Dosen Pengampuh :
Ibu Satira Yusuf, SE., M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
~ Wikra Azizah (B1C122054) ~ Evan Farrelnanda Lande (B1C122080)
~ Amalia kartika putri (B1C122060) ~ Ika putri wulandari (BICI22085)
~ Andi Yusriadi (B1C122065) ~ Jessen Kris Safijun (B1C122090)
~ Azi Yusriadi (B1C122070) ~ Letisya Justin (B1C122095)
~ Dwi Rafni Desya Mentari (B1C122075) ~ Miftahul Jannah (B1C122099)
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Hukum Bisnis dengan
topik pembahasan yaitu tentang ”Hukum Kekayaan Intelektual (HKI)” Makalah ini kami
buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis dan sebagai penambah pengetahuan
bagi kita semua.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan adanya dukungan dan bimbingan
dari dosen Pengajar mata kuliah Hukum Bisnis, yakni kepada Ibu Satira Yusuf, SE., M.Si.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat Waktu. Dalam penulisan makalah ini pasti
banyak kesalahan atau kekurangan baik secara tidak sengaja ataupun ketidaktahuan. Kami
mohon maaf atas ketidaknyamanan dalam membaca makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
memberikan banyak manfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6
A. Pengertian Hukum Kekayaan Intelektual ...................................... 6
B. Sifat & Prinsip Hukum Kekayaan Intelektual............................... 7
C. Ruang Lingkup Hukum Kekayaan Inteletual................................ 8
D. Pengaturan Hukum Kekayaan Intelektual .................................... 9
E. Pengertian Jenis Hukum Kekayaan Intelektual ............................ 10
F. Manfaat Kekayaan Intelektual Bagi Pembangunan Indonesia .... 13
G. Kritik-Kritik Terhadap Hukum Kekayaan Intelektual ................ 13
H. Pengertian Hki Dalam Hukum Islam ............................................. 16
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19
A. Kesimpulan ........................................................................................ 19
B. Saran .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21S
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang paten, Octrooi wet produk Kolonial Belanda yang dimuat dalam
Lembaran Negara Hindia Belanda Tahun 1910 Nomor 313 dicabut melalui UU No. 6 Tahun
1989 kemudian secara berturut-turut direvisi melalui UU No. 13 Tahun 1997 dan terakhir
dengan UU No. 14 Tahun 2001.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah HKI atau Hukum atas Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari
Intelectual Property Right (IPR), sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun
1994 tentang pengesahan WTO (Agreement The World Trade Organization). Pengertian
Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman mengenai hak atas kekayaan yang
timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang mempunyai hubungan dengan hak
seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia (human right).
Hukum Kekayaan Intelektual adalah hukum yang mengatur hak eksklusif yang
diberikan suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas perlindungan karya
ciptanya. Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau
lahir karena kemampuan intelektual manusia.
Pengertian Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan
intelektual manusia yang mempunyai manfaat ekonomi. Konsepsi mengenai Hak Kekayaan
Intelektual didasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang telah dihasilkan manusia
memerlukan pengorbanan tenaga, waktu dan biaya. Pengorbanan ini menjadikan karya yang
telah dihasilkan memiliki nilai ekonomi karena manfaat yang dapat dinikmatinya. Ini
mendorong butuhnya penghargaan atas hasil berupa perlindungan hukum.
Berikut ini beberapa definisi Hak Kekayaan Intelektual menurut para ahli, antara lain:
6
b. Peter Mahmud Marzuki mendefinisikan Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu hak yang
timbul dari karya intelektual seseorang yang mendatangkan keuntungan materiil.
d. A. Zen Umar Purba mendefinisikan bahwa Hak Kekayaan Intelektual merupakan aset
yang secara hukum menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemiliknya, seperti juga aset-aset
yang lain, seperti tanah dengan sertifikat, dan kepemilikan benda-benda bergerak, melekat
pada yang menguasai. Untuk itu diperlukan suatu proses pendaftaran guna mendapatkan
tanda kepemilikan dari negara. Kesadaran bahwa karya intelektual merupakan benda tidak
berwujud yang dapat dijadikan aset adalah kunci pokok permasalahan, selanjutnya dengan
adaya unsur kepemilikan, diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas usaha.
