Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAK CIPTA DAN HAK-HAK YANG TERKAIT DENGAN


HAK CIPTA

Dosen Pengampu: M. Reza Ardiyanto, S.P.,M.M.

Disusun Oleh:

Jamaliyatus Soliha 200211100007


Sherly Indriyani Safitri 200211100018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Assaalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami
ucapkan teriakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Hukum Dagang atas
bimbingan, arahan, dan dukungan yang diberikan. Serta kepada semua pihak
yang telah mendukung dan memotivasi dalam penyusunan makalah ini.
Judul dari makalah ini yaitu “Hak Cipta dan Hak-Hak yang Terkait dengan Hak
Cipta” dengan tujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai
hak cipta dan hak-hak yang terkaitdengan hak cipta, serta menggali isu-isu terkini
yang melingkupi perlindungan hak cipta. Kami berharap bahwa makalah ini dapat
memberikan wawasan baru dan berguna bagi pembaca, serta dapat menjadi
kontribusi kecil kami dalam memperluas pemahaman tentang pentingnya
perlindungan hak cipta
Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan
atau kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa
kesempurnaan adalah tujuan yang sulit dicapai, namun kami berkomitmen untuk
terus belajar dan memperbaiki diri. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menjadi sumber inspirasi bagi para pembaca. Segala kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan kedepannya. Terima
kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Bangkalan, 26 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
2.1 Hak Atas Kekayaan Intelektual dimana di lakukan.............................................3
2.1.1 Konsep dan Pengertian Hak Kekayaan Intelektual......................................3
2.1.2 Rasio Perlindungan Hak dan Kekayaan Intelektual.....................................4
2.2 Hak Cipta.............................................................................................................6
2.2.1 Konsep dan Pengertian Hak Cipta...............................................................6
2.2.2 Hak-Hak Yang Terkait Dengan Hak Cipta..................................................8
2.2.3 Sejarah Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Terkait dengan Hak
Cipta 9
2.2.4 Pengaturan Hak Cipta dalam UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
11
2.2.5 Berne for The Protection of Literary and Artistic Works Convension......12
2.2.6 Perlindungan Hak Cipta dan Hak-Hak yang Terkait dengan Hak Cipta. . .13
BAB III..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, hak cipta menjadi sesuatu hal yang penting bagi keberlangsungan
industri kreatif dan mendorong inovasi yang berkelanjuta Hak cipta adalah hak
eksklusif yang diberikan kepada pencipta karya intelektual untuk mengendalikan
penggunaan, reproduksi, distribusi, dan adaptasi karya tersebut. Hak ini
memberikan perlindungan terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh individu
atau kelompok dengan tujuan untuk mendorong inovasi dan kreativitas. Hak cipta
memainkan peran yang sangat penting dalam mendorong perkembangan industri
kreatif. Melalui perlindungan hak cipta, para pencipta karya dapat memanfaatkan
karya-karya mereka secara ekonomis dan mendapatkan pengakuan yang pantas
atas karya yang telah mereka hasilkan. Hal ini memberikan insentif bagi mereka
untuk terus menciptakan karya-karya baru dan menghasilkan inovasi yang
bermanfaat bagi masyarakat.
Namun, tantangan dalam menjaga hak cipta juga semakin kompleks. Dengan
perkembangan teknologi informasi dan internet, mudahnya akses dan penyebaran
karya-karya digital telah memunculkan tantangan baru dalam melindungi hak
cipta. Pelanggaran hak cipta, seperti pembajakan dan penyebaran ilegal karya-
karya, menjadi semakin umum terjadi. Oleh karena itu, pemahaman yang baik
mengenai hak cipta dan pentingnya perlindungan hak cipta menjadi sangat
penting. Melalui pemahaman ini, kita dapat menghargai dan menghormati karya
intelektual orang lain serta mendorong keberlanjutan industri kreatif. Selain itu,
pemahaman yang baik tentang hak cipta juga penting dalam mendorong inovasi
dan kreativitas yang lebih luas di masyarakat. Dalam makalah ini, akan dibahas
lebih lanjut mengenai hak cipta, perlindungan hak cipta dan hak-hak yang terkait
dengan hak cipta.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu.
1. Bagaimana konsep dan pengertian hak kekayaan intelektual?

