Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HAK PATEN MESIN MOTOR BAJAJ DI TOLAK DI INDONESIA

NAMA : JOSHUA B.C. UBYAAN


NIM : 2019-21-372
KELAS : R6G

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PATTIMURA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini, saya menyadari bahwa
makalah yang saya buat ini jauh dari kata sempurnah.

Oleh sebab itu saya membutuhkan masukan dan kritik bahkan saran yang dapat saya
terima guna memperbaiki dan melengkapi makalah ini.

Akhir kata semoga makalah yang saya buat dapaat berguna bagi saya dan juga bagi
semua orang, amin.

Ambon, 28 April 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Motor Bajaj merupakan salah satu produk sepeda motor yang dikenal di kalangan
masyarakat Indonesia, bahkan desain yang dihasilkan menarik dan terlihat elegan. Namun, tidak
disangka hak paten teknologi mesin motor kebanggaan masyarakat India ini menjadi masalah di
Indonesia.

Bajaj Auto Limited sebagai produsen motor Bajaj menggugat Ditjen Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI), Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM). Sebab, permohonan
paten untuk sistem mesin pembakaran dalam dengan prinsip empat langkah ditolak dengan
alasan sudah dipatenkan terlebih dahulu oleh Honda Giken Kogyo Kabushiki Kaisha.

Kuasa hukum perusahaan Bajaj pun meminta agar hakim pengadilan membatalkan atas
penolakan permohonan terhadap kasus tersebut. Kasus tersebut bermula ketika Ditjen Haki
menolak permohonan pendaftaran paten Bajaj pada 30 Desember 2009 dengan alasan
ketidakbaruan dan tidak mengandung langkah inventif. Atas penolakan tersebut, Bajaj Auto
mengajukan banding ke Komisi Banding Paten. Namun Komisi Banding dalam putusannya pada
27 Desember 2010 sependapat dengan Direktorat Paten sehingga kembali menolak pendaftaran
paten tersebut. Hal tersebut dikarenakan prinsip motor Bajaj merupakan prinsip yang masih baru
berkembang.

Kesaksian dalam sidang tersebut, satu silinder jelas berbeda dengan dua silinder. Untuk
konfigurasi busi tidak menutup kemungkinan ada klaim yang baru terutama dalam silinder
dengan karakter lain. Namun, kebaruannya adalah ukuran ruang yang kecil. Dimana harus ada
busi dengan jumlah yang sama. Keunggulan dari Bajaj ini adalah bensin yang irit dan memiliki
emisi yang ramah lingkungan.

Ditjen HAKI punya catatan tersendiri sehingga menolak permohonan paten ini, yaitu
sistem ini telah dipatenkan di Amerika Serikat atas nama Honda Giken Kogyo Kabushiki Kaisha
dengan penemu Minoru Matsuda pada 1985. Lantas oleh Honda didaftarkan di Indonesia pada
28 April 2006. Namun dalih ini dimentahkan oleh Bajaj, karena telah mendapatkan hak paten
sebelumnya dari produsen negara aslanya, yaitu India.
Dari kasus diatas dapat dianalisa bahwa perusahaan Bajaj dimungkinkan kurang jeli
dalam masalah penggunaan mesin yang aman digunakan untuk konsumen. Walaupun
kenyataannya menurut perusahaan Bajaj tersebut menolak atas tuntutan yang diajukan oleh
Ditjen HAKI. Sebaiknya jika terbukti bersalah sebaiknya sesegera mungkin diberi solusi untuk
perbaikan mesin tersebut agar tidak terjadi masalah seperti pencabutan penjualan dan lainnya.
Namun jika pernyataan berbanding terbalik dari tuduhan awal, sebaiknya perusahaan tersebut
menunjukkan bukti fisik yang kuat dan tidak berdiam untuk enggan berkomentar, karena pada
asalnya dari negara produsen awal tidak terjadi masalah pada pemesinan tersebut.

Semoga kedepannya tidak terjadi pelanggaran hak paten khususnya bidang industri, dan
sebaiknya pencipta suatu teknologi wajib mematenkan hasil karyanya agar tidak terjadi
permasalahan yang menyebabkan merugi dan menurunkan image dari perusahaan yang
bersangkutan.

RUMUSAN MASALAH

1. Baimanakah akibat hukum bagi pelanggaran Hak Paten menurut Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2001 Tentang Paten?
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Hak Paten

Hak paten atau hak eksklusif merupakan hak kepemilikan yang diberikan pemerintah
bagi individu atas hasil karyanya dalam bidang teknologi selama waktu tertentu. Dengan kata
lain, hak ini merupakan mempersembahkan kebebasan kepada seseorang untuk menjalankan
sendiri penemuannya. Kebebasan ini juga sudah dilengkapi dengan perlindungan hukum
terhadap kemungkinan terjadinya peniruan oleh pihak-pihak tertentu. 

