PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANGUNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001
12
UU Paten Indonesia menyebutnya dengan istilah Inventor dan istilah temuan disebut
sebagai Invensi
kegiatan penelitian), maka teknologi memiliki nilai atau sesuatu yang bernilai
ekonomi, yang dapat menjadi objek harta kekayaan (property). Dalam ilmu
hukum, yang secara luas dianut oleh bangsa-bangsa lain, hak atas daya pikir
intelektual dalam bidang teknologi tersebut diakui sebagai hak kekayaan yang
sifatnya tidak berwujud. Hak seperti inilah yang dikenal sebagai Paten.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, terdapat 2 jenis paten
yaitu paten biasa dan paten sederhana. Paten biasa adalah paten yang melalui
penelitian atau pengembangan yang mendalam dengan lebih dari satu klaim. Paten
sederhana adalah paten yang tidak membutuhkan penelitian atau pengembangan
yang mendalam dan hanya memuat satu klaim. Namun, Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2001 secara tersirat mengenalkan jenis-jenis paten yang lain, yaitu paten
proses dan paten produk. Paten proses adalah paten yang diberikan terhadap
proses, sedangkan paten produk adalah paten yang diberikan terhadap produk.
Menurut literature, masih ada jenis-jenis paten yang lain saat ini, antara
lain :
a. Paten yang Berdiri Sendiri (Independent Patent)
Paten yang berdiri sendiri tidak bergantung pada paten lain.
b. Paten yang Terkait dengan Paten Lainnya (Dependent Patent)
Keterkaitan antar paten dapat terjadi jika ada hubungan antara lisensi
biasa maupun lisensi wajib dengan paten yang lainnya dan kedua paten
itu dalam bidang yang berkaitan. Bila kedua paten itu dalam bidang
yang sama, penyelesaiannya diusahakan dengan saling memberikan
lisensi atau lisensi timbal balik (cross license).
Djumhana dan R Djubaedillah. 2003. Hak Kekayaan Intelektual Sejarah, Teori, dan
Prakteknya di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti, hal 121-122.
Bambang Kesowo. 1995. Pengantar Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI) di Indonesia. Yogyakarta : Fakultas Hukum Gadjah Mada, hal 15-16
sangat baik. Kemungkinan pengaruh ini sebagai akibat kedudukan negara Inggris
sebagai negara induk penjajah, yang sampai pertengahan abad ke-20 dan satu dua
abad sebelumnya, mempunyai banyak wilayah jajahan yang membawa pengaruh
hukum pula ke wilayah koloninya tersebut.
Di Indonesia DPR mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989
tentang Paten pada tahun 1989. Indang-Undang ini kemudian mengalami
perubahan sehingga menjadi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997. Pada tahun
2001, pemerintah kembali memperbaharui Undang-Undang Paten dengan
mengesahkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Tujuan diadakannya
perubahan-perubahan tersebut adalah untuk menyesuaikan perlindungan HaKI di
Indonesia dengan standar internasional yang terdapat dalam Perjanjian TRIPs.
Mengenai pengertian dari paten menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2001, ialah :
Paten ialah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor
atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Ada beberapa unsur penting yang dapat disimpulkan dari defenisi tersebut,
yaitu :
1. Hak eksklusif
Hak eksklusif berarti bahwa hak yang bersifat khusus. Kekhususannya
terletak pada control hak yang hanya ada di tangan pemegang paten.
Konsekuensinya, pihak yang tidak berhak tidak boleh menjalankan
hak eksklusif tersebut. Hak eksklusif yang melekat pada pemegang
khusus
yang
menangani
permohonan
pendaftaran,
ialah
hak
khusus
yang
diberi
kepada
seseorang
atas
15
Dari pengertian tersebut dapat dilihat unsur penting paten, yakni bahwa
paten adalah hak yang diberikan pemerintah dan bersifat eksklusif. Perbuatanperbuatan yang merupakan hak eksklusif pemegang hak paten adalah produksi
(manufacturing), penggunaan (using), penjualan (selling) barang yang dipatenkan,
dan perbuatan yang berkaitan dengan penjualan barang itu seperti mengimpor, dan
menyimpan (stocking). 16
Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 1991 tanggal 11 Juni 1991, sebagai
penjabaran Undang-Undang Paten, ada 4 pengertian yang perlu diketahui dalam
kaitannya dengan paten, yaitu :
1. Deskripsi atau uraian penemuan adalah penjelasan tertulis megenai
cara melaksanakan suatu penemuan sehingga dapat dimengerti oleh
seseorang yang ahli di bidang penemuan tersebut.
2. Abstraksi adalah uraian singkat mengenai suatu penemuan yang
merupakan ringkasan dari pokok pokok penjelasan deksripsi, klaim,
ataupun gambar.
3. Klaim adalah uraian tertulis mengenai inti penemuan atau bagian
bagian tertentu dari suatu penemuan yang memuat tanda tanda,
symbol symbol, angka, bagan, atau diagram yang menjelaskan
bagian bagian dari penemuan.
4. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah yang spesiifik di bidang teknologi, dapat berupa
produk atau proses penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses. Sedangkan inventor adalah seorang ang secara sendiri atau
16
Djumhana dan R Djubaedillah. 200. Hak Kekayaan Intelektual Sejarah, Teori, dan
Prakteknya di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti, hal 116
17
W.J.S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN. Balai
Pustaka, hal 1012.
pihak
yang
melaksanakan
Invensi
sebagai
pemakai
terdahulu
Subseksi
a. agraria (agriculture);
b. Bahan-bahan makanan dan tembakau (foodstuff and tobacco);
c. Barang-barang perseorangan dan rrumah tangga (personal and domestic
articles);
d. Kesehatan dan hiburan (health and amusement);
Seksi B
Subseksi
Seksi C
Subseksi
a. Kimia (chemistry);
b. Perlogaman (metallurgy);
Seksi D
Subseksi
Seksi E
Subseksi
Seksi F
Subseksi
Seksi G
: Fisika (physics)
Subseksi
a. Instrumentalia (instruments);
b. Kenukliran (nucleonics);
Seksi H
: Perlistrikan (electricity) 18
Berdasarkan kutipan di atas nampak jelas bahwa cakupan paten itu begitu
luas, sejalan dengan luasnya cakrawala daya pikir manusia. Kreasi apa saja yang
dilahirkan dari cakrawala daya piker manusia dapat menjadi objek paten,
sepanjang hal itu temuan dalam bidang teknologi dan dapat diterapkan dalam
bidang industri termasuk pengembangannya. Dengan demikian pula tidak tertutup
kemungkinan objek paten ini akan berkembang sejalan dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemampuan intelektual manusia.
18
R.M. Suryodiningrat. 1981. Aneka hak Milik Perindustrian, Bandung : Tarsito, hal 4950. Klasifikasi objek-objek paten tersebut di atas sampai saat ini menjadi acuan di berbagai negara,
walaupun disana-sini telah berubah sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
pemeriksaan
substansi
dilakukan
setelah
dipenuhi
syarat-syarat
Adisumarto Harsono. 1985. Hak Milik Intelektual Khususnya Paten dan Merek, Hak
Milik Perindustrian (Industrial Property). Jakarta : Akademika Pressindo, hal 32
menjual,
menyewakan,
menyerahkan,
memakai,
pemegang
paten.
Artinya,
pelaksanaan atau
penggunaan Invensi
yang
melaksanakan
paten
yang
diberi di
Indonesia
akan
Pasal 3, yaitu :
(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
disetujui oleh Direktorat Jenderal apabila Pemegang Paten telah
mengajukan permohonan tertulis dengan disertai alasan dan bukti yang
diberikan oleh instansi yang berwenang.
Rasionalitas pengecualian kewajiban melaksanakan paten ini dijelaskan
lebih lanjut antara lain dalam Penjelasan Pasal 17 ayat (2) tersebut, sebagai
berikut :
Ketentuan pada ayat (2) ini dimaksudkan untuk mengakomodasi
rasionalitas ekonomi dari pelaksanaan Paten sebab tidak semua jenis Invensi yang
diberi Paten dapat secara ekonomi menguntungkan apabila skala pasar bagi
produk yang bersangkutan tidak seimbang dengan investasi yang dilakukan.
Beberapa cabang industri menghadapi persoalan ini, misalnya industri di bidang
farmasi. Di cabang industri seperti itu skala kelayakan ekonomi seringkali
meliputi pasar yang berskala regional misalnya kawasan Asia Tenggara. Untuk
itu, kelonggaran diberikan atas dasar penilaian objektif.
Namun harus diingat bahwa pengecualian kewajiban melaksanakan paten
di Indonesia harus pula ditujukan dalam rangka menunjang alih teknologi yang
efektif dan dapat meningkatkan devisa bagi negara kita.
Kewajiban lainnya disebutkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Paten
Tahun 2001, bahwa pemegang paten atau penerima lisensi suatu paten
diwajibkan untuk membayar biaya tahunan untuk pengelolaan kelangsungan
berlakunya paten dan pencatatan lisensi.
telah
bekerja
keras,
berpikir
dan
mengeluarkan
biaya
untuk
bidang
industri,
terhadap
satu-satunya
orang
(eksklusif)
yang
menemukannya melalui buah pikiran atau buah pekerjaan, dan orang lain dilarang
mempergunakannya, kecuali atas ijinnya.
Oleh karena itu, lahirnya paten tergantung dari pemberian negara. Dalam
hal ini Wirjono Projodikoro menulis :
Perkataan Oktroi atau paten berarti juga suatu privilege, suatu pemberian
istimewa, seolah-olah hak yang diberikan itu bukan hak asasi, sedangkan
sebetulnya hak ini adalah hak asasi, tidak berbeda dari hak cipta. 20
Selanjutnya Wirjono Projodikoro mengatakan pula :
Hak cipta dapat diserahkan kepada orang lain, hak paten pun dapat
diserahkan kepada orang lain.