1
2. Apa pengertian perlindungan hak kekayaan intelektual?
3. Bagaimana konsep dan pengertian hak cipta?
4. Apa yang dimaksud dengan hak-hak yang terkait dengan hak cipta?
5. Bagaimana sejarah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia terkait
dengan hak cipta?
6. Bagaimana pengaturan hak cipta dalam UU No. 19 Tahun 2002 tentang
hak cipta?
7. Apa yang dimaksud dengan Berne for the protection of literary and
artistic works convention?
8. Bagaimana bentuk perlindungan hak cipta dan hak-hak yang terkait
dengan hak cipta dalam persetujuan TRIPS?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, tujuan dari makalah ini
yaitu.
1. Untuk mengetahui konsep dan pengertian hak kekayaan intelektual
2. Untuk mengetahui pengertian perlindungan hak kekayaan intelektual?
3. Untuk mengetahui konsep dan pengertian hak cipta?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hak-hak yang terkait
dengan hak cipta?
5. Untuk mengetahui sejarah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
terkait dengan hak cipta?
6. Untuk mengetahui pengaturan hak cipta dalam UU No. 19 Tahun 2002
tentang hak cipta?
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Berne for the protection of
literary and artistic works convention?
8. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hak cipta dan hak-hak yang
terkait dengan hak cipta dalam persetujuan TRIPS?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hak Atas Kekayaan Intelektual dimana di lakukan

2.1.1 Konsep dan Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Kekayaan Intelektual merupakan suatu konsep yang sering terdengar namun


sulit untuk di definisikan. Di Indonesia Hak Kekayaan Intelektual diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang terpisah, antara lain Undang-undang No. 19
Tahun 2022 tentang Hak Cipta, Undnag-undang No. 30 Tahun 2000 tentang
Rahasia Dagang, Undang-undang NO. 14 Tahun 2001 tentang Paten dan Undang-
undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Menurut Gautama (dalam basuki dkk: 2020) mendefinisikan HKI sebagai
perlindungan yang diberikan terhadap setiap ciptaan kesenian, industry atau
pengetahuan. Fredick Abbott dan Thomas Cottier (dalam basuki dkk: 2020)
mendefinisikan kekayaan intelektual sebagai serangkaian produk tak terlihat yang
dihasilkan dari aktivitas manusia. Jill McKeough (dalam basuki dkk: 2020)
mendefinisikan kekayaan intelektual sebagai suatu istilah umum untuk berbagai
macam hak atau sekumpulan hak yang terhadapnya diberikan perlindungan
hokum sehubungan dengan usaha kreatif dalam menciptakan suatu produk, atau
secara lebih spesifik perlindungan ekonomi terhadap usaha kreatif dalam
menciptakan suatu produk tersebut.
Hak kekayaan intelektual (HKI) adalah hak yang muncul sebagai hasil dari
pemikiran kreatif yang menghasilkan produk atau proses yang bermanfaat bagi
manusia. Pada intinya, HKI memberikan hak kepada pemiliknya untuk menikmati
secara ekonomis hasil dari kreativitas intelektual yang dimilikinya. HKI
mencakup berbagai jenis hak, seperti hak cipta, hak paten, hak merek dagang, dan
hak desain industri. Hak-hak ini memberikan perlindungan hukum kepada
pemiliknya untuk mencegah orang lain menggunakan atau menyalin karya-karya
mereka tanpa izin. Selain memberikan perlindungan, HKI juga mendorong

3
inovasi dan kreativitas dengan memberikan insentif ekonomi kepada pencipta
untuk terus menghasilkan karya baru. Dengan demikian, HKI memiliki peran
penting dalam mendorong perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang,
seperti teknologi, seni, dan industr
Dari beberapa pendapat para ahli dapat di tarik kesimpulan bahwa Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan konsep hukum yang memberikan
perlindungan kepada hasil karya intelektual manusia yang meliputi berbagai
bentuk karya, seperti hak cipta, paten, merek dagang, rancangan industri, dan
rahasia dagang. Tujuan utama Hak Kekayaan Intelektual adalah untuk mendorong
inovasi, melindungi hak-hak pencipta, dan memberikan insentif ekonomi bagi
penggunaan dan pemanfaatan karya-karya tersebut.