Dengan hak paten, penemu dapat memberikan wawasan pengetahuan untuk kemajuan
dalam masyarakat. Dalam paten dikenal istilah invensi dan inventor yang tentunya masih
memiliki pengertian dengan hak itu sendiri. Invensi merupakan ide yang berasal dari penemu
dalam bidang teknologi baik produk maupun pengembang dan penyempurnaannya.

Sedangkan inventor adalah orang yang memiliki ide spesifik dari bidang teknologi
tersebut. Inventor bisa seorang atau beberapa orang yang bekerja sama menghasilkan ide atau
produk teknologi untuk mengelola masalah.

Ide inilah yang kemudian dituangkan menjadi sebuah invensi (UU RI No. 14 tahun 2001
pasal 1 ayat 1) : Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas
hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Hak eksklusif memiliki jangka atau periode tertentu yang memiliki batas yakni sekitar 20
tahun. Masa berlaku tersebut sejak hak tersebut secara resmi oleh penemu dan diterima tidak bisa
diperpanjang masa berlakunya.

Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir
karena kemampuan intelektual manusia sebagimana ciri ciri masyarakat hukum adat . Adapun
syarat-syarat dapat dibuatnya Hak Paten.Syarat agar bisa mendapatkan hak paten ada tiga yaitu
penemuan tersebut merupakan penemuan baru. Yang kedua, penemuan tersebut diproduksi
dalam skala massal atau industrial.

Suatu penemuan teknologi, secanggih apapun, tetapi tidak dapat diproduksi dalam skala
industri (karena harganya sangat mahal atau tidak ekonomis), maka tidak berhak atas paten.
Yang ketiga, penemuan tersebut merupakan penemuan yang tidak terduga sebelumnya (non
obvious). Tentunya dalam Undang Undang selain diatur mengenai hak paten juga terdapat
hukuman bagi mereka yang melakukan pelanggaran hak paten seperti pada hukuman yang masih
rendah bagi koruptor sebagiamana pada hukuman pelanggaran ham ringan .
Ruang Lingkup Perlindungan Hak Paten

Ruang Lingkup Hak Paten

Mengenai ruang lingkup perlindungan paten di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No. 14
Tahun 2001 tentang paten, meliputi: penemuan yang dapat diberikan paten, penemuan yang tidak
dapat diberikan paten, subjek paten, hak dan kewajiban pemegang paten dan pengecualian
terhadap pelaksanaan paten. Mengenai penemuan yang dapat diberikan paten menurut Pasal 2
UU No. 14 Tahun 2001 menegaskan:

Paten diberikan untukinvensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan
kedalam industri;

Suatu invensi mengandung langkah inventif jika invensi tersebut bagi seseorang yang
mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat di duga
sebelumnya;

Penilaian bahwa suatu invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya harus
dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat permohonan itu diajukan dengan
hak prioritas.

Paten tidak diberikan untuk invensitentang:

proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,ketertiban umum atau
kesusilaan;

metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan pembedahan yang diterapkan terhadap manusia
atau hewan;

teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika;

semua makhluk hidup, kecuali jasad renik, proses biologis yang esensial untuk memproduksi
tanaman atau hewan.

Paten sebagaimana dimaksud di atas diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun
terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut tidak diperpanjang. Adapun untuk
untuk paten sederhana diberikan jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal
penerimaan dan jangka waktu tersebut juga dapat diperpanjang.
Permohonan Hak Paten

Paten diberikan berdasarkan atas permohonan dan setiap permohonan hanya dapat diajukan
untuk satu invensi atau beberapa invensi yang merupakan satu kesatuan invensi. Satu kesatuan
invensi adalah beberapa invensi yang baru dan masih memiliki keterkaitan langkah inventif yang
erat. Hal-hal yang harus dimuat dalam surat permohonan, yaitu:

1. tanggal, bulan, dan permohonan;

2. alamat lengkap dan alamat jenis permohonan;

3. nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;

4. nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;

5. surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa;

6. pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;

7. judul invensi;

8. klain yang terkandung dalam invensi;

deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara melaksanakan
invensi;

gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas invensi;

abstrak invensi.

Selanjutnya atas setiap permohonan paten akan diumumkan oleh pemerintah yang
dilakukan dengan menempatkannya dalam Berita Resmi Paten yang diterbitkan secara berkala
oleh Ditjen HAKI dan atau menempatkannya pada sarana khusus yang disediakan dengan mudah
serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat. Atas permohonan yang diajukan, Ditjen HAKI akan
memberikan keputusan untuk menyetujui atau menolak permohonan. Untuk paten akan
dikeluarkan keputusan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan.

