PENILAIAN
1. QUIZ/TUGAS/PR = 40%
2. UTS = 30%
3. UAS = 30%
TOTAL =100%
SAHAM
HUTANG
REINVEST
KAS
BARANG ½ JADI
BARANG JADI
DIJUAL KREDIT
DIJUAL TUNAI
PIUTANG
DIVIDEN PAJAK
Contoh Kasus: Bisnis meubel PT Gedung L tahun lalu memperoleh laba bersih setelah pajak sebesar Rp10 juta.
Dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan DPR (Dividend Payout Ratio) sebesar 30%. Diketahui
pemegang saham perusahaan adalah Bayu sebesar 60% dan Farid 40%. Berdasar RUPS, berapa bagian laba
masing-masing pemegang saham (dividen yang diterima Bayu; dividen yang diterima Farid) dan berapa laba
ditahan (Retained Earning) ?
4b
1. Alran dana dimulai saat surat berharga dikeluarkan untuk memperoleh dana (panah 1).
2. Dana diinvestasi utk beli real assets (aktiva riil) dalam operasi perusahaan (panah 2).
3. Perusahaan yang bekerja dengan baik, aktiva riil akan memberi kas masuk lebih dari cukup untuk membayar investasi semula (3).
4. Dana dapat di reinvest (4a) atau kembali ke investor (pemegang saham 4b) maupun kreditor yang membeli saham ataupun bond.
1. Dua partner menginvestasikan dana untuk mendirikan perusahaan mebel Alam Raya sebesar Rp80 juta.
Mereka beli lokasi usaha, perlengkapan dan aktiva lainnya senilai Rp 50 juta. Hasilnya tampak dalam Neraca 1
berikut:
2. Perusahaan menerima pesanan 10.000 kursi. Order ini tak berpengaruh apapun thd Neraca.
Dalam persiapan produksi, perusahaan beli kayu senilai Rp40 jt dan akan dibayar 30 hari lagi.
Tanpa tambahan investasi dari pemilik modal, total aktiva naik dengan Rp 40 jt yang didanai hutang dagang
oleh “supplier” kayu.
Setelah pembelian kayu, perusahaan mengeluarkan Rp 30 jt untuk ongkos potong kayu sesuai order. Dari Rp
30 jt ini, Rp 10 jt dibayar tunai dan Rp 20 jt masih belum dibayar.
Kedua transaksi ini di Neraca 2 menunjukkan total aktiva naik jadi Rp 140 jt.
3. Untuk selesaikan order kursi, perusahaan mengeluarkan biaya upah Rp 20 jt lagi dan dibayar tunai. Diasumsi
perusahaan pertahankan saldo kas minimal Rp5 jt. Karena saldo kas awal masih 20 jt, maka perusahaan perlu
pinjam tambahan Rp 5 jt dari bank untuk bayar rekening tersebut. Pinjaman tersebut ditunjukkan dari hutang
wesel dalam Neraca 3 berikut:
4. Perusahaan mengirim kursi-kursi sesuai order, dan membebankan tagihan Rp 120 jt dalam waktu 30 hari.
Hutang gaji dan hutang dagang sekarang harus dibayar, sehingga perusahaan harus pinjam tambahan sebesar
Rp 60 jt untuk mempertahankan saldo kas minimalnya. Transaksi-transaksi itu tampak dalam Neraca 4 berikut:
5. Perusahaan terima pembayaran piutangnya, membayar hutang bank, bila ada order lagi maka siklus dimulai
lagi.
PENYELESAIAN ATAS CERITA DI ATAS DAN DAMPAKNYA TERHADAP NERACA PADA MASING-MASING KASUS
TAMPAK PADA HALAMAN BERIKUTNYA.
NOTE: PEMAHAMAN MATERI INI PENTING SEBAGAI DASAR MEMAHAMI BISNIS PERUSAHAAN.
