Dosen Pengampu:
PRIMA AJI PUTRA, M. PD
Disusun oleh
kelompok 11:
Muhammad Iqbal Saputra 1911030348
Yuni adisti putri 1911030440
Kelas : H
Manajemen Pendidikan Islam
Bismillahhirrahmannirrohiim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kesempatan dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ni dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Rasa
terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Hukum Bisnis Pendidikan bapak
Prima Aji Putra M.Pd. yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
Sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu. Kami pun menyadari
dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah ini
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang
telah kami buat ini dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat kepada setiap
pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Kesimpulan ........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak yang berkenaan dengan kekayaan
yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. Kemampuan tersebut dapat
berupa karya dibidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Konsepsi
mengenai hak kekayaan intelektual didasarkan pada pemikiran bahwa karya
intelektual yang telah dihasilkan manusia memerlukan pengorbana tenaga, waktu, dan
biaya. Dengan adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang telah dihasilkan
memiliki nilai ekonomi karena manfaat yang dapat dinikmati.
Secara garis besar ruang lingkup hak kekayaan intelektual dibagi menjadi dua,
yaitu hak cipta dan hak kekayaan industri. Hak cipta terdiri dari ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra. Hak kekayaan industri terdiri dari paten, merek, desain industri,
desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, dan perlindungan varietas tanaman.
Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Keberagaman dan
kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung
jumlahnya. Warisan budaya merupakan bagian dari keberagaman dan kekhasan yang
dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia.
Salah satu warisan budaya tradisional adalah batik Girilayu yang terletak di Desa
Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Batik Girilayu salah satu sentra
industri pengrajin batik yang ada turun temurun, dimana sentra pembatikan di Desa
Girilayu sudah ada sejak zaman Mangkunegaran I. Karena itulah, hingga saat ini
motif batik Girilayu dipengaruhi gaya membatik khas Mangkunegaran, baik teknik
pembuatan, bahan, pewarnaan, sampai motif yang digunakan. Jenis pembuatan batik
yang ada di Desa Girilayu adalah batik tulis, dimana batik tulis membutuhkan
ketelitian dan ketekunan yang tinggi pada saat membuat pola, pembatikan,
pewarnaan, hingga penyempurnaan.
Sejarah batik Girilayu sendiri pada waktu itu Raja Mangkunegaran memiliki selir
yang mempunyai keahlian dalam membuat batik, lalu warga Desa Girilayu khususnya
1
kaum perempuan diajarkan bagaimana caranya untuk membuat batik, dan keahlian
tersebut diajarkan turun temurun hingga saat ini. Desa Girilayu sudah membuat motif
batik beranekaragam, baik dari motif batik Tradisional hingga Batik Kontemporer.
Pemerintah Kabupaten Karanganyar sendiri sudah mengakui bahwa Desa Girilayu
memiliki ciri khas dalam membuat batik, hampir seluruh warga Desa batik Girilayu
dari anak kecil hingga orang dewasa dapat membuat batik.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Sejarah Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia?
2. Apa Itu Istilah dan Definisi Hak Kekayaan Intelektual?
3. Apa Saja Ruang lingkup Hak Kekayaan Intelektual?
4. Apa Perundangan Hak Kekayaan Intelektual?
5. Apa Saja Sistem dan Prinsip Hak Kekayaan Intelektual?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah Hak Kekayaan intelektual di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa itu Istilah dan definisi hak kekayaan intelektual.
3. Untuk mengetahui Apa saja ruang lingkup Hak kekayaan intelektual.
4. Untuk mengetahui Perundang undangan hak kekayaan intelektual.
5. Untuk mengetahui Sistem dan prinsip apa saja yang ada di hak kekayaan
intelektual.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin.Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum.(Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,2005).h.77
3
No. J.G. 1/2/17. Yang mengatur tentang Pengajuan Sementara Permintaan Paten Luar
Negeri.
Hak kekayaan intelektual, disingkat “HKI” atau akronim “HaKI” adalah padanan
kata yang biasa digunakan untuk intellectual property rights (IPR), yaitu hak yang
timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang
berguna untuk manusia. Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah
karya-karya yang timbul atau lahir kerena kemampuan intelektual manusia (Dirjen
HKI dan EC-ASEAN Cooperation on Intellectual Property Rights (ECAP II) , 2006:
7) Hak kekayaan intelektual (HKI) merupakan hak milik yang berasal dari
kemampuan intelektual yang diekspresikan dalam bentuk ciptaan hasil kreativitas
melalui berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, desain, dan
sebagainya. Dengan demikian, hak ini lahir karena kemampuan intelektual manusia.
