Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MENELAAH HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DI


INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Irma Diani, M.Hum

DISUSUN OLEH

1. Farid Abdullah (C1B019105)


2. Diana Despita Sari (C1B019029)

UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MANAJEMEN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT
karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “MENELAAH HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL DI INDONESIA”.

Adapun tujuan pembuatan dan penyusunan makalah ini guna memenuhi


salah satu tugas di dalam pelaksanaan mata kuliah Bahasa Indonesia di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu program studi Manajemen.

Dengan kerendahan hati kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bentuk maupun isinya, oleh karena
itu kami dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan kami juga memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bengkulu, 28 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 1

1.3. Tujuan dan Manfaat ............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi HaKI ......................................................................... 3

2.2. Prinsip-prinsip yang mendasari HAKI .................................. 4

2.3. Dasar Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual di Indonesia. . 5

2.4. Direktorat Jendral HAKI Indonesia........................................ 6

2.5. Hak Cipta ............................................................................... 7

2.6. Paten ....................................................................................... 12

2.7. Hak Merek.............................................................................. 15

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan ................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai norma yang mengatur


kehidupan agar terjadi keseimbangan dan keteraturan hidup. Ketika salah satu
norma tersebut tak dijalankan dengan benar maka akan berpotensi terjadi hal yang
tak diinginkan, dan roda kehidupan akan tersendat.

Ada beberapa norma yang tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang
tertulis salah satunya adalah norma hukum. Meskipun hukum sebagi aturan yang
baku dan harus dikuti, namun tetap saja banyak pihak yang memandang hukum
sebagi sesuatu yang bisa dbeli dngan uang dan kekuasaan. Termasuk didalamnya
hukum tentang pengaturan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang saat ini
semakin diperhatikan oleh khalayak. Karena banyaknya klaim dan semakin
sulitnya proses peradilan untuk menindaklanjuti klaim tersebut jika tak memiliki
mukum yang kuat.

Isu-isu tentang HAKI kini semakin beredar, karena kesadaran masyarakat


akan pengakuan kekayaan intelektual. Sejalan dengan berkembangnya HAKI di
Indonesia, kasus-kasus pelanggaran dan sengketa HAKI semakin marak. HAKI di
Indonesia telah diserahkan pengelolaan dan regulasinya pada Dirjen HAKI. Pada
bab II nanti kita akan membahas HAKI secara umum, dan jenis HAKI yang kami
khususkan pada Paten, Merek, dan Hak Cipta.

1.2. Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksid dengan HAKI?


 Bagaimana perkembangan HAKI di Indonesia?
 Bagaimana regulasi Hak Cipta di Indonesia?
 Bagaimana regulasi Hak Paten di Indonesia?

1
 Bagaimana regulasi Hak Merek di Indonesia?

1.3. Tujuan dan Manfaat


 Setiap penulisan makalah tentu agar adanya manfaat dan tujuan yang ingin
dicapai. Berikut tujuan dan manfaat dalam penulisan makalah ini :
 Dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan pembaca tentang
HAKI di Indonesia
 Dapat mengurangi kasus-kasus pelanggaran HAKI di Indonesia
 Dapat menjadi bahan pada penulisan makalah yang mengangkat tema
HAKI selanjutnya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi HAKI

HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang
diberikan suatu hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang
atas karya ciptanya. HaKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari
suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HaKI adalah karya-karya
yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
(https://www.duniadosen.com/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/)

Kekayaan intelektual atau hak kekayaan intelektual (HKI) atau hak milik
intelektual yakni hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu
produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya kekayaan
intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam kekayaan intelektual berupa
karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI)
ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property Right. Kata
“intelektual” tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah
kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the Creations of the
Human Mind) (WIPO, 1988:3).

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif yang


diberikan suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya
ciptanya. Secara sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten dan Hak
Merk. Namun jika dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda (Saidin :
1995), yaitu benda tidak berwujud (benda imateriil).

