Lisensi merupakan suatu bentuk pemberian izin untuk memanfaatkan suatu hak
atas kekayaan intelektual. Lisensi ini dapat diberikan oleh pemberi lisensi kepada
penerima lisensi agar penerima lisensi dapat melakukan suatu bentuk usaha, baik
dalam bentuk teknologi atau pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk
memproduksi, menghasilkan, menjual, atau memasarkan barang (berwujud)
tertentu maupun yang akan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan jasa
tertentu dengan mempergunakan hak atas kekayaan intelektual yang dilisensikan
tersebut (Gunawan Widjaj, 2001: 10-11). Berkaitan dengan lisensi dalam paten,
menurut Pasal 1 angka 11 UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten (UU Paten),
lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten, baik yang bersifat
ekslusif maupun non-eksklusif, kepada penerima lisensi berdasarkan perjanjian
tertulis untuk menggunakan paten yang masih dilindungi dalam jangka waktu dan
syarat tertentu.
Namun perlu digaris bawahi, adanya ketentuan lisensi-wajib tidak berarti bahwa
setiap paten yang diinginkan oleh seseorang dapat dimohonkan lisensi-wajib.
Untuk memperoleh lisensi-wajib terdapat beberapa persyaratan yang diatur dalam
UU Paten. Berdasarkan Pasal 82 ayat (1) UU Paten menyebutkan bahwa
permohonan lisensi-wajib hanya dapat diajukan dengan alasan diantaranya:
pertama, karena pemegang paten tidak melaksanakan paten dalam jangka waktu
36 (tiga puluh enam) bulan setelah diberikan paten; kedua, karena paten telah
dilaksanakan oleh pemegang paten atau penerima lisensi dalam bentuk dan
dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat; atau ketiga, karena paten
merupakan hasil pengembangan dari paten yang telah diberikan sebelumnya dan
tidak bisa dilaksanakan tanpa menggunakan paten pihak lain yang masih dalam
perlindungan.
Selain itu dalam Pasal 84 ayat (1) UU Paten juga menyebutkan bahwa lisensi-
wajib dapat diberikan apabila: a) Pemohon atau kuasanya dapat mengajukan bukti
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri paten yang dimaksud secara
penuh dan mempunyai fasilitas untuk melaksanakan paten yang dimohonkan
lisensi-wajib dengan secepatnya; b) Pemohon atau kuasanya telah berusaha
mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
untuk mendapatkan lisensi dari pemegang paten atas dasar persyaratan dan
kondisi yang wajar tetapi tidak memperoleh hasil; dan c) Menteri Hukum dan
HAM berpendapat paten yang dimohonkan lisensi-wajib dapat dilaksanakan di
Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan memberikan manfaat kepada
masyarakat.
Pemeriksaan atas permohonan lisensi-wajib dilakukan oleh tim ahli yang bersifat
ad-hoc yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan HAM sesuai dengan bidang paten
yang diajukan lisensi-wajib. Dalam proses pemeriksaan, tim ahli akan memanggil
pemegang paten untuk didengar pendapatnya. Pemegang paten wajib
menyampaikan pendapat dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal pemberitahuan. Apabila pemegang paten tidak menyampaikan
pendapatnya dalam jangka waktu tersebut, maka pemegang paten dianggap
menyetujui pemberian lisensi-wajib.