Puji syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan cintanya sehingga
penulis dapat membuat makalah pembelajaran Hukum Pidana Militer mengenai ‘’Peranan
Ketentuan Pidana dalam KUHP Terhadap Ketentuan Pidana dalam KUHPM’’. Kiranya
makalah ini dapat membatu proses perkuliahan dan menjadi manfaat bagi pembacanya. Terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
BAB I
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN PENULISAN
BAB II
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada tahun 1958 Indonesia meratifikasi Konvensi Jenewa Tahun 1949 dengan
UU No. 59 Tahun 1959 tentang Pernyataan R I Turut Serta pada Konvensi Jenewa
17 Agustus 1949.
Persoalan-persoalan militer menjadi pusat perhatian masyarakat Indomesia
terutama disebabkan usaha perjuangan untuk merebut kembali Irian Barat dari
tangan Belanda dan perintah Presiden Sukarno untuk menyerbu Kalimantan Utara
Klimaksnya terjadi setelah terjadi pemberontakan Gestapu/PKI. Perkara-perkara
yang menyangkut Gestapu/PKl diadili di Mahmillub.
Perkembangan kemudian menunjukkan bahwa badan-badan peradilan
Angkatan kembali dilebur ke dalam peradilan militer ABRI. Setelah zaman
reformasi dengan Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000 Kepolisian RI dipisah dari
TNI dan kepada para anggotanya berlaku hukum umum.
Perundang-undangan militer mengenai kedudukan hukum angkatan parang
yang dikeluarkan sejak 1950 adalah antara lain UU Dar No. 4 Tahun 1950 tentang
kedudukan hukum anggota angkatan perang, yang kemudian dijadikan UU No. 12
Tahun 1953. Selanjutnya diubah dengan UU Dar No. 12 Tahun 1955 yang
kemudian ditetapkan sebagai UU No. 18 Tahun 1959. Selanjutnya rangkaian UU
yang menyangkut kedudukan dan kewajiban anggota angkatan perang adalah UU
No. 13, 15, 16, dan 17. Kemudian disusul UU Dar No. 20 Tahun 1955 dan UU No.
19 Tahun 1959. Kemudian kedudukan hukum prajurit ABRI ditetapkan dengan UU
No. 2 Tahun 1988 tentang Prajurit ABRI yang disusul dengan peraturan-peraturan
pelaksanaannya. Salah satu peraturan penting mengenai kedudukan hukum prajurit
adalah keputusan Menteri Pertahanan Keamanan No. Kep/-1/I/1980 tanggal 3
Oktober 1980 tentang tata cara perkawinan, cerai dan rujuk prajurit ABRI.
B. RUMUSAN MASALAH
dalam KUHPM?
C. TUJUAN PENULISAN
penetapan sanksi dan tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana, yang mana
pidana yang ada pada suatu peraturan dengan menjatuhkan pidana bagi orang
tertentu dengan kasus tertentu demi terwujudnya suatu tujuan pemidanaan. Hemat
militer.
seberapa jauh jenis sanksi pidana itu relvan dan dapat dipertahankan.
Sebelum membahas KUHPM, kita melihat dahulu mengenai tujuan
lahirnya konsep RUUHP pada Pasal 55 ayat (1) dan (2) memuat tujuan
pemidanaan, yaitu:
dengan apa yang terdapat pada point di atas. Adapun tujuan dari
militer.
orang yang lebih baik dan berguna, dengan cara mendidiknya agar
kalangan TNI.
pidana.
a. Teori Absolut
penjahat.
b. Teori Relatif
c. Teori Gabungan
pidana, Jaksa dan Hakim dapat memilih salah satu dari ketiga macam
Pidana Mati
dilakukan oleh pihak yang berwenang, yang mana pada kalangan sipil
oleh satuan regu militer. Hal ini dikarenakan akibat dari perbuatan
dalam Pasal 104, 111 ayat (2), dan 124 ayat (3), sedangkan pada
b. Pidana Penjara
c. Pidana Kurungan
1) Pasal 18 ayat (1): Kurungan paling sedikit adalah satu hari dan
bulan.
3) Pasal 18 ayat (3): Kurungan sekali-kali tidak boleh lebih dari satu
4) Pasal 30 ayat (2) KUHP: Jika denda tidak dapat dibayar maka akan
e. Pidana Tutupan
atau karena salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 344,
berikut:
2) Pada pidana penjara atau kurungan paling sedikit dua tahun paling
3) Pada pidana denda paling sedikit dua tahun paling banyak lima
tahun.12
barang Terdakwa atau Terpidana dapat dicabut, tetapi dewasa ini tidak
dilakukan oleh Terdakwa atau Terpidana yang dinilai tidak layak lagi
e. Penurunan Pangkat
pada Pasal 35 ayat (1) Pada Nomor 1,2, dan 3 KUHP tetapi KUHPM
ayat (1) Pada Nomor 1,2, Dan 3 KUHP. Pencabutan hak diatur dalam
Pasal 29 sampai 31 KUHPM. Pencabutan hak salah satunya yaitu
sanksi pidana yang ada, perbedaan pertama dapat dilihat dari judul antara
KUHP, dan KUHPM. Kemudian perbedaan kedua dapat dilihat dari uraian
di atas terkait sanksi yang diterapkan oleh KUHP dan KUHPM, padahal
adalah akibat hukum yang dijatuhkan kepada militer oleh Hakim militer
tidak dibenarkan oleh KUHPM dan UU militer lainnya. Perlu diingat sanksi
kembali dalam dinas militer setelah selesai pidananya, maka seorang militer
yang akan aktif kembali tersebut harus menjadi seorang yang baik dan
Pemasyarakatan.
DAFTAR PUSTAKA
repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/11763/Bab%20III.pdf?sequence=5&isAllowed=y
1.bp.blogspot.com/-Jykjxc_D18c/Ux_g3E-bnSI/AAAAAAAAACo/RvjaVFfU_8M/s760/IMG00830-
20140312-0924%2B-%2BCopy.jpg
MAKALAH
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS HUKUM
2018