Apabila telah habis masa perlindungannya ciptaan atau penemuan tersebut akan menjadi
milik umum, tetapi ada pula yang setelah habis masa perlindungannya dapat diperpanjang
lagi, misalnya hak merek.
HKI yang bersifat eksklusif dan mutlak ini maksudnya hak tersebut dapat dipertahankan
terhadap siapapun. Pemilik hak dapat menuntut terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh
siapapun. Pemilik atau pemegang HaKI mempunyai suatu hak monopoli, yaitu pemilik atau
pemegang hak dapat mempergunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa
persetujuannya untuk membuat ciptaan atau temuan ataupun menggunakannya.
7
Prinsip Prinsip HKI
Secara umum HKI memiliki 4 prinsip yang sudah diterapkan sejak awal, yaitu:
1. Prinsip Ekonomi
Prinsip prinsip haki yang pertama adalah prinsip ekonomi. Dalam prinsip ekonomi, hak
kekayaan intelektual berasal dari kegiatan kreatif hasil dari daya pikir manusia yang memiliki
manfaat serta nilai ekonomi, dan akan memberikan keuntungan kepada pemilik hak cipta.
2. Prinsip Keadilan
Dalam prinsip keadilan ini merupakan suatu bentuk perlindungan hukum bagi pemilik suatu
hasil dari kemampuan intelektual, sehingga pemilik atau pemegang hak atas kekayaan
intelektual memiliki kekuasaan penuh terhadap karyanya
3. Prinsip Kebudayaan
Untuk prinsip kebudayaan sendiri merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan, sastra
dan seni guna meningkatkan taraf kehidupan yang akan memberikan keuntungan bagi
masyarakat luas, bangsa dan juga Negara.
4. Prinsip Sosial
Prinsip prinsip HAKI yang terakhir adalah prinsip sosial. Pada prinsip sosial merupakan
prinsip yang mengatur terkait kepentingan manusia sebagai Warga Negara, sehingga hak
yang telah diberikan oleh hukum atas suatu karya merupakan satu kesatuan yang diberikan
perlindungan berdasarkan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat atau
lingkungan.
Hak cipta adalah hak eksklusif yang dimiliki secara otomatis oleh pencipta setelah ciptaannya
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan (Pasal 1 angka 1 UU 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU HC). Hak cipta
mencakup buku, lagu, peta, seni batik, terjemahan dan tafsir, seni rupa, seni ukir dll.
8
Hak terkait adalah hak eksklusif yang berkaitan dengan hak cipta. Hak eksklusif dimiliki oleh
pelaku pertunjukan, produser rekaman, atau lembaga penyiaran (Pasal 1 angka 5 UU HC)
b. Hak Kekayaan Perindustrian (Industrial Property Rights) yang khusus berkaitan dengan
industri. Aspek terpenting dari Kekayaan Perindustrian adalah hasil penemuan atau ciptaan
yang dapat digunakan untuk maksud-maksud industri. Yang mencakup hak industri seperti
paten, merek, rahasia dagang, desain industri, desain tata letak.
Indonesia telah memperbaharui tiga UU HKI yang sebelumnya sudah ada, dan
membentuk UU dibidang HKI yang lain. Sebagaimana lazimnya, dalam hampir setiap UU
memerlukan peranan hukum pidana untuk menegakkan norma-norma tertentu yang diatur
dalam UU yang bersangkutan. Positivitas hukum pidana sangat kuat. Terletak pada ancaman
pidana yang ditentukan pada setiap tindak pidana. Oleh karena itu acapkali untuk
menegakkan norma-norma hukum yang pada dasarnya bukan hukum pidana dengan
memanfaatkan peranan hukum pidana. Dengan cara mengancam pelanggaran norma hukum
tersebut dengan pidana. Sehingga menjadi suatu norma tindak pidana. Seperti halnya norma-
norma tertentu di dalam tujuh UU mengenai HKI tersebut.
Ditentukan ancaman pidana bagi orang yang melanggar norma tersebut. Meskipun
semula bukan norma hukum pidana. Hak cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Di Indonesia apresiasi terhadap hak kekayaan intelektual ini masih
rendah, sehingga terkadang masih ada yang menganggap Hak Kekakayaan Intelektual ini
tidak dibutuhkan. Padahal kenyataannya Hak kekayaan intelektual ini berguna untuk
melindungi pengusaha dari kemungkinan penggunaan hak miliknya tanpa izin. Oleh karena
itu penting bagi Eksportir untuk mempersiapkan produknya terkait dengan HKI sebelum
melakukan Ekspor agar produknya tersebut memiliki perlindungan hukum.
