Anda di halaman 1dari 17

Hak paten

Hak kekayaan intelektual

INDIARA APRILLIA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BORENO

indiararahman@gmail.com

RISKA AMALIYAH

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BORNEO

Riskaamaliyah24@gmail.com

YUDI GERLIANDI TIGER

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BORNEO

yudigerliandi@gmail.com

AMALIA PUTRI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BORNEO

Amaliaputri0109@gmail.com

BOBBY EMILIO FERNANDO

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BORNEO

Bobbyemilio637@gmail.com
Pengantar

Kami bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala karena dengan izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul "HAK PATEN" dengan cepat dan efektif. Jangan
lupa untuk mengucapkan salam dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alihi
wasallam.
Kami melakukan upaya terbaik untuk menyelesaikan kertas ini. Kami sangat berterima
kasih kepada semua orang yang telah membantu menyusun kertas ini.
Meskipun demikian, kami menyadari bahwa kalimat masih memiliki kekurangan dalam
susunan dan tata bahasa. Kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
pembaca untuk membantu kami memperbaiki artikel ini. Terakhir, kami berharap kertas
ini bermanfaat bagi semua orang, terutama bagi mahasiswa fakultas hukum universitas
borneo tarakan dan pada umumnya

Tarakan , 14 maret 2024


A. Pengertian hak paten

Berdasarkan Pasal 1 butir a UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten , pengertian Hak
Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor dalam bidang
teknologi untuk melaksanakan inovasi mereka sendiri atau memberikan izin kepada
pihak lain untuk melakukannya. Pengertian hak paten atau definisi hak paten sangat
efektif untuk melindungi hak kekayaan intelektual karena dapat mencegah orang
lain menggunakan invensi mereka tanpa izin pemegang hak paten, bahkan jika
mereka memperoleh teknologi tersebut secara mandiri. Menurut UU Hak Paten No.
14 Tahun 2001 (UU Paten 2001), paten dapat diberikan untuk inovasi yang baru,
mengandung proses inventif, dan dapat digunakan di industri selama dua puluh
tahun.
Karena paten memberikan perlindungan hukum terhadap karya intelektual dalam
bidang teknologi yang berkaitan dengan penyelesaian masalah tertentu dalam
bentuk proses atau produk baru atau penyempurnaan dan pengembangan dari
proses atau produk yang sudah ada, paten harus dipahami sebagai hak eksklusif
yang diberikan oleh negara kepada inventor hasil invensinya dalam bidang
teknologi untuk melaksanakan invensi mereka sendiri dalam jangka waktu tertentu
(Rizkia & Ferdiansyah, 2022)

Pasal 1 Ayat 1 UU Hak Paten mengatur hak paten. Istilah "paten" berasal dari kata
bahasa Inggris "patere", yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik),
dan "surat paten", surat keputusan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada
individu dan perusahaan tertentu. Menurut definisi kata "paten", paten memberikan
hak eksklusif kepada inventor untuk mengeksplorasi informasi baru untuk
kepentingan masyarakat. Sistem paten tidak dianggap sebagai hak monopoli karena
pemberian paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang
dipatenkan.
Peraturan Perundang-undangan tentang Paten:
UU No 14 Tahun 2001, yang kemudian diamandemen dan disesuaikan dengan
kemajuan teknologi untuk melindungi kepentingan negara. Dalam UU Paten No 13
Tahun 2016, ada beberapa perubahan, antara lain:

1) Penggunaan baru untuk produk yang sudah ada dana tau yang sudah
diketahui;
2) Bentuk baru dari senyawa yang sudah ada yang tidak meningkatkan khasiat
bermaksa; dan perubahan struktur kimia trekait yang sudah diketahui dari
senyawa.
3) Objek perlindunga paten sederhana dapat diterapkan dalam industri dan
mencakup setiap invensi baru atau pengembangan proses atau produk.
4) PNS/ASN dapat bertindak sebagai pemegang paten (co-pemohon).
5) Pemeriksa luar karir dapat membantu pemeriksaan substantif.
6) Sistem untuk melakukan pemeriksaan setelah pemberian
7) Kecepatan pengujian substantif. (Feriyanto & Mujiyono, 2017)
B. Subjek hukum paten

Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Paten menyatakan bahwa paten diberikan untuk


penemuan baru yang mengandung unsur inventif dan dapat diterapkan dalam
industri, Pasal 11 menyatakan bahwa penemu yang pertama kali mengajukan
pendaftaran paten, dan Pasal 23 menyatakan bahwa paten diberikan atas
permintaan. Paten melindungi penemuan atau hasil invensi dalam bidang teknologi
sehingga inventor memiliki hak untuk melaksanakan sendiri invensinya atau
memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Invensi yang
dimaksud disini ialah invensi yang baru (new) dan mengandung langkah inventif
yang dapat diterapkan dalam dunia industri. Dengan demikian, inventor diberi hak
untuk memperluas hasil penelitian mereka atau memberi lisensi kepada pihak lain
untuk menggunakan hasil penelitian tersebut dengan imbalan atau royalti yang
harus dibayarkan kepada mereka. Agar hak paten tidak dilanggar, penegakan
hukum yang kuat diperlukan. Oleh karena itu, pemerintah membuat Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten. Undang-undang ini memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan paten, seperti hak dan kewajiban
pemegang paten, royalti, dan lainnya. Perlindungan hukum terhadap hasil teknologi
baru, diharapkan dapat mendorong para peneliti untuk menjadi lebih inovatif dan
kreatif dalam menemukan temuan baru di bidang teknologi dan sekaligus
membantu dalam mendukung pembangunan dan pengembangan . Pasal 130
Undang-Undang Paten menyatakan bahwa paten dapat dihapus sebagian atau
seluruhnya dalam empat kasus: pemegang paten tidak membayar biaya tahunan,
menteri menerima permohonan penghapusan, putusan pengadilan berkekuatan
hukum tetap, atau komisi banding paten menerbitkan putusan penghapusan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten pasal 134 ayat
2: Menteri wajib memberitahukan kepada pemegang paten dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sebelum Paten dimaksud dinyatakan hapus berdasarkan alasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kemudian Pasal 135 ayat (1) dan (2), sebagai
berikut:
(1) Dalam hal paten dinyatakan dihapus sebagaimana dalam Pasal 130, Menteri
memberitahukan secara tertulis, dalam bentuk elektronik atau non-elektronik
mengenai penghapusan dimaksud kepada :
a. Pemegang Paten atau Kuasanya; dan
b. Penerima Lisensi atau Kuasanya.
(2) Paten yang dinyatakan dihapus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat
dan di umumkan. Maka dengan itu penulis telah mengangkat beberapa permasalah
yaitu apa akibat dihapusnya kepemilikan pemegang hak paten dan
bagaimanaPerlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Paten (Hukum et al.,
2023)

C. Cara dan proses pendaftaran hak paten

a. Persyaratan

1. Deskripsi Permohonan Paten dalam Bahasa Indonesia;


2. Klaim;
3. Abstrak;
4. Gambar Invensi (PDF) dan Gambar untuk Publikasi (JPG);
5. Surat Pernyataan Kepemilikan Invensi oleh Inventor;
6. Surat Pengalihan Hak (jika inventor dan pemohon berbeda atau pemohon
merupakan badan hukum);
7. Surat Kuasa (jika diajukan melalui konsultan);
8. Surat Keterangan UMK (jika pemohon merupakan usaha mikro atau usaha
kecil);
9. SK Akta Pendirian (jika pemohon merupakan lembaga pendidikan atau
litbang pemerintah);
b. Prosedur

Paten melindungi inovasi teknologi. Untuk melakukannya, beberapa persyaratan


harus dipenuhi, yaitu:

• Surat kuasa khusus yang dibutuhkan oleh pemohon dari luar negeri untuk
mendaftarkan invensinya melalui konsultan;
• Surat Pengalihan Hak dari inventor kepada pengelola HKI di instansinya
jika inventor dalam hal ini bukan sebagai pemohon.
• Surat Pernyataan Kepemilikan Invensi dari Inventor;
• Surat Pernyataan Invensi dari Kepala Pengelola HKI terkait di lembaga
yang menerima pengalihan hak inventor dan meminta invensinya.
• Formulir permohonan paten yang terdiri dari empat rangkap (Lampiran 2)
• Deskripsi, klaim, abstrak, dan, jika tersedia, lampiran gambar.(Feriyanto &
Mujiyono, 2017)

c. Permohonan Paten

1. UMKM :Rp. 350.000


2. Umum : Rp. 1.250.000
3. Permohonan Paten Sederhana
4. UMKM : Rp. 200.000
5. Umum : Rp. 800.000
6. Waktu penyelesaian permohonan : 1 (satu) hari kerja
D. Jangka waktu hak paten

Patent biasa memiliki masa perlindungan dua puluh tahun dan paten sederhana
sepuluh tahun. Namun, paten tidak dapat diperpanjang jika masa perlindungan
sudah cukup untuk inventor atau pihak lain untuk memperoleh keuntungan
finansial dari paten. (Feriyanto & Mujiyono, 2017)

E. Hapusnya hak paten

Penegakan hukum termasuk penghapusan paten dalam undang-undang paten.


Penghapusan paten menghapus seluruh atau sebagian dari paten, kecuali
ditentukan lain dalam putusan pengadilan niaga (Pasal 137 Undang-Undang Nomor
13 tahun 2016). Namun, Pasal 141 menegaskan bahwa paten yang dihapus tidak
dapat dihidupkan kembali (Pasal 137 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016).
Ada 5 mekanisme penghapusan paten yang di atur dalam Undang-Undang Nomor
13 tahun 2016:

1. Jika pemegang paten ingin patennya dihapus secara keseluruhan, mereka


dapat mengajukan permohonan secara tertulis ke menteri yang terkait.
2. Pihak ketiga dapat mengajukan gugatan penghapusan ke pengadilan
niaga atas berbagai alasan, seperti tidak memiliki kebaruan, tidak
termasuk dalam cakupan invensi, atau tidak termasuk invensi yang dapat
diberi paten.
3. Paten yang berasal dari sumber daya genetik atau pengetahuan
tradisional tanpa menyebutkan asal muasalnya juga dapat diberi paten.
Pasal 26 Undang-Undang paten ini mengatur bahwa pihak ketiga yang
dapat membuktikan asal muasalnya dapat mengajukan gugatan
penghapusan.
4. Penerima lisensi atau pemegang paten dapat mengajukan penghapusan
ke Pengadilan Niaga. Misalnya, ada invensi yang sama yang diberikan
kepada pemegang lain untuk dihapuskan. Pihak yang mewakili
kepentingan pemegang paten atau penerima lisensi dapat mengajukan
penghapusan paten di pengadilan Niaga. Karena pemberi lisensi tidak
mampu mencegah paten yang merugikan masyarakat dalam waktu dua
tahun setelah diberikan lisensi, alasan janksa bersifat limitatif. Menurut
Pasal 139 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016,

(1) Selama jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian lisensi untuk
paten yang dihapus sesuai dengan Pasal 132 ayat (1) huruf c, penerima
lisensi tetap memiliki hak untuk melaksanakan paten tersebut.
(2) Penerima lisensi sebagaimana disebutkan pada ayat (1) tidak perlu
membayar royalti yang harus dibayar oleh pemegang paten yang patennya
dihapus.
(3) Jika pemegang paten dan penerima lisensi secara bersamaan membayar
royalti, pemegang paten harus mengembalikan royalti tersebut kepada
penerima lisensi untuk sisa waktu lisensi digunakan.

a. Pasal 130 yang mengatur paten dihapus sebagian atau sepenuhnya


karena: Permohonan pemegang paten untuk menghapus paten
diterima oleh menteri
b. Keputusan pengadilan yang menghapus paten tersebut tetap berlaku.
c. Keputusan pengadilan yang menghapus paten tersebut tetap berlaku.
d. Keputusan komisi banding paten bahwa paten dihapus
e. Pemegang paten tidak membayar biaya tahunan.