Hak kekayaan intelektual (HKI) adalah istilah umum dari hak eksklusif yang
diberikan sebagai hasil yang diperoleh dari kegiatan intelektual manusia dan sebagai
4
tanda yang digunakan dalam kegiatan bisnis, dan termasuk ke dalam hak tak
berwujud yang memiliki nilai ekonomis.2
Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan
yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. HKI dikategorikan
sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya menghasilkan karya-karya
intelektual berupa; pengetahuan, seni, sastra, teknologi dimana dalam
mewujudkannya membutuhkan pengorbanan tenaga, waktu, biaya dan pikiran.
Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya intelektual tersebut menjadi memiliki
nilai. Apabila ditambah dengan menfaat ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai
ekonomi yang melekat menumbuhkan konsepsi kekayaan (property) terhadap karya-
karya intelektual tadi (Budi Agus Riswadi dan M. Syamsudin, 2005: 31).
2
Budi Agus Riswandi dan Siti Sumartinah. Masalah-Masalah HAKI kontemporer. (Yogyakarta:
Gitanagari.2006).h.68
5
C. Ruang lingkup Hak Kekayaan Intelektual
Untuk literary, artistic dan scientific works berada pada lingkup hak cipta. Untuk
performance of performing artists, Phonograms dan boardcasts biasanya disebut
sebagai hak terkait (related rights). Sedangkan invensi, desain industri, mereka berada
Pada bagian hak milik perindustrian. Khusus klafikikasi HKI menurut Pasal 1
Konvensi Paris dapat Dirinci sebagai berikut:
1) Patent;
2) Utility models;
3) Industrial designs;
4) Trademarks;
5) Servicemarks;
6) Tradenames;
7) Indications of source or appletations if origin;
8) The rpression of unfair competition.
Klasifikasi HKI pasca putaran Uruguay tertuang dalam suatu Persetujuan yang
disebut dengan TRIPs. Hal ini lebih khusus lagi Diatur pada Part II tentang Standarts
Concerning the Availablity, Scope and Use of Intellectual Property Rights.3
3
Boer Mauna. Pengantar Hukum Internasional. (Jakarta : Sinar Grafika,2003).h.87
6
Lebih lengkapnya lagi Klasifikasi HKI berdasarkan TRIPs terdiri dari:
Pada dasarnya, HKI digolongkan dalam dua bagian, pertama Adalah hak cipta dan
hak-hak yang terkait dengan hak cipta (neighboring rights). Hak cipta lahir sejak
ciptaan di bidang ilmu Pengetahuan, seni dan sastra diwujudkan, sedangkan
neighboring Rights diberikan kepada pelaku pertunjukan, produser rekaman suara dan
lembaga penyiaran yang terwujud karena adanya suatu kegiatan Yang berhubungan
dengan hak cipta.
Kedua adalah hak kepemilikan industri (industrial property Rights) yang khusus
berkenaan dengan industri. Sehubungan dengan hal tersebut, yang diutamakan dalam
hak kepemilikan industri adalah Hasil penemuan atau ciptaan di bidang ini dapat
dipergunakan untuk Maksud-maksud industri. Penggunaan di bidang industri inilah
merupakan aspek terpenting dari hak kepemilikan industri (Ranti Fauza Mayana,
2004: 33).
7
dengan standar yang ada pada TRIPs. Klasifikasi HKI yang ada di Indonesia dapat
dilihat sebagai Berikut (Budi Agus Riswandi dan Siti Sumartinah, 2006: 12).
