Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

GURU PEMBIMBING
Suhartina KN, S.Pd

DISUSUN OLEH:
Nama: Azizah Nur Cahyani
Nis: 0044453961
Kelas: XI OTKP
No urut: 10

SMK DARUSSALAM MAKASSAR


2020/2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Hak atas kekayaan intelektual tepat waktu.
Makalah Hak atas kekayaan intelektual disusun guna memenuhi tugas guru pada bidang
studi di sekolah. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang Hak atas kekayaan intelektual.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku guru mata pelajaran.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini

Makassar, 21 Oktober 2020

Azizah Nur Cahyani

i
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................

C. TUJUAN.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL...................................................................

B. MACAM-MACAM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL..................................

C. KONSEP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL..................................................

D. TUJUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL..................................................

E. PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL.......................................

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN............................................................................................................

ii
1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita sering mendengar isstlah hak merek,hak cipta, dan Hak Atas Kekayaan
intelektual (HAKI). Bahkan, sering kali kita mendengar berbagai kasus sengketa yang
berkaitan dengan segala hak tersebut. Hak kekayaan intelektual merupakan hak yang
dimiliki oleh seseorang berkaitan dengan ide, dan karyanya. HAKI merupakan hak
eksklusif yang di berikan negara kepada seseorang, sekelompok orang,maupun
lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari
kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakannya.

Sebenarnya sejarah keunculan HAKI ini sudah ada sejak lama. Pada tahun 1470 di
Venice, Italia sudah muncul Undang-undang mengenai HAKI, khususnya
menyangkut masalah hak paten. Kemudian pada tahun 1500-an, hukum-hukum
tentang hak paten tersebut di adopsi oleh kerajaan Inggris, sehinga lahir hukum
mengenai hak paten pertama di Inggris. Di indonesia sendiri HAKI mulai populer
sekitar tahun 2000-an hingga saat ini.

Keberadaan HAKI dapat melindungi kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual


merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti
teknologi,pengetahuan,seni,sastra,gubahan,lagu,karya tulis,karikatur,dan lain-lain
yang berguna untuk manusia. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa HAKI
adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif daya berpikir manusia yang
mengekspresikan kepada khalayak humas dalam berbagai bentuk, yang memiliki
manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia,juga mempunyai nilai
ekonomis yang melindungi karya-karya intelektual manusia tersebut.

1
1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang di maksud dengan Hak kekayaan intelektual?

2. Jelaskan macam-macam Hak kekayaan intelektual?

3. Jelaskan konsep Hak kekayaan intelektual?

4. Sebutkan tujuan Hak kekayaan intelektual?

5. Jelaskan pengaturan Hak kekayaan intelektual?

C. TUJUAN

1. Bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hak kekayaan


intelektual.

2. Bertujuan untuk mengetahui macam-macam Hak kekayaan intelektual.

3. Bertujuan untuk memahami konsep Hak kekayaan intelektual.

4. Bertujuan untuk mengetahui tujuan dari Hak kekayaan intelektual.

5. Bertujuan untuk memahami pengaturan Hak kekayaan intelektual.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hak Kekayaan Intelektual


a. Definisi Hak Kekayaan Intelektual

Definisi hak atas kekayaan intelektual (HaKI) secara singkat dapat diartikan
sebagai hak yang bersumber dari hasil kegiatan intelektual manusia, yang mana
memiliki manfaat ekonomi.
Hak ini bisa disebut sebagai hak yang eksklusif karena hanya diberikan khusus
kepada orang atau kelompok yang menciptakan karya cipta terkait. Melalui hak ini,
orang lain tidak dapat memanfaatkan secara ekonomis karya cipta milik orang lain
tanpa izin dari penciptanya.

Konsep dasar tentang HaKI berdasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang
telah diciptakan atau dihasilkan manusia memerlukan pengorbanan waktu, tenaga dan
biaya.

Pada intinya Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) atau Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) dan Intellectual Property Rights (IPR) adalah hak untuk menikmati
secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual.