ILUSTRASI PERPUTARAN ALIRAN KAS TERHADAP NERACA
1. Dua partner menginvestasikan dana untuk mendirikan perusahaan mebel Alam Raya sebesar Rp80 juta.
Mereka beli lokasi usaha, perlengkapan dan aktiva lainnya senilai Rp 50 juta. Hasilnya tampak dalam Neraca 1
berikut:
Neraca 1
Kas Rp 30 jt Modal Sendiri (Saham Biasa) Rp 80 jt
Aktiva Tetap Rp 50 jt
Rp 80 jt Rp 80 jt
2. Perusahaan menerima pesanan 10.000 kursi. Order ini tak berpengaruh apapun thd Neraca.
Dalam persiapan produksi, perusahaan beli kayu senilai Rp40 jt dan akan dibayar 30 hari lagi.
Tanpa tambahan investasi dari pemilik modal, total aktiva naik dengan Rp 40 jt yang didanai hutang dagang
oleh “supplier” kayu.
Setelah pembelian kayu, perusahaan mengeluarkan Rp 30 jt untuk ongkos potong kayu sesuai order. Dari Rp
30 jt ini, Rp 10 jt dibayar tunai dan Rp 20 jt masih belum dibayar.
Kedua transaksi ini di Neraca 2 menunjukkan total aktiva naik jadi Rp 140 jt.
Neraca 2
Kas Rp 20 jt Hutang Dagang Rp 40 jt
Persediaan BDP: Hutang Gaji Rp 20 jt
Material Rp 40 jt Modal Sendiri (Saham Biasa) Rp 80 jt
TK Rp 30 jt
Aktiva Tetap Rp 50 jt
Rp 140 jt Rp 140 jt
3. Untuk selesaikan order kursi, perusahaan mengeluarkan biaya upah Rp 20 jt lagi dan dibayar tunai. Diasumsi
perusahaan pertahankan saldo kas minimal Rp5 jt. Karena saldo kas awal masih 20 jt, maka perusahaan perlu
pinjam tambahan Rp 5 jt dari bank untuk bayar rekening tersebut. Pinjaman tersebut ditunjukkan dari hutang
bank dalam Neraca 3 berikut:
Neraca 3
Kas Rp 5 jt Hutang Dagang Rp 40 jt
Persediaan Brg Jadi Rp 90 jt Hutang Bank Rp 5 jt
Aktiva Tetap Rp 50 jt Hutang Gaji Rp 20 jt
Modal Sendiri (Saham Biasa) Rp 80 jt
Rp 145 jt Rp 145 jt
4. Perusahaan mengirim kursi-kursi sesuai order, dan membebankan tagihan Rp 120 jt dalam waktu 30 hari.
Hutang gaji dan hutang dagang sekarang harus dibayar, sehingga perusahaan harus pinjam tambahan sebesar
Rp 60 jt untuk mempertahankan saldo kas minimalnya. Transaksi-transaksi itu tampak dalam Neraca 4 berikut:
Neraca 4
Kas Rp 5 jt Hutang Bank Rp 65 jt
Piutang Dagang Rp 120 jt Modal Saham Rp 80 jt
Aktiva Tetap Rp 50 jt Laba Ditahan Rp 30 jt
Total Rp 175 jt Rp 175
5. Perusahaan terima pembayaran piutangnya, membayar hutang bank, bila ada order lagi maka siklus dimulai
lagi.
Neraca 5
Kas Rp 60 jt Modal Saham Rp 80 jt
Aktiva Tetap Rp 50 jt Laba Ditahan Rp 30 jt
Total Rp 110 Rp 110
Dengan volume bisnis yang ada, walaupun tidak ekspansif perusahaan secara rutin harus
meremajakan fixed assetnya.
Di era inflasi, harga-harga akan terus naik. Akibatnya akumulasi depresiasi. Tak lagi
cukup untuk cadangan dana pengganti fixed asset.
Naiknya kurs dollar 2x atau 3x terhadap Rupiah →Fixed Asset naik drastis (Ingat,
mesin-mesin masih buatan luar negeri).
MIsal dana peremajaan naik 2x → karena kurs, maka dana yang bebas dari laba
bersih, yang semula misal 10 milyar, tinggal 5 milyar.
Inflasi sebabkan nilai penjualan ↗ tapi volume tetap. → Kebutuhan aktiva lancar juga
↗ → Laba bersih bisa berkurang/habis untuk pertahankan volume bisnis yang ada.