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas
benda tak berwujud (seperti Paten, merek, dan hak cipta). Hak Atas Kekayaan

3
Intelektual sifatnya berwujud, berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, sastra, keterampilan dan sebagainya yang tidak mempunyai bentuk tertentu.

Dari istilah Hak atas kekayaan intelektual, ada 3 kata kunci dari istilah tersebut
yaitu :

 Hak adalah benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk


berbuat sesuatu ( karena telah ditentukan oleh undang-undang ),atau
wewenang menurut hukum.
 Kekayaan adalah perihal yang ( bersifat, ciri ) kaya, harta yang menjadi
milik orang, kekuasaan.
 Intelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu
pengetahuan

Jadi pada intinya Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) itu adalah hak tidak
berwujud yang di berikan kepada perorangan/kelompok orang untuk berbuat atas
segala hasil karya intelektual, seperti teknologi, seni, musik, lukisan, karya tulis,
gambar, dan banyak lagi.

2.2. Prinsip-prinsip yang mendasari HAKI

 Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice)

Berdasarkan prinsip ini, hukum memberikan perlindungan kepada


pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan yang
disebut hak. Pencipta yang menghasilkan suatu karya bedasarkan kemampuan
intelektualnya wajar jika diakui hasil karyanya.

 Prinsip Ekonomi (The Economic Argument)

Berdasarkan prinsip ini HAKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai ekonomi pada HAKI merupakan suatu
bentuk kekayaan bagi pemiliknya, pencipta mendapatkan keuntungan dari

4
kepemilikan terhadap karyanya seperti dalam bentuk pembayaran royalti terhadap
pemutaran musik dan lagu hasil ciptanya.

 Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument)

Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil
ciptaan manusia diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk
mendorong melahirkan ciptaan baru. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra sangat berguna bagi peningkatan
taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia. Selain itu, HAKI juga akan
memberikan keuntungan baik bagi masyarakat, bangsa maupun negara.

 Prinsip Sosial (The Social Argument)

Berdasarkan prinsip ini, sistem HAKI memberikan perlindungan kepada


pensipta tidak hanya untuk memenuhi kepentingan individu, persekutuan atau
kesatuan itu saja melainkan berdasarkan keseimbangan individu dan masyarakat.
Bentuk keseimbangan ini dapat dilihat pada ketentuan fungsi sosial dan lisensi
wajib dalam undang-undang hak cipta Indonesia.

2.3. Dasar Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual di Indonesia

Pengaturan hukum terdapat hak kekayaan intelektual di Indonesia dapat


ditemukan dalam:

1) UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta


2) UU Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten
3) UU Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
4) UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
5) UU Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri
6) UU Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
7) UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Varietas Tanaman

5
2.4. Direktorat Jendral HAKI Indonesia

Di Indonesia badan yang berwenang dalam mengurusi HaKI adalah


Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia RI. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya
disebut Ditjen HaKI mempunyai tugas menyelenggarakan tugas departemen di
bidang HaKI berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kebijakan Menteri.

Ditjen HaKI mempunyai fungsi :

 Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan teknis di bidang


HaKI;
 Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, pelayanan, dan
penyiapan standar di bidang HaKI;
 Pelayanan Teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan
Direktorat Jenderal HaKI.

Di dalam organisasi Direktorat Jenderal HaKI terdapat susunan sebagai berikut :

 Sekretariat Direktorat Jenderal;


 Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, tata letak Sirkuit terpadu, dan
Rahasia Dagang;
 Direktorat Paten;
 Direktorat Merek;
 Direktorat Kerjasama dan Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual;
 Direktorat Teknologi Informasi;

Pada tahun 1994, Indonesia masuk sebagai anggota WTO (World Trade
Organization) dengan meratifikasi hasil Putaran Uruguay yaitu Agreement
Astablishing the World Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia). Salah satu bagian terpenting darti persetujuan WTO adalah
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Including
Trade In Counterfeit Goods (TRIPs). Sejalan dengan TRIPs, pemerintah

