Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Lisensi-Wajib dalam Paten

Author: Novita Indah Sari, S.H.

Lisensi merupakan suatu bentuk pemberian izin untuk memanfaatkan suatu hak
atas kekayaan intelektual. Lisensi ini dapat diberikan oleh pemberi lisensi kepada
penerima lisensi agar penerima lisensi dapat melakukan suatu bentuk usaha, baik
dalam bentuk teknologi atau pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk
memproduksi, menghasilkan, menjual, atau memasarkan barang (berwujud)
tertentu maupun yang akan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan jasa
tertentu dengan mempergunakan hak atas kekayaan intelektual yang dilisensikan
tersebut (Gunawan Widjaj, 2001: 10-11). Berkaitan dengan lisensi dalam paten,
menurut Pasal 1 angka 11 UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten (UU Paten),
lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten, baik yang bersifat
ekslusif maupun non-eksklusif, kepada penerima lisensi berdasarkan perjanjian
tertulis untuk menggunakan paten yang masih dilindungi dalam jangka waktu dan
syarat tertentu.

Adapun lisensi-wajib menurut UU Paten adalah lisensi yang bersifat non-ekslusif


yang digunakan untuk melaksanakan paten yang diberikan berdasarkan Keputusan
Menteri Hukum dan HAM atas dasar permohonan. Pemberian lisensi-wajib
kepada penerima lisensi pada awalnya bukan dilandasi keinginan bersama dari
kedua belah pihak, melainkan karena adanya keinginan salah satu pihak saja, yaitu
pemohon lisensi untuk melaksanakan paten tersebut yang pada dasarnya dikaitkan
dengan kepentingan umum melalui campur tangan pemerintah. Ketika pemohon
lisensi-wajib disetujui oleh pemerintah, maka inventor atau pemegang hak paten
wajib melisensikan patennya tersebut secara paksa kepada pemohon, meskipun
pihak pemegang hak paten sesungguhnya tidak menginginkan dan tidak berniat
melakukan perjanjian lisensi tersebut (Dahris Siregar, 2022: 68).

Namun perlu digaris bawahi, adanya ketentuan lisensi-wajib tidak berarti bahwa
setiap paten yang diinginkan oleh seseorang dapat dimohonkan lisensi-wajib.
Untuk memperoleh lisensi-wajib terdapat beberapa persyaratan yang diatur dalam
UU Paten. Berdasarkan Pasal 82 ayat (1) UU Paten menyebutkan bahwa
permohonan lisensi-wajib hanya dapat diajukan dengan alasan diantaranya:
pertama, karena pemegang paten tidak melaksanakan paten dalam jangka waktu
36 (tiga puluh enam) bulan setelah diberikan paten; kedua, karena paten telah
dilaksanakan oleh pemegang paten atau penerima lisensi dalam bentuk dan
dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat; atau ketiga, karena paten
merupakan hasil pengembangan dari paten yang telah diberikan sebelumnya dan
tidak bisa dilaksanakan tanpa menggunakan paten pihak lain yang masih dalam
perlindungan.

Selain itu dalam Pasal 84 ayat (1) UU Paten juga menyebutkan bahwa lisensi-
wajib dapat diberikan apabila: a) Pemohon atau kuasanya dapat mengajukan bukti
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri paten yang dimaksud secara
penuh dan mempunyai fasilitas untuk melaksanakan paten yang dimohonkan
lisensi-wajib dengan secepatnya; b) Pemohon atau kuasanya telah berusaha
mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
untuk mendapatkan lisensi dari pemegang paten atas dasar persyaratan dan
kondisi yang wajar tetapi tidak memperoleh hasil; dan c) Menteri Hukum dan
HAM berpendapat paten yang dimohonkan lisensi-wajib dapat dilaksanakan di
Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan memberikan manfaat kepada
masyarakat.

Pemeriksaan atas permohonan lisensi-wajib dilakukan oleh tim ahli yang bersifat
ad-hoc yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan HAM sesuai dengan bidang paten
yang diajukan lisensi-wajib. Dalam proses pemeriksaan, tim ahli akan memanggil
pemegang paten untuk didengar pendapatnya. Pemegang paten wajib
menyampaikan pendapat dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal pemberitahuan. Apabila pemegang paten tidak menyampaikan
pendapatnya dalam jangka waktu tersebut, maka pemegang paten dianggap
menyetujui pemberian lisensi-wajib.

Permohonan lisensi-wajib yang dikabulkan akan dituangkan dalam Keputusan


Menteri Hukum dan HAM mengenai pemberian lisensi-wajib. Penetapan
keputusan pemberian lisensi-wajib dilakukan paling lama 90 (sembilan puluh)
hari sejak pengajuan permohonan lisensi-wajib. Keputusan pemberian lisensi-
wajib tersebut memuat: lisensi-wajib bersifat non-eksklusif; alasan pemberian
lisensi-wajib; bukti termasuk keterangan dan penjelasan sebagai dasar pemberian
lisensi-wajib; jangka waktu lisensi-wajib; besar imbalan yang harus dibayarkan
penerima lisensi-wajib kepada pemegang paten beserta cara pembayarannya;
syarat berakhirnya lisensi-wajib dan hal yang dapat membatalkannya; lingkup
lisensi-wajib untuk seluruh atau sebagian dari paten yang dimohonkan lisensi-
wajib; dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjaga kepentingan para pihak
yang bersangkutan secara adil (Pasal 88 UU Paten).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lisensi-wajib adalah lisensi


yang wajib diberikan oleh pemegang paten kepada pemohon lisensi berdasarkan
Keputusan Menteri Hukum dan HAM. Pengajuan lisensi-wajib merupakan akibat
dari tidak disetujuinya pemberian lisensi oleh pemegang paten kepada pemohon
lisensi. Sehingga pemohon lisensi mengajukan permohonan lisensi-wajib, namun
permohonan tersebut harus sesuai dengan ketentuan dan syarat yang diatur dalam
UU Paten sebagaimana dijelaskan di atas.

Anda mungkin juga menyukai