Berdasarkan pengertian ini maka perlu adanya penghargaan atas hasil karya yang
telah dihasilkan yaitu perlindungan hukum bagi kekayaan intelektual tersebut.
Tujuannya adalah untuk mendorong dan menumbuhkembangkan semangat terus
berkarya dan mencipta.

b. Sejarah Hak Kekayaan Intelektual

2
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di Indonesia
telah ada sejak tahun 1840-an. Pemerintah Kolonial Belanda memperkenalkan
undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844. Selanjutnya,
Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek (1885), UU Paten (1910), dan UU
Hak Cipta (1912). Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-
Indies telah menjadi anggota Paris Convention for the Protection of Industrial
Property sejak tahun 1888 dan anggota Berne Convention for the Protection of
Literary and Aristic Works sejak tahun 1914. Pada jaman pendudukan Jepang yaitu
tahun 1942 s.d. 1945, semua peraturan perundang-undangan di bidang HKI tersebut
tetap berlaku.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan


kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945,
seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda tetap berlaku
selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU peningggalan
Belanda tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang
dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam
UU Paten peninggalan Belanda, permohonan paten dapat diajukan di kantor paten
yang berada di Batavia ( sekarang Jakarta ), namun pemeriksaan atas permohonan
paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda.

Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang


merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang paten, yaitu
Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur tentang pengajuan
semetara permintaan paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri Kehakiman No.
J.G. 1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan paten luar
negeri.

Pada tanggal 11 Oktober 1961 pemerintah RI mengundangkan UU No. 21 tahun


1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961) untuk
menggantikan UU Merek kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang merupakan
undang-undang Indonesia pertama di bidang HKI. Berdasarkan pasal 24, UU No. 21
Th. 1961, yang berbunyi "Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Merek
1961 dan mulai berlaku satu bulan setelah undang-undang ini diundangkan".
Undang-undang tersebut mulai berlaku tanggal 11 November 1961. Penetapan UU
3
Merek 1961 dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari barang-barang
tiruan/bajakan. Saat ini, setiap tanggal 11 November yang merupakan tanggal
berlakunya UU No. 21 tahun 1961 juga telah ditetapkan sebagai Hari KI Nasional.

Pada tanggal 10 Mei1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris [Paris Convention


for the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967)] berdasarkan
Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris
saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi) terhadap
sejumlah ketentuan,yaitu Pasal 1 s.d. 12, dan Pasal 28 ayat (1).

Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun 1982 tentang
Hak Cipta ( UU Hak Cipta 1982) untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan
Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan
melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni
dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.

Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HKI di tanah air. Pada
tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang HKI
melalui Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan sebutan Tim Keppres
34). Tugas utama Tim Keppres 34 adalah mencangkup penyusunan kebijakan
nasional di bidang HKI, perancangan peraturan perundang-undangan di bidang HKI
dan sosialisasi sistem HKI di kalangan instansi pemerintah terkait, aparat penegak
hukum dan masyarakat luas. Tim Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah
terobosan, antara lain dengan mengambil inisiatif baru dalam menangani perdebatan
nasional tentang perlunya sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34
merevisi kembali RUU Paten yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya
pada tahun 1989 Pemerintah mengesahkan UU Paten.

Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 7 tahun 1987


sebagai perubahan atas UU No. 12 tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam penjelasan
UU No. 7 tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa perubahan atas UU No. 12
tahun 1982 dilakukan karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta yang
dapat membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat.

4
Menyusuli pengesahan UU No. 7 tahun 1987 Pemerintah Indonesia menandatangani
sejumlah kesepakatan bilateral di bidang hak cipta sebagai pelaksanaan dari UU
tersebut.

Pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 di tetapkan pembentukan


Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek (DJ HCPM) untuk mengambil alih
fungsi dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta yang merupakan salah satu unit
eselon II di lingkungan Direktorat Jendral Hukum dan Perundang-undangan,
Departemen Kehakiman.

Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui RUU tentang
Paten, yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 tahun 1989 (UU Paten 1989)
oleh Presiden RI pada tanggal 1 November 1989. UU Paten 1989 mulai berlaku
tanggal 1 Agustus 1991. Pengesahan UU Paten 1989 mengakhiri perdebatan panjang
tentang seberapa pentingnya sistem paten dan manfaatnya bagi bangsa Indonesia.
Sebagaimana dinyatakan dalam pertimbangan UU Paten 1989, perangkat hukum di
bidang paten diperlukan untuk memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan
suatu iklim yang lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi. Hal ini disebabkan
karena dalam pembangunan nasional secara umum dan khususnya di sektor indusri,
teknologi memiliki peranan sangat penting. Pengesahan UU Paten 1989 juga
dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan mempermudah masuknya teknologi
ke dalam negeri. Namun demikian, ditegaskan pula bahwa upaya untuk
mengembangkan sistem KI, termasuk paten, di Indonesia tidaklah semata-mata
karena tekanan dunia internasional, namun juga karena kebutuhan nasional untuk
menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang efektif.

Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 tahun 1992


tentang Merek (UU Merek 1992), yang mulai berlaku tanggal 1 April 1993. UU
Merek 1992 menggantikan UU Merek 1961. Pada tanggal 15 April 1994 Pemerintah
RI menandatangani Final Act Embodying the Result of the Uruguay Round of
Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade Related
Aspects of Intellectual Property Rights(Persetujuan TRIPS).

5
Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan
perundang-undangan di bidang KI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun
1982, UU Paten 1989, dan UU Merek 1992.

Di penghujung tahun 2000, disahkan tiga UU baru di bidang KI, yaitu UU No. 30
tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri
dan UU No 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Dalam upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundang-undangan di bidang


KI dengan Persetujuan TRIPS, pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia mengesahkan
UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, dan UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek.
Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait. Pada pertengahan
tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif
satu tahun sejak diundangkannya.

B. Macam-macam Hak Kekayaan Intelektual

1. Hak cipta

     Hak Cipta adalah Hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan


ciptaannya atau memperbanyak ciptaannya. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 19/2002 Pasal 1 ayat 1 mengenai Hak Cipta :
         Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hak cipta termasuk kedalam
benda immateriil, yang dimaksud dengan hak milik immateriil adalah hak
milik yang objek haknya adalah benda tidak berwujud (benda tidak bertubuh).
Sehingga dalam hal ini bukan fisik suatu benda atau barang yang di hak
ciptakan, namun apa yang terkandung di dalamnya yang memiliki hak cipta.

2. Hak paten
      Menurut Undang-undang Nomor 14/2001 pasal 1 ayat 1, Hak Paten
adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas
hasil penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu

6
dalam melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau dengan membuat
persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Paten hanya
diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan suatu penemuan
(baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan penemuan adalah
kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi, hal yang 
dimaksud berupa proses, hasil produksi, penyempurnaan dan
pengembangan proses, serta penyempurnaan dan pengembangan hasil
produksi.

3. Hak merek

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15/2001 pasal 1 ayat 1, hak


merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa. Merek merupakan tanda yang digunakan untuk
membedakan produk/jasa tertentu dengan produk/jasa yang sejenis
sehingga memiliki nilai jual dari pemberian merek tersebut.

4. Desain industri

Desain industri (bahasa Inggris: Industrial design) adalah seni


terapan di mana estetika dan usability(kemudahan dalam menggunakan
suatu barang) suatu barang disempurnakan. Desain industri
menghasilkan kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna atau garis dan warna atau gabungannya,
yang berbentuk 3 atau 2 dimensi, yang memberi kesan estetis, dapat
dipakai untuk menghasilkan produk, barang, komoditas industri
atau kerajinan tangan. Sebuah karya desain dianggap sebagai kekayaan
intelektual karena merupakan hasil buah pikiran dan kreatifitas dari
pendesainnya, sehingga dilindungi hak ciptanya oleh pemerintah
melalui Undang-Undang No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri.
Kriteria desain industri adalah baru dan tidak melanggar agama,
peraturan perundangan, susila, dan ketertiban umum. Jangka waktu
perlindungan untuk desain industri adalah 10 tahun terhitung sejak

7
tanggal penerimaan permohonan Desain Industri ke Kantor Ditjen Hak
Kekayaan Intelektual.
     Desain Industri adalah cabang HKI yang melindungi penampakan
luar suatu produk. Sebelum perjanjian TRIPS lahir, desain industri
dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta. Namun karena
perkembangan desain yang sangat pesat, maka perlu dibuatkan UU
Khusus yang mengatur tentang desain industri.

5. Rahasia dagang

Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di


bidang teknologi dan/ atau bisnis dimana mempunyai nilai ekonomis
karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh
pemilik rahasia dagang.
Lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode
pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi
dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh
masyarakat umum.

C. Konsep Hak Kekayaan Intelektual

Setiap hak yang termasuk kekayaan intelektual memiliki konsep yang


bernama konsep HAKI. Berikut ini merupakan konsep HAKI:

 Haki kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (UU & wewenang menurut
hukum).
 Kekayaan hal-hal yang bersifat ciri yang menjadi milik orang.
 Kekayaan intelektual kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia
(karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra) – dihasilkan atas
kemampuan intelektual pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan
tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh “produk” baru dengan landasan
kegiatan penelitian atau yang sejenis2.

