Anda di halaman 1dari 29

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ( HKI )

Mata Kuliah Hukum Bisnis

Disusun Oleh

Kelompok 5 :

1. Yulianti 170462201016
2. Dwi Lestari 170462201017
3. Nurasikin 170462201003
4. Ulfi Rahma Ali 160462201029
5. Didy Hardyanto 160462201002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Bisnis dengan topik pembahasan yaitu tentang “Hak atas

Kekayaan Intelektual ( HaKI)”. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis dan

sebagai penambah pengetahuan bagi kita semua.

Terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini,

sehingga dapat selesai tepat waktu. Dalam menyelesaikan makalah ini telah dilakukan upaya untuk mencapai

hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang

dimiliki, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.

Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis pribadi dan mahasiswa

pada umumnya. Semoga pembahasan yang dikemukakan dapat menjelaskan setiap materi dengan baik, sehingga

dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dibutuhkan

untuk memperbaiki dan meningkatkan tulisan selanjutnya.

Tanjungpinang, 25 Februari 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................2
BAB 1....................................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................................4
BAB 2....................................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ( HKI )........................................................................................5
2.2 Bentuk-bentuk Hak Kekayaan Intelektual..............................................................................................6
2.2.1 Hak Cipta........................................................................................................................................6

2.2.2 Hak Paten......................................................................................................................................13

2.2.3 Merek............................................................................................................................................16

2.2.4 Desain Industri..............................................................................................................................21

BAB 3..................................................................................................................................................................26
PENUTUP............................................................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................................26
3.2 Saran...........................................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................................27

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap ide-ide yang cemerlang dan kreatif yang tercipta dari seseorang atau sekelompok orang sebagai

bentuk dari kemampuan intelektual manusia yang berguna dan memberi dampak baik dari berbagai aspek perlu

diakui dan dilindungi, agar ide-ide cemerlang dan kreatif yang telah diciptakan tidak diklaim atau dibajak oleh

pihak lain. Untuk itu diperlukan wadah yang dapat membantu dan menaungi ide-ide cemerlang dan kreatif

tersebut. Untuk tingkat internasional organisasi yang mewadahi bidang HKI (Hak Kekayaan Intelektual) adalah

WIPO (World Intellectual Property Organization).

Di Indonesia sendiri untuk mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di

bidang karya ilmu pengetahuan, seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa,

maka dirasakan perlunya perlindungan hukum terhadap hak cipta. Perlindungan hukum tersebut dimaksudkan

sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta di

bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Di Indonesia, Undang-Undang yang melindungi karya cipta adalah Undang-undang nomor 6 tahun 1982

tentang hak cipta, dan telah melalui beberapa perubahan dan telah diundangkan Undang-Undang yang terbaru

yaitu Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku 12 (dua belas) bulan sejak

diundangkan. Tidak hanya karya cipta, invensi di bidang teknologi (hak paten) dan kreasi tentang penggabungan

antara unsur bentuk, warna, garis (desain produk industri) serta tanda yang digunakan untuk kegiatan

perdagangan dan jasa (merek) juga perlu diakui dan dilindungi dibawah perlindungan hukum.

Dengan kata lain Hak Kekayaan Intelektual (HKI) perlu didokumentasikan agar kemungkinan dihasilkannya

teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau dicegah.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka secara umum rumusan masalah pada makalah ini

adalah sebagai berikut :

1) Apa yang dimaksud dengan Hak Kekayaan Intelektual ( HKI )?


2) Apa pengertian dan landasan hukum dari hak cipta, hak paten, desain industri dan merek?
3) Bagaimana contoh kasus atau pernasalahan yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual ( HKI )

serta solusi penyelesaiannya?

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ( HKI )

Istilah HKI merupakan terjemah dari Intellectual Property Right (selanjutnya disebut IPR) yang

dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. IPR sendiri pada

prinsipnya merupakan perlindungan hokum atas HKI yang kemudian dikembangkan menjadi suatu lembaga

hokum yang disebut “Intellectual Property Right”.