2.1.2 Rasio Perlindungan Hak dan Kekayaan Intelektual

Adanya perlindungan hak dan kekayaan intelektual di dasarkan pada dua


alas an. Pertama, didasarkan pada alasan moral, Setiap orang yang berhasil
menciptakan atau menemukan suatu karya atau produk sebagai hasil dari aktivitas
intelektualnya dianggap memiliki hak alami atas produk yang dihasilkannya. Hak
ini mencakup hak untuk memiliki kontrol dan keputusan atas penggunaan,
reproduksi, distribusi, dan penjualan karya atau produk tersebut. Dalam sistem
hukum hak kekayaan intelektual, seperti hak cipta atau paten, hak-hak ini secara
formal diakui dan dilindungi. Dengan hak alami ini, pencipta atau penemu dapat
menjaga keunikan dan eksklusivitas karya atau produk mereka, serta memperoleh
manfaat ekonomis dari hasil kreativitas atau inovasi mereka. Hal ini memberikan
insentif bagi individu untuk terus berinovasi dan menciptakan karya yang
bermanfaat bagi masyarakat. Namun, penting untuk diingat bahwa hak alami ini
juga harus sejalan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku di masing-
masing negara. Perlindugan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ini diatur pula
dalam sebagai dari hak asasi manusia pasal 27 ayat (2).
Kedua, didasarkan pada alasan ekonomi, Alasan ekonomi menjadi dasar
perlindungan hak kekayaan intelektual karena melalui hak ekonomi ini, pencipta
atau penemu memiliki kesempatan untuk memperoleh keuntungan finansial dari
hasil karyanya. Dengan adanya insentif ekonomi, mereka dapat memperoleh

4
imbalan yang adil atas upaya kreatif mereka, yang pada gilirannya mendorong
mereka untuk terus berinvestasi dalam inovasi dan penciptaan karya baru. Tanpa
perlindungan hak ekonomi, pencipta atau penemu mungkin kehilangan motivasi
untuk berbagi karya mereka dengan dunia atau mungkin tidak mendapatkan
imbalan yang pantas atas karya mereka. Namun, penting untuk diingat bahwa hak
ekonomi ini juga harus seimbang dengan kepentingan publik. Undang-undang dan
peraturan yang ada mengatur batasan dan kewajiban dalam penggunaan hak-hak
ini, untuk melindungi kepentingan bersama dan mencegah penyalahgunaan
monopoli yang berlebihan. Dengan demikian, perlindungan hak kekayaan
intelektual menjadi penting dalam menciptakan lingkungan yang mendorong
inovasi dan kreativitas, sambil tetap mempertimbangkan kepentingan bersama.
Dengan adanya hak ekonomi yang melekat pada hak kekayaan intelektual,
diharapkan akan tercipta dorongan bagi pencipta atau penemu untuk terus
menciptakan karya-karya intelektual baru yang bermanfaat bagi masyarakat.
Setiap negara memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dapat
dikategorikan sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sesuai dengan hukum
nasionalnya. Kebebasan ini memungkinkan pemerintah untuk mengatur dan
melindungi berbagai jenis karya intelektual yang dihasilkan di negaranya. Dalam
menetapkan kategori HKI, pemerintah biasanya mengacu pada peraturan dan
undang-undang nasional yang telah ditetapkan. Hal ini mencakup pengaturan
mengenai hak cipta, paten, merek dagang, desain industri, dan perlindungan
lainnya terkait kekayaan intelektual.
Setiap negara dapat memiliki pendekatan yang sedikit berbeda dalam
menetapkan kategori HKI mereka. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor budaya,
sosial, dan ekonomi yang ada di negara tersebut. Misalnya, beberapa negara
mungkin memiliki kategori HKI yang lebih luas dan mencakup aspek seperti seni
tradisional atau pengetahuan lokal, sementara negara lain mungkin lebih fokus
pada inovasi teknologi atau penemuan ilmiah. Penting untuk dicatat bahwa
meskipun terdapat kebebasan dalam menentukan kategori HKI, negara-negara
umumnya juga mematuhi perjanjian internasional seperti kesepakatan TRIPS
(Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights) yang mengatur standar
minimum perlindungan kekayaan intelektual di tingkat global. Dengan adanya

