Anda di halaman 1dari 4

NAMA : REZA WINATA

NIM : B1031181126
KEWIRAUSAHAAN (B)

HAK PATEN
1. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya
dibidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan
persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya (Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor
14 Tahun 2001); dan
2. Paten Sederhana adalah setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai
kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, konstruksi, atau komponennya dapat
memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana (Pasal 6 Undangundang Nomor
14 Tahun 2001).
Antara kedua jenis paten tersebut memiliki beberapa perbedaan diantaranya :
Jika, Paten :
1. Teknologi rumit;
2. Invensi produk dan proses;
3. Persyaratan materiil yang harus baru, ada langkah inventif dan diterapkan dalam industri serta
tidak termasuk invensi dalam Pasal 7;
4. Pemeriksaan substantif dikatakan lolos, apabila invensi memenuhi Pasal 2,3, 5, 7 UUP;
5. Untuk melakukan pemeriksaan substantif harus mengajukan permohonan pemeriksaan
substantif;
6. Dapat dimintakan lisensi wajib;
7. Jangka waktu perlindungan 20 tahun sejak tanggal penerimaan.
Sedangkan Paten Sederhana :
1.Teknologi lebih sederhana ditekankan pada fungsi praktis;
2. Produk/kasat mata (produk);
3.Syarat materiil paten sederhana adalah baru dan dapat diterapkan dalam industri;
4.Pemeriksaan substantif hanya meliputi, nilai kebaharuan dan dapat diterapkan dalam industri;
5.Untuk melakukan pemeriksaan substantif dapat dilakukan dengan bersamaan dengan
pengajuan permohonan atau paling lama 6 bulan sejak tanggal penerimaan;dan
6. Tidak dapat dimintakan lisensi wajib; dan
7. Jangka waktu perlindungan 10 tahun sejak tanggal penerimaan.

Pada dasarnya paten merupakan suatu perlindungan hukum bagi penemu atas penemuannya yang
diberikan untuk jangka waktu tertentu. Hak paten berlaku seumur hidup di tambah lima puluh
tahun setelah pemilik hak paten meninggal. Perlindungan serupa ini, sesuai dengan sifat
eksklusif yang di milikinya, melarang orang lain
untuk tanpa hak atau persetujuan dari pemegang paten melaksanakan atau melakukan tindakan
lainnya yang bersifat pengambilan manfaat ekenomi dari suatu penemuan. Unsur yang terpenting
terletak pada aspek perlindungan hukum terhadap pemanfaatan hak tersebut secara menyeluruh
dan utuh.Ketentuan ini sangat diperlukan untuk menjaga kepentingan orang atau badan hukum
selain pemegang paten yang telah menguasai atau memetik manfaat ekonomi dan suatu invensi
yang berupa proses atau hasil produksi sebelum diberikannya paten untuk invensi yang
bersangkutan. Penegasan ini dipandang perlu sebab selama belum diberi paten berarti belum ada
pula perlindungan hukumnya.Oleh karena itu, kegiatan pemakain dan lain-lain yang dilakukan
sebelum adanya paten tidak dapat dinyatakan sebagai pelanggaran. Selain kapasitas hukum, hal
ini juga mempunyai arti penting untuk melindungi kepentingan hukum masyarakat luas.
Untuk mendapatkan paten, suatu invensi harus memenuhi persyaratan substantif, yaitu: baru
(tidak boleh dipublikasikan dalam media manapun sebelum permohonan patennya diajukan dan
memperoleh Tanggal Penerimaan); mengandung hal inventif; dan dapat diterapkan secara
industri

Inventor (pihak yang menghasilkan invensi) adalah pihak yang paling berhak mendapatkan hak
paten atas invensi yang dihasilkan. Siapapun di luar inventor yang ingin memiliki hak paten atas
invensi tersebut harus terlebih dahulu memperoleh pengalihan hak secara tertulis dari inventor.