Salah satu hal lain yang perlu diperhatikan, menurut penulis, adalah adanya
pasal dalam Undang-Undang Paten yang menyatakan bahwa perjanjian
lisensi paten tidak boleh memuat ketentuan yang dapat merugikan
kepentingan nasional Indonesia atau menghambat kemampuan Indonesia
untuk mengambil, menguasai, dan mengembangkan teknologi., ( Pasal 78
UndangUndang Nomor 13 tahun 2016.) Menteri tidak akan mencatat
ketentuan tersebut dalam perjanjian lisensi paten jika hal ini terjadi. (Zulkifli
Makkawaru, 2021a)

Beberapa alasan dapat menyebabkan paten dihapus, seperti:

1. Permohonan Penghapusan yang Dibuat oleh Pemegang Paten


Jika pemegang paten ingin hak patennya dihapus, mereka dapat
mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Permohonan harus ditandatangani oleh pemegang paten atau
kuasanya.

2. Keputusan Pengadilan dengan Kekuatan Hukum Tetap

Hak paten dapat dihapus dengan putusan pengadilan yang berkekuatan


hukum tetap. Berikut adalah beberapa alasan mengapa keputusan ini
dapat dibuat:

 Paten tidak memenuhi persyaratan undang-undang;


 Paten diperoleh secara ilegal;
 Paten dipublikasikan sebelum tanggal permohonan paten diterima;
 Paten tidak digunakan tanpa alasan sah selama tiga tahun berturut-
turut

3. Keputusan yang dibuat oleh Komisi Banding Paten mengenai


Penghapusan Paten

Komisi Banding Paten memiliki wewenang untuk menghapus paten yang


diajukan oleh siapa saja.
F. Penyelesaian sengketa paten

Terlebih dahulu dikemukakan, sengketa paten itu seringkali berkenaan dengan


faktor monopoli yang diberikan atasnya melalui hak eksklusifnya. Dikatakan bahwa
penyelesaian sengketa paten sudah terjadi seiring timbulnya monopoli dalam
perdagangan dapat ditandai dengan kajian Jill McKeough dan Andrew Stewart
(dengan diputuskannya oleh pengadilan bahwa monopoli dinyatakan invalid karena
melampaui batas dan memiliki kecenderungan menurunkan kualitas serta
menaikkan harga (Tahun 1602). Dengan demikian, masalah litigasi paten tidak
hanya mengenai inventive step dan novelty tetapi juga berhubungan dengan
persaingan Salah satu hal yang berpotensi menimbulkan konflik/sengketa paten
adalah pada luasnya klaim dari pemilik paten. Inti perlindungan paten memang
terletak pada klaimnya . Luasnya klaim (scope of claim) juga akan membatasi
monopoly of right yang diperoleh
Pihak yang dapat menggugat ke Pengadilan Niaga jika paten diberikan kepada orang
lain selain pemegang paten atau penerima lisensi. Mereka dapat mengajukan
gugatan ganti rugi ke Pengadilan Niaga.
Menurut Pasal 144 UUP, prosedur untuk gugatan adalah sebagai berikut:

(1) Gugatan didaftarkan kepada Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat
tinggal atau domisili tergugat
(2) Dalam hal salah satu pihak bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan
didaftarkan kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
(3) Ketua Pengadilan Niaga menetapkan hari sidang dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari sejak tanggal gugatan didaftarkan
(4) Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam waktu paling lambat 60 (enam
puluh) hari sejak tanggal gugatan didaftarkan
(5) Juru sita melakukan pemanggilan para pihak paling lama 14 (empat belas) hari
sebelum sidang pemeriksaan pertama diselenggarakan
Ketentuan Pasal 145 menyebutkan:
(1) Dalam pemeriksaan gugatan terhadap proses yang diberi Paten, kewajiban
pembuktian dibebankan kepada pihak tergugat jika:

1) Produk yang dihasilkan melalui proses yang diberikan paten adalah produk
baru; atau
2) Produk dianggap sebagai hasil dari proses yang diberikan paten, meskipun
telah dilakukan upaya pembuktian yang cukup, Pemegang Paten tidak dapat
membedakan proses yang digunakan untuk menghasilkan produk dimaksud.