A. Hak cipta
Hak cipta mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang di dalamnya mencakup
juga program komputer. Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif. Hak cipta terdiri dari dua hak, yaitu hak moral dan hak
ekonomi. Hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta dan tidak
dapat dialihkan selama ia masih hidup. Sementara hak ekonomi adalah hak eksklusif pencipta
atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaannya. Hak ekonomi
berupa lisensi dan royalti. Jika lisensi adalah izin tertulis yang diberikan pemegang hak cipta
atau pemilik hak terkait kepada pihak lain atas ciptaannya maka royalti adalah imbalan atas
penggunaan ciptaan atau produk hak terkait tersebut. Ciptaan yang dapat dilindungi:
10
1. Buku, program komputer, pamflet, layout karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni
pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
7. Arsitektur;
8. Peta;
9. Seni batik;
10. Fotografi;
11. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
B. Hak Paten
Paten adalah hak eksklusif inventor atas invensi di bidang teknologi untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakan invensinya. Invensi sendiri merupakan ide yang dituangkan ke dalam suatu
kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau
proses atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Contoh hak paten, yaitu
penemuan B.J Habibie yang disebut aeronautika dan cakar ayam oleh Sedijatmo.
C. Merek
Merek adalah tanda yang ditampilkan secara grafis untuk membedakan barang atau
jasa yang diproduksi. Adanya hak merek berfungsi sebagai:
1. alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan;
2. dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang
dimohonkan pendaftaran oleh orang;
3. dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau sama pada
pokoknya Desain industri yang dapat didaftarkan, yaitu:
11
1. Yang memiliki kebaruan, dengan catatan jika pada tanggal penerimaan permohonan
pendaftaran desain industri tersebut tidak sama dengan yang telah ada sebelumnya;
2. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban
umum, agama, atau kesusilaan. Contohnya adalah bentuk dan detail pada smartphone dan
laptop.
D. Indikasi Geografis
Indikasi geografis adalah tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang atau
produk yang karena faktor geografis memberikan reputasi, kualitas dan karakteristik tertentu
pada barang atau produk yang dihasilkan. Permohonan pendaftaran indikasi geografis
diajukan oleh:
E. Rahasia Dagang
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang. Lingkup perlindungan rahasia
dagang meliputi metode produksi, pengolahan, penjualan, atau informasi lain di bidang
teknologi atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui masyarakat umum.
Sirkuit terpadu adalah produk jadi atau setengah jadi yang di dalamnya terdapat
berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang
sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah
bahan semikonduktor untuk menghasilkan fungsi elektronik. Desain tata letak sirkuit terpadu
merupakan rancangan peletakan tiga dimensi yang terbuat dari berbagai elemen yang
setidaknya ada satu elemen aktif sehingga dapat menjadi koneksi pada sirkuit terpadu
tersebut.
12
F. Manfaat Kekayaan Intelektual (HKI) Bagi Pembangunan Indonesia
Perlindungan mengenai hak cipta pada awalnya adalah ide dari negara-negara kapitalis atau
negara-negara post modernisme. Dapat dilihat pada penjelasan sebelumnya mengenai sejarah
penyusunan UU HKI di Indonesia selalu mengacu pada kesepakatan-kesepakatan yang
dihasilkan dari konvensi-konvensi yang diprakarsai oleh negara-negara Eropa dan Amerika
Serikat yang kita ketahui bersama adalah negara-negara kapitalis.
13
2 . Konsep UU Hak Cipta Inggris menurut sejarahnya berpihak pada industri.
3. Pada tahun 2004, World Intellectual Property Organization (WIPO) mendapatkan kritik
dalam The Geneva Declaration on the Future of the World Intellectual Property
OrganizationKritik tersebut mengatakan bahwa WIPO seharusnya menempatkan kekayaan
intelektual sebagai salah satu alat pembangunan di negara-negara berkembang, bukan justru
peraturan tentang HaKI mematikan atau menghambat pembangunan itu sendiri (Anonim,
2012).