6
Indonesia juga telah meratifikasi konvensi-konvensi Internasional di bidang
HaKI, yaitu :

 Paris Convention for the protection of Industrial Property and Convention


Establishing the World Intellectual Property Organization, dengan
Keppres No. 15 Tahun 1997 tentang perubahan Keppres No. 24 Tahun
1979;
 Patent Coorperation Treaty (PCT) and Regulation under the PTC, dengan
Keppres NO. 16 Tahun 1997;
 Trademark Law Treaty(TML) dengan Keppres No. 17 Tahun 1997;
d. Bern Convention for the Protection of Literaty and Artistic Works
dengan Keppres No. 18 tahun 1997;
 WIPO copyrights treadty (WCT) dengan Keppres No. 19 tahun 1997;

Di dalam dunia internasional terdapat suatu badan yang khusus mengurusi


masalah HaKI yaitu suatu badan dari PBB yang disebut WIPO (WORLD
INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATIONS). Indonesia merupakan salah
satu anggota dari badan tersebut dan telah diratifikasikan dalam Paris Convention
for the Protection of Industrial Property and Convention establishing the world
Intellectual Property Organization, sebagaimana telah dijelaskan diatas.

Memasuki millenium baru, hak kekayaan intelektual menjadi isu yang


sangat penting yang selalu mendapat perhatian baik dalam forum nasional
maupun internasional. Dimasukkannya TRIPs dalam paket persetujuan WTO di
tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perkembangan HaKI diseluruh
dunia. Dengan demikian saat ini permasalahan HaKI tidak dapat dilepaskan dari
perdagangan dan investasi. Pentingnya HaKI dalam pembangunan ekonomi dalam
perdagangan telah memacu dimulainya era baru pembangunan ekonomi yang
berdasar ilmu pengetahuan.

2.5. Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu

7
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (https://penelitian.ugm.ac.id/hak-cipta/)

Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku(Pasal 2 ayat 1 UUHC).  Dikatakan
hak khusus atau sering juga disebut hak eksklusif yang berarti hak tersebut hanya
diberikan kepada pencipta dan tentunya tidak untuk orang lain selain pencipta.

Hak khusus meliputi :

 hak untuk mengumumkan;


 hak untuk memperbanyak.

Ciptaan yang dilindungi.

Dalam undang – undang ini, ciptaan yang dilindungi adlah ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup:

 Buku, program, dan semua hasil karya tulid lain.


 Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
 Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan da ilmu
pengetahuan.
 Lagu atau music dengan atau tanpa teks.
 Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim.

Masa berlaku hak cipta.

Dalam pasal 29 sampai dengan pasal 34 Undang – undang Nomor 19


Tahun 2002 tentang Hak Cipta diatur masa / jangka waktu untuk suatu ciptaan.
Dengan demikian, jangka waktu tergantung dari jenis ciptaan.

Hak cipta atas suatu ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus
menerus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meniggal dunia. Ciptaan
yang dimiliki oleh dua orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta

8
yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 tahun setelah
pencipta yang hidup terlama meniggal, antara lain:

 Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnya,


 Lagu atau music dengan atau tanpa teks,
 Drama atau drama musical, tari, koreografi,
 Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung,
 Arsitektur,
 Hak atas ciptaan dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum berlaku
selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan, antara lain:
 Program computer,
 Senimatografi,
 Fotografi,
 Database, dan
 Karya hasil pengalihan wujud
 Untuk perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 tahun
sejak pertama kali diterbitkan.
 Untuk ciptaan yang tidak diketahui siapa penciptanya dan peninggalan
sejarah prasejarah benda budaya nasional dipegang oleh Negara, jangka
waktu berlaku tanpa batas waktu.
 Untuk ciptaan yang belum diterbitkan dipegang leh Negara, ciptaan yang
sudah diterbitkan sebagi pemegang hak cipta dan ciptaan sudah diterbitkan
tidak diketahui pencipta dan penerbitnya dipegang oleh Negara dan jangka
waktu selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diketahui secara
umum.

Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena:

a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;

9
d. Perjanjian tertulis; atau
e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pendaftaran Hak Cipta

Pendaftaran hak cipta bukanlah merupakan persyaratan untuk memperoleh


perlindungan hak cipta (pasal 5 dan pasal 38 UUHC). Artinya, seorang pencipta
yang tidak mendaftarkan hak cipta juga mendapatkan perlindungan, asalkan ia
benar-benar sebagai pencipta suatu ciptaan tertentu. Pendaftaran bukanlah
jaminan mutlak bahwa pendaftar sebagai pencipta yang dilindungi hukum.
Dengan kata lain Undang-Undang Hak Cipta melindungi pencipta, terlepas
apakah ia mendaftarkan ciptaannya atau tidak.

Penyelesaian sengketa.

Pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada


pengadilan niaga atas pelanggaran hak cipta dan meminta penyitaan terhadap
benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu.  Namun, apabila
putusan pengadilan niaga tidak memberikan hasil yang baik maka dapat diajukan
permohonankasasi ke Mahkamah Agung.

Pelanggaran terhadap hak cipta.

Pelanggaran terhadap hak cipta telah diatur dalam Pasal 72 dan Pasal 73
Undang –undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dapat dikenakan
hukum pidana dan perampasan oleh Negara untuk dimusnahkan.

Perkembangan Perundang-undangan Mengenai Hak Cipta di Indonesia

Setelah masa revolusi sampai tahun 1982, Indonesia masih memakai UU


pemerintah kolonial Belanda Auteurswet 1912, sampai saat Undang-Undang Hak
Cipta Nasional pertama diberlakukan tahun 1982. Berdasarkan Undang-undang
Hak Cipta (UUHC) No. 6 tahun 1982, perlindungan atas para Pencipta dianggap
kurang memadai dibandingkan dengan yang diberikan oleh hukum Hak Cipta di
luar negeri. Misalnya, perlindungan Hak Cipta umumnya berlaku selama hidup
Pencipta dan 25 tahun setelah meninggalnya Pencipta. Kategori karya-karya yang

10
Hak Ciptanya dilindungi pun terbatas karena hak-hak yang berkaitan dengan Hak
Cipta (neighbouring rights), misalnya, tidak memperoleh perlindungan hukum.

Pada tahun 1987, UU Hak Cipta Indonesia direvisi dan skala perlindungan
pun diperluas. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan
Atas Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, diberlakukan tidak
sama untuk setiap bidang ciptaan.

Pada tahun 1997, UU Hak Cipta Indonesia direvisi lebih lanjut guna
mengarahkan hukum Indonesia memenuhi kewajibannya pa¿ TRIPs. Hak yang
berkaitan dengan Hak Cipta (neighbouring rights) secara khusus diakui dan
dilindungi dalam bagian UU baru tersebut. Walaupun demikian, banyak karya
yang dianggap termasuk dalam hak-hak yang berkaitan dengan Hak Cipta ternyata
diikutsertakan dalam pasal umum mengenai kategori karya-karya yang hak
ciptanya dilindungi.

Pengaturan ketentuan mengenai perlindungan Hak Cipta ini, dalam


Undang-undang Hak Cipta No. 12 tahun 1997 banyak mengalami perubahan,
menyangkut karena adanya perubahan dan penataan pengelompokan mengenai
jenis-jenis ciptaan. Di antara perubahan mengenai perlindungan Hak Cipta
tersebut yaitu adanya tambahan ketentuan baru yang dimasukkan dalam Undang-
undang Hak Cipta 1997, berupa pengaturan hal-hal sebagai berikut:

 Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara berupa
hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, maka lamanya
perlindungan berlaku tanpa batas waktu.
 Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara karena
suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum
diterbitkan, maka lamanya perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh)
tahun sejak karya cipta tersebut pertama kali diketahui umum.
 Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang dan dilaksanakan oleh penerbit
karena suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya
atau pada ciptaan tersebut hanya tertera nama samar-an penciptanya, maka