Konsepsi mengenai HKI didasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang dihasilkan manusia

memerlukan pengorbanan tenaga, waktu, dan biaya. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang telah

dihasilkan memiliki nilai ekonomi karna manfaat yang dapat dinikmati. Berdasarkan konsep tersebut maka

mendorong kebutuhan adanya penghargaan atas hasil karya yang telah dihasilkan berupa perlindungan hukum

bagi HKI. Tujuan pemberian perlindungan hokum ini untuk mendorong dan menumbuh kembangkan semangat

berkarya dan mencipta.

Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir

kaena kemampuan intelektual manusia. Sementara pendapat lain mengemukakan bahwa HKI adalah pengakuan

dan penghargaan pada seseorang atau badan hukum atas penemuan atau penciptaan karya intelektual mereka

dengan memberikan hak-hak khusus bagi mereka baik yang bersifat sosial maupun ekonomis. Berdasarkan

kedua pendapat tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa HKI adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan

intelektual manusia yang mempunyai manfaat ekonomi. (Afrillyanna Purba dkk, 2005:12-13).

HKI merupakan hak privat (private rights). Seseorang bebas untuk mengajukan permohonan atau mendaftar

Hak Atas Kekayaan Intelektual atau tidak. Hak eksklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HKI

(inventor, pencipta, pendesain, dan sebagainya) tidak lain dimaksud sebagai penghargaan atas hasil karya
(kreativitas)nya dan agar orang lain terangsang untuk lebih lanjut mengembangkan lagi, sehingga dengan sistem

HKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar.

Di samping itu, sistem HKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas bentuk kreativitas

manusia sehingga kemungkinan dihasilkan teknologi atau hasil karya lain yang sama dapat dihindarkan/dicegah.

Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dengan

maksimal untuk keperluan hidup atau mengembangkan lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih

tinggi lagi.

Hak Kekayaan Intelektual Dunia

Badan Khusus yang menangani Hak Kekayaan Intelektual Dunia adalah World Intellectual Property

Organization(WIPO), suatu badan khusus PBB, dan Indonesia termasuk salah satu anggota dengan

diratifikasinya Paris Convention for the Protection of Industrial Property and Convention Establishing the

World Intellectual Property Organization.

Kedudukan HKI di mata dunia Internasional

Pada saat ini, HKI telah menjadi isu yang sangat penting dan mendapat perhatian baik dalam nasional maupun

internasional. Dimasukkannya TRIPs dalam paket Persetujuan WTO di tahun 1994 menandakan dimulainya era

baru perkembangan HKI di seluruh dunia.

Dengan demikian pada saat ini permasalahan HKI tidak dapat dilepaskan dari dunia perdagangan dan

investasi. Pentingnya HKI dalam pembangunan ekonomi dan perdagangan telah memacu dimulai era baru

pembangunan ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan.

2.2 Bentuk-bentuk Hak Kekayaan Intelektual

2.2.1 Hak Cipta

Menurut UU No 28 tahun 2014, Bab I Pasal 1 menyatakan bahwa :


1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif

setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama

menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.

3) Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan

atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, alau keahlian yang

diekspresikan dalam bentuk nyata.

Sejarah hak cipta

Konsep hak cipta dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari konsep copyright dalam bahasa

Inggris (secara harafiah artinya "hak salin"). Copyright ini diciptakan sejalan dengan penemuan mesin cetak.

Sebelum penemuan mesin ini oleh Johannes Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari sebuah karya tulisan

memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan proses pembuatan karya aslinya. Sehingga,

kemungkinan besar para penerbitlah, bukan para pengarang, yang pertama kali meminta perlindungan hukum

terhadap karya cetak yang dapat disalin.

Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit untuk menjual karya cetak. Baru

ketika peraturan hukum tentang copyright mulai diundangkan pada tahun 1710 dengan Statute of Anne di

Inggris, hak tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit. Peraturan tersebut juga mencakup perlindungan

kepada konsumen yang menjamin bahwa penerbit tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut setelah

transaksi jual beli berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi

pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik umum.

Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works ("Konvensi Bern tentang Perlindungan

Karya Seni dan Sastra" atau "Konvensi Bern") pada tahun 1886 adalah yang pertama kali mengatur

masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam konvensi ini, copyright diberikan secara otomatis

kepada karya cipta, dan pengarang tidak harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera
setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang otomatis mendapatkan hak

eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya derivatifnya, hingga si pengarang secara

eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku copyright tersebut selesai.