4. Eben Moglen seorang profesor bidang hukum di Columbia University menyatakan bahwa
konsep HaKI merupakan suatu bentuk proteksionisme intelektual ataupun monopoli
intelektual yang mengancam kepentingan publik melalui suatu legislasi yang proteksionis
(Moglen, 2003).
5. Penyusunan UU Hak Cipta diprakarsai WTO (World Trade Organization). Dalam sejarah
penyusunannya, kesepakatan mengenai hak cipta diprakarsai oleh WTO (World Trade
Organization) untuk melindungi kepentingan negara-negara maju dalam rangka menghadapi
perdagangan bebas dan globalisasi.
6. Sejumlah aktivis HAM menuduh UU Hak Cipta hanya sekedar alat rekayasa negara-negara
post modernism untuk memperluas hegemoni kekuasaan ekonominya di negara-negara
berkembang. Pernyataan ini terbukti dengan adanya kasus obat anti AIDS yang dipatenkan di
negara maju, padahal penderita AIDS banyak dijumpai di negara-negara berkembang (misal
Afrika) sehingga harga obat anti AIDS tersebut sangat mahal (Fergusson, 2003).
7. UU tentang kekayaan intelektual adalah alat penjajahan masa kini. Pada contoh kasus
bioprospek jelas terlihat terjadi bioimperialisme melalui paten. Telah diketahui bahwa
sebanyak tiga per empat senyawa yang digunakan dalan industri farmasi di dunia berasal dari
tumbuhan yang digunakan oleh penduduk tradisional. Hanya sekitar 2% senyawa dari
tumbuhan yang ditemukan sendiri oleh peneliti (Yee, 2012). Walaupun kini berkembang
metode pembagian keuntungan atau pemberian insentif pada penduduk lokal sebagai
penghargaan atas pengetahuan tradisionalnya untuk mencari potensi senyawa obat, namun
tetap saja paten atas formula obat tersebut dimiliki oleh negara maju, yang artinya jika negara
berkembang membutuhkan obat tersebut maka harus mengeluarkan biaya yang mahal.
14
8. Perlindungan terhadap kekayaan intelektual, menurut konsepnya adalah perlindungan
terhadap ekspresi sebuah ide bukan terhadap karya fisik yang diciptakan berdasarkan ide
tersebut. Walaupun ide tersebut dapat ditiru atau digunakan oleh orang lain, namun pemilik
awal ide tersebut tidak akan dirugikan atau nilai ide tersebut tidak akan berkurang.
10. Informasi biologi seperti genetic sequence dapat dipatenkan. Paten terhadap informasi
genetika tentunya dimiliki oleh negara-negara maju yang penelitian bioteknologinya sangat
berkembang. Paten yang dihasilkan dapat sangat merugikan negara-negara berkembang
terutama negara-negara miskin atau yang biasa disebut negara dunia ketiga. Biasanya
perusahaan atau ilmuwan di negara maju mematenkan informasi genetik tumbuhan atau
hewan yang berasal dari negara dunia ketiga, sehingga jika warga negara tersebut ingin
menggunakan benih atau materi genetik lainnya yang sebenarnya tersedia secara gratis di
negaranya sendiri, mereka akan dikenakan kewajiban untuk membayar penggunaan paten
kepada pemilik paten.
11. Kekayaan intelektual dapat diperjualbelikan. Artinya seseorang atau perusahaan yang
memiliki kekuatan dan materi lah yang lebih diuntungkan.
12. Kekayaan intelektual sebenarnya tidak mutlak sepenuhnya merupakan hasil pemikiran
seseorang. Ide yang dihasilkan tentunya tidak dapat dibayangkan tanpa masukan, ide,
pemikiran, hasil karya, atau hasil kerja sejumlah orang diluar diri seseorang. Inspirasi akan
lahirnya sebuah ide pasti dipengaruhi oleh faktor eksternal. Maksudnya adalah bahwa hak
monopoli yang diberikan oleh UU Hak Kekayaan Intelektual kurang tepat, karena bagaimana
menentukan apakah ide tersebut benar-benar lahir dari seseorang.