Untuk hak cipta hanya meliputi hak cipta dan hak terkait, Sedangkan untuk hak
milik perindustrian meliputi paten, merek, desain industri, desain tata letak sirkuit
terpadu dan rahasia dagang ada pada lingkup hak milik perindustrian
8
d) Keputusan Presiden RI No.25 Tahun 1989 tentang Pengesahan persetujuan
Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara
Republik Indonesia dengan Amerika Serikat;
e) Keputusan Presiden RI No.38 Tahun 1993 tentang Pengesahan persetujuan
Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal balik Terhadap Hak Cipta antara
Republik Indonesia dengan australia;
f) Keputusan Presiden RI No.56 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan
Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal balik Terhadap Hak Cipta antara
Republik Indonesia dengan Inggris;
g) Keputusan Presiden RI No.18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention
For The Protection Of Literary and Artistic works Tahun IV.4
HKI merupakan kekuatan dari kreatifitas dan inovasi yang Diterapkan melalui
ekspresi artistik. Dalam hal ini merupakan sumber Daya potensial intelektualitas
seseorang yang tidak terbatas dan dapat Diperoleh oleh semua orang. HKI merupakan
suatu kekuatan yangdapat digunakan untuk meningkatkan martabat seseorang dan
masa depan suatu bangsa, secara material, budaya dan sosial. Secara umum ada
beberapa manfaat yang dapat diperolehdari sistem HKI yang baik, yaitu
meningkatkan posisi perdagangan dan investasi, mengembangkan teknologi,
mendorong perusahaanuntuk bersaingsecara internasional, dapat membantu
komersialisasi dari suatu invensi (temuan), dapat mengembangkan sosial budaya, dan
dapat menjaga reputasi internasional untuk kepentingan ekspor.5
Oleh karena itu, pengembangan sistem HKI nasional sebaiknya tidak hanya
melalui pendekatan hukum (legal approach) tetapi juga teknologi dan bisnis (business
and technological approach). Namun demikian, Konsep HKI memang kelihatan
kental dengan pendekatan hukum. hal ini menjadisesuatu yang logis, karena apabila
mengkaji HKI pada akhirnya semua akan bermuara pada konsep hukum, terutama
yang menyangkut upaya memberikan perlindungan hukum terhadap hasilhasil karya
intelektual. perlindungan HKI sendiri lebih dominan pada perlindungan individual,
4
Harsono Adisumarto. Hukum Perusahaan Mengenai Hak Atas kepemilikan Intelektual.(Bandung: Mandar
Maju,2000).h.56
5
9
tetapi untuk menyeimbangkan kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat,
maka sistem HKI mendasarkan pada prinsip sebagai berikut (Budi Agus Riswandi,
2004:32):
Hak milik intelektual ini merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang Dekspresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuknya, Yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang kehidupan Manusia, maksudnya bahwa kepemilikan itu wajar karena
sifat Ekonomis manusia yang menjadikan hal itu satu keharusan untuk Menunjang
kehidupan di masyarakat.
10
kepada perseorangan persekutuan/ kesatuan itu Diberikan dan diakui oleh hukum,
oleh karena dengan diberikannya.
Hak tersebut kepada perseorangan, persekutuan atau kesatuan Hukum tadi,
kepentingan seluruh masyarakat akan terpenuhiWacana pengembangan dan
perlindungan HKI menjadi kewajiban setiap negara setelah dicapainya kesepakatan
GATT(General Agreement on Tariff and Trade) dan setelah Konferensi Marrakesh
pada bulan April 1994 disepakati pula kerangka GATT yang kemudian diganti
dengan sistem perdagangan dunia yang dikenal dengan WTO (World Trade
Organization) yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui UU No 7 Tahun
1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization
(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), diundangkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) 1994 Nomor 57, tanggal 2 November
1994 (H.OK. saidin 2004:5)6
6
Henry Soelistyo Budi. “Status Indigenous Knowledge dan Traditional Knowledge dalam Sistem
HKI”.(2000).h.78
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan yang telah diuraikan Pada bab
sebelumnya , maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai Berikut:
12
DAFTAR PUSTAKA
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin. 2005. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya
Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Budi Agus Riswandi dan Siti Sumartinah. 2006. Masalah-Masalah HAKI kontemporer.
Yogyakarta: Gitanagari.
Boer Mauna. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta : Sinar Grafika
Bustanul Arifin. 2004. Formasi Strategi Makro-Mikro Ekonomi Indonesia. Jakarta. Ghalia
Indonesia.
Harsono Adisumarto. 2000. Hukum Perusahaan Mengenai Hak Atas kepemilikan Intelektual.
(Hak Cipta, Hak Paten, Hak Merek). Bandung: Mandar Maju.
Henry Soelistyo Budi. 2000. “Status Indigenous Knowledge dan Traditional Knowledge
dalam Sistem HKI”.
13