Hak-hak yang tercakup dalam Hak Cipta

1) Hak Eksklusif

Di Indonesia, hak eksklusif pemegang hak cipta termasuk "kegiatan menerjemahkan,

mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor,

memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan

ciptaan kepada publik melalui sarana apapun"

Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula "hak terkait", yang berkaitan dengan hak

cipta dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki oleh pelaku

karyaseni (yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya), produser rekaman suara, dan lembaga

penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil dokumentasi kegiatan seni yang dilakukan, direkam, atau

disiarkan oleh mereka masing-masing. Sebagai contoh, seorang penyanyi berhak melarang pihak lain

memperbanyak rekaman suara nyanyiannya.

2) Hak Ekonomi dan Hak Moral

Banyak negara mengakui adanya hak moral yang dimiliki pencipta suatu ciptaan, sesuai penggunaan

Persetujuan TRIPs WTO (yang secara inter alia juga mensyaratkan penerapan bagian-bagian

relevan Konvensi Bern). Secara umum, hak moral mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak

tanpa persetujuan, dan hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut.

Menurut konsep Hukum Kontinental (Prancis), "hak pengarang" (droit d'aueteur, author right) terbagi

menjadi "hak ekonomi" dan "hak moral" (Hutagalung, 2012).

Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak moral". Hak ekonomi adalah hak

untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada
diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun,

walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan.

Contoh pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya

hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam pasal

5 - 7 Undang-undang Hak Cipta.

Ruang Lingkup Hak Cipta

Berdasarkan UU No. 28 tahun 2014 Pasal 40 ayat (1), ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang

ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas:

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya:
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikandan ilmu pengetahuan;
d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau

kolase;
g. karya seni terapan;
h. karya arsitektur;
i. peta;
j. karya seni batik atau seni motif lain;
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematograh;
n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari

hasil transformasi;
o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modihkasi ekspresi budaya tradisional;
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun

media lainnya;
q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;
r. permainan video; dan
s. Program Komputer.

Jangka waktu perlindungan hak cipta

Hak cipta berlaku dalam jangka waktu berbeda-beda dalam yurisdiksi yang berbeda untuk jenis ciptaan yang

berbeda. Masa berlaku tersebut juga dapat bergantung pada apakah ciptaan tersebut diterbitkan atau tidak

diterbitkan. Di Amerika Serikat misalnya, masa berlaku hak cipta semua buku dan ciptaan lain yang diterbitkan

sebelum tahun 1923telah kedaluwarsa. Di kebanyakan negara di dunia, jangka waktu berlakunya hak cipta
biasanya sepanjang hidup penciptanya ditambah 50 tahun, atau sepanjang hidup penciptanya ditambah 70

tahun. Secara umum, hak cipta tepat mulai habis masa berlakunya pada akhir tahun bersangkutan, dan bukan

pada tanggal meninggalnya pencipta.

Penegakan hukum atas hak cipta

Penegakan hukum atas hak cipta biasanya dilakukan oleh pemegang hak cipta dalam hukum perdata, namun ada

pula sisi hukum pidana. Sanksi pidana secara umum dikenakan kepada aktivitas pemalsuan yang serius, namun

kini semakin lazim pada perkara-perkara lain.

Perkecualian dan batasan hak cipta

Perkecualian hak cipta dalam hal ini berarti tidak berlakunya hak eksklusif yang diatur dalam hukum tentang hak

cipta. Contoh perkecualian hak cipta adalah doktrin fair use atau fair dealing yang diterapkan pada beberapa

negara yang memungkinkan perbanyakan ciptaan tanpa dianggap melanggar hak cipta.

Lisensi Hak Cipta

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk

mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu.

Kritik atas konsep hak cipta

Kritikan-kritikan terhadap hak cipta secara umum dapat dibedakan menjadi dua sisi, yaitu sisi yang berpendapat

bahwa konsep hak cipta tidak pernah menguntungkan masyarakat serta selalu memperkaya beberapa pihak

dengan mengorbankan kreativitas, dan sisi yang berpendapat bahwa konsep hak cipta sekarang harus diperbaiki

agar sesuai dengan kondisi sekarang, yaitu adanya masyarakat informasi baru.

