Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH HAK PATEN

Dosen pengampu: Prof.Dr.Saidin, S.H., M.Hum

DISUSUN OLEH :

SABRINA ANDJANI 170200160

Matakuliah : Hak Milik Intelektual

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada awal abad 21, sudah banyak para ilmuwan, sastrawan dan pekerja seni lainnya yang
menemukan atau menciptakan suatu inovasi dalam bidang teknologi maupun bidang disiplin
ilmu lainnya. Saat ini, teknologi mempunyai peran yang sangat signifikan dalam kehidupan
sehari-hari. Negara yang menguasai dunia adalah negara yang menguasai teknologi. Amerika
serikat, Jerman, Perancis, Rusia dan Cina merupakan contoh negara yang sangat maju dalam
bidang teknologi sehingga mereka mampu memberi pengaruh bagi negara lain. Negara-
nnegara tersebut melindungi teknologi mereka secara ketat. Jadi jika ada seorang mahasiswa
asing yang belajar dalam bidang teknologi di negara-negara tersebut, maka dosen tidak
menularkan seluruh ilmunya kepada si mahasiswa tersebut. Karena itu, Indonesia perlu
merangsang warga negaranya untuk mengembangkan teknologi dengan mengembangkan
sistem perlindungan terhadap karya intelektual di bidang teknologi yang berupa pemberian
hak paten. Akar sejarah paten sudah cukup tua, pada awalnya memang sekedar perlindungan
yang bersifat monopolistik di Eropa dan memperoleh wujud yang jelas pada abad ke 14.
Perlindungan tersebut pada awalnya diberikan sebagai hak istimewa kepada mereka yang
mendirikan usaha industri baru dengan teknologi yang diimpor. Dengan perlindungan
tersebut, pengusaha indutri yang bersangkutan diberi hak untuk dalam jangka waktu tertentu
menggunakan teknologi yang diimpornya, hal tersebut diberi dalam bentuk Surat Paten.
Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pengusaha pengimpor teknologi yang
baru agar benar-benar dapat terlebih dahulu menguasai seluk-beluk an cara penggunan
teknologi yang bersangkutan. Dengan demikian, tujuan pemberian paten tersebut pada
awalnya memang bukan pemberian perlindungan pada penemu, tetapi lebih pada rangsangan
untuk pendirian industri baru dan pengalihan teknologi. Hak Paten yang dapat dilakukan oleh
para masyarakat atau pihak-pihak yang akan mempatenkan hasil inovasinya sebagai hak dari
mereka sendiri. Pengetahuan mengenai hak paten ini sangat penting untuk melindungi dan
menjaga hasil karya mereka yang memiliki inovasi. Menyadari pentingnya pengetahuan hak
paten ini, maka disusunlah makalah mengenai hak paten agar mampu memberikan penjelasan
dan menambah wawasan kita semua. Agar kita bisa belajar mengetahui betapa pentingnya
hak paten seseorang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere yang
berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters patent,
yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada
individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten
mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai
gantinya, inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian
paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten
tidak dianggap sebagai hak monopoli. Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang
Paten, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ayat 1) Dalam hak paten memiliki istilah
sebagai berikut: Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 2)
Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. (UU 14
tahun 2001, ps. 1, ay. 3) Pemegang Paten adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak
yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak yang lain menerima lebih lanjut
hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.

2.2. Invensi Yang tidak dapat diberi Paten


Yang tidak dapat diberi paten adalah invensi tentang:

1) Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau
kesusilaan;

2) Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan


terhadap manusia dan/atau hewan;

3) Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau

4) Semua makhluk hidup, kecuali jasad renik serta proses biologis yang esensial untuk
memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses non biologis atau proses mikrobiologis.
2.3. Subjek Paten
Mengenai subjek paten, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 menyebutkan: yang
berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih lanjut hak inventor yang
bersangkutan. Ketentuan ini memberi penegasan bahwa hanya penemu atau yang berhak
menerima lebih lanjut hak penemu, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian,
atau sebab-sebab lain, yang berhak memperoleh paten atas penemuan yang bersangkutan.
Yang dianggap sebagai penemu adalah mereka yang untuk pertama kali mengajukan
permintaan paten, kecuali terbukti sebaliknya. Artinya undang-undang memakai titik tolak
bahwa orang atau badan yang pertama kali mengajukan permintaan paten dianggap sebagai
penemunya. Tetapi apabila di kemudian hari terbukti sebaliknya dengan bukti kuat dan
meyakinkan, maka status sebagai penemu dapat berubah. Jika suatu invensi dihasilkan oleh
beberapa orang secara bersama-sama, hak atas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama
oleh inventor yang bersangkutan. Inventor berhak mendapatkan imbalan yang layak dengan
memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari invensi. Imbalan dapat dibayarkan:
dalam jumlah tertentu dan sekaligus, persentase, gabungan jumlah tertentu dan sekaligus
dengan hadiah atau bonus, gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus atau bentuk
lain yang disepakati para pihak yang besarnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.