11
lamanya perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya
cipta tersebut pertama kali diterbitkan.
 Hak Moral dari suatu ciptaan jangka waktu perlindungannya tanpa batas
waktu.
 Dasar perhitungan jangka waktu perlindungan Hak Cipta bertitik tolak
pada tanggal 1 Januari tahun berikutnya atau tahun yang ber-jalan setelah
ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau
pencipta meninggal dunia.

Ketentuan ini tidak berarti mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu
perlindungan Hak Cipta yang dihitung sejak lahirnya suatu ciptaan, apabila
tanggal tersebut diketahui secara jelas. Tolok ukur untuk mengukur terjadinya
pelanggaran Hak Cipta diubah dari ukuran kuantitatif (10 %) menjadi ukuran
kualitatif yang sesuai dengan kebanyakan undang-undang di luar negeri. Revisi
tahun 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya kreatif
(Pasal 1 ayat 2). Hal yang menarik di sini adalah di pertahankannya sistern
pendaftaran Hak Cipta secara sukarela. Pendaftaran sebenarnya dilakukan dalam
rangka penyediaan bukti-bukti guna menyelesaikan sengketa jika terjadi masalah
di kemudian hari.

Pada akhirnya, pada tahun 2002, Undang-undang Hak Cipta No. 12 tahun
1997 (UUHC) dicabut dan digantikan UHHC yang baru yaitu Undang-Undang
Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang memuat perubahan-perubahan untuk
disesuaikan dengan TRIPs dan penyempurnaan beberapa hal yang perlu untuk
memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk
upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari
keanekaragaman seni dan budaya tradisisonal Indonesia.Di dalam Undang-
Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang baru juga dimuat beberapa
ketentuan baru.

2.6. Paten

12
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (Dadan Samsudin, 2016)

Dalam pasal 1 butir 1 Undang – undang Nomor 14 Tahun 2001 tetang


Paten. Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada
inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya atau memberikan persetujuan kepada pihak lain
untuk melaksanakan.

Lingkup Paten. 

Paten diberikan untuk invensi yang baru dan mengandung langkah inventif
serta dapat diterapkan dalam industry. Namun, suatu invensi merupakan hal yang
tidak dapat diduga sebelumnya dan harus dilakukan dengan memperhatikan
keahlian yang ada pada saat pertama kali diajukan permohonan.  Dengan
demikian, invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan invensi tersebut
tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya. Oleh karena itu,
suatu invensi dapat diterapkan dalam industry jika invensi dapat dilaksanakan
dalam industry sesuai dengan apa yang diuraikan dalam permohonan. Setiap
invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis
disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, kontruksi, atau komponennya dapat
memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana.

Sementara itu, paten yang tidak diberikan untuk invensi meliputi sebagai berikut :

 Proses atau produk, pengumuman, penggunaan atau pelaksanaannya


bertentanagan dengan peraturan perundang –undangan yang berlaku,
moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan.
 Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan, dan pembedahan yang
ditetapkan terhadap manusia / hewan.
 Teori yang metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika, atau
 Semua makhluk hidup, kecuali jasad renik,

13
 Proses biologi yang esesial untuk memproduksi tanaman atau hewan,
kecuali proses nonbiologis atau mikrobiologis.

Jangka Waktu Paten

Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten,


Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak tanggal
penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang, sedangkan untuk
Paten sederhana diberikan jangka waktu 10 tahun, terhitung sejak tanggal
penerimaan dan jangka waktu tidak dapat diperpanjang. Oleh karena itu, tanggal
dimulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan.