Keberhasilan proyek perangkat lunak bebas seperti Linux, Mozilla Firefox, dan Server HTTP Apache telah

menunjukkan bahwa ciptaan bermutu dapat dibuat tanpa adanya sistem sewa bersifat monopoli berlandaskan hak
cipta. Produk-produk tersebut menggunakan hak cipta untuk memperkuat persyaratan lisensinya, yang dirancang

untuk memastikan kebebasan ciptaan dan tidak menerapkan hak eksklusif yang bermotif uang; lisensi semacam

itu disebut copyleft atau lisensi perangkat lunak bebas.

Film 'Benyamin Biang Kerok' Digugat Ternyata Ini Alasannya

VIVA – Sidang kasus gugatan penulis naskah asli film 'Benyamin Biang Kerok', Syamsul Fuad kepada pihak
Falcon Pictures, kembali digelar hari ini, Kamis 4 April 2018, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Sebagai pihak penggugat, Syamsul Fuad yang didampingi pengacaranya, Bakhtiar Yusuf, menjelaskan bahwa
aspek gugatan yang mereka layangkan itu terkait dengan ide cerita dari film aslinya tahun 1972, yang ditulis
oleh kliennya tersebut.

"Terkait atas cerita, di mana cerita pada tahun 1972 itu, itu milik Pak Syamsul. Kemudian mereka melakukan
modifikasi dan di situ terlihat ada karakter fiksi yang memang sama. Intinya modifikasi itu mereka lakukan
tanpa izin dari Pak Syamsul," ujar Bakhtiar.

Pada kesempatan yang sama, Syamsul Fuad menjelaskan bahwa pihak Falcon baru menghubunginya setelah
berita tentang film tersebut marak beredar di media.

Bahkan,
Kasus sebelum launching
Pelanggaran film arahan Hanung Bramantyo itu, dua kali surat pemberitahuan dan satu somasi
Hak Cipta
yamg dilayangkan Syamsul sama sekali tak diindahkan oleh pihak Falcon, hingga dia memutuskan
menggugatnya melalui pengadilan.
"Katanya dia mau berkompromi, ya berkompromi itu waktu surat saya layangkan dong. Setelah saya gugat
mereka baru merasa ‘Lho kok langsung gugat?'. Ya iya dong, sudah dua kali tak diindahkan surat saya dan
pengacara, ya langsung saya berikan gugatan karena tergugat enggak mengindahkan surat kita," kata Syamsul.
Syamsul juga menjelaskan, perundingan yang pernah terjadi antara pihaknya dan Falcon, di mana dia
mengajukan permintaan uang sebesar Rp25 juta, ternyata hanya dikabulkan sebesar Rp10 juta oleh rumah
produksi itu.

Malahan, lanjut Syamsul, pihak Falcon sempat mengatakan bahwa sisa Rp15 jutanya akan dilimpahkan ke
pihak keluarga almarhum Benyamin.

"Buat saya enggak ada relevansinya dengan pihak keluarga almarhum. Tapi mereka merasa mereka sudah
membeli dari keluarga almarhum. Apa yang dibeli enggak jelas, yang pasti bukan hak cipta. Karena kalau
ngomong hak cipta harusnya ke saya dong, bukan ke siapa-siapa termasuk keluarga almarhum," tuturnya.

Sumber : https://www.viva.co.id/showbiz/film/1023361-film-benyamin-biang-kerok-digugat-ternyata-ini-
alasannya
2.2.2 Hak Paten

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang

teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan

kepada pihak lain untuk melaksanakannya ( UU No. 13 tahun 2016 ).

Paten merupakan bentuk perlindungan HKI yang sangat efektif karena dapat mencegah pelaksanaan

infensi oleh pihak lain tapa seizin pemegang paten, walaupun pihak lain tersebut memperoleh teknologinya

secara mandiri (bukan meniru). Sistem paten di Indonesia menganut asas first-to-file, artinya siapa saja yang

mendaftarkan infensinya untuk pertama kalinya di kantor paten akan mendapatkan hak paten (Mumammad

Ahkam Subroto dan Suprapedi, 2008: 20-21).