Kepemilikan Hak Paten ada batas waktunya. Pemilik/Pemegang Hak Paten (Patentee), yang
memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan invensi yang dipatenkan tersebut selama 20 tahun.
Setelah itu, invensi yang dimaksud akan menjadi milik umum dan dapat dimanfaatkan oleh
siapapun tanpa perlu izin dari pemegang paten.

Paten menganut prinsip teritorial, yang artinya perlindungan paten hanya berlaku di negara di
mana permohonan paten diajukan dan diberikan.
Alur Pengajuan Untuk Memperoleh Hak Paten

Mendaftarkan permohonan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, dengan melengkapi


persyaratan sebagai berikut:
Spesifikasi paten, yang meliputi: Judul Invensi, latar belakang invensi, uraian invensi, gambar
dan uraiannya, serta penjelasan tentang batasan fitur-fitur apa saja yang dinyatakan baru dan
inventif oleh inventor, sehingga layak mendapatkan hak paten.
Formulir permohonan rangkap empat,
Biaya Permohonan Paten sebesar Rp. 750.000,00.
Apabila ketiga persyaratan minimum dipenuhi, maka akan pemohon akan mendapatkan Tanggal
Penerimaan.

Melengkapi persyaratan formil dengan jangka waktu tiga bulan setelah Tanggal Penerimaan,
yang meliputi:
Surat Pernyataan Hak atau Surat Pengalihan Hak
Surat Kuasa, jika permohonan diajukan melalui Kuasa;
Fotokopi KTP/Identitas Pemohon, jika pemohon perorangan;
Fotokopi Akta Pendirian Badan Hukum, jika pemohon adalah Badan Hukum;
Fotokopi NPWP
Pemeriksaan oleh Ditjen KI.
Setelah seluruh persyaratan dinyatakan lengkap, maka tahap berikutnya adalah Pengumuman di
Berita Resmi Paten dan media resmi pengumuman paten lainnya. Dalam masa pengumuman
yang berlangsung selama enam bulan tersebut, masyarakat bisa mengajukan keberatan secara
tertulis kepada DJKI jika mengetahui bahwa invensi tersebut tidak memenuhi syarat untuk
dipatenkan.
Setelah masa pengumuman berakhir, pemohon dapat mengajukan Permohonan Pemeriksaan
Substantif dengan menyerahkan formulir yang telah dilengkapi dan membayar biaya sebesar 2
juta rupiah ke DJKI. Jika pemohon tidak mengajukan Permohonan Pemeriksaan Substantif
dalam 36 bulan dari Tanggal Penerimaan, maka permohonannya dianggap ditarik kembali dan
invensinya menjadi milik publik.
Dalam Pemeriksaan Substantif ini, Pemeriksa Paten akan menentukan apakah invensi yang
dimohonkan paten tersebut memenuhi syarat substantif sehingga layak diberi paten.
Dalam waktu paling lambat 36 bulan sejak Permohonan Pemeriksaan Substantif diajukan,
Pemeriksa Paten sudah harus memutuskan apakah akan menolak ataupun memberi paten.
Terhadap Invensi yang diberi paten, diberikan Sertifikat Hak Paten.
Pemohon yang permohonan patennya ditolak dapat mengajukan banding ke Komisi Banding
Paten, yang dapat berlanjut ke Pengadilan Niaga hingga kasasi ke Mahkamah Agung. Jika
pemohon menerima penolakan, ataupun upaya hukum yang diajukannya berujung pada
penolakan, maka invensi tersebut menjadi milik publik.
Setelah mendapatkan haknya, Pemegang Hak Paten berkewajiban untuk membayar biaya
tahunan pemeliharaan paten sampai dengan tahun terakhir masa perlindungan. Jika Pemegang
Hak Paten tidak membayar biaya pemeliharaan selama tiga tahun berturut-turut, maka paten
akan dianggap batal demi hukum.

Anda mungkin juga menyukai