Permohonan Paten

Sementara itu, Paten diberikan atas dasar permohonan. Setiap permohonan


hanya dapat diajukan untuk satu invensi atau beberapa invensi yang merupakan
satu kesatuan invensi. Namun, permohonan dapat berubah dari paten menjadi
paten sederhana. Sebaliknya, perubahan ini dilakukan oleh pemohon dengan tetap
memperhatikan ketentuan dalam perundang-undangan.

Pengalihan Paten

Berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang


paten, patendapat beralih atau dialihkan baik seluruh maupun sebagian karena
pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan.  Setiap segala bentuk pengalihan paten wajib
dicatat dan diumumkan di Direktorat Jenderal pengalihan paten yang tidak sesuai
dengan di atas tidak sah dan batal demi hukum.

Lisensi Paten

Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan


perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan hukum sebagaimana di
perjanjikan; berlangsung untuk jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk
seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Namun, perjanjian lisensi harus
dicatat dan diumumkan dan dikenakan biaya. Sementara itu, pelaksanakan lisensi

14
wajib disertai pembayaran royalty oleh penerima lisensi kepada pemegang paten,
besarnya royalti yang harus dibayarkan ditetapkan oleh direktorat jenderal.

Paten Sederhana

Paten sederhana hanya diberikan untuk satu invensi, dicatat, dan


diumumkan di Direktorat Jenderal sebagai bukti hak kepada pemegang hak
sederhana diberiakn sertifikat paten sederhana. Selain itu, paten sederhana tidak
dapat dimintakan lisensi wajib

Penyelesaian Sengketa

Pemegang paten atau penerima lisensi berhak mengajukan gugatan ganti


rugi kepada pengadilan niaga tehadap siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa
hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dengan perundang-undangan
ini.  Namun, jika dalam keputusan pengadilan niaga tidak memberikan kepastian
para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternative
penyelesaian sengketa.

Pelanggaran Terhadap Hak Paten

Pelanggaran terhadap Hak Paten merupakan tindakan delik aduan, seperti


diatur dalam pasal 130 sampai dengan pasal 135 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2001 tentang Paten, dapat dikenakan hukum pidana dan perampasan oleh
Negara untuk dimusnahkan.

2.7. Hak Merek

Merek merupakan “suatu tanda pembeda” atas barang atau jasa bagi satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda pembeda maka merek
dalam satu klasidikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan antara satu dan
lainnya baik pada keseluruhan maupun pada pokoknya. (Direktorat Jenderal
Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian)

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang


Merek, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-

15
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak
atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik
merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu
dengan menggunakan sendiri merek atau memberikan izin kepada pihak lain
untuk menggunakanya.

Jenis-Jenis Merek

Jenis-jenis merek dapat dibagi menjadi merek dagang, merek jasa, dan
merek kolektif.

 Merek Dagang

Merek dagang merupakan merek yang digunakan pada barang yang


diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenisnya.

 Merek Jasa

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

 Merek Kolektif

Merek kolektif merupakan merek yang digunakan pada barang dan/atau


jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang
atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang
dan/atau hal sejenis lainnya.

Merek yang Tidak Dapat Didaftar 

 Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,


moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
 Tidak memiliki daya pembeda;
 Telah menjadi milik umum; atau

16
 Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohon pendaftarannya.

Merek Yang Ditolak

Permohonan merek yang ditolak oleh Direktorat Jenderal Merek, antara lain

 Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek


milik pikah lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau
jasa yang sejenis;
 Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhanya dengan merek
yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
 Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi-geografis yang sudah dikenal,
 Serupa atau mempunyai nama orang terkenal, foto atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang
berhak;
 Merupakan tiruan atau mempunyai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang, symbol, emblem Negara, lambang nasional maupun
internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;

Pendaftaran Merek 

Setiap permohonan merek diajukan kepada Direktorat Jenderal Merek


Departemen Kehakiman dan HAM dan setiap permohonan yang telah disetujui
akan memperoleh sertifikat merek yang terdaftar dalam daftar umum merek.

Jangka Waktu

Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10


tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan dapat
diperpanjang dengan jangka waktu yang sama.

