Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PATEN DAN PENGGUNAAN


LISENSI WAJIB DALAM HAK PATEN

DISUSUN OLEH :

ANDI MUH MAHEZA DINARI MAPPIASSE

4521060119

KELAS D

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOSOWA
KATA PENGANTAR

Memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkah dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul Ruang Lingkup

Perlindungan Hak Paten dan Penggunaan Lisensi Wajib dalam Hak paten

Tugas ini saya buat untuk memberikan ringkasan tentang Analisis kasus

hukum hak kekayaan intelektual, mudah-mudahan makalah yang saya buat ini

dapat berguna untuk yang membacanya.

Penulis sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik

maupun saran diharapkan dapat diberikan kepada pembaca untuk lebih

menyempurnakan makalah ini semoga ada manfaatnya. Terimakasih


DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6

C. Tujuan .................................................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak dan Sengketa Pajak .............................................................. 8

B. Posisi kasus ...................................................................................................... 11

C. Penerapan Hukum Terkait Dengan Putusan Pengadilan Pajak atas Putusan


Nomor PUT-002728.12/2019/PP/M.XIB Tahun 2020 ................................... 11

D. Dampak dari Putusan Pengadilan Pajak atas Putusan Nomor PUT-


002728.12/2019/PP/M.XIB Tahun 2020 ....................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................... 17

B. Saran .................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paten merupakan hak bagi seseorang yang telah memperoleh invensi baru.
Di Indonesia sendiri, sistem yang diterapkan adalah first to file dalam pendaftaran
paten, di mana hak dan kewajiban inventor lahir ketika invensi telah didaftarkan di
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Inteletual. Terkait dengan pengaturan paten di
Indonesia, terdapat beberapa perubahan sebelum Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2016 tentang paten, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 yang telah
diperbaruhi dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 dan diubah kembali
dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Kebijakan paten memiliki tujuan membangun kemandirian Indonesia.
Perluasan substansi (hukum) berkaitan dengan obyek perlindungan paten
sebagaimana diatur UU No 13 Tahun 2016 harus menjamin kepastian hukum,
sehingga kepentingan nasional dalam upaya pengembangan teknologi dapat
direalisasikan. Pada sisi lain terdapat struktur hukum, dalam hal ini penegak hukum
dan pemangku kepentingan (stakeholder) berkaitan dengan kebijakan dalam
pengembangan teknologi dan budaya hukum yaitu sikap dan prilaku masyarakat
untuk melakukan inovasi sehingga dapat menjadi invensi yang dapat diberikan
paten. Pengembangan teknologi harus disertai dengan pembangunan hukum, di lain
pihak pembangunan hukum timbul karena kebutuhan dalam mengatasi
perkembangan teknologi, karena itu agar pengembangan teknologi khususnya
perluasan obyek paten dapat berjalan dengan tertib dan teratur sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum yang berlaku maka peranan hukum tidak dapat diabaikan.
Pemegang hak paten diberikan perlindungan atas dasar hukum nasional
ataupun hukum internasional sebagai hak prioritas untuk melaksanakan sendiri atau
secara bersama-sama invensi atau memberikan kuasa kepada orang lain untuk
melaksanakan. Perlindungan paten sangat perlu untuk ditegakkan. Selain itu,
Negara harus dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat sebagai penemu
untuk sungguh-sungguh menghasilkan Paten dan menjadikan sebagai pemenuhan
kesejahteraan. Undang-Undang Paten tidak menjelaskan secara rinci bagaimana
pemerintah dapat melaksanakan fungsi kontrolnya terhadap isi perjanjian mengenai
ruang lingkup pembatasan-pembatasan tersebut. Ketidakjelasan mengenai makna
dan ruang lingkup pembatasan oleh Kantor Paten sebagai wakil pemerintah dapat
saja disalahgunakan oleh pihak licensor. Pemberi teknologi dapat memanfaatkan
ketidakjelasan yang belum diatur oleh pemerintah dengan mengajukan dalih bahwa
perjanjian lisensi pada dasarnya adalah tunduk pada pasal 1338 KUHPerdata dan
pasal 1320 KUHPerdata yakni mendasarkan diri pada asas kebebasan berkontrak
untuk menentukan isi dan macam perjanjian.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan hukum paten ?

2. Apa saja aspek yang ada di dalam hukum paten ?

3. Apa saja jenis hukum paten ?

C. Tujuan

Hak paten memiliki berbagai fungsi penting terutama di lini bisnis, antara
lain : sebagai jaminan perlindungan hukum, menambah kepercayaan konsumen,
mengurangi plagiarisme, dan menghindari eksploitasi karya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paten

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan kepada
pihak lain. Namun Hak paten memiliki arti tersendiri yaitu bagian dari kekayaan
intelektual di mana menjadi satu bagian dari benda tidak berwujud.
kebendanaan yang bersifat khusus, memiliki sifat dan karakter yang sedikit
berbeda dengan hak kebendaan pada umumnya. Hak eksklusif atas suatu paten
tetap berada di tangan inventor atau pemegang hak paten selama inventor atau
pemegang hak paten tidak mengalihkan seluruh hak ekslusif dari investor atau
pemegang hak paten tersebut kepada penerima pengalihan hak paten. Hak
kebendaan pada hak paten
Hak paten adalah suatu hak khusus yang eksekutif berupa penemuan baru
yang dapat diterapkan dalam bidang perindustrian, yang diberikan selama waktu
tertentu, untuk melaksakan sendiri penemuan tersebut. Penemuan yang
dimaksud adalah suatu kegiatan pemecahan masalah uang spesifik di bidang
teknologi yang terdapat dalam wujud: proses, hasil produksi, penyempurnaan
dan pengembangan proses, penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi.
Pemberian paten pada dasarnya dilandasi oleh motivasi.

