INDIARA APRILLIA
indiararahman@gmail.com
RISKA AMALIYAH
Riskaamaliyah24@gmail.com
yudigerliandi@gmail.com
AMALIA PUTRI
Amaliaputri0109@gmail.com
Bobbyemilio637@gmail.com
Pengantar
Kami bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala karena dengan izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul "HAK PATEN" dengan cepat dan efektif. Jangan
lupa untuk mengucapkan salam dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alihi
wasallam.
Kami melakukan upaya terbaik untuk menyelesaikan kertas ini. Kami sangat berterima
kasih kepada semua orang yang telah membantu menyusun kertas ini.
Meskipun demikian, kami menyadari bahwa kalimat masih memiliki kekurangan dalam
susunan dan tata bahasa. Kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
pembaca untuk membantu kami memperbaiki artikel ini. Terakhir, kami berharap kertas
ini bermanfaat bagi semua orang, terutama bagi mahasiswa fakultas hukum universitas
borneo tarakan dan pada umumnya
Berdasarkan Pasal 1 butir a UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten , pengertian Hak
Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor dalam bidang
teknologi untuk melaksanakan inovasi mereka sendiri atau memberikan izin kepada
pihak lain untuk melakukannya. Pengertian hak paten atau definisi hak paten sangat
efektif untuk melindungi hak kekayaan intelektual karena dapat mencegah orang
lain menggunakan invensi mereka tanpa izin pemegang hak paten, bahkan jika
mereka memperoleh teknologi tersebut secara mandiri. Menurut UU Hak Paten No.
14 Tahun 2001 (UU Paten 2001), paten dapat diberikan untuk inovasi yang baru,
mengandung proses inventif, dan dapat digunakan di industri selama dua puluh
tahun.
Karena paten memberikan perlindungan hukum terhadap karya intelektual dalam
bidang teknologi yang berkaitan dengan penyelesaian masalah tertentu dalam
bentuk proses atau produk baru atau penyempurnaan dan pengembangan dari
proses atau produk yang sudah ada, paten harus dipahami sebagai hak eksklusif
yang diberikan oleh negara kepada inventor hasil invensinya dalam bidang
teknologi untuk melaksanakan invensi mereka sendiri dalam jangka waktu tertentu
(Rizkia & Ferdiansyah, 2022)
Pasal 1 Ayat 1 UU Hak Paten mengatur hak paten. Istilah "paten" berasal dari kata
bahasa Inggris "patere", yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik),
dan "surat paten", surat keputusan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada
individu dan perusahaan tertentu. Menurut definisi kata "paten", paten memberikan
hak eksklusif kepada inventor untuk mengeksplorasi informasi baru untuk
kepentingan masyarakat. Sistem paten tidak dianggap sebagai hak monopoli karena
pemberian paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang
dipatenkan.
Peraturan Perundang-undangan tentang Paten:
UU No 14 Tahun 2001, yang kemudian diamandemen dan disesuaikan dengan
kemajuan teknologi untuk melindungi kepentingan negara. Dalam UU Paten No 13
Tahun 2016, ada beberapa perubahan, antara lain:
1) Penggunaan baru untuk produk yang sudah ada dana tau yang sudah
diketahui;
2) Bentuk baru dari senyawa yang sudah ada yang tidak meningkatkan khasiat
bermaksa; dan perubahan struktur kimia trekait yang sudah diketahui dari
senyawa.
3) Objek perlindunga paten sederhana dapat diterapkan dalam industri dan
mencakup setiap invensi baru atau pengembangan proses atau produk.
4) PNS/ASN dapat bertindak sebagai pemegang paten (co-pemohon).
5) Pemeriksa luar karir dapat membantu pemeriksaan substantif.
6) Sistem untuk melakukan pemeriksaan setelah pemberian
7) Kecepatan pengujian substantif. (Feriyanto & Mujiyono, 2017)
B. Subjek hukum paten
a. Persyaratan
• Surat kuasa khusus yang dibutuhkan oleh pemohon dari luar negeri untuk
mendaftarkan invensinya melalui konsultan;
• Surat Pengalihan Hak dari inventor kepada pengelola HKI di instansinya
jika inventor dalam hal ini bukan sebagai pemohon.
• Surat Pernyataan Kepemilikan Invensi dari Inventor;
• Surat Pernyataan Invensi dari Kepala Pengelola HKI terkait di lembaga
yang menerima pengalihan hak inventor dan meminta invensinya.
• Formulir permohonan paten yang terdiri dari empat rangkap (Lampiran 2)
• Deskripsi, klaim, abstrak, dan, jika tersedia, lampiran gambar.(Feriyanto &
Mujiyono, 2017)
c. Permohonan Paten
Patent biasa memiliki masa perlindungan dua puluh tahun dan paten sederhana
sepuluh tahun. Namun, paten tidak dapat diperpanjang jika masa perlindungan
sudah cukup untuk inventor atau pihak lain untuk memperoleh keuntungan
finansial dari paten. (Feriyanto & Mujiyono, 2017)
(1) Selama jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian lisensi untuk
paten yang dihapus sesuai dengan Pasal 132 ayat (1) huruf c, penerima
lisensi tetap memiliki hak untuk melaksanakan paten tersebut.
(2) Penerima lisensi sebagaimana disebutkan pada ayat (1) tidak perlu
membayar royalti yang harus dibayar oleh pemegang paten yang patennya
dihapus.
