Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA

Disusun oleh :

Yopan Falentino

1912011083

KELAS PERDATA II

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul KASUS PELANGGARAN
HAK CIPTA ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Yenni
Agustine M.R., S.H., M.H. pada Hukum Telematika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Hak Cipta bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
saya nantikan untuk mengembangkan kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 11 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Cipta ........................................................................................


B. Kasus Pelanggaran Hak Cipta ..........................................................................
C. Contoh Kasus Pelanggaran Hak Cipta ..............................................................
D. Undang-Undang terkait Kasus Hak Cipta……………………………………..

HAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dimuka bumi ini memiliki hak mutlak atas hasil kreasi atau karya yang
telah diciptakan dalam bentuk barang maupun dalam bentuk ide. Hak Mutlak yang dimiliki
karna setiap hasil kreasi dari hasil pikiran manusia itulah yang disebut hak cipta, yaitu hak
yang langsung dimiliki oleh seseorang yang telah berhasil mewujudkan hasil kreasi dari
pikirannya dalam bentuk ide maupun barang.

Namun seiring perkembangan zaman terdapat banyak masalah yang timbul terkait
masalah hak cipta. Banyaknya masalah ini membuat pemilik Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) dirugikan.

Dalam hal ini menyangkut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disusun rumusan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hak Cipta?
2. Apa saja pembatasan dalam Hak CIpta?
3. Kasus apa yang terkait dalam pelanggaran Hak Cipta?
4. Undang-Undang apa yang membahas terkait kasus Hak CIpta?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Hak Cipta
2. Memahami pembatasan dalam pelanggaran Hak Cipta
3. Memahami contoh kasus mengenai pelanggaran Hak CIpta
4. Mengetahui Undang-Undang yang membahas terkait Hak Cipta
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak CIpta

Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta
berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang
memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan
hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang
melakukannya.

Hak Cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
adalah hak yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan berpedoman pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 yang kemudian


telah disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta,
dapat disebutkan bahwa yang menjadi obyek Hak Cipta adalah karya-karya cipta
dibidang ilmu pengetahun, seni dan sastra (scientific, literary and artistic works). Setelah
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, maka ada penyempurnaan lagi dengan
dikeluarkanya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta.

Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, pengertian hak cipta adalah


hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
menunjukkan bahwa hak cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima
hak. Hanya namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususnya yang boleh
menggunakan hak cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lain
yang menggangu atau yang menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh
aturan hukum.
B. Batasan dalam Pelanggaran Hak Cipta

Akhir-akhir ini banyak terjadi pelanggaran terhadap hak cipta yang dilakukan
baik oleh seseorang secara pribadi maupun oleh badan hukum.Namun, disisi lain ada
kegiatan atau perlakuan terhadap suatu ciptaan yang diperbolehkan, yaitu sebagai berikut.

1. Pengutipan ciptaan pihak lain sampai sebanyak-banyaknya 10% dari kesatuan yang bulat
tiap ciptaan yang dikutip sebagai bahan untuk menguraikan masalah yang dikemukakan.
2. Pengambilan ciptaan pihak lain seluruhnya maupun sebagian untuk keperluan pembelaan
di dalam atau di luar pengadilan.
3. Pengambilan ciptaan pihak lain seluruhnya maupun sebagian untuk keperluan ceramah
yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan atau guna keperluan
pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran.
4. Perbanyakan suatu ciptaan dalam bidang ilmu, seni dan sastra dalam huruf braile guan
keperluan para tuna netra, kecuali juka perbanyakan tersebut bersifat komersial.
5. Perbanyakan suatu ciptaan secara terbatas dengan fotokopi atau proses yang serupa oleh
perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi
yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya.
6. Perubahan yang dilakukan atas karya arsitektur seperti ciptaan bangunan berdasarkan
pertimbangan pelaksanaan teknis.
7. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer atau komputer program oleh
pemilik program komputer atau komputer program yang dilakukan semata-mata untuk
digunakan sendiri.

Selain pembatasan tindakan terhadap hak cipta, maka tindakan terhadap


pengumuman suatu ciptaan melalui siaran radio atau televisi yang diselenggarakan oleh
pemerintah untuk kepentingan nasional maupun yang dilakukan oleh pihak swasta dapat
dilakukan tanpa perlu izin terlebih dahulu dari pemegang hak cipta, dengan ketentuan
kepada pemegang hak cipta akan ganti rugi yang layak.
C. Kasus Mengenai Pelanggaran Hak Cipta

Grup musik legendaris Nirvana menggugat Marc Jacobs International karena


dianggap menggunakan logo senyum Nirvana yang telah dipatenkan, seperti dilansir dari
Forbes. Dalam gugatan dijelaskan bahwa personel Nirvana mendiang Kurt Cobain
membuat logo ikonik tersebut pada 1991. Nirvana juga telah mematenkan desainnya
untuk digunakan seterusnya sejak 1992 untuk mengidentifikasi musik mereka.

