GURU PEMBIMBING
Suhartina KN, S.Pd
DISUSUN OLEH:
Nama: Azizah Nur Cahyani
Nis: 0044453961
Kelas: XI OTKP
No urut: 10
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Hak atas kekayaan intelektual tepat waktu.
Makalah Hak atas kekayaan intelektual disusun guna memenuhi tugas guru pada bidang
studi di sekolah. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang Hak atas kekayaan intelektual.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku guru mata pelajaran.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini
i
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................
C. TUJUAN.................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN............................................................................................................
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita sering mendengar isstlah hak merek,hak cipta, dan Hak Atas Kekayaan
intelektual (HAKI). Bahkan, sering kali kita mendengar berbagai kasus sengketa yang
berkaitan dengan segala hak tersebut. Hak kekayaan intelektual merupakan hak yang
dimiliki oleh seseorang berkaitan dengan ide, dan karyanya. HAKI merupakan hak
eksklusif yang di berikan negara kepada seseorang, sekelompok orang,maupun
lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari
kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakannya.
Sebenarnya sejarah keunculan HAKI ini sudah ada sejak lama. Pada tahun 1470 di
Venice, Italia sudah muncul Undang-undang mengenai HAKI, khususnya
menyangkut masalah hak paten. Kemudian pada tahun 1500-an, hukum-hukum
tentang hak paten tersebut di adopsi oleh kerajaan Inggris, sehinga lahir hukum
mengenai hak paten pertama di Inggris. Di indonesia sendiri HAKI mulai populer
sekitar tahun 2000-an hingga saat ini.
1
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi hak atas kekayaan intelektual (HaKI) secara singkat dapat diartikan
sebagai hak yang bersumber dari hasil kegiatan intelektual manusia, yang mana
memiliki manfaat ekonomi.
Hak ini bisa disebut sebagai hak yang eksklusif karena hanya diberikan khusus
kepada orang atau kelompok yang menciptakan karya cipta terkait. Melalui hak ini,
orang lain tidak dapat memanfaatkan secara ekonomis karya cipta milik orang lain
tanpa izin dari penciptanya.
Konsep dasar tentang HaKI berdasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang
telah diciptakan atau dihasilkan manusia memerlukan pengorbanan waktu, tenaga dan
biaya.
Pada intinya Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) atau Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) dan Intellectual Property Rights (IPR) adalah hak untuk menikmati
secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual.
Berdasarkan pengertian ini maka perlu adanya penghargaan atas hasil karya yang
telah dihasilkan yaitu perlindungan hukum bagi kekayaan intelektual tersebut.
Tujuannya adalah untuk mendorong dan menumbuhkembangkan semangat terus
berkarya dan mencipta.
2
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di Indonesia
telah ada sejak tahun 1840-an. Pemerintah Kolonial Belanda memperkenalkan
undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844. Selanjutnya,
Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek (1885), UU Paten (1910), dan UU
Hak Cipta (1912). Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-
Indies telah menjadi anggota Paris Convention for the Protection of Industrial
Property sejak tahun 1888 dan anggota Berne Convention for the Protection of
Literary and Aristic Works sejak tahun 1914. Pada jaman pendudukan Jepang yaitu
tahun 1942 s.d. 1945, semua peraturan perundang-undangan di bidang HKI tersebut
tetap berlaku.
Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun 1982 tentang
Hak Cipta ( UU Hak Cipta 1982) untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan
Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan
melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni
dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.
Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HKI di tanah air. Pada
tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang HKI
melalui Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan sebutan Tim Keppres
34). Tugas utama Tim Keppres 34 adalah mencangkup penyusunan kebijakan
nasional di bidang HKI, perancangan peraturan perundang-undangan di bidang HKI
dan sosialisasi sistem HKI di kalangan instansi pemerintah terkait, aparat penegak
hukum dan masyarakat luas. Tim Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah
terobosan, antara lain dengan mengambil inisiatif baru dalam menangani perdebatan
nasional tentang perlunya sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34
merevisi kembali RUU Paten yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya
pada tahun 1989 Pemerintah mengesahkan UU Paten.
4
Menyusuli pengesahan UU No. 7 tahun 1987 Pemerintah Indonesia menandatangani
sejumlah kesepakatan bilateral di bidang hak cipta sebagai pelaksanaan dari UU
tersebut.
Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui RUU tentang
Paten, yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 tahun 1989 (UU Paten 1989)
oleh Presiden RI pada tanggal 1 November 1989. UU Paten 1989 mulai berlaku
tanggal 1 Agustus 1991. Pengesahan UU Paten 1989 mengakhiri perdebatan panjang
tentang seberapa pentingnya sistem paten dan manfaatnya bagi bangsa Indonesia.
