Intelektual. Sebelum tahun 1945, paten diberikan di Indonesia berdasarkan uu kolonial Belanda, Octroiiwet 1910. Pada Tahun 1979 Indonesia meratifikasi perjanjian dengan WIPO (World Intellectual Property Organization) yi badan PBB yang menangani urusan Hak Kekayaan Intelektual. Tahun 1983, Indonesia masuk menjadi anggota “Paris Convention”. Pada Tahun 1989 DPR mengesahkan UU No. 6 Tahun 1989 tentang Paten, dan mengalami perubahan menjadi UU NO. 13 Tahun 1997. Pada tahun 2001, uu paten diperbaharui menjadi UU No. 14 Tahun 2001, dan terakhir di ubah dengan UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten. Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten (selanjutnya disebut UU Paten) : Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi. Istilah invensi lebih tepat daripada penemuan, karena kata “penemuan” memiliki aneka pengertian. Termasuk dalam pengertian penemuan, misalnya menemukan benda yang tercecer, sedangkan istilah invensi dalam kaitannya dengan paten adalah hasil serangkaian kegiatan sehingga tercipta sesuatu yang baru atau tadinya belum ada. Oleh sebab itu, penemu dalam UU Paten mengunakan istilah inventor. Invensi adalah bentuk wujud dari ide seseorang disertai usaha kreatif untuk menghasilkan suatu produk atau proses (dalam bentuk pemecahan masalah) yang bermanfaat bagi manusia. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghasilkan sebuah invensi adalah : 1. Eksplorasi invensi : Penemuan cara baru melalui kreatifitas ide yang dimiliki manusia dalam proses pengembangan ide seseorang. Invensi yang dilindungi adalah invensi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. 2. Pengembangan Invensi : Seiring dengan perubahan kebutuhan manusia, maka invensi yg sudah ditemukan akan mengalami perubahan dan pengembangan. Pengembangan terhadap invensi melalui penelitian dan menghasilkan sebuah invensi baru, maka hasil pengembangan tsb dapat didaftarkan sebagai sebuah invensi baru. Syarat invensi dapat memperoleh perlindungan Paten (Pasal 5-8 UU Paten) : 1. Novelty/Invensi memenuhi unsur kebaharuan. Suatu invensi dianggap baru apabila : a. Invensi tidak sama dengan teknologi yang diungkapan sebelumnya, baik di Indonesia atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau melalui peragaan, atau dengan cara lain yg memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan invensi terebut sebelum tanggal penerimaan atau tanggal prioritas; b. Belum pernah menjadi pengetahuan umum (public knowledge) dan dipublikasikan. Menurut Pasal 6 sebuah invensi tidak dianggap diumumkan apabila jika dalam jangka waktu paling lama 6 bulan sebelum tanggal penerimaan, invensi tersebut telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional atau internasional di Indonesia atau di luar negeri. Invensi tidak dianggap diumumkan jika invensi digunakan di Indonesia oleh inventornya dalam rangka percobaan dengan tujuan penelitian dan pengembangan. Selanjutnya tidak dianggap diumumkan apabila dalam jangka waktu 12 bulan sebelum tanggal penerimaan, ternyata ada pihak lain yang mengumumkan dengan cara melanggar kewajiban untuk menjaga kerahasiaan invensi tersebut. 2. Invensi mengandung langkah inventif : - Suatu invensi mengandung langkah inventif jika invensi tersebut bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yg tidak dapat diduga sebelumnya; - Suatu invensi tidak boleh hanya dalam bentuk menggabungkan dari beberapa bagian yang sudah ada - Invensi adalah bukan penemuan benda yang sudah ada di alam. 3. Invensi dapat diterapkan dalam industry (Capable of Industrial Application). Jika invensi dimaksudkan sebagai produk, produk tersebut harus mampu dibuat secara berulang-ulang (secara masal) dengan kualitas yang sama, sedangkan jika invensi berupa proses, proses tersebut harus mampu dijalankan atau digunakan dalam praktik. Paten tidak diberikan untuk invensi (Pasal 9 UU Paten) : 1. Proses atau produk yg pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dg peraturan perundang-undangan yg berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan; 2. Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yg diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; 3. Teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; 4. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; 5. Proses biologis yg esensial utk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non biologis atau proses mikrobiologis. Subyek Hukum Pemegang Hak Paten Pihak yg diperkenankan memperoleh hak paten menurut Pasal 10-13 UUP meliputi : 1. Perorangan, yaitu inventor; 2. Beberapa orang, jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama; 3. Perusahaan (pihak pemberi kerja) jika suatu invensi dihasilkan dari sebuah hubungan kerja, kecuali diperjanjikan lain. Hak Pemegang Paten menurut Undang-undang Paten : 1. Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yg dimilikinya dan melarang pihak lain yg tanpa persetujuannya : a. Paten produk : membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, disewakan atau diserahkan produk yg diberi paten; b. Paten proses : menggunakan proses produksi yg diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dalam paten produk. 2. Melarang terhadap pihak lain yg tanpa persetujuan pemegang hak paten melakukan impor paten proses Paten produk, adalah mencakup alat, mesin, komposisi, formula, product by process, sistem, dll. Contoh : alat tulis, penghapus, komposisi obat, tinta. Paten proses meliputi proses, metode atau penggunaan. Contoh : proses membuat tinta, proses membuat tisu. Paten sederhana tidak mecakup proses, penggunaan, komposisi, dan produk yg merupakan product by process. Obyek Paten sederhana hanya dibatasi pada hal-hal yg bersifat kasat mata (tangible), bukan yg tidak kasat mata (intangible) Kewajiban Pemegang Paten menurut Pasal 20 UUP : Pemegang paten wajib membuat produk atau menggunakan proses yg diberi paten di wilayah Indonesia, kecuai apabila pembuatan produk atau penggunaan proses tersebut hanya layak dilakukan secara regional dan mendapatkan persetujuan dari Dirjen HKI. Untuk pengelolaan kelangsungan berlakunya paten dan pencatatan lisensi, pemegang paten atau penerima lisensi suatu paten wajib membayar biaya tahunan (annual fee), yaitu biaya yg harus dibayarkan oleh pemegang paten secara teratur untuk setiap tahun. Istilah itu dikenal juga dibeberapa Negara sebagai biaya pemeliharaan (maintenance fee). Jangka waktu perlindungan paten : Paten diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan (Pasal 22 ayat (1) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diperpanjang Paten sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan (Pasal 23 ayat (1) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diperpanjang. Lisensi dan Lisensi Wajib Perjanjian lisensi adalah perjanjian untuk memberikan izin kepada pihak lain untuk membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan, atau diserahkan produk yg diberi paten selama jangka waktu tertentu dan diakukan di wilayah Negara Republik Indonesia. Perjanjian lisensi harus dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya. Lisensi wajib menurut Pasal 82 UUP adalah lisensi untuk melaksanakan paten yg diberikan berdasarkan keputusan menteri atas dasar permohonan. Lisensi wajib hanya dapat diberikan apabila (Psl 84 UUP) : 1. Pemohon dpt menunjukkan bukti yg meyakinkan bahwa ia : Mempunyai kemauan untuk melaksanakan sendiri paten yang bersangkutan secara penuh Mempunyai sendiri fasilitas untuk melaksanakan paten yang bersangkutan dg secepatnya 2. Berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu yg cukup untuk mendapatkan lisensi dari pemegang paten atas dasar persyaratan dan kondisi yg wajar, tetapi tidak memperoleh hasil 3. Menteri berpendapat bahwa paten tersebut dapat dilaksanakan di Indonesia dalam skala ekonomi yg layak dan dapat memberikan manfaat kepada sebagian besar masyarakat. Penghapusan Paten : Penghapusan paten meliputi 2 cara, yaitu : 1. Hapus demi hukum Paten dinyatakan batal demi hukum apabila pemegang paten tidak memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yg ditentukan dalam uu ini, adanya keputusan komisi banding paten dan putusan banding yg mempunyai kekuatan hukum mengikat. 2. Dapat dihapuskan. Paten dihapuskan melalui dua cara, yaitu : a. Dihapuskan berdasarkan atas permohonan pemegang paten. Penghapusan paten bisa diajukan oleh pihak ketiga melalui pengadilan Niaga, apabila dianggap paten tidak memenuhi syarat paten, paten dianggap sama dengan paten lain yg sudah ada, dan pemberian lisensi wajib ternyata tidak mampu mencegah berlangsungnya pelaksanaan paten dalam bentuk dan cara yg merugikan kepentingan masyarakat. Maksud tidak mampu mencegah adalah bahwa pemberian lisensi wajib tidak diikuti dengan pelaksanaannya sehingga produk yg sangat dibutuhkan masyarakat tidak terpenuhi dan maksud pemberian lisensi wajib tidak terlaksana. Misalnya, pemberian lisensi wajib utk memproduksi obat, tetapi tidak dilaksanakan secara efektif sehingga jumlah yg diproduksi tetap sedikit dan harga obat tetap mahal.