Pengertian/Definisi Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-

sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.

Pengertian/Definisi Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah

yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan

produk atau proses.

Hak Paten tidak diberikan untuk Invensi tentang:

1. proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan

peraturan perundangundangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan;

2. metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia

dan/atau hewan;

3. teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika;

4. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik;

5. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau

proses mikrobiologis.

Jangka Waktu Hak Paten adalah :

1. Hak Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tanggal

Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.

2. Hak Paten Sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal

Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.

3. Pengertian Hak Paten Sederhana Yaitu Setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai

nilai kegunaan praktis disebabkan karena bentuk, konfigurasi, konstruksi atau komponennya dapat

memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana.


Cara memperoleh Hak Paten adalah :

 Mengajukan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal

HakKekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

 Permohonan harus memuat :

Terbukti Langgar Hak Paten, Samsung Harus Bayar ke Apple 539 Juta Dolar
1. tanggal, bulan, dan tahun Permohonan;
Sabtu, 26 Mei 2018,

2. alamat lengkap dan alamat jelas Pemohon;


TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Drama perseteruan hak paten antara Apple Inc
dan Samsung Electronics Co Ltd mencapai puncaknya.
3. nama lengkap dan kewarganegaraan Inventor;
Setelah melalui masa persidangan yang berbilang tahunan, Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) atau US
Supreme Court memutuskan
4. nama Samsung
dan alamat lengkap harus
Kuasa membayar
apabila US$
Permohonan 539 melalui
diajukan juta Kuasa;
ke Apple. Pengadilan
menyatakan Samsung terbukti meniru fitur yang telah dipatenkanApple.
surat kuasa khusus,
5. menghadapi
Samsung telah gugatandalam
Applehal Permohonandalam
di pengadilan diajukan oleh
kasus Kuasa; hak paten sejak 2011 silam.
pelanggaran
Kala itu, Apple menuduhSamsung menyalin produknya.
6. pernyataan permohonan untuk dapat diberi Paten;
Samsung telah menyatakan bersedia bertanggung jawab dalam persidangan di 2012. Tetapi perselisihan
mengenai jumlah yang harus dibayar oleh perusahaan asal Korea Selatan itu memunculkan episode pertarungan
7. judul Invensi;
hukum baru.
Produsen barang elektronik
8. klaim asal Negeri dalam
yang terkandung Ginseng ini telah membayar US$ 399 juta ke Apple sebagai kompensasi
Invensi;
atas pelanggaran beberapa hak paten.
deskripsi
Jika putusan9.tersebut tentang maka
dijalankan, Invensi, yang secara
Samsung harus lengkap
membayarmemuat keterangan
lagi denda tentang
tambahan cara melaksanakan
ke Apple yang nilainya
hampir mencapaiInvensi;
US$ 140 juta.
Manajemen Apple dalam pernyataan tertulis, menyambut baik keputusan pengadilan.
10. gambar
"Kami sangat yang disebutkan
menghargai nilai daridalam deskripsi
sebuah yang diperlukan
desain. Kasus ini untuk
lebihmemperjelas Invensi;
dari sekedar dan ujar
uang,"
manajemen Apple seperti dikutip Reuters. Sementara pihak Samsung masih belum memberi pernyataan apakah
11. abstrak Invensi.
akan mengajukan banding atas putusan terbaru dari pengadilan AS. Namun, manajemen Samsung mengatakan
akan menggunakan semua opsi untuk melawan keputusan tersebut.
Kasus Pelanggaran Hak Paten
"Kami akan mempertimbangkan semua opsi untuk mendapatkan hasil yang tidak menghalangi kreativitas dan
persaingan yang adil untuk semua perusahaan dan konsumen," demikian pernyataan tertulis dariSamsung.
Persidangan yang terakhir mengambil fokus pada sebesar besar nilai denda yang harus
dibayar Samsung ke Apple karena melanggar hak paten dalam desain iPhone. Juri menyatakan Apple berhak
atas US$ 533,3 juta untuk pelanggaran Samsung dalam paten desain serta US$ 5,3 juta untuk
pelanggaran Samsung yang disebut paten utilitas. Bahkan Apple sebelumnya mengatakan pihaknya berhak
mendapatkan US$ 1 miliar dari penjualan ponsel Samsung yang melanggar hak paten tersebut.
Sumber : http://www.tribunnews.com/techno/2018/05/26/terbukti-langgar-hak-paten-samsung-harus-bayar-ke-
apple-539-juta-dolar
2.2.3 Merek

Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,

susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2

(dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan

hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa (Menurut UU No.20 Tahun 2016).