2.4. Hak dan Kewajiban Pemegang Paten


Mengenai Hak Pemegang paten diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2001 yang menyatakan :

1) Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya, dan
melarang orang lain yang tanpa persetujuan:

a) dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport, menyewa, menyerahkan


memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi
paten.

b) dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat
barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a.

2) Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan surat perjanjian
lisensi.

3) Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri setempat, kepada
siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam butir 1 di atas.

4) Pemegang paten berhak menuntut orang yang sengaja dan tanpa hak melanggar hak
pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam
butir 1 di atas. Mengenai kewajiban pemegang paten wajib membuat produk atau
menggunakan proses yang diberi paten di Indonesia. Dengan kewajiban ini, berarti setiap
pemegang paten diharuskan untuk melaksanakan patennya yang diberi di Indonesia melalui
pembuatan produk atau menggunakan proses yang dipatenkan tersebut, dengan harapan dapat
menunjang adanya alih teknologi, penyerapan investasi, dan penyediaan lapangan kerja.
Kewajiban lainnya disebutkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Paten Tahun 2001, bahwa
pemegang paten atau penerima lisensi suatu paten diwajibkan untuk membayar biaya tahunan
untuk pengelolaan kelangsungan berlakunya paten dan pencatatan lisensi.

2.5. Peraturan perundang-undangan yang mengatur Paten


Di Indonesia pengaturan hak paten ini sebelum keluarnya UU no. 6/1989 yang telah
diperbaharui dengan UU No.13/1997 dan terakhir dengan UU No. 14 Tahun 2001 tentang
hak paten adalah berdasarkan Octroiwet 1910 sampai keluarnya pengumuman Menteri
Kehakiman tertanggal 12 Agustus 1953 No. J.S 5/41/4 tentang pendaftaran sementara oktroi
dan pengumuman Menteri Kehakiman tertanggal 29 Oktober 1953 J.G. 1/2/17 tentang
permohonan sementara oktroi dari luar negeri. Berikut adalah Undang-Undang tentang Paten,
diantaranya:

1. Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten (UUP);

2. Undang-undang No.7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing the Word Trade
Organization(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia);

3. Keputusan persiden No. 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the
protection of Industrial Property;

4. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pemerintah Paten;

5. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Isi Surat Paten;

6. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Paten Sederhana;

7. Keputusan Menkeh No. M.02-HC.01.10 Tahun 1991 tentang Penyelenggaraan


pengumuman paten;

8. Keputusan Menkeh No. N.04-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Persyaratan, Jangka Waktu,
dan Tata Cara Pembayaran Biaya Paten;

9. Keputusan Menkeh No.M.06.- HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Pengajuan


Permintaan Paten;

10. Keputusan Menkeh No. M.07-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Syarat-syarat
Permintaan Pemeriksaan Substantif Paten;

11. Keputusan Menkeh No. M.08-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pencatatan dan Permintaan
Salinan Dokumen Paten;
12. Keputusan Menkeh No. M.04-PR.07.10 Tahun 1996 tentang Sekretariat Komisi Banding
Paten; 13. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pengajuan
Permintaan Banding Paten.

2.6. Kegunaan Paten


Paten merupakan pendorong bagi dilakukannya berbagai kegiatan riset dan pengembangan
secara efisien, karena dapat mendorong berbagai perusahaan menyediakan anggaran besar
untuk peneltian, riset dan pengembangan suatu produk. Paten sebagai alat kaum kapitalis
yang memanfaatkan posisi dominannya, karena mereka dapat membayar untuk
memanfaakan suatu penemuan. Paten sebagai alat penghargaan karya, jika perlindungan
hukum mengenai paten tidak diterapkan dengan baik, orang yang berbakat akan pindah ke
negara lain yang lebih menghargai karyanya.  Membantu menggalakkan perkembangan
teknologi pada suatu negara  dihargai dan tidak dijiplak. Membantu menciptakan suasana
yang kondusif bagi tumbuhnya industri lokal Membantu perkembangan teknologi dan
ekonomi dengan fasilitas lisensi Adanya alih teknologi

2.7. Pelanggaran dan Sanksi


Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar hak pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan yaitu membuat,
menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk
dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan menggunakan proses
produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya. Pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus juta
lima puluh juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak
Pemegang Paten Sederhana dengan melakukan salah satu tindakan yaitu membuat,
menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk
dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan menggunakan proses
produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hak paten merupakan bentuk perlindungan hak kekayaan inelektual yang sangat efektif
karena dapat mencegah pelaksanaan invensi oleh pihak lain tanpa seizin hak paten, walaupun
pihak lain memperoleh teknologinya secara mandiri (bukan meniru). Hak paten diatur dalam
Undang-Undang No. 14 tahun 2001, hak paten diberikan untuk invensi yang memenuhi
syarat kebaruan, mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri selama 20
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Saidin, H. OK. S.H., M. Hum, Aspek Hukum Hek Kekayaan Intelektual (Intellectual
PropertyRights), Edisi Revisi 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/perundangan/2006/08/25/paten-ok.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Paten

Anda mungkin juga menyukai