Gugatan diajukan karena mereka merasa logo tersebut sudah menjadi simbol dan
diasosiasikan dengan Nirvana.Pada November 2018, Marc Jacobs meluncurkan koleksi
Redux Grunge Collection sekaligus merayakan kerja sama Jacobs bersama Perry Ellis
pada 1993.Beberapa item seperti kaos dan sweater "Bootleg Redux Grunge"
menggunakan logo senyum ikonik khas Nirvana tersebut dengan tulisan "Heaven
(Surga)" pada bagian atas logo.

Tak hanya itu, komplain Nirvana juga menyinggung bahwa Marc Jacobs telah
memasukkan Nirvana dalam kampanye marketingnya. Termasuk menggunakan lirik dari
salah satu lagu Nirvana dalam sebuah iklan dan mengunggah meme di laman resmi
Tumblr Marc Jacobs dengan klip lagu "Smells Like Teen Spirit".

Salah satu iklan bahkan menampilkan Jacobs menggunakan kaos tersebut di atas
kalimat "Come As You are", judul lagu Nirvana yang hit pada 1992.Nirvana menilai
kelakuan Marc Jacobs adalah sesuatu yang menindas, curang dan jahat. Membuat rasa
sakit mereka merasa sulit terobati.

Hal itu juga dianggap mengancam nilai-nilai lisensi Nirvana dengan lisensi
produk pakaian.Band asal Aberdeen, Washington itu kini sedang berupaya meminta ganti
rugi dan ganti rugi moneter melalui pengadilan distrik Amerika Serikat untuk Distrik
Kalifornia Pusat.

Untuk membuktikan pelanggaran, pemegang lisensi dalam hal ini Nirvana harus
menunjukkan lisensi valid dan bukti bahwa terlapor menggunakan logo tersebut secara
tidak sah.Mereka juga harus membuktikan bahwa pelanggaran yang dilakukan
menyertakan logo yang membuat kreasi dari kedua belah pihak mirip secara substansi.

D. Undang-Undang yang terkait Hak Cipta

Pencipta sekaligus Pemegang Hak Cipta atas desain grafis dari t-shirt tersebut.
Desain ini merupakan ciptaan yang dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta . Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti
lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase termasuk Ciptaan yang
dilindungi.Penggandaan dan Pembajakan Ciptaan Tanpa Izin.
Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta. Perbuatan pihak yang mempergunakan desain (grafis) dengan
menggandakan desain t-shirt tersebut kemudian menjualnya merupakan pelaksanaan hak
ekonomi yang seharusnya wajib mendapatkan izin terlebih dahulu.
Terkait ini, Pasal 9 ayat (3) UU Hak Cipta telah mengatur:

Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang
melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.

Sanksi pidana untuk penggandaan hak cipta (khususnya dalam bentuk pembajakan)
diatur dalam Pasal 113 ayat (3) dan (4) UU Hak Cipta:

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
.
dalam Pasal 31 UU Hak Cipta bahwa kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap
sebagai Pencipta yaitu orang yang namanya:
a. disebut dalam Ciptaan;
b. dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan;
c. disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan; dan/atau
d. tercantum dalam daftar umum Ciptaan sebagai Pencipta.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Hak cipta merupakan hak ekslusif, yang memberi arti bahwa selain pencipta
maka orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin penciptaan.
Yang dapat diambil dari pembahasan mengenai “Hak Kekayaan Intelektual
(HKI)” dengan kasus pelanggaran Hak Cipta Desaign kaos Logo senyum Nirvana
adalah dapat mengetahui bagaimana seharusnya sanksi pidana atas pelanggaran Hak
Cipta. Upaya dan penegakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelanggaran Hak
Cipta atau karya desaign antara lain dengan memperkuat kelembagaan hak cipta,
sosialisasi dan peningkatan kesadaran hukum masyrakat, dan penindakan hukum
terhadap pelanggaran hak Cipta.

B. Saran
Dengan adanya penelitian ini, disarankan kepada masyarakat agar mengetahui
pentingnya menghargai Hak Cipta atau karya orang lain dalam kehidupan. Pemerintah
harus memberikan sosialisasi kepada semua masyarakat untuk menghargai hasil karya
cipta seseorang. Pemerintah harus bertindak tegas untuk menghukum pelaku yang terlibat
dalam kasus pelanggaran hak cipta di Indonesia. Sehingga negara Indonesia ini dapat
mencapai tujuannya untuk menjadi bangsa yang lebih baik dari sebelumnya dalam segala
bidang.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/11/pengertian-hak-cipta-fungsi-ciri-ciri-sifat-
dasar-hukum.html

https://www.gurupendidikan.co.id/hak-cipta/

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6106/hak-cipta-desain-tshirt/

Anda mungkin juga menyukai