang bukan pemberian perlindungan pada penemu, tetapi lebih
pada rangsangan untuk pendirian industri baru dan pengalihan teknologi.
Hak Paten yang dapat dilakukan oleh para masyarakat atau pihak-pihak yang akan
mempatenkan hasil inovasinya sebagai hak dari mereka sendiri. Pengetahuan mengenai
hak paten ini sangat penting untuk melindungi dan menjaga hasil karya mereka yang
memiliki inovasi. Menyadari pentingnya pengetahuan hak paten ini, maka disusunlah
makalah mengenai hak paten agar mampu memberikan penjelasan dan menambah
wawasan kita semua. Agar kita bisa belajar mengetahui betapa pentingnya hak paten
seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata
patere yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari
istilah letters patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang
memberikan hak eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi
kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka
pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat
hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak mengatur
siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap
sebagai hak monopoli.
Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya
tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ayat 1)
Dalam hak paten memiliki istilah sebagai berikut:
 Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk
atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
(UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 2)
 Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara
bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang
menghasilkan Invensi. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 3)
 Pemegang Paten adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang
menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak yang lain menerima
lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.

2.2. Invensi Yang tidak dapat diberi Paten


Yang tidak dapat diberi paten adalah invensi tentang:

1) Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas
agama, ketertiban umum atau kesusilaan;
2) Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang
diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan;
3) Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau
4) Semua makhluk hidup, kecuali jasad renik serta proses biologis yang esensial
untuk memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses non biologis atau
proses mikrobiologis.

2.3. Subjek Paten


Mengenai subjek paten, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001
menyebutkan: yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima
lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan. Ketentuan ini memberi penegasan
bahwa hanya penemu atau yang berhak menerima lebih lanjut hak penemu, misalnya
karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian, atau sebab-sebab lain, yang berhak
memperoleh paten atas penemuan yang bersangkutan. Yang dianggap sebagai
penemu adalah mereka yang untuk pertama kali mengajukan permintaan paten,
kecuali terbukti sebaliknya. Artinya undang-undang memakai titik tolak bahwa
orang atau badan yang pertama kali mengajukan permintaan paten dianggap sebagai
penemunya. Tetapi apabila di kemudian hari terbukti sebaliknya dengan bukti kuat
dan meyakinkan, maka status sebagai penemu dapat berubah. Jika suatu invensi
dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas invensi tersebut
dimiliki secara bersama-sama oleh inventor yang bersangkutan. Inventor berhak
mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang
diperoleh dari invensi. Imbalan dapat dibayarkan: dalam jumlah tertentu dan
sekaligus, persentase, gabungan jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau
bonus, gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus atau bentuk lain yang
disepakati para pihak yang besarnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

2.4. Hak dan Kewajiban Pemegang Paten


Mengenai Hak Pemegang paten diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2001 yang menyatakan :
1) Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang
dimilikinya, dan melarang orang lain yang tanpa persetujuan:
a) dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport, menyewa,
menyerahkan memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan produk yang diberi paten.
b) dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten
untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud
dalam huruf a.
2) Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan surat
perjanjian lisensi.
3) Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri
setempat, kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas.
4) Pemegang paten berhak menuntut orang yang sengaja dan tanpa hak melanggar
hak pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang
dimaksud dalam butir 1 di atas.
Mengenai kewajiban pemegang paten wajib membuat produk atau
menggunakan proses yang diberi paten di Indonesia. Dengan kewajiban ini, berarti
setiap pemegang paten diharuskan untuk melaksanakan patennya yang diberi di
Indonesia melalui pembuatan produk atau menggunakan proses yang dipatenkan
tersebut, dengan harapan dapat menunjang adanya alih teknologi, penyerapan
investasi, dan penyediaan lapangan kerja. Kewajiban lainnya disebutkan dalam Pasal
18 Undang-Undang Paten Tahun 2001, bahwa pemegang paten atau penerima lisensi
suatu paten diwajibkan untuk membayar biaya tahunan untuk pengelolaan
kelangsungan berlakunya paten dan pencatatan lisensi.