(3) Jika pemegang paten dan penerima lisensi secara bersamaan membayar
royalti, pemegang paten harus mengembalikan royalti tersebut kepada
penerima lisensi untuk sisa waktu lisensi digunakan.
Salah satu hal lain yang perlu diperhatikan, menurut penulis, adalah adanya
pasal dalam Undang-Undang Paten yang menyatakan bahwa perjanjian
lisensi paten tidak boleh memuat ketentuan yang dapat merugikan
kepentingan nasional Indonesia atau menghambat kemampuan Indonesia
untuk mengambil, menguasai, dan mengembangkan teknologi., ( Pasal 78
UndangUndang Nomor 13 tahun 2016.) Menteri tidak akan mencatat
ketentuan tersebut dalam perjanjian lisensi paten jika hal ini terjadi. (Zulkifli
Makkawaru, 2021a)
(1) Gugatan didaftarkan kepada Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat
tinggal atau domisili tergugat
(2) Dalam hal salah satu pihak bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan
didaftarkan kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
(3) Ketua Pengadilan Niaga menetapkan hari sidang dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari sejak tanggal gugatan didaftarkan
(4) Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam waktu paling lambat 60 (enam
puluh) hari sejak tanggal gugatan didaftarkan
(5) Juru sita melakukan pemanggilan para pihak paling lama 14 (empat belas) hari
sebelum sidang pemeriksaan pertama diselenggarakan
Ketentuan Pasal 145 menyebutkan:
(1) Dalam pemeriksaan gugatan terhadap proses yang diberi Paten, kewajiban
pembuktian dibebankan kepada pihak tergugat jika:
1) Produk yang dihasilkan melalui proses yang diberikan paten adalah produk
baru; atau
2) Produk dianggap sebagai hasil dari proses yang diberikan paten, meskipun
telah dilakukan upaya pembuktian yang cukup, Pemegang Paten tidak dapat
membedakan proses yang digunakan untuk menghasilkan produk dimaksud.
(2) Dalam melakukan pemeriksaan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pengadilan Niaga berwenang:
(3) Dalam melakukan pemeriksaan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), hakim wajib menjaga kepentingan tergugat untuk untuk memperoleh
perlindungan terhadap proses yang telah diuraikan di pengadilan
(4) Dalam melakukan pemeriksaan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), hakim atas permintaan para pihak dapat menetapkan agar
persidangan dinyatakan tertutup untuk umum
Dalam kasus perselisihan atau masalah hak cipta intelektual (HKI) seperti paten,
merek, desain industri, dan hak cipta, pengadilan dapat meminta penetapan
sementara.
oleh pihak yang merasa haknya dilanggar, untuk menghindari kerugian yang lebih
besar. Pada dasarnya, penetapan sementara pengadilan memberikan hakim
kewenangan untuk meminta atau mengambil tindakan sementara yang cepat dan
efektif untuk mencegah pelanggaran di bidang HKI102. Permohonan penetapan
sementara harus dikirim secara tertulis ke Pengadilan Niaga di wilayah hukum
tempat pelanggaran paten terjadi. Permohonan harus melampirkan bukti
kepemilikan paten, bukti kuat bahwa ada indikasi kuat bahwa pelanggaran paten
telah terjadi, dan ketarang yang jelas tentang barang, dokumen, atau informasi yang
diminta, dicari, dikumpulkan, dan ditahan. Selain itu, permohonan harus memiliki
jaminan berupa uang tunai atau jaminan bank setara dengan nilai (Zulkifli
Makkawaru, 2021b)
Ada dua mekanisme utama untuk penyelesaian sengketa hak paten di Indonesia:
Negosiasi: Negosiasi adalah cara bagi pihak yang bersengketa untuk mencoba
menyelesaikan masalah mereka secara langsung.
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga yang
netral sebagai mediator. Arbitrase adalah proses penyelesaian sengketa dengan
bantuan pihak ketiga yang netral sebagai arbiter yang keputusannya mengikat para
pihak.
Beberapa jenis sengketa hak paten yang paling umum adalah sebagai berikut:
Pelanggaran hak paten: Ketika seseorang menggunakan invensi yang telah
dipatenkan tanpa izin pemegang paten, itu dianggap melanggar hak paten.
Permohonan pembatalan paten: Orang yang merasa dirugikan atas pemberian hak
paten dapat mengajukan permohonan pembatalan paten. Perselisihan tentang
kepemilikan hak paten: Ini dapat terjadi antara pencipta, penerima hak paten, atau
pihak lain yang mengklaim memiliki hak paten.
b) Referensi
c) Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Feriyanto, & Mujiyono. (2017). Memahami dan Cara Memperoleh Hak Kekayaan
Intelektual. Lppm UNY/Sentra HKI UNY, 1–127.
Hukum, P., Hak, A., Dan, P., Ilmu, F., Dan, S., Hukum, P., Sarjana, P., & Audi, U. (2023).
Perlindungan hukum atas hak paten dan perusahaan akibat dihapusnya kepemilikan
pemegang hak paten. 3(2), 6–12.
Industri, T., Nugroho, R., Nugroho, R., & Industri, T. (n.d.). ( Studi Kasus Apple Vs Samsung ).
6.
Rizkia, N. D., & Ferdiansyah, H. (2022). Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. In
Widina Bhakti Persada (Vol. 3, Issue 1).
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf
Zulkifli Makkawaru. (2021a). Hak kekayaan intelektual seri hak cipta, paten, dan merek (p.
162).
Zulkifli Makkawaru. (2021b). Hak kekayaan intelektual seri hak cipta, paten, dan merek.