5
kerangka hukum dan kebebasan bagi pemerintah untuk menentukan kategori HKI,
diharapkan akan tercipta lingkungan yang mendukung dan melindungi inovasi
serta karya-karya intelektual di negara-negara di seluruh dunia.
Negara-negara di dunia telah sepakat untuk memberikan perlindungan yang
luas terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Hal ini dapat dilihat dari lahirnya
berbagai konvensi internasional yang bertujuan untuk mengatur dan melindungi
HKI secara komprehensif. Ada beberapa faktor yang menjadi sebab besarnya
perhatian negara-negara di dunia untuk memberikan perlindungan yang kuat bagi
HKI:
1. Kecilnya perlindungan dan besarnya kuantitas pembajakan HKI di
kebanyakan negara berkembang
2. Pembajakan sebagai bentuk pelanggaran terhadap HKI telah
menimbukan banyak pihak
3. Menguatnya kecendrungan negara-negara maju khususnya Amerika
Serikat.

Dari penjelasan yang telah diberikan sebelumnya, sudah jelas bahwa


pemberian perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bukanlah lagi
suatu hal yang harus diperdebatkan. Perlindungan HKI merupakan suatu
kebutuhan yang penting untuk berbagai alasan. Perlindungan HKI memberikan
insentif kepada para pencipta, peneliti, dan inovator untuk terus menciptakan
karya-karya baru. Dengan adanya perlindungan yang kuat, mereka merasa aman
dan dihargai atas usaha dan karya intelektual mereka. Ini mendorong terciptanya
inovasi, penemuan baru, dan perkembangan pengetahuan yang membawa manfaat
bagi masyarakat secara luas. Selain itu, perlindungan HKI juga berperan penting
dalam mendorong investasi dan perdagangan. Ketika investor dan pelaku bisnis
melihat adanya perlindungan yang baik terhadap HKI, mereka merasa lebih
percaya diri untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan. Hal ini dapat
menghasilkan peningkatan investasi, pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan
lapangan kerja baru.

2.2 Hak Cipta

2.2.1 Konsep dan Pengertian Hak Cipta

6
Hak cipta merupakan salah satu komponen penting dari Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights. HKI adalah hak yang timbul
sebagai hasil dari proses berpikir yang menghasilkan produk atau proses yang
bermanfaat bagi manusia. Pada dasarnya, HKI memberikan hak kepada pencipta
untuk menikmati secara ekonomis hasil dari kreativitas intelektual mereka.

Dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Hak Cipta didefinisikan sebagai


hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2014 yang berbunyi: “Hak
Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan”.
Suatu karya harulah merupakan bentuk kreativitas untuk dapat dilindungi oleh hak
cipta. Ide dari kreativitas tersebut tidaklah selalu harus baru, namun bentuk
kreativitas tersebut haruslah kreasi atau karya asli dari si pencipta.

Hak cipta adalah hak eksklusif yang diberikan kepada pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, serta
memberikan izin kepada orang lain untuk melakukannya. Hak ini memberikan
perlindungan hukum kepada pencipta atau penerima hak agar karya mereka tidak
digunakan atau disalahgunakan tanpa izin. Dalam hak cipta, terdapat hak eksklusif
yang dimiliki oleh pencipta atau penerima hak. Mereka memiliki hak untuk
mengendalikan penggunaan karya cipta mereka, termasuk hak untuk
mengumumkan karya kepada publik dan hak untuk memperbanyak karya tersebut.
Dengan hak eksklusif ini, pencipta atau penerima hak memiliki kontrol penuh atas
penggunaan karya cipta mereka.

Hak cipta melindungi karya-karya kreatif seperti musik, film, buku, dan
karya seni lainnya. Sementara itu, hak kekayaan industri mencakup paten (patent),
desain industri (industrial design), merek (trademark), penanggulangan praktik
persaingan curang (repression of unfair competition), desain tata letak sirkuit
terpadu (layout design of integrated circuit), dan rahasia dagang (trade secret).

7
Namun, penting juga untuk memperhatikan bahwa hak cipta tidak bersifat absolut.
Terdapat pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pembatasan ini dapat mencakup penggunaan karya cipta
untuk tujuan pendidikan, penelitian, penggunaan pribadi, dan kepentingan umum
lainnya. Pembatasan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara hak
pencipta atau penerima hak dengan kepentingan publik yang lebih luas.

Dengan adanya hak cipta, pencipta atau penerima hak diberikan


perlindungan hukum untuk mengontrol dan melindungi karya intelektual mereka.
Hal ini memberikan insentif bagi pencipta untuk terus menciptakan karya-karya
baru yang bermanfaat bagi masyarakat. Namun, penting untuk selalu mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk memastikan penggunaan karya
cipta yang adil dan sejalan dengan kepentingan bersama.

2.2.2 Hak-Hak Yang Terkait Dengan Hak Cipta

Hak-hak yang terkait dengan hak cipta adalah perlindungan yang diberikan
terhadap mereka yang membantu pencipta untuk mengkomunikasikan dan
menyebarkan karya intelektualnya kepada masyarakat luas. UU Hak Cipta
memberikan pengertian bahwa hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak
cipta dan merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram,
atau lembaga penyiaran (Pasal 1 angka 5 UU Hak Cipta). Selanjutnya, Pasal 20
UU Hak Cipta mengatur bahwa hak terkait meliputi hak moral pelaku
pertunjukan, hak ekonomi pelaku pertunjukan, hak ekonomi produser fonogram,
dan hak ekonomi lembaga penyiaran.
Hak moral pelaku pertunjukan mencakup hak untuk diakui sebagai pencipta
karya pertunjukan, hak untuk dihormati dalam pemakaian karya pertunjukan, dan
hak untuk menjaga integritas karya pertunjukan. Sementara itu, hak ekonomi
pelaku pertunjukan mencakup hak untuk memperoleh imbalan atas penggunaan
karya pertunjukan, hak untuk mengontrol reproduksi dan distribusi karya
pertunjukan, serta hak untuk mengatur penampilan publik karya pertunjukan. Hak
ekonomi produser fonogram meliputi hak untuk mengontrol reproduksi dan
distribusi fonogram, hak untuk memperoleh imbalan atas penggunaan fonogram,
serta hak untuk melarang penggunaan yang tidak sah terhadap fonogram.

8
Sedangkan hak ekonomi lembaga penyiaran mencakup hak untuk mengontrol
penggunaan siaran, hak untuk memperoleh imbalan atas penggunaan siaran, serta
hak untuk melarang penggunaan siaran yang tidak sah. Dalam rangka melindungi
hak-hak tersebut, Undang-undnag Hak Cipta memberikan perlindungan hukum
kepada pelaku pertunjukan, produser fonogram, dan lembaga penyiaran.

2.2.3 Sejarah Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Terkait dengan


Hak Cipta

Sejarah perkembangan aturan hak cipta di indonesia dimulai dari pengaturan


Auteurswet 1912 hingga Undang-undang nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.
Sebelum diberlakukannya Auteurswet 1912 Stb. No. 600, terdapat kekosongan
hukum pada bidang hak cipta di Indonesia. Auteurswet 1912 Stb. No. 600
dibentuk oleh Belanda serta bersumber dari aturan Perancis yang berakar pada
budaya hukum Eropa. Auteurswet 1912 tetap berlaku setelah Indonesia merdeka
sampai pada tahun 1982 (Saidin, 2018).
Pada tahun 1982, Indonesia mengeluarkan undang-undang Nomor 6 Tahun
1982 tentang hak cipta. Ini adalah undang-undang pertama yang dibuat oleh
Indonesia sejak kemerdekaannya. Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara
undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 dan Auteurswet. Undang-undang ini
mengakui karya asli Indonesia sebagai karya cipta yang dilindungi, tetapi
sejumlah pihak menganggap bahwa isi undang-undang ini tidak cukup untuk
melindungi Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Jangka waktu perlindungan
hak cipta dalam undang-undang ini berlaku seumur hidup pencipta dan berlanjut
selama 25 tahun setelah pencipta meninggal dunia. Ketentuan ini dianggap kurang
memadai jika dibandingkan dengan ketentuan perlindungan hak cipta di negara-
negara lain. Selain itu, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tidak mengatur
perlindungan hak-hak terkait dengan hak cipta. Meskipun ada kesamaan dalam
syarat pelindungan, Undang-undang ini masih banyak mengadopsi ketentuan dari
Auteurswet.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 mengalami revisi melalui Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1987 yang membahas perubahan terhadap Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam Undang-undang Nomor 7

9
Tahun 1987, terdapat perubahan signifikan terkait sanksi pidana yang sebelumnya
dianggap terlalu ringan dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982. Delik yang
awalnya diatur sebagai delik aduan dalam Undang-undang sebelumnya, kini telah
diubah menjadi delik biasa. Selain itu, terdapat perubahan lain dalam hal cakupan,
di mana berbagai jenis karya cipta yang dapat mendapatkan perlindungan hak
cipta menjadi lebih luas. Selanjutnya, jangka waktu perlindungan hak cipta bagi
pencipta diperpanjang menjadi selama hidup pencipta dan berlangsung hingga 50
tahun setelah meninggalnya pencipta.
Kemudian, pada tahun 1997 setelah meratifikasi Agreement on Establishing
World Trade Organization, Indonesia mengubah undang-undang hak cipta melalui
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997. Pada tahun ini, UUHC Indonesia
mengalami revisi lebih lanjut untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan-
ketentuan perlindungan Hak Cipta yang terkandung dalam perjanjian TRIPs. Ada
setidaknya tiga pertimbangan politik yang mendasari perubahan ini. Pertama,
pertimbangan untuk memberikan perlindungan hukum yang lebih efektif terhadap
hak kekayaan intelektual, terutama dalam konteks hak cipta. Kedua, pertimbangan
untuk menyesuaikan ketentuan nasional dengan persetujuan aspek-aspek hak
kekayaan intelektual sebagaimana diatur dalam Agreement on Trade Related
Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs). Ketiga, pertimbangan untuk
mengubah dan memperbaiki beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 6
tahun 1982. Salah satu perubahan yang cukup mencolok dalam UU Nomor 12
tahun 1997 ini adalah pengakuan dan perlindungan yang diberikan kepada hak-
hak terkait dengan hak cipta (Basuki, 2020).
Saat ini, hukum dan peraturan tentang hak cipta di Indonesia diatur oleh
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002. Undang-undang ini merupakan hasil
penyesuaian terhadap persyaratan yang terdapat dalam perjanjian TRIPs. Salah
satu aspek yang penting yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002
adalah upaya untuk mempromosikan perkembangan kekayaan intelektual yang
berasal dari seni dan budaya tradisional Indonesia yang beragam. Selain itu,
undang-undang ini juga secara jelas mengatur mengenai hak cipta dan hak-hak
yang terkait dengan hak cipta.

10
2.2.4 Pengaturan Hak Cipta dalam UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, dijelaskan


bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau menggandakan karyanya, atau
memberikan izin untuk hal tersebut, tanpa mengabaikan pembatasan yang berlaku
sesuai dengan hukum yang berlaku. Dalam undang-undang ini, pencipta
didefinisikan sebagai individu atau kelompok orang yang bersama-sama
menciptakan suatu karya berdasarkan inspirasi mereka, yang mencerminkan
kemampuan imajinasi, kecepatan, keahlian, atau keterampilan yang diwujudkan
dalam bentuk yang unik dan pribadi. Karya itu sendiri, dalam undang-undang ini,
mencerminkan orisinalitas dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, atau sastra (S,
2008). Jenis-jenis karya yang dapat dilindungi oleh hak cipta berdasarkan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 adalah sebagai berikut:
1. Buku, program komputer, pamphlet, perwajahan (lay out) karya tulis
yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan Pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
4. Lagu atau music dengan atau tanpa teks;
5. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewaangan, dan pantomin;
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni Lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
7. Arsitektur;
8. Peta;
9. Seni batik;
10. Fotografi;
11. Sinematografi;
12. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, data base, dan karya lain
dengan hasil pengalihwujudan. (Ciptaan ini dilindungi sebagai ciptaan
tersendiri dengan tidak menguangi HC atas ciptaan asli).

11
2.2.5 Berne for The Protection of Literary and Artistic Works Convension

Konvensi Bern adalah perjanjian yang mengatur salah satu aspek Hak
Kekayaan Intelektual (HKI), khususnya terkait dengan hak cipta dan hak-hak
yang terkait dengan hak cipta. Awalnya, Konvensi Bern pertama kali disepakati di
Swiss pada tanggal 9 September 1886. Selanjutnya, konvensi ini terus mengalami
pembaruan hingga yang terakhir dilakukan di Paris pada tanggal 28 September
1979. Poin utama yang diatur dalam Konvensi Bern ini adalah memberikan
perlindungan kepada karya-karya ciptaan individu di setiap negara anggota
Konvensi Bern. Karya-karya ciptaan yang mendapatkan perlindungan meliputi
berbagai jenis kreativitas, seperti dalam bidang literatur, ilmu pengetahuan, seni,
termasuk karya tulis, drama, musik, koreografi, sinematografi, lukisan, fotografi,
sketsa, karya tiga dimensi, dan lain sebagainya. Indonesia adalah salah satu negara
anggota Konvensi Bern dan memiliki sejarah panjang terkait dengan perjanjian
ini.
Pada tanggal 1 Agustus 1931, Konvensi Bern diterapkan di Hindia Belanda
melalui staatblad tahun 1931 no. 325. Namun, pada tahun 1958, setelah
kemerdekaan Indonesia, Kabinet Djuanda (Kabinet Karya) memutuskan untuk
keluar dari Keanggotaan Konvensi Bern. Namun, pada tanggal 7 Mei 1997,
Indonesia kembali bergabung dalam Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden
(Keppres) no 18 tahun 1997 dan memberitahukannya kepada WIPO pada tanggal
5 Juni 1997. Perlindungan hak cipta berdasarkan Konvensi Bern mulai berlaku
efektif di Indonesia pada tanggal 5 September 1997 (Kariodimedjo, 2012).
Adapun prinsip-prinsip utama berne convention adalah;
1. Bahwa perlakuan (dalam hal ini adalah perlindungan) terhadap karya-karya
yang berasal dari salah satu negara anggota harus diberikan sama pada setiap
negara negara anggota lainnya;
2. Bahwa perlakuan di atas tidak tergantung dari formalitas, yang hal ini berarti
bahwa perlindungan atas karya diberikan secara otomatis dan tidak
memerlukan pendaftaran (deposit) atau pemberitahuan formal dalam kaitan
dengan publikasi, dan;
3. Bahwa perlindungan tersebut adalah independent berdasarkan persyaratan
perlindungan di negara asal dari karya tersebut.

12
2.2.6 Perlindungan Hak Cipta dan Hak-Hak yang Terkait dengan Hak Cipta

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kesepakatan TRIPs merupakan


perjanjian internasional yang terintegrasi dalam kerangka perdagangan
internasional dalam WTO dan secara spesifik mengatur perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI). Berdasarkan perjanjian TRIPs, cakupan
perlindungan hak cipta diperluas untuk mencakup kategori karya cipta berikut ini;
1. Segala karya cipta yang harus dilindungi berdasarkan Berne convention;
2. Program computer;
3. Kumpulan data atau informasi;
4. Pertunjukan (meliputi; pertunjukan langsung atau gambar pertunjukan
yang lebih dahulu direkam);
5. Rekaman suara; dan
6. Penyiaran.