Sebagaimana dinyatakan dalam pertimbangan UU Paten 1989, perangkat hukum di
bidang paten diperlukan untuk memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan
suatu iklim yang lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi. Hal ini disebabkan
karena dalam pembangunan nasional secara umum dan khususnya di sektor indusri,
teknologi memiliki peranan sangat penting. Pengesahan UU Paten 1989 juga
dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan mempermudah masuknya teknologi
ke dalam negeri. Namun demikian, ditegaskan pula bahwa upaya untuk
mengembangkan sistem KI, termasuk paten, di Indonesia tidaklah semata-mata
karena tekanan dunia internasional, namun juga karena kebutuhan nasional untuk
menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang efektif.
5
Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan
perundang-undangan di bidang KI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun
1982, UU Paten 1989, dan UU Merek 1992.
Di penghujung tahun 2000, disahkan tiga UU baru di bidang KI, yaitu UU No. 30
tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri
dan UU No 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
1. Hak cipta
2. Hak paten
Menurut Undang-undang Nomor 14/2001 pasal 1 ayat 1, Hak Paten
adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas
hasil penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
6
dalam melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau dengan membuat
persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Paten hanya
diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan suatu penemuan
(baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan penemuan adalah
kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi, hal yang
dimaksud berupa proses, hasil produksi, penyempurnaan dan
pengembangan proses, serta penyempurnaan dan pengembangan hasil
produksi.
3. Hak merek
4. Desain industri
7
tanggal penerimaan permohonan Desain Industri ke Kantor Ditjen Hak
Kekayaan Intelektual.
Desain Industri adalah cabang HKI yang melindungi penampakan
luar suatu produk. Sebelum perjanjian TRIPS lahir, desain industri
dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta. Namun karena
perkembangan desain yang sangat pesat, maka perlu dibuatkan UU
Khusus yang mengatur tentang desain industri.
5. Rahasia dagang
Haki kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (UU & wewenang menurut
hukum).
Kekayaan hal-hal yang bersifat ciri yang menjadi milik orang.
Kekayaan intelektual kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia
(karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra) – dihasilkan atas
kemampuan intelektual pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan
tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh “produk” baru dengan landasan
kegiatan penelitian atau yang sejenis2.
8
D. Tujuan Hak Kekayaan Intelektual
Hak ata Kekayaan Intelektual penting untuk diketahui dan diterapkan selain untuk
melindungi hak ekonomis milik pencipta karya, terdapat manfaat lain dari penerapan
HaKI.
Sebagai perlindungan hukum kepada pencipta, juga terhadap hasil cipta karya
serta nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya. Juga sebagai sebuah
perlindungan akan aset berharga yang dipunyai perorangan ataupun kelompok
dalam bentuk hasil karya.
Mengantisipasi adanya pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual orang lain.
Meningkatkan kompetisi dan juga memperluas pangsa pasar, khususnya dalam hal
komersialisasi kekayaan intelektual. Hal ini mungkin timbul, karena dengan
adanya HaKI, akan memberikan motivasi kepada para pencipta, industri dan
masyarakat luas untuk dapat berkarya dan berinovasi, serta mendapatkan apresiasi
dari ciptaannya tersebut.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi penelitian, industri dan
juga usaha di Kawasan Indonesia
Pengaturan HAKI secara pokok (dalam UU) dapat dikatakan telah lengkap
dan memadai. Dikatakan lengkap, karena menjangkau ke-7 jenis HAKI yang telah
disebutkan di atas. Dikatakan memadai, karena dalam kaitannya dengan kondisi dan
kebutuhan nasional, dengan beberapa catatan, tingkat pengaturan tersebut secara
substantif setidaknya telah memenuhi syarat minimal yang ditentukan pada Perjanjian
Internasional yang pokok di bidang HAKI.
9
Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 6
Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1987
tentang Hak Cipta
Undang-undang No. 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 6
Tahun 1989 tentang Paten
Undang-undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 19
Tahun 1992 tentang Merek
Selain ketiga undang-undang tersebut di atas, undang-undang HAKI yang menyangkut ke-7
HAKI antara lain:
6) Undang-undang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hak kekayaan intelektual melindungi dan menghargai kreatifitas
intelektual seseorang. Adanya hukum yang mengatur hak kekayaan
intelektual setidaknya dapat membatasi maraknya sistem pembajakan di
Indonesia ini yang semakin lama semakin meningkat. Padahal hukum
yang mengatrur Hak kekayaan intelektual sudah sejak lama ada sejak
pada zaman penjajahan belanda. Regenerasi atau transformasi hukum
yang mengatur hak atas kekayaan intelektual ini, untuk semakin
meningkan kesadaran manusia untuk lebih menghargai karya orang lain
dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Dengan
meningkatnya kreatifitas tiap individu Hak kekayaan intelektual tidak
hanya menjadi sebuah hukum yang abstrak saja. Tetapi bisa menjadi
motivasi tiap individu untuk berlomba-lomba mengahasilkan karya-karya
yang terbaik yang dapat dijual di masayrakat, jadi secara tidak langsung
kejahatan terhadap hak kekayaan intelektual seperti pembajakan pun
akan hilang dan setiap masyarakat akan menghargai jerih payah
seseorang menciptakan sesuatu yang bermakna
11
12