Atas paten yang diberikan, akan diterbitkan sertifikat paten yang merupakan bukti hak
atas paten dan berlaku pada tanggal diberikannya sertifikat paten dan berlaku surut sejak tanggal
penerimaan. Terhadap permohonan paten yang ditolak dapat diajukan permohonan banding ke
Komisi Banding Paten paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat
pemberitahuan penolakan permohonan. Komisi Banding Paten merupakan badan khusus yang
independen dan berada di lingkungan Departemen Kehakiman.
Sebagimana 2 Sanksi Pelanggaran Hak Paten berdasarkan Undang Undang yang berlaku
di Indonesia.

1. Undang-undang  No.14  Tahun  2001 tentang Paten (UUP)

Pasal 130

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten dengan melakukan
salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

Pasal 131

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan
melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah).

Pasal 132

Barangsiapa dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (3), Pasal 40, dan Pasal 41 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun.

Pasal 133

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130, Pasal 131, dan Pasal 132 merupakan
delik aduan.

Pasal 134

Dalam hal terbukti adanya pelanggaran Paten, hakim dapat memerintahkan agar barang-barang
hasil pelanggaran Paten tersebut disita oleh Negara untuk dimusnahkan.

Pasal 135

Dikecualikan dari ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini adalah:

 mengimpor suatu produk farmasi yang dilindungi Paten di Indonesia dan produk tersebut
telah dimasukkan ke pasar di suatu negara oleh Pemegang Paten yang sah dengan syarat
produk itu diimpor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

 memproduksi produk farmasi yang dilindungi Paten di Indonesia dalam jangka waktu 2
(dua) tahun sebelum berakhirnya perlindungan Paten dengan tujuan untuk proses
perizinan kemudian melakukan pemasaran setelah perlindungan Paten tersebut berakhir.
2. Undang-Undang R.I. No.19 tahun 2002

Pada Undang-Undang R.I. No.19 tahun 2002, terjadi perubahan yang cukup signifikan yang
menyangkut sanksi pidana tersebut. Kalau pada Undang-Undang Hak Cipta No.12 tahun 1997
yang lalu, sanksi pidana hanya menentukan pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun tanpa
hukuman minimal, tapi pada Undang-Undang yang baru ini telah ditentukan hukuman minimal
atau singkat 1 (satu) bulan penjara dan maksimal 7 (tujuh) tahun penjara serta denda sebesar 5
(lima) milyar rupiah.

Berikut kutipkan ketentuan mengenai sanksi pidana atas pelanggaran Hak Cipta dalam Undang-
Undang R.I. No.19 tahun 2002 :

Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
4. Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
5. Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
6. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
7. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah)
8. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah).
9. Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah).
Pasal 73

1. Ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana Hak Cipta atau Hak Terkait serta alat
alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh Negara untuk
dimusnahkan.
2. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bidang seni dan bersifat unik, dapat
dipertimbangkan untuk tidak dimusnahkan.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Hak paten atau hak eksklusif merupakan hak kepemilikan yang diberikan pemerintah
bagi individu atas hasil karyanya dalam bidang teknologi selama waktu tertentu. Dengan kata
lain, hak ini merupakan mempersembahkan kebebasan kepada seseorang untuk menjalankan
sendiri penemuannya. Kebebasan ini juga sudah dilengkapi dengan perlindungan hukum
terhadap kemungkinan terjadinya peniruan oleh pihak-pihak tertentu. 

Dengan hak paten, penemu dapat memberikan wawasan pengetahuan untuk kemajuan
dalam masyarakat. Dalam paten dikenal istilah invensi dan inventor yang tentunya masih
memiliki pengertian dengan hak itu sendiri. Invensi merupakan ide yang berasal dari penemu
dalam bidang teknologi baik produk maupun pengembang dan penyempurnaannya.

Sedangkan inventor adalah orang yang memiliki ide spesifik dari bidang teknologi
tersebut. Inventor bisa seorang atau beberapa orang yang bekerja sama menghasilkan ide atau
produk teknologi untuk mengelola masalah.

Ide inilah yang kemudian dituangkan menjadi sebuah invensi (UU RI No. 14 tahun 2001
pasal 1 ayat 1) : Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas
hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Hak eksklusif memiliki jangka atau periode tertentu yang memiliki batas yakni sekitar 20
tahun. Masa berlaku tersebut sejak hak tersebut secara resmi oleh penemu dan diterima tidak bisa
diperpanjang masa berlakunya.

Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir
karena kemampuan intelektual manusia sebagimana ciri ciri masyarakat hukum adat . Adapun
syarat-syarat dapat dibuatnya Hak Paten.Syarat agar bisa mendapatkan hak paten ada tiga yaitu
penemuan tersebut merupakan penemuan baru. Yang kedua, penemuan tersebut diproduksi
dalam skala massal atau industrial.

Anda mungkin juga menyukai