Merek dapat dibedakan dalam beberapa macam, antara lain:


1. Merek Dagang: merek digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang/beberapa

orang/badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis.

2. Merek Jasa: merek digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang/beberapa orang/badan

hukun untuk membedakan dengan jasa sejenis.

3. Merek Kolektif: merek digunakan pada barang/jasa dengan karakteristik yang sama yang

diperdagangkan oleh beberapa orang/badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan

barang/ jasa sejenisnya.

Sedangkan pengertian dari Hak Merek adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek

terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut

atau memberikan ijin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Fungsi Merek

Menurut Endang Purwaningsih, suatu merek digunakan oleh produsen atau pemilik merek untuk melindungi

produknya, baik berupa jasa atau barang dagang lainnya, menurut beliau suatu merek memiliki fungsi sebagai

berikut:

1. Fungsi pembeda, yakni membedakan produk yang satu dengan produk perusahaan lain

2. Fungsi jaminan reputasi, yakni selain sebagai tanda asal usul produk, juga secara pribadi

menghubungkan reputasi produk bermerek tersebut dengan produsennya, sekaligus memberikan jaminan

kualitas akan produk tersebut.

3. Fungsi promosi, yakni merek juga digunakan sebagai sarana memperkenalkan dan mempertahankan

reputasi produk lama yang diperdagangkan, sekaligus untuk menguasai pasar.

4. Fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri, yakni merek dapat menunjang pertumbuhan

industri melalui penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri dalam menghadapi mekanisme

pasar bebas.
Fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang dan konsumen. Dari segi produsen merek digunakan

untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas, kemudian pemakaiannya, dari pihak

pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencari dan meluaskan pasaran,

dari pihak konsumen, merek digunakan untuk mengadakan pilihan barang yang akan dibeli.

Sedangkan, Menurut Imam Sjahputra, fungsi merek adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tanda pembeda (pengenal);

2. Melindungi masyarakat konsumen ;

3. Menjaga dan mengamankan kepentingan produsen;

4. Memberi gengsi karena reputasi;

5. Jaminan kualitas.

Persyaratan dan Pendaftaran Merek

Sistem pendaftaran merek menganut stelsel konstitutif, yaitu sistem pendaftaran yang akan menimbulkan suatu

hak sebagai pemakai pertama pada merek, pendaftar pertama adalah pemilik merek. Pihak ketiga tidak dapat

menggugat sekalipun beritikad baik.

Pemohon dapat berupa:

1. Orang/Persoon

2. Badan Hukum / Recht Persoon

3. Beberapa orang / Badan Hukum (Pemilikan Bersama)

Dalam melakukan Prosedur pendaftaran merek, hal yang biasanya kita lakukan adalah sebagai berikut:

1. Isi formulir yang telah disediakan oleh DitJen HKI (Hak Kekayaan Intelektual) dalam Bahasa Indonesia

dan diketik rangkap empat.


2. Lampirkan syarat-syarat berupa:

 Surat pernyataan di atas kertas bermeterai Rp6.000 serta ditandatangani oleh pemohon langsung

(bukan kuasa pemohon), yang menyatakan bahwa merek yang dimohonkan adalah milik

pemohon;

 Surat kuasa khusus, apabila permohonan pendaftaran diajukan melalui kuasa pemohon;

 Salinan resmi Akta Pendirian Badan Hukum atau fotokopinya yang ditandatangani oleh notaris,

Apabila pemohon badan hukum;

 24 lembar etiket merek [empat lembar dilekatkan pada formulir] yang dicetak di atas kertas;

 Fotokopi KTP pemohon;

 Bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia apabila permohonan dilakukan

dengan hak prioritas; dan

 Bukti pembayaran biaya permohonan merek sebesar Rp450.000.

Merek tidak dapat didaftar jika:

 Bertentangan dengan peraturan UU, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum

 Tidak memiliki daya pembeda

 Telah menjadi milik umum

 Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya

Fungsi Pendaftaran Merk

1. Sebagai alat bukti sebagai pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan;

2. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang

dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenisnya;


3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau sama pada

pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenisnya.

Makna Simbol R , C, TM

1. Simbol ® merupakan kepanjangan dari Registered Merk artinya merek terdaftar. Merek- Merek yang

menggunakan simbol tersebut mempunyai arti bahwa merek tersebut telah terdaftar dalam Daftar Umum

Merek yang dibuktikan dengan terbitnya sertifikat merek.

2. Simbol TM merupakan kepanjangan dari Trade Mark artinya Merek Dagang. Simbol TM biasanya

digunakan orang untuk mengindikasikan bahwa merek dagang tersebut masih dalam proses.Baik proses

pengajuan di kantor merek ataupun proses perpanjangan karena jangka waktu perlindungan (10tahun)

yang hampir habis (expired).


Diduga Langgar Hak Merek, Dua Pedagang Pakaian di Pusat Pasar Diadili
*Namun bagi negara-negara yang menganut sistem merek "first in use" seperti Amerika Serikat tanda ™
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sugiarty dan Sudermawaty alias Ivon, dua pedagang di Toko A.N Jalan
berarti merek tersebut telah digunakan dan dimiliki.
Pusat Pasar Medan, menjalani persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Medan, Kamis (18/1/2018) atas perkara
pelanggaran hak merek.
3. Sedangkan simbol © kepanjangan dari copyright artinya Hak Cipta, merupakan logo yang digunakan
Jaksa Penuntut Umum (JPU), Rizkie A Harahap mengatakan kasus ini bermula ketika terdakwa Sugiarty
dalam
membeli lingkup
pakaian tidurcipta dengan
wanita kata lain
merekHoki karya yang
& Shelia tersebut orisinil. diPengunanaan
diproduksi simbolGiri
Kompleks Taman © Indah,
dapat digunakan
Kabupaten
Cipanas, Jawa karya
walaupun Barat. tersebut
"Merek tidak
dagang tersebut
dapat diketahui
dibuktikan denganmerupakan milik
sertifikat hak Veronica
cipta, karena Thalib yang telah
perlindungan hak
didaftarkan ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kemenkumham RI pada tahun 2003 dengan Nomor
cipta bersifat otomatis (automathic right), namun adanya sertifikat hak cipta dapat menjadi bukti formil
Pendaftaran IDM000020475," ucap Rizkie di Ruang Cakra VI PN Medan.
dimata penegak hukum.
Setelah mendapatkan pakaian tidur wanita dengan merek tersebut, kemudian terdakwa menjualnya di Toko
A.N. milik terdakwa hingga tahun 2015.
Logo R, TM dan C merupakan suatu tanda yang biasanya dicantumkan dengan tujuan untuk menghalangi pihak
"Akibatnya dalam dua tahun terakhir (2014 dan 2015), pembelian baju tidur wanita dengn merek HOKI &
yang akan oleh
SHEILA meniru atau menurun
terdakwa menjiplakdrastis
karyanya, dimana
dari jumlah secara tidak
pembelian langsung
beberapa ingin memberitahuan
tahun sebelumnya yang dalam bahwa
jumlah
besar," ungkap
produknya jaksa di telah
atau karyanya depandiajukan
majelis hakim yang diketuai
permohonan Marsudin
atau telah Nainggolan.
terlindungi haknya.
Disamping itu, sejak bulan November 2015 hingga Januari 2016, terdakwa memasarkan pakaian tidur wanita
Kasus Pelanggaran
dengan Merek
merek tersebut. Dibeli melalui terdakwa lain bernama Sudermawaty alias Ivon dari seorang sales
bernama Miaw di Tanah Abang, Jakarta. "Terdakwa Sudermawaty alias Ivon membeli sebanyak 20 lusin
dengan harga perpotong sebesar Rp 31 ribu. Pembayaran untuk pembelian tersebu dilakukan dengan
cara transfer ke rekening sesuai petunjuk Miaw," jelas jaksa.
Mengetahui terjadi penurunan pembelian baju tidur wanita merek HOKI, Veronica Thalib kemudian pada 26
Januari 2016 kemudian mengutus dua orang bernama Budi dan Chandra untuk melakukan pengecekan ke Toko
A.N di Pusat Pasar milik Sugiarty.
Saat itu kedua orang utusan korban membeli produk tersebut sebanyak 2 lusin seharga total Rp 984 ribu dengan
harga per potong senilai Rp 41 ribu."Barang yang dibeli kemudian diteliti. Ternyata dari dua lusin pakaian yang
dibeli, sembilan diketahui asli dan sebanyak 15 lainnya ternyata palsu. Hal itu diketahui dari spesifikasinya
yang berbeda dengan yang asli, terlihat dari tekstur bahan tidak sama, nomor register hak merekberbeda, ukuran
lebih kecil dari aslinya, bentuk hangtag dan warna berbeda, bentuk dan pola jahitan berbeda dan kancing
berbeda," jelas jaksa. Atas perbuatan para terdakwa dikenakan Pasal 94 ayat (1) UU RI No. 15 Tahun 2001
Tentang Merek Jo pasal 55 ayat (1) KUHP dengan ancaman pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda
paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
Sementara itu, kuasa hukum Veronica Thalib, Maju Posko Simbolon mengatakan atas adanya dugaan
pemalsuan merek ini mengakibatkan kliennya mengalami kerugia hingga Rp 7 miliar.
"Adanya pemalsuan merek dagang Hoki & Shelia, kami imbau kepada seluruh masyarakat, para pemilik toko,
pedagang agar tidak memproduksi barang-barang dengan merek Hoki & Sheila beserta logo tanpa seizin
Veronica Thalib," tegasnya.(*)

Sumber : http://medan.tribunnews.com/2018/01/18/diduga-langgar-hak-paten-dua-pedagang-pakaian-di-pusat-
pasar-diadili?
2.2.4 Desain Industri

Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atauwarna, atau

garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensiatau dua dimensi yang memberikan

kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tigadimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk

menghasilkan suatu produk, barang,komoditas industri, atau kerajinan tangan. ( UU No. 31 Tahun 2000 )

Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada

Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri,atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

Desain Industri Yang Mendapatkan Perlindungan

Berdasarkan Pasal 2 (1) dinyatakan bahwa Hak Desain Industri diberikan untuk Desain Industri yang baru.

Lalu Berdasarkan Pasal 2 (2) dinyatakan bahwa Desain Industri dianggap baru apabila pada Tanggal

Penerimaan, Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

Kemudian, berdasarkan Pasal 2 (3) pengertian mengenai pengungkapan sebelumnya adalah pengungkapan

Desain Industri yang sebelum :

1. tanggal penerimaan; atau

2. tanggal prioritas apabila Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.


3. telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.

Berdasarkan penjelasan pasal 2 (1) dan (2) terkadang dalam prakteknya banyak pengusaha yang melakukan

promosi terlebih dahulu atas produknya kemudian menjual produknya ke pasaran sebelum Produk Desain

Industrinya tersebut di daftarkan. Sehingga, pemeriksa Desain Industri dari Kantor HKI biasanya akan

menemukan desainnya tersebut dan menyatakan bahwa desainnya tersebut sudah tidak memiliki kebaharuan

karena sudah di jual terlebih dahulu sebelum di daftarkan. Oleh karena itu, para pengusaha yang akan

memasarkan produk Desain Industrinya hendaknya terlebih dahulu untuk mendaftarkan Desain Industrinya

tersebut sebelum mengkomersialkan produknya di pasaran.

Lalu berdasarkan Pasal 3 UU Desain Industri dijelaskan sebagai berikut :

Suatu Desain Industri tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan

sebelum Tanggal Penerimaannya, Desain Industri tersebut :

1. telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun internasional di Indonesia atau di luar

negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi.

2. telah digunakan di Indonesia oleh Pendesain dalam rangka percobaan dengan tujuan pendidikan,

penelitian, atau pengembangan.

Berdasarkan Pasal 3 ini, maka pemilik desain atau pendesain diberikan waktu 6 bulan maksimal dari tanggal

pertama kali mempublikasikan karyanya dalam suatu pameran nasional ataupun internasional baik di dalam

negeri