15
13. Masyarakat Indonesia mengenal kepemilikian komunal. Nilai-nilai komunal yang dianut
masyarakat Indonesia yang berkarakter tradisional bergerak bersebarangan dengan logika hak
ekonomis pada hak kekayaan intelektual (Putri, 2012).
14. UU Hak Cipta yang dimiliki Indonesia tidak dapat mengakomodasi kekayaan kultural
bangsa. Menurut Hayyan UI Hac Kandidat Doktor di Bidang Hukum Universitas Utrecht
Belanda, UU HAKI no. 19/2002 tidak bisa mengakomodir kekayaan kultural bangsa. Oleh
karena itu, banyak kebudayaan-kebudayaan asli Indonesia yang tidak dapat dipatenkan,
karena UU ini mensyaratkan 3 komponen yaitu :
1. Dia harus bersifat original atau sesuatu yang baru dan belum pernah ada sebelumnya
2. Sebuah ciptaan baru bisa dilindungi bila penciptanya diketahui
3. Jangka waktu perlindungan dalam UU Hak Cipta Indonesia itu hanya seumur hidup
sang pencipta ditambah 70 tahun setelah yang bersangkutan meninggal
Hukum Islam Terhadap Hak atas Kekayaan Intlektual Hak atas Kekayaan Intlektual
manusia yang meliputi hak cipta, penemuan atau ciri khas usaha dagang, logo, merek dagang,
system operasional bisnis terpadu dan sebagainya
Dilihat dari sudut Hukum Islam, merupakan persoalan baru dalam kajian fiqh klasik.
Persoalan yang muncul terkait dengan hak atas kekayaan intlektual, menyangkut status
kepemilikan bagi pemiliknya dan hukum yang melingkupinya dalam pandangan hukum
muamalat Islam. Hak atas kekayaan intlektual, dalam hukum Islam termasuk kategori hak
Ibtikar, yaitu penemuan atau kreasi yang merupakan hasil karya intlektual manusia yang
belum pernah ditemukan oleh ilmuwan sebelumnya. Hak atas kekayaan intlektual (HaKI) bila
dihubungkan dengan pengertian harta dalam hukum Islam (dalam hal ini mengacu dengan
teori Ulama Jumhur ), maka HaKi dapat dipandang sebagai harta, karena menurut Jumhur
Ulama, yang dinamakan harta tidak harus bersifat materi atau benda, tetapi juga manfaat atau
hak dapat dipandang sebagai harta. Alasannya bahwa maksud orang memiliki suatu benda
bukan karena semata-mata bendanya tetapi adalah manfaat dari benda itu senidiri. Atas dasar
ini, maka hak- atas kekayaan intlektual yang sumbernya adalah pemikiran manusia bernilai
harta dan kedudukannya sama dengan kepemilikan benda-benda lain, yang berakibat bagi
penemu atau pencipta terhadap karya atau ciptaanya menjadi hak milik mutlak yang bersifat
16
materi sebagaimana dengan benda-benda lain yang dapat ditransaksikan, siwariskan atau
diwasiatkan. Oleh sebab itu untuk menjaga eksistensi keberdaannya dari hal-hal yang
meruisaknya, harus mendapatkan perlindungan hukum dari pihak Negara atau pemerintah
baik lewat Undang-Undang atau peraturan lain. Tindakan pemerintah mengatur hak atas
kekayaan intlektual manusia ini tidak bertentangan dengan kaidah hukum Islam : “ Tasharuf
(tindakan) Imam terhadap rakyat harus dihubungkan dengan kemaslahatan”. Adanya
perlindungan hukum ini, disamping lebih memberikan kepastian hukum, juga dapat
menghindari terjadinya penipuan dan kerugian dari pihak-pihak yang saling bertransaksi
dalam bisnis.