8
D. Tujuan Hak Kekayaan Intelektual

Hak ata Kekayaan Intelektual penting untuk diketahui dan diterapkan selain untuk
melindungi hak ekonomis milik pencipta karya, terdapat manfaat lain dari penerapan
HaKI.

 Sebagai perlindungan hukum kepada pencipta, juga terhadap hasil cipta karya
serta nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya. Juga sebagai sebuah
perlindungan akan aset berharga yang dipunyai perorangan ataupun kelompok
dalam bentuk hasil karya.
 Mengantisipasi adanya pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual orang lain.
 Meningkatkan kompetisi dan juga memperluas pangsa pasar, khususnya dalam hal
komersialisasi kekayaan intelektual. Hal ini mungkin timbul, karena dengan
adanya HaKI, akan memberikan motivasi kepada para pencipta, industri dan
masyarakat luas untuk dapat berkarya dan berinovasi, serta mendapatkan apresiasi
dari ciptaannya tersebut.
 Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi penelitian, industri dan
juga usaha di Kawasan Indonesia

E. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual

Pengaturan HAKI secara pokok (dalam UU) dapat dikatakan telah lengkap
dan memadai. Dikatakan lengkap, karena menjangkau ke-7 jenis HAKI yang telah
disebutkan di atas. Dikatakan memadai, karena dalam kaitannya dengan kondisi dan
kebutuhan nasional, dengan beberapa catatan, tingkat pengaturan tersebut secara
substantif setidaknya telah memenuhi syarat minimal yang ditentukan pada Perjanjian
Internasional yang pokok di bidang HAKI.

Sejalan dengan masuknya Indonesia sebagi anggota WTO/TRIP’s dan


diratifikasinya beberapa konvensi internasional di bidang HAKI sebagaimana
dijelaskan pada pengaturan HAKI di internasional tersebut di atas, maka Indonesia
harus menyelaraskan peraturan perundang-undangan di bidang HAKI. Untuk itu, pada
tahun 1997 Pemerintah merevisi kembali beberapa peraturan perundangan di bidang
HAKI, dengan mengundangkan:

9
 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 6
Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1987
tentang Hak Cipta
 Undang-undang No. 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 6
Tahun 1989 tentang Paten
 Undang-undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 19
Tahun 1992 tentang Merek

Selain ketiga undang-undang tersebut di atas, undang-undang HAKI yang menyangkut ke-7
HAKI antara lain:

1) Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

2) Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten

3) Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merk

4) Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

5) Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

6) Undang-undang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

7) Undang-undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman

        Dengan pertimbangan masih perlu dilakukan penyempurnaan terhadap undang-undang


tentang hak cipta, paten, dan merek yang diundangkan tahun 1997, maka ketiga undang-
undang tersebut telah direvisi kembali pada tahun 2001. Selanjutnya telah diundangkan:

 Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten


 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek (khusus mengenai revisi UU
tentang Hak Cipta saat ini masih dalam proses pembahasan di DPR)

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hak kekayaan intelektual melindungi dan menghargai kreatifitas
intelektual seseorang. Adanya hukum yang mengatur hak kekayaan
intelektual setidaknya dapat membatasi maraknya sistem pembajakan di
Indonesia ini yang semakin lama semakin meningkat. Padahal hukum
yang mengatrur Hak kekayaan intelektual sudah sejak lama ada sejak
pada zaman  penjajahan belanda. Regenerasi atau transformasi hukum
yang mengatur hak atas kekayaan intelektual ini, untuk semakin
meningkan kesadaran manusia untuk lebih menghargai karya orang lain
dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Dengan
meningkatnya kreatifitas tiap individu Hak kekayaan intelektual tidak
hanya menjadi sebuah hukum yang abstrak saja. Tetapi bisa menjadi
motivasi tiap individu untuk berlomba-lomba mengahasilkan karya-karya
yang terbaik yang dapat dijual di masayrakat, jadi secara tidak langsung
kejahatan terhadap hak kekayaan intelektual seperti pembajakan pun
akan hilang dan setiap masyarakat akan menghargai jerih payah
seseorang menciptakan sesuatu yang bermakna

11
12

Anda mungkin juga menyukai