(2) Dalam melakukan pemeriksaan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pengadilan Niaga berwenang:

a. Meminta Pemegang Paten untuk menyampaikan salinan Sertifikat Paten


untuk proses yang bersangkutan dan bukti awal yang menjadi dasar gugatan;
dan
b. Meminta pihak tergugat untuk membuktikan bahwa mereka tidak
menggunakan proses yang diberikan Paten untuk produk yang mereka buat.

(3) Dalam melakukan pemeriksaan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), hakim wajib menjaga kepentingan tergugat untuk untuk memperoleh
perlindungan terhadap proses yang telah diuraikan di pengadilan

(4) Dalam melakukan pemeriksaan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), hakim atas permintaan para pihak dapat menetapkan agar
persidangan dinyatakan tertutup untuk umum

Selain itu, pengadilan diwajibkan untuk menyampaikan putusan pengadilan kepada


pihak yang tidak dapat hadir. Jika putusan Pengadilan Niaga memutuskan untuk
menghapus paten yang telah berkekuatan hukum tetap, putusan itu harus
diserahkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Hanya kasasi yang
dapat diajukan terhadap putusan ini. Putusan kasasi dibuat dalam waktu paling
lama 180 hari sejak tanggal perkara diterima oleh Mahkamah Agung.Para pihak
dalam sengketa paten dapat menyelesaikannya melalui arbitrase atau penyelesaian
sengketa alternative, seperti halnya dalam sengketa niaga lainnya.
Bahkan ketika ada tuntutan pidana atas pelanggaran paten atau paten sederhana,
kedua belah pihak harus terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan melalui proses
mediasi. Proses ini biasanya diajukan oleh pihak yang dirugikan oleh pelaksanaan
paten dan meminta Pengadilan Niaga untuk menerbitkan Surat Penetapan
Sementara untuk:

a) Mencegah masuknya barang yang diduga melanggar Paten dan/atau hak


yang berkaitan dengannya;
b) Mengamankan dan mencegah pelanggar menghilangkan barang bukti;
dan/atau
c) Menghentikan pelanggaran untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

Dalam kasus perselisihan atau masalah hak cipta intelektual (HKI) seperti paten,
merek, desain industri, dan hak cipta, pengadilan dapat meminta penetapan
sementara.
oleh pihak yang merasa haknya dilanggar, untuk menghindari kerugian yang lebih
besar. Pada dasarnya, penetapan sementara pengadilan memberikan hakim
kewenangan untuk meminta atau mengambil tindakan sementara yang cepat dan
efektif untuk mencegah pelanggaran di bidang HKI102. Permohonan penetapan
sementara harus dikirim secara tertulis ke Pengadilan Niaga di wilayah hukum
tempat pelanggaran paten terjadi. Permohonan harus melampirkan bukti
kepemilikan paten, bukti kuat bahwa ada indikasi kuat bahwa pelanggaran paten
telah terjadi, dan ketarang yang jelas tentang barang, dokumen, atau informasi yang
diminta, dicari, dikumpulkan, dan ditahan. Selain itu, permohonan harus memiliki
jaminan berupa uang tunai atau jaminan bank setara dengan nilai (Zulkifli
Makkawaru, 2021b)

a) Prosedur untuk Penyelesaian Sengketa Hak Paten

Ada dua mekanisme utama untuk penyelesaian sengketa hak paten di Indonesia:

1. Penyelesaian Sengketa Tidak di Pengadilan

Negosiasi: Negosiasi adalah cara bagi pihak yang bersengketa untuk mencoba
menyelesaikan masalah mereka secara langsung.
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga yang
netral sebagai mediator. Arbitrase adalah proses penyelesaian sengketa dengan
bantuan pihak ketiga yang netral sebagai arbiter yang keputusannya mengikat para
pihak.

2. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan

Pihak yang bersengketa dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga jika


penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berhasil.

b) Organisasi yang menangani sengketa hak paten

Beberapa lembaga di Indonesia yang dapat membantu menyelesaikan sengketa hak


paten adalah:

Arbitrase Nasional Indonesia (BANI): BANI adalah lembaga arbitrase yang


menangani berbagai jenis sengketa, termasuk sengketa hak paten.
Pusat Mediasi Nasional (PMN): PMN adalah lembaga mediasi yang membantu para
pihak menyelesaikan sengketanya secara damai.
Pengadilan Niaga: Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang menangani
sengketa terkait dengan perdagangan dan investasi, termasuk sengketa hak paten.

a) Kategori Sengketa Hak Paten

Beberapa jenis sengketa hak paten yang paling umum adalah sebagai berikut:
Pelanggaran hak paten: Ketika seseorang menggunakan invensi yang telah
dipatenkan tanpa izin pemegang paten, itu dianggap melanggar hak paten.
Permohonan pembatalan paten: Orang yang merasa dirugikan atas pemberian hak
paten dapat mengajukan permohonan pembatalan paten. Perselisihan tentang
kepemilikan hak paten: Ini dapat terjadi antara pencipta, penerima hak paten, atau
pihak lain yang mengklaim memiliki hak paten.

b) Referensi

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten


Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemberian Paten
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 66 Tahun 2019 tentang
Pedoman Penyelesaian Sengketa Hak Paten, Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu, dan Rahasia Dagang

c) Kesimpulan

Penyelesaian sengketa hak paten di Indonesia dapat dilakukan melalui dua


mekanisme utama, yaitu penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan penyelesaian
sengketa di pengadilan. Terdapat beberapa lembaga yang dapat membantu
menyelesaikan sengketa hak paten, seperti BANI, PMN, dan Pengadilan Niaga.
G. Contoh kasus
Contoh Pelanggaran Hak Paten Slide to Unlock (Studi Kasus Apple VS Samsung)
Sliding to Unlock pertama kali diperkenalkan oleh Apple saat peluncuran
handphone iPhone pertama pada Januari 2007. Ini dirancang untuk mencegah layar
iPhone terpencet saat dimasukkan ke dalam kantong. Disebutkan bahwa Slide to
Unlock ditemukan oleh Scott Forstall, pimpinan iOS, tetapi Imran Chaudhri, Bas
Ording, Freddy Allen Anzures, Marcel Van Os, Stephen O. Lemay, dan Greg Christie
juga berkontribusi. U.S. Patent and Trademark Office telah mendaftarkan paten
Apple dengan nomor D675,639 untuk fitur unik iPhone yang disebut "slide to
unlock". Selain desain "slide to unlock", Apple juga mendaftarkan paten bernomor
D675,612 untuk deskripsi "ornamental design of an electronic device" yang
membahas desain sudut membulat iPhone.
Hak paten slide-to-unlock akhirnya dimenangkan Apple atas Samsung setelah
empat tahun litigasi. Kemenangan akan membuat perusahaan yang didirikan oleh
Steve Jobs menerima royalti sebesar US$ 120 juta, atau sekitar Rp 1,6 triliun.
Dalam kasus ini, hak paten untuk tautan cepat dan slide-to-unlock diperebutkan.
Kasus ini telah ditolak oleh Mahkamah Agung AS pada tahun 2014.Samsung
menghadapi tuduhan melanggar dua hak paten. Pada tahun berikutnya, keputusan
tersebut diulangi. Samsung kemudian mengajukan banding, dan Apple akhirnya
menang.(Industri et al., n.d.)

DAFTAR PUSTAKA
Feriyanto, & Mujiyono. (2017). Memahami dan Cara Memperoleh Hak Kekayaan
Intelektual. Lppm UNY/Sentra HKI UNY, 1–127.

Hukum, P., Hak, A., Dan, P., Ilmu, F., Dan, S., Hukum, P., Sarjana, P., & Audi, U. (2023).
Perlindungan hukum atas hak paten dan perusahaan akibat dihapusnya kepemilikan
pemegang hak paten. 3(2), 6–12.

Industri, T., Nugroho, R., Nugroho, R., & Industri, T. (n.d.). ( Studi Kasus Apple Vs Samsung ).
6.

Rizkia, N. D., & Ferdiansyah, H. (2022). Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. In
Widina Bhakti Persada (Vol. 3, Issue 1).
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

Zulkifli Makkawaru. (2021a). Hak kekayaan intelektual seri hak cipta, paten, dan merek (p.
162).

Zulkifli Makkawaru. (2021b). Hak kekayaan intelektual seri hak cipta, paten, dan merek.

Anda mungkin juga menyukai