Dalam Undang-Undang HaKI tersebut pada asasnya memberikan hak penuh bagi
penemu atau pemegangnya untuk mengalihkan haknya kepada siapa saja baik untuk
memanfaatkannya atau menggunajkannya atas seizinnya Hak atas kekayaan intlektual
manusia, walaupun tidak ada landasan khusus atau dalil baik dari al-Qur’an maupun al-
Hadits, secara ijtihadiyah dapat didasarkan pada “Urf” (suatu kebiasaan atau adapt yang
berlaku umum dalam suatu masyarakat). Adat yang telah berjalan dan berlaku umum dapat
dijadikan dasar hukum, sebagaimana dalam kaidah hukum Islam : “ Adat Kebiasaan itu dapat
ditetapkan sebagai hukum “ dan “Maslahah Mursalah”. yaitu sesuatu yang dianggap
maslahat, namun tidak ada ketegasan hukum untukmerealisasikannya dan tidak pula ada dalil
tertentu baik yang mendukung maupun yang menolaknya, tetapi maslahah itu secara
subtansial sejalan atau tidak bertentangan dengan petunjuk umum syari’at atau ruh
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Perlindungan HKI sebagai aset tidak berwujud (intangeable asset) dari pada dasarnya
adalah memberikan perlindungan bagi hak eksklusif pemegang HKI, hal ini telah
diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia yang sebelumnya
harus memenuhi beberapa persyaratan materiil untuk memperoleh perlindungan
tersebut yang antara bidang HKI satu dengan bidang HKI lainnya berbeda-beda
menurut ketentuan yang berlaku dan juga harus melalui prosedur pendaftaran.
Beberapa bidang HKI memiliki keistimewaan yaitu mendapatkan perlindungan secara
otomatis tanpa melalui prosedur pendaftaran, walaupun demikian prosedur
pendaftaran dapat juga dilaksanakan oleh pemegang HKI ini dengan tujuan untuk
menjadikannya sebagai alat bukti yang memperkuat kebsahan haknya sehingga
memaksimalkan perlindungan HKI tersebut. Perlindungan ini memiliki jangka waktu
tertentu.
2. Lembaga jaminan yang dipergunakan bila obyeknya HKI mengarah pada Fidusia, hal
ini berkaitan dengan wujud kebendaan HKI yaitu sebagai benda bergerak yang tidak
berwujud (intangeable) dan hak eksklusif dari HKI tersebut yang mendapatkan
perlindungan karena dapat memberikan hak ekonomi sehingga menjadikannya
sebagai aset yang bernilai bagi pemegang haknya. Hal lain yang mendukung adalah
konstruksi fidusia berupa pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan selaras dengan pengaturan HKI tentang pengalihan hak, terutama
melalui perjanjian dan sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan. Meskipun hak jaminan HKI tersebut beralih ke tangan kreditor, tetapi
penguasaan benda tetap berada di tangan pemiliknya, hal ini dimaksudkan agar
pemilik tetap dapat menggunakan benda tersebut, dalam hal ini adalah HKI sebagai
sumber penghasilannya.
18
B. SARAN
1. Kesadaran akan arti penting HKI dalam masyarakat Indonesia sangat kurang, hal ini
dapat diukur dari sedikitnya pemegang HKI yang melaksanakan pendaftaran atas
HKI-nya. Tanpa adanya pendaftaran HKI, maka instrumen perlindungan HKI tidak
berjalan dengan optimal yang berarti menyebabkan semakin terbukanya peluang
terjadinya pelanggaran akan HKI. Diharapkan di masa mendatang lebih digalakkan
lagi sosialisai-sosialisai akan arti penting HKI dengan sasaran individu atau
perorangan dan perusahaan yang bergerak di bidang industri kecil atau home industry
yang sudah mampu menghasilkan kreasi HKI, sehingga kesadaran akan arti penting
HKI semakin memasyarakat dan juga dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang HKI sebagai instrumen
perlindungan HKI sehingga memaksimalkan usaha- usaha perlindungan HKI.
2. Pentingnya akan informasi mengenai perkembangan fungsi HKI harus lebih
diperhatikan. Hal ini akan membuka wawasan bagi pemilik HKI yang selama ini
memanfaatkan HKI-nya secara konvensional dalam bidang perniagaan. Dengan
pengetahuan akan perkembangan HKI maka diharapkan terjadi peningkatan
kesadaran akan arti penting HKI dan meningkatkan fungsinya menjadi aset yang
bernilai sehingga eksploitasi HKI tidak terbatas pada hal jual beli dan perjanjian
lisensi saja, tetapi Pemegang HKI dapat menjadikan HKI sebagai obyek jaminan atas
perolehan kredit sebagai salah satu alternatif pengembangan dan perluasan bidang
usahanya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Mufliha Wijayati (2014). Hak kekayaan Intelektual dalam Perspektif Hukum Islam.
20