Kalau sudah seperti itu, jangankan bayar dividen, bayar pajak pun terpaksa hisap
dana perusahaan sendiri → mati lemas.
Di era inflasi
Harga BM(BahanMentah) ↗
TK(TenagaKerja) jika tidak naik → daya beli ↙ Rumah Tangga TK kacau → Demo
untuk minta kenaikan gaji … dst … dst
Menaikkan harga jual → Bisa tidak laku/kalah bersaing.
Contoh:
Neraca Awal
Persediaan 10 Unit @ Rp. 1.000 Rp. 10.000_ Modal Disetor Rp. 10.000_
Rp. 10.000 Rp. 10.000
Pada akhir tahun 1, Kas menjadi Rp. 12.800 (Saldo awal Rp. 0 + Sales Rp. 15.000 –
Biaya Operasional Rp. 1000 – Pajak Rp. 1.200).
Karena No Dividen → Laba bersih Rp. 2.800 → Jadi laba ditahan → Neraca pada akhir
th 1 jadi sbb :
Neraca Akhir Th 1
Kas Rp. 12.800 Modal Disetor Rp. 10.000
Persediaan Rp. 0_____ LabaDitahan Rp. 2.800
Rp. 12.800 Rp. 12.800
Misal harga beli persediaan naik menjadi Rp. 3.000/Unit dari Rp. 1.000/Unit, neraca setelah
beli persediaan jadi sbb :
Persediaan 4 Unit @ Rp. 3.000 Rp. 12.000
Kas Rp. 800
Rp. 12.800
Neraca Akhir Th 2
Kas Rp. 16.300 Modal Disetor Rp. 10.000
Persediaan Rp. 0____ LabaDisetor I Rp. 2.800
LabaDisetor II Rp. 3.500
Rp. 16.300 Rp. 16.300
Misal harga beli persediaan naik lagi dari Rp. 3.000 → Rp. 4.500. Setelah beli persediaan,
neraca jadi sbb :
Kas Rp. 2.800
Persediaan 3 Unit @ Rp. 4.500 Rp. 13.500 _
Rp. 16.300
Kita lihat walaupun untung terus → Harus bayar pajak, karena inflasi → volume bisnis
menyusut terus.
Diawal ada 10 unit, akhir th 1 tinggal 4 → Akhir th 2 tinggal 3. Bila dilanjut, perusahaan tak
sanggup lagi beli persediaan. Bila dijual secara kredit → Lebih buruk lagi.
SKEDUL HARGA POKOK PRODUKSI
BAHAN MENTAH:
Persediaan awal (31 Des 2017) Rp 300
Pembelian Rp 1.500 +
BM tersedia utk digunakan Rp 1.800
Persediaan Akhir (31 Des 2018) Rp 200 −
Bahan Mentah yang digunakan Rp 1.600
PENJUALAN Rp 3.600
HARGA POKOK PENJUALAN:
PERSEDIAAN AWAL BRG JADI Rp 200
HARGA POKOK PRODUKSI Rp 2.600 +
HARGA POKOK BRG TERSEDIA Rp 2.800
PERSEDIAAN AKHIR BRG JADI Rp 100 −
HARGA POKOK PENJUALAN Rp 2.700 −
LABA KOTOR Rp 900
BIAYA OPERASI (ADM/SALES/GENERAL) Rp 200 −
LABA SEBELUM BUNGA & PAJAK Rp 700
BUNGA Rp 150 −
LABA SEBELUM PAJAK Rp 550
PAJAK (30%) Rp 165 −
LABA SETELAH PAJAK Rp 385
SOAL: PR HPP & LABA RUGI di e mail tgl 4 Februari 2022 jam 18.00 on time adjiprabawa1959@gmail.com
PR ditulis tangan di ttd, Nama, & NIM. Dikirim dalam satu folder oleh Komti.
Diketahui data berikut:
Pembelian BM $100 Biaya Operasi $150 a. Susun & hitung Harga Pokok Produksi
WIP Awal $20 Bunga $50 b. Susun & hitung Laporan Laba Rugi
WIP Akhir $15 Penjualan $1000
TK $60 T = 40%
BOP $40 Psd Brg Jadi Awal $120
BM Akhir $25 Psd Brg Jadi Akhir $80
BM Awal $30