2.5. Peraturan perundang-undangan yang mengatur Paten


Di Indonesia pengaturan hak paten ini sebelum keluarnya UU no. 6/1989 yang
telah diperbaharui dengan UU No.13/1997 dan terakhir dengan UU No. 14 Tahun
2001 tentang hak paten adalah berdasarkan Octroiwet 1910 sampai keluarnya
pengumuman Menteri Kehakiman tertanggal 12 Agustus 1953 No. J.S 5/41/4
tentang pendaftaran sementara oktroi dan pengumuman Menteri Kehakiman
tertanggal 29 Oktober 1953 J.G. 1/2/17 tentang permohonan sementara oktroi dari
luar negeri. Berikut adalah Undang-Undang tentang Paten, diantaranya:
1. Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten (UUP);
2. Undang-undang No.7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing the
Word Trade Organization(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia);
3. Keputusan persiden No. 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Convention
for the protection of Industrial Property;
4. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pemerintah Paten;
5. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Isi Surat Paten;
6. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Paten Sederhana;
7. Keputusan Menkeh No. M.02-HC.01.10 Tahun 1991 tentang Penyelenggaraan
pengumuman paten;
8. Keputusan Menkeh No. N.04-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Persyaratan,
Jangka Waktu, dan Tata Cara Pembayaran Biaya Paten;
9. Keputusan Menkeh No.M.06.- HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan
Pengajuan Permintaan Paten;
10. Keputusan Menkeh No. M.07-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Bentuk dan
Syarat-syarat Permintaan Pemeriksaan Substantif Paten;
11. Keputusan Menkeh No. M.08-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pencatatan dan
Permintaan Salinan Dokumen Paten;
12. Keputusan Menkeh No. M.04-PR.07.10 Tahun 1996 tentang Sekretariat Komisi
Banding Paten;
13. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Tata Cara
Pengajuan Permintaan Banding Paten.

2.6. Proses Pendaftaran Paten


Proses pendaftaran paten ini dimulai dengan mengajukan permohonan paten.
Pasal 20 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menyatakan bahwa paten
diberikan atas dasar permohonan dan Pasal 21 Undang-Undang Paten Nomor 14
Tahun 2001 menyatakan bahwa setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk satu
Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan Invensi.Dari ketentuan
Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 ini, jelas ditentukan bahwa
pemberian paten didasarkan pada permohonan yang diajukan oleh Inventor atau
kuasanya. Artinya, tanpa adanya permohonan seseorang paten tidak akan diberikan.
Permohonan paten dimaksud hanya dapat diajukan baik untuk satu Invensi atau
beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan dan saling berkaitan erat.
Pada dasarnya, permohonan paten harus diajukan oleh Inventor dan disertai
dengan membayar biaya permohonan kepada Direktorat Jenderal HaKI. Dalam hal
permohonan tidak diajukan oleh Inventor atau diajukan oleh pemohon yang bukan
Inventor, menurut Pasal 23 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001
permohonan tersebut harus disertai pernyataan yang dilengkapi bukti yang cukup
bahwa ia berhak atas Invensi yang bersangkutan dan Inventor dapat meneliti surat
permohonan dimaksud dan atas biayanya sendiri dapat meminta salinan dokumen
permohonan tersebut.
Ada dua sistem pendaftaran paten yang dikenal di dunia, yaitu : sistem
registrasi dan sistem ujian. Menurut sistem registrasi setiap permohonan pendaftaran
paten diberi paten oleh kantor paten secara otomis. Spesifikasi dari permohonan
tersebut hanya memuat uraian dan monopoli yang diminta dan tidak diberi
penjelasan secara rinci. Karenanya batas-batas monopoli tidak dapat diketahui
sampai pada saat timbul sengketa yang dikemukakan di sidang pengadilan yang
untuk pertama kali akan menetapkan luasnya monopoli yang diperbolehkan.
Pada awalnya, sistem pendaftaran paten yang banyak dipakai adalah sistem
registrasi. Namun karena jumlah permohonan makin lama semakin bertambah,
beberapa sistem registrasi lambat laun diubah menjadi sistem ujian dengan
pertimbangan bahwa paten seharusnya lebih jelas menyatakan monopoli yang
dituntut dan selayaknya sejauh mungkin monopoli-monopoli yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan tidak akan diberi paten. Sebuah syarat telah ditetapkan
bahwa semua spesifikasi paten harus meliputi klaim-klaim yang dengan jelas
menerangkan monopoli yang akan dipertahankan sehingga pihak lain secara mudah
dapat mengetahui yang mana yang dilarang oleh monopoli dan yang mana yang
tidak dilarang.
Dengan sistem ujian, seluruh instansi terkait diwajibkan untuk menguji setiap
permohonan pendaftaran dan bila perlu mendesak pemohon agar mengadakan
perubahan (amandement) sebelum hak atas paten tersebut diberikan. Pada umumnya
ada tiga unsur (kriteria) pokok yang diuji :
a. Invensi harus memenuhi syarat-syarat untuk diberi hak atas paten menurut
Undang-Undang Paten. Sedangkan syarat untuk mendapatkan hak paten yaitu:

 Penemuan tersebut merupakan penemuan baru.


 Penemuan tersebut diproduksi dalam skala massal atau industrial.
Suatu penemuan teknologi, secanggih apapun, tetapi tidak dapat
diproduksi dalam skala industri (karena harganya sangat mahal /
tidak ekonomis), maka tidak berhak atas paten.
 Penemuan tersebut merupakan penemuan yang tidak terduga
sebelumnya (non obvious). Jadi bila sekedar menggabungkan dua
benda tidak dapat dipatenkan. Misalnya pensil + penghapus menjadi
pensil dengan penghapus diatasnya. Hal ini tidak bisa dipatenkan
b. Invensi baru harus mengandung sifat kebaruan.
c. Invensi harus mengandung unsur menemukan sesuatu yang bersifat kemajuan
(invention step) dari apa yang telah diketahui.
Di Indonesia sendiri ketentuan tentang sistem pendaftaran paten semula
merujuk pada Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1853 No.
J.S.5/41/4 (Berita Negara No. 53-69) tentang Permohonan Sementara Pendaftaran
Paten.
Adapun syarat-syarat permohonan pendaftaran menurut Pengumuman Menteri
Kehakiman tersebut adalah :
a. Permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahasa Indonesia atau
dalam bahasa si pemohon dengan disertai terjemahannya dalam bahasa
Indonesia. Surat permohonan harus ditandatangani oleh si pemohon sendiri dan
harus disebut dalam surat itu nama, alamat dan kebangsaan pemohon. Syarat
demikian harus dipenuhi pula apabila permohonan diajukan oleh seseorang yang
bertindak bagi dan atas nama pemohon selaku kuasanya;
b. Surat permohonan harus disertai : Sebuah uraian dari ciptaan baru (maksudnya
temuan baru dari penulis yang dimintakan rangkap tiga (3). Jika perlu sebuah
gambar atau lebih dan setiap gambar harus dibuat rangkap dua (2). Surat kuasa,
apabila permohonan diajukan oleh seorang kuasa. Surat pengangkatan seorang
kuasa yang bertempat tinggal di Indonesia;
c. Biaya-biaya yang ditentukan;

 Permohonan paten: Rp. 575.000,-/permohonan


 Permohonan pemeriksaan subtantif paten: Rp. 2 juta (diajukan dan
dibayarkan setelah 6 bln dari tanggal pemberitahuan pengumuman
paten)
 Permohonan paten sederhana: Rp. 475.000,- (terdiri dari biaya
permohonan paten sederhana Rp. 125.000 dan biaya permohonan
pemeriksaan subtantif Rp. 350.000,-)

d. Keterangan tentang belum atau sudah dimintakannya hak paten di luar negeri
atas permohonan yang diajukan itu dan kalau sudah dimintakannya, apakah
sudah diberi hak paten di luar negeri negeri tersebut.
Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menggunakan sistem
pemeriksaan yang ditunda. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap pemeriksaan, yaitu
pemeriksaan substansi dilakukan setelah dipenuhi syarat-syarat administratif.
Adapun syarat-syarat administratif yang harus dipenuhi untuk mengajukan
permintaan paten dapat dilihat dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2001 yang berbunyi sebagai berikut:
 Mengajukan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia
 Permohonan harus memuat:
1. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan.
2. Alamat lengkap pemohon.
3. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor.
4. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa.
5. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa.
6. Pernyataan permohonan untuk diberi paten.
7. Judul invensi.
8. Klaim yang terkandung dalam invensi.
9. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan
tentang cara melaksanakan invensi.
10. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk
memperjelas invensi dan Abstraksi invensi.
Setelah melalui tahapan pemeriksaan, Direktorat Jenderal berkewajiban
memberikan keputusan untuk menyetujui permintaan paten dan dengan demikian
memberi paten atau menolaknya. Apabila berdasarkan pemeriksaan dihasilkan
kesimpulan bahwa penemuan yang dimintakan paten dapat diberi paten, Direktorat
Jenderal memberikan Surat Paten kepada orang yang mengajukan permintaan paten.
Begitu pula sebaliknya bila kesimpulannya tidak memenuhi syarat, maka permintaan
ditolak.
Namun kemudian setelah keluar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989, yang
telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997, ketentuan ini
disempurnakan lagi melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, prosedur
permohonan paten sudah disebut secara rinci dan menyamai prosedur permohonan
paten di negara-negara lain di seluruh dunia.
2.7. Pengalihan dan Jangka Waktu Paten
Paten atau pemilikan paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya
maupun sebagian. Hal ini dapat jelas terlihat dari bunyi pasal berikut :
Pasal 66
1) Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena:
a. pewarisan;
b. hibah;
c. wasiat;
d. perjanjian tertulis;
e. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
2) Pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan
huruf c, harus disertai dokumen asli Paten berikut hak lain yang berkaitan
dengan Paten itu.
3) Segala bentuk pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya.
Perlindungan hukum terhadap Invensi yang dipatenkan diberikan untuk masa
jangka waktu tertentu. Selama masa jangka waktu tertentu, penemunya dapat
melaksanakan sendiri Invensinya atau menyerahkan kepada orang lain untuk
melaksanakan. Baru setelah itu Invensi yang di patenkan tersebut berubah menjadi
milik umum atau berfungsi sosial.
Masa jangka waktu perlindungan hukum terhadap paten ini dicantumkan
dalam Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang menyatakan
bahwa :
“Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.
Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan.”

Untuk menjamin kelangsungan paten itu dari tahun ke tahun, pemegang paten
harus membayar biaya. Pasal 115 menetapkan bahwa paten dinyatakan batal demi
hukum jika kewajiban membayar biaya tahunan tidak dipenuhi selama tiga tahun
berturut-turut.
2.8. Kegunaan Paten
 Paten merupakan pendorong bagi dilakukannya berbagai kegiatan riset dan
pengembangan secara efisien, karena dapat mendorong berbagai perusahaan
menyediakan anggaran besar untuk peneltian, riset dan pengembangan suatu
produk.
 Paten sebagai alat kaum kapitalis yang memanfaatkan posisi dominannya,
karena mereka dapat membayar untuk memanfaakan suatu penemuan.
 Paten sebagai alat penghargaan karya, jika perlindungan hukum mengenai paten
tidak diterapkan dengan baik, orang yang berbakat akan pindah ke negara lain
yang lebih menghargai karyanya.
 Membantu menggalakkan perkembangan teknologi pada suatu negara 
dihargai dan tidak dijiplak.
 Membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuhnya industri lokal
 Membantu perkembangan teknologi dan ekonomi dengan fasilitas lisensi
 Adanya alih teknologi

2.9. Pelanggaran dan Sanksi


Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan sengaja dan
tanpa hak melanggar hak pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan
yaitu membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan,
atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi
Paten dan menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang
dan tindakan lainnya.
Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus juta lima puluh juta rupiah) bagi barangsiapa yang
dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan
melakukan salah satu tindakan yaitu membuat, menggunakan, menjual,
mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau
disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan menggunakan proses
produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hak paten merupakan bentuk perlindungan hak kekayaan inelektual yang sangat
efektif karena dapat mencegah pelaksanaan invensi oleh pihak lain tanpa seizin hak
paten, walaupun pihak lain memperoleh teknologinya secara mandiri (bukan meniru).
Hak paten diatur dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2001, hak paten diberikan untuk
invensi yang memenuhi syarat kebaruan, mengandung langkah inventif dan dapat
diterapkan dalam industri selama 20 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Saidin, H. OK. S.H., M. Hum, Aspek Hukum Hek Kekayaan Intelektual (Intellectual
PropertyRights), Edisi Revisi 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/perundangan/2006/08/25/paten-ok.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Paten

Anda mungkin juga menyukai