Selain itu ada aturan lain, bahwa pemegang paten dapat memberi lisensi
atas perijinan kepada orang lain untuk memakai buah pikiran yang
tertuang ke dalam paten itu, seluruhnya atau sebagian. 21
Dengan adanya pengalihan atau penyerahan paten kepada orang lain,
beralih atau diserahkan pula kekuasaan atas paten tersebut. Disini yang beralih
atau diserahkan hanyalah hak ekonomisnya saja, sedangkan hak moralnya tidak
ikut serta beralih atau diserahkan, karena tetap melekat pada diri Inventornya.
Paten sebagai suatu hak yang diberikan kepada seseorang atas suatu
penemuan yang megandung langkah inveritif (keharusan) dapat dialihkan kepada
orang lain. Pengertian pengalihan hak adalah penyerahan kekuatan/kekuasaan
(atas sesuatu benda) kepada badan hukum, orang, negara (pihak lain).
Menurut Hukum Perdata, yang dimaksud dengan penyerahan itu adalah,
penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya kepada orang lain
sehingga orang lain tersebut memperoleh milik atas benda tersebut.
20
Wirjono Projodikoro. Hukum Perdata tentang Hak-Hak atas Benda, Jakarta : PT.
Pembimbing Masa, hal 212
21
Ibid
Penyerahan itu dapat dibedakan lagi atas penyerahan secara nyata dan
penyerahan secara yuridis. Penyerahan secara nyata adalah mengalihkan
kekuasaan atas suatu kebendaan secara nyata, sedangkan penyerahan secara
juridis adalah perbuatan hukum pada mana atau karena mana hak milik (atau hak
kebendaan lainnya) dialihkan. 22
Perbedaan keduanya tampak jelas pada penyerahan benda-benda tak
bergerak dan benda-benda bergerak. Pada pendaftaran benda tak bergerak
penyerahannya harus melalui pendaftaran pada suatu akta di dalam daftar umum,
sebaliknya penyerahan benda-benda bergerak bentuk penyerahan itu dilakukan
sekaligus, artinya penyerahan secara nyata dan penyerahan secara juridis
dilakukan secara bersama-sama. 23
Paten atau pemilikan paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya
maupun sebagian. Hal ini dapat jelas terlihat dari bunyi pasal berikut :
Pasal 66
(1) Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian
karena:
a. pewarisan;
b. hibah;
c. wasiat;
d. perjanjian tertulis; atau
e. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf
b, dan huruf c, harus disertai dokumen asli Paten berikut hak lain yang
berkaitan dengan Paten itu.
(3) Segala bentuk pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya.
22
(4) Pengalihan Paten yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal ini tidak
sah dan batal demi hukum.
(5) Syarat dan tata cara pencatatan pengalihan Paten diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Presiden.
Dari ketentuan Pasal 66 ini, jelaslah bahwa pengalihan paten tidak dapat
serta merta oleh Inventornya kepada orang lain atau badan hukum, melainkan
harus dilakukan menurut syarat dan tata cara tertentu yang diatur dalam UndangUndang Paten dan peraturan pelaksanaannya. Apabila pengalihan paten tersebut
dilakukan tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat dan tata cara yang telah
ditentukan, pengalihan paten dimaksud diancam dinyatakan tidak sah dan batal
demi hukum. Pengalihan paten tersebut, bisa seluruhnya maupun sebagian saja,
sebab pengalihan paten tersebut bisa disebabkan oleh pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis, atau sebab yang lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan. Sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundangundangan misalnya pemilikan paten karena pembubaran badan hukum yang
semula merupakan pemegang paten.
Pasal 69 Undang-Undang Paten menyebutkan :
(1) Pemegang Paten berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.
(2) Kecuali jika diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 berlangsung selama jangka waktu Lisensi diberikan dan
berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
Kutipan pasal diatas dapat diberi penjelasan bahwa berbeda dengan
pengalihan paten dimana pemilikan juga beralih, maka perlisensian melalui suatu
perjanjian pada dasarnya hanya bersifat pemberian hak untuk menikmati manfaat
ekonomi dari paten, dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu pula.
paten biasa, di Indonesia dikenal pula jenis paten lain yang disebut paten
sederhana. Jangka waktu perlindungan paten sederhana adalah 10 tahun terhitung
sejak tahun penerimaan.
Untuk menjamin kelangsungan paten itu dari tahun ke tahun, pemegang
paten harus membayar biaya. Pasal 115 menetapkan bahwa paten dinyatakan batal
demi hukum jika kewajiban membayar biaya tahunan tidak dipenuhi selama tiga
tahun berturut-turut.