17
Peralihan Hak Merek Terdaftar

Hak merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, wasiat,
hibah, perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan. Sementara itu, setiap pengalihan hak atas merek wajib
dimohonkan pencatatnya di Direktorat Jenderal Merek uantuk dicatat dalam daftar
umum merek.

Lisensi

Pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihyak lain


dengan perjanjian bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek tersebut
untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa. Sementara itu, perjanjian
lisensi wajib dimohonkan pencatatannya pada Direktorat Jenderal Merek.

Merek Kolektif

Permohonan pendaftaran merek dagang atau merek jasa sebagai merek


kolektif hanya dapat diterima apabila dalam permohonan dengan jelas dinyatakan
bahwa merek tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif. Penggunaan merek
kolektif harus memenuhi persyaratan, antara lain:

 Sifat, ciri umum, mutu barang, atau jasa yang akan diproduksi dan
diperdagangkan;
 Peraturan baik pemilik merek kolektif untuk melakukan pengawasan yang
efektif atas penggunaan merek tersebut;
 Sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan merek kolektif. Sementara
itu, merek kolektif terdaftar tidak dapat dilisensikan kepada pihak lain.

Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran merek

Penghapusan pendaftaran merek dari daftar umum merek dapat dilakukan


atas prakasa Direktorat Jenderal berdasarkan permohonan pemilik merek yang
bersangkutan. Penghapusan pendaftaran merek atas prakasa Direktorat Jenderal
dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.

18
Merek tidak digunakan selama 3 tahun berturut-turut dalam perdagangan
barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali
apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal.

Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai
dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termaksud
pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang terdaftar.

Penyelesaian Sengketa

Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain


secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau seluruhnya untuk barang atau jasa yang sejenis, berupa

 Gugatan ganti rugi, dan/atau


 Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek
tersebut.
Selain penyelesaian gugatan sebagaimana diatas maka para pihak dapat
menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian
sengketa.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kekayaan intelektual pada masa sekarang sudah diakui sebagai hak milik
pribadi, untuk itu dibentuklah undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan
HAKI. Di Indonesia HAKI diatur oleh Dirjen HAKI. Banyak kasus-kasus
pelanggaran terhadap HAKI saat ini, untuk itu diperlukan penguatan kembali
undang-undang yang berlaku dan pengawasan ketat terhadap HAKI oleh Dirjen
HAKI, juga perlu ditingkatkan lagi pengetahuan masyarakat luas tentang HAKI
(Hak, Pelanggaran, dan Sanksi).

Jadi dapat disimpulkan, HAKI ialah Hak kekayaan intelektual dimana


melindungi dan menghargai kreatifitas intelektual seseorang. Adanya hukum hak
dapat membatasi maraknya sistem pembajakan di Indonesia ini yang makin lama
malah makin meningkat. Padahal  adanya HAKI, sudah sejak lama yaitu pada
zaman penjajahan belanda. Untuk itu, sebagai WNI yang baik, junjunglah tinggi
HAKI dengan meningkatnya kreatifitas tiap individu jadi tiap individu itu akan
berlomba-lomba untuk mengahasilkan karya yang terbaik yang dapat dijual di
masayrakat, jadi secara tidak langsung adanya pembajakan pun akan hilang dan
setiap akan menghargai jerih payah seseorang menciptakan sesuatu yang
bermakna.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Samsudin, Dadan. 2016. “Hak Kekayaan Intelektual dan Manfaatnya bagi


Lembaga Litbang”.

https://sumberdaya.ristekdikti.go.id/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekayaan_intelektual

https://penelitian.ugm.ac.id/hak-cipta/

https://kemenperin.go.id/

http://vandoyo.wordpress.com/2007/11/27/uu-nomor-19-tahun-2002-tentang-hak-
cipta

https://www.duniadosen.com/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/

http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/99-hak-kekayaan-intelektual

Anda mungkin juga menyukai