B. Peraturan Perundang-Undangan yang Mengatur tentang Paten

a. Undang –Undang (UU) Paten Republik indonesia


1) UU Nomor 13 Tahun 2016 tentang paten.
2) UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang paten

b. Peraturan Pemerintah (PP) Bidang paten


1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2004 tentang tata cara pelaksanaan paten oleh pemerintah
Ditetepkan tanggal 5 oktober 2004 dilakukan ,teteapi tanggal
Penerimaan atau tanggal prioritas permohonan.
c. Pelanggaran dan Sanksi
Pidana yang dijatuhkan kepad pelaku pelanggaran hak paten telah
Diatur dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2016, dalam pasal
161.berikut ini beberapa tindakan yang termasuk melanggar hak paten
dan sanksi yang dijatuhkan untuk pelakunya

C. Aspek Terkait Paten (lisensi, pelaksanaan paten oleh pemerintah)

a. Lisensi

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain
berdasar perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten
yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu. Lisensi wajib Lisensi
wajib adalah lisensi untuk melaksanakan paten yang diberikan, berdasarkan keputusan
DJHKI, atas dasar permohonan :

1. Setiap pihak dapat mengajukan permohonan lisensi wajib kepada DJHKI setelah lewat
jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal pemberian paten dengan
membayar biaya tertentu, dengan alasan bahwa paten yang bersangkutan tidak
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan sepenuhnya di Indonesia oleh pemegang paten;

2. Permohonan lisensi wajib dapat pula diajukan setiap saat setelah paten diberikan atas
dasar alasan bahwa paten telah dilaksanakan oleh pemegang paten atau pemegang
lisensinya dalam bentuk dan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat
3.Selain kebenaran alasan tersebut, lisensi wajib hanya dapat diberikan apabila:
Pemohon dapat menunjukan bukti yang meyakinkan bahwa ia:
 Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri paten yang bersangkutan
secara penuh
 Mempunyai sendiri fasilitas untuk melaksanakan paten yang bersangkutan
dengan secepatnya; 3. Telah berusaha mengambil langkah-Iangkah dalam
jangka waktu yang cukup untuk mendapatkan l.isensi dari pemegang paten atas
dasar persyaratan dan kondisi yang wajar, tetapi tidak mendapat hasil; dan
 DJHKI berpendapat bahwa paten tersebut dapat dilaksanakan di Indonesia
dalam skala ekonomi yang layak dan dapat memberikan manfaat kepada
sebagian besar masyarakat.
D. Jangka Waktu Perlindungan Paten
Perlindungan paten berlangsung selama 20 tahun sejak didaftarkan untuk paten
biasa dan 10 tahun sejak didaftarkan untuk paten sederhana. Perlindungan paten tidak
dapat diperpanjang dengan asumsi masa perlindungan paten tersebut diharapkan sudah
cukup dan dapat dimanfaatkan oleh inventor atau pihak lebih lanjut dalam memperoleh
manfaat ekonomi dari paten tersebut.

E. Prosedur Permohonan Paten


Paten merupakan bentuk perlindungan atas invensi teknologi yang harus
dimohonkan. Untuk itu ada beberapa persyaratan yang perlu disiapkan yaitu:
1. Surat kuasa khusus pemohon yang mendaftarkan invensinya melalui konsultan, wajib
untuk pemohon dari luar negeri.
2. Surat Pengalihan Hak dari inventor kepada pengelola HKI di instansinya jika
inventor dalam hal ini bukan sebagai pemohon.
3. Surat Pernyataan Kepemilikan Invensi dari Inventor.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam hal akibat hukum atas terjadinya pelanggaran hak paten, maka
orang lain selain pemegang hak Paten, tidak diperbolehkan membuat,
menggunakan, menjual produk yang diberi Paten. Namun apabila terjadi
pelanggaran Paten, seperti dalam Putusan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka Pemegang Paten dapat mengajukan gugatan ganti rugi kepada
Pengadilan Niaga. Selain dapat diselesaikan melalui Pengadilan Niaga, pihak
yang bersengketa dapat juga memilih menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase
atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dengan adanya pelanggaran Paten yang
dilakukan oleh orang lain yang melanggar atau menggunakan Paten, maka atas
permintaan pihak yang merasa dirugikan karena pelaksanaan Paten, Pengadilan
Niaga dapat menerbitkan surat penetapan yang segera dan efektif dengan tujuan
untuk mencegah berlanjutnya pelanggaran paten dan hak yang berkaitan dengan
Paten, khususnya mencegah masuknya barang yang diduga melanggar Paten dan
hak yang berkaitan dengan Paten ke dalam jalur perdagangan termasuk tindakan
importasi, untuk menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Paten dan
hak yang berkaitan dengan Paten tersebut guna menghendaki terjadinya
penghilangan barang bukti, serta untuk meminta kepada pihak yang merasa
dirugikan agar memberikan bukti yang menyatakan bahwa pihak tersebut
memang berhak atas Paten dan hak yang berkaitan pada Paten serta hak Pemohon
tersebut memang sedang dilanggar.

B. Saran
Pemerintah agar regulasi yang memberikan kewajiban kepada setiap
industri untuk melaksankan kegiatan new development dan design produk
dengan keharusan
Mujiyono dan Feriyanto. 2017. Buku Praktis Memahami dan Cara Memperoleh
Hak Kekayaan Intelektual. Yogyakarta: Sentra HKI LPPM Universitas
Negeri Yogyakarta.
Wibowo, M.H., D. Noviana, Adelyna, I.S. Siregar. 2012. Buku Panduan
Permohonan Paten dan PVT bagi Sivitas Akademika IPB. Bogor. IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai