DOSEN PEMBIMBING
Dr. Irma Diani, M.Hum
DISUSUN OLEH
UNIVERSITAS BENGKULU
MANAJEMEN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT
karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “MENELAAH HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL DI INDONESIA”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa norma yang tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang
tertulis salah satunya adalah norma hukum. Meskipun hukum sebagi aturan yang
baku dan harus dikuti, namun tetap saja banyak pihak yang memandang hukum
sebagi sesuatu yang bisa dbeli dngan uang dan kekuasaan. Termasuk didalamnya
hukum tentang pengaturan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang saat ini
semakin diperhatikan oleh khalayak. Karena banyaknya klaim dan semakin
sulitnya proses peradilan untuk menindaklanjuti klaim tersebut jika tak memiliki
mukum yang kuat.
1
Bagaimana regulasi Hak Merek di Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang
diberikan suatu hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang
atas karya ciptanya. HaKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari
suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HaKI adalah karya-karya
yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
(https://www.duniadosen.com/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/)
Kekayaan intelektual atau hak kekayaan intelektual (HKI) atau hak milik
intelektual yakni hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu
produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya kekayaan
intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam kekayaan intelektual berupa
karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI)
ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property Right. Kata
“intelektual” tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah
kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the Creations of the
Human Mind) (WIPO, 1988:3).
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas
benda tak berwujud (seperti Paten, merek, dan hak cipta). Hak Atas Kekayaan
3
Intelektual sifatnya berwujud, berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, sastra, keterampilan dan sebagainya yang tidak mempunyai bentuk tertentu.
Dari istilah Hak atas kekayaan intelektual, ada 3 kata kunci dari istilah tersebut
yaitu :
Jadi pada intinya Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) itu adalah hak tidak
berwujud yang di berikan kepada perorangan/kelompok orang untuk berbuat atas
segala hasil karya intelektual, seperti teknologi, seni, musik, lukisan, karya tulis,
gambar, dan banyak lagi.
Berdasarkan prinsip ini HAKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai ekonomi pada HAKI merupakan suatu
bentuk kekayaan bagi pemiliknya, pencipta mendapatkan keuntungan dari
4
kepemilikan terhadap karyanya seperti dalam bentuk pembayaran royalti terhadap
pemutaran musik dan lagu hasil ciptanya.
Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil
ciptaan manusia diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk
mendorong melahirkan ciptaan baru. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra sangat berguna bagi peningkatan
taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia. Selain itu, HAKI juga akan
memberikan keuntungan baik bagi masyarakat, bangsa maupun negara.
5
2.4. Direktorat Jendral HAKI Indonesia
Pada tahun 1994, Indonesia masuk sebagai anggota WTO (World Trade
Organization) dengan meratifikasi hasil Putaran Uruguay yaitu Agreement
Astablishing the World Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia). Salah satu bagian terpenting darti persetujuan WTO adalah
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Including
Trade In Counterfeit Goods (TRIPs). Sejalan dengan TRIPs, pemerintah
6
Indonesia juga telah meratifikasi konvensi-konvensi Internasional di bidang
HaKI, yaitu :
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu
7
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (https://penelitian.ugm.ac.id/hak-cipta/)
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku(Pasal 2 ayat 1 UUHC). Dikatakan
hak khusus atau sering juga disebut hak eksklusif yang berarti hak tersebut hanya
diberikan kepada pencipta dan tentunya tidak untuk orang lain selain pencipta.
Dalam undang – undang ini, ciptaan yang dilindungi adlah ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup:
Hak cipta atas suatu ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus
menerus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meniggal dunia. Ciptaan
yang dimiliki oleh dua orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta
8
yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 tahun setelah
pencipta yang hidup terlama meniggal, antara lain:
Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena:
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;
9
d. Perjanjian tertulis; atau
e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Penyelesaian sengketa.
Pelanggaran terhadap hak cipta telah diatur dalam Pasal 72 dan Pasal 73
Undang –undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dapat dikenakan
hukum pidana dan perampasan oleh Negara untuk dimusnahkan.
10
Hak Ciptanya dilindungi pun terbatas karena hak-hak yang berkaitan dengan Hak
Cipta (neighbouring rights), misalnya, tidak memperoleh perlindungan hukum.
Pada tahun 1987, UU Hak Cipta Indonesia direvisi dan skala perlindungan
pun diperluas. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan
Atas Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, diberlakukan tidak
sama untuk setiap bidang ciptaan.
Pada tahun 1997, UU Hak Cipta Indonesia direvisi lebih lanjut guna
mengarahkan hukum Indonesia memenuhi kewajibannya pa¿ TRIPs. Hak yang
berkaitan dengan Hak Cipta (neighbouring rights) secara khusus diakui dan
dilindungi dalam bagian UU baru tersebut. Walaupun demikian, banyak karya
yang dianggap termasuk dalam hak-hak yang berkaitan dengan Hak Cipta ternyata
diikutsertakan dalam pasal umum mengenai kategori karya-karya yang hak
ciptanya dilindungi.
Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara berupa
hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, maka lamanya
perlindungan berlaku tanpa batas waktu.
Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara karena
suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum
diterbitkan, maka lamanya perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh)
tahun sejak karya cipta tersebut pertama kali diketahui umum.
Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang dan dilaksanakan oleh penerbit
karena suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya
atau pada ciptaan tersebut hanya tertera nama samar-an penciptanya, maka
11
lamanya perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya
cipta tersebut pertama kali diterbitkan.
Hak Moral dari suatu ciptaan jangka waktu perlindungannya tanpa batas
waktu.
Dasar perhitungan jangka waktu perlindungan Hak Cipta bertitik tolak
pada tanggal 1 Januari tahun berikutnya atau tahun yang ber-jalan setelah
ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau
pencipta meninggal dunia.
Ketentuan ini tidak berarti mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu
perlindungan Hak Cipta yang dihitung sejak lahirnya suatu ciptaan, apabila
tanggal tersebut diketahui secara jelas. Tolok ukur untuk mengukur terjadinya
pelanggaran Hak Cipta diubah dari ukuran kuantitatif (10 %) menjadi ukuran
kualitatif yang sesuai dengan kebanyakan undang-undang di luar negeri. Revisi
tahun 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya kreatif
(Pasal 1 ayat 2). Hal yang menarik di sini adalah di pertahankannya sistern
pendaftaran Hak Cipta secara sukarela. Pendaftaran sebenarnya dilakukan dalam
rangka penyediaan bukti-bukti guna menyelesaikan sengketa jika terjadi masalah
di kemudian hari.
Pada akhirnya, pada tahun 2002, Undang-undang Hak Cipta No. 12 tahun
1997 (UUHC) dicabut dan digantikan UHHC yang baru yaitu Undang-Undang
Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang memuat perubahan-perubahan untuk
disesuaikan dengan TRIPs dan penyempurnaan beberapa hal yang perlu untuk
memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk
upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari
keanekaragaman seni dan budaya tradisisonal Indonesia.Di dalam Undang-
Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang baru juga dimuat beberapa
ketentuan baru.
2.6. Paten
12
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (Dadan Samsudin, 2016)
Lingkup Paten.
Paten diberikan untuk invensi yang baru dan mengandung langkah inventif
serta dapat diterapkan dalam industry. Namun, suatu invensi merupakan hal yang
tidak dapat diduga sebelumnya dan harus dilakukan dengan memperhatikan
keahlian yang ada pada saat pertama kali diajukan permohonan. Dengan
demikian, invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan invensi tersebut
tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya. Oleh karena itu,
suatu invensi dapat diterapkan dalam industry jika invensi dapat dilaksanakan
dalam industry sesuai dengan apa yang diuraikan dalam permohonan. Setiap
invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis
disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, kontruksi, atau komponennya dapat
memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana.
Sementara itu, paten yang tidak diberikan untuk invensi meliputi sebagai berikut :
13
Proses biologi yang esesial untuk memproduksi tanaman atau hewan,
kecuali proses nonbiologis atau mikrobiologis.
Permohonan Paten
Pengalihan Paten
Lisensi Paten
14
wajib disertai pembayaran royalty oleh penerima lisensi kepada pemegang paten,
besarnya royalti yang harus dibayarkan ditetapkan oleh direktorat jenderal.
Paten Sederhana
Penyelesaian Sengketa
Merek merupakan “suatu tanda pembeda” atas barang atau jasa bagi satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda pembeda maka merek
dalam satu klasidikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan antara satu dan
lainnya baik pada keseluruhan maupun pada pokoknya. (Direktorat Jenderal
Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian)
15
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak
atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik
merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu
dengan menggunakan sendiri merek atau memberikan izin kepada pihak lain
untuk menggunakanya.
Jenis-Jenis Merek
Jenis-jenis merek dapat dibagi menjadi merek dagang, merek jasa, dan
merek kolektif.
Merek Dagang
Merek Jasa
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Merek Kolektif
16
Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohon pendaftarannya.
Permohonan merek yang ditolak oleh Direktorat Jenderal Merek, antara lain
Pendaftaran Merek
Jangka Waktu
17
Peralihan Hak Merek Terdaftar
Hak merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, wasiat,
hibah, perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan. Sementara itu, setiap pengalihan hak atas merek wajib
dimohonkan pencatatnya di Direktorat Jenderal Merek uantuk dicatat dalam daftar
umum merek.
Lisensi
Merek Kolektif
Sifat, ciri umum, mutu barang, atau jasa yang akan diproduksi dan
diperdagangkan;
Peraturan baik pemilik merek kolektif untuk melakukan pengawasan yang
efektif atas penggunaan merek tersebut;
Sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan merek kolektif. Sementara
itu, merek kolektif terdaftar tidak dapat dilisensikan kepada pihak lain.
18
Merek tidak digunakan selama 3 tahun berturut-turut dalam perdagangan
barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali
apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal.
Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai
dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termaksud
pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang terdaftar.
Penyelesaian Sengketa
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kekayaan intelektual pada masa sekarang sudah diakui sebagai hak milik
pribadi, untuk itu dibentuklah undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan
HAKI. Di Indonesia HAKI diatur oleh Dirjen HAKI. Banyak kasus-kasus
pelanggaran terhadap HAKI saat ini, untuk itu diperlukan penguatan kembali
undang-undang yang berlaku dan pengawasan ketat terhadap HAKI oleh Dirjen
HAKI, juga perlu ditingkatkan lagi pengetahuan masyarakat luas tentang HAKI
(Hak, Pelanggaran, dan Sanksi).
20
21
DAFTAR PUSTAKA
https://sumberdaya.ristekdikti.go.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekayaan_intelektual
https://penelitian.ugm.ac.id/hak-cipta/
https://kemenperin.go.id/
http://vandoyo.wordpress.com/2007/11/27/uu-nomor-19-tahun-2002-tentang-hak-
cipta
https://www.duniadosen.com/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/99-hak-kekayaan-intelektual