13
BAB III

KESIMPULAN
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan konsep hukum yang
memberikan perlindungan kepada hasil karya intelektual manusia yang meliputi
berbagai bentuk karya, seperti hak cipta, paten, merek dagang, rancangan industri,
dan rahasia dagang. Hak cipta merupakan salah satu komponen penting dari Hak
Kekayaan Intelektual (HKI). Pengertian hak cipta menurut Undang Undang No.
28 Tahun 2014 adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan. Hak cipta melindungi karya-karya kreatif seperti musik,
film, buku, dan karya seni lainnya. Hak-hak yang terkait dengan hak cipta adalah
perlindungan yang diberikan terhadap mereka yang membantu pencipta untuk
mengkomunikasikan dan menyebarkan karya intelektualnya kepada masyarakat
luas. Pasal 20 UU Hak Cipta mengatur bahwa hak terkait meliputi hak moral
pelaku pertunjukan, hak ekonomi pelaku pertunjukan, hak ekonomi produser
fonogram, dan hak ekonomi lembaga penyiaran.
Sejarah perkembangan aturan hak cipta di Indonesia, yang dimulai dari
pengaturan Auteurswet 1912 hingga Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang hak cipta. Pada awalnya, sebelum Auteurswet 1912 Stb. No. 600
diterapkan, terdapat kekosongan hukum terkait hak cipta di Indonesia. Auteurswet
1912, yang berasal dari Belanda dan didasarkan pada aturan Perancis, menjadi
landasan hukum hak cipta di Indonesia setelah merdeka hingga tahun 1982.
Kemudian, Indonesia menerapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982, yang
mengakui karya asli Indonesia sebagai karya yang dilindungi, namun dianggap
kurang memadai dalam melindungi hak kekayaan intelektual.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 mengalami revisi pada tahun 1987,
yang mengubah sanksi pidana dan memperluas cakupan jenis karya cipta yang
dilindungi. Pada tahun 1997, Indonesia mengubah undang-undang hak cipta
melalui Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 untuk memenuhi persyaratan
perjanjian TRIPs setelah meratifikasinya. Undang-undang ini memberikan
pengakuan dan perlindungan yang lebih baik terhadap hak-hak terkait dengan hak

14
cipta. Saat ini, hukum dan peraturan tentang hak cipta di Indonesia diatur oleh
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Undang-undang ini menggambarkan hak
cipta sebagai hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau menggandakan karyanya, dengan mencakup berbagai jenis karya cipta seperti
buku, program komputer, seni rupa, dan sebagainya. Selain itu, materi juga
menjelaskan tentang Konvensi Bern, yang memberikan perlindungan
internasional terhadap karya-karya cipta, dan keterkaitannya dengan perjanjian
TRIPs yang mengatur perlindungan hak cipta dan hak-hak terkait di tingkat
internasional.

15
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Z. D. dkk. (2020). HUKUM DAGANG DAN KEPAILITAN (B. A.


Darmanto (ed.); 1st ed.). Universitas Terbuka. www.ut.ac.id
Kariodimedjo, D. W. (2012). Perlindungan Hak Cipta, Hak Terkait, dan Desain
Industri. Mimbar Hukum - Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 22(2),
265. https://doi.org/10.22146/jmh.16222
S, H. (2008). IMPLEMENTASI HAK CIPTA DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN TUJUAN HUKUM. 282.
Saidin, O. (2018). Sejarah Dan Politik Hukum Hak Cipta. Jurnal Bina Mulia
Hukum, 2(2), 1–8. https://doi.org/10.23920/jbmh.v2n2.21
Saidin, O. K. (2016). Sejarah dan politik hukum hak cipta.
Thalib, P. (2013). Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta Dan
Pemilik Lisensi Rekaman Berdasarkanundang-Undang Tentang Hak
Cipta. Yuridika, 28(3), 352.
Akbar, F. A., Bachtiar, M., & Hasanah, U. (2014). perlindungan hukum terhadap
hak cipta menurut pasal 12 undang-undang nomor 28 tahun 2014 tentang
hak cipta di indonesia (Doctoral dissertation, Riau University).
Suhayati, M. (2016). PELINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK EKONOMI
PEMILIK HAK TERKAIT DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28
TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA (LEGAL PROTECTION FOR
THE OF ECONOMIC RIGHTS OF THE RELATED RIGHTS’OWNER
IN LAW NUMBER 28 OF 2014 ON COPYRIGHT). Negara Hukum:
Membangun Hukum untuk Keadilan dan Kesejahteraan, 5(2), 207-221.
Jannah, M. (2018). Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Haki) Dalam
Hak Cipta Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Advokasi, 6(2), 55-72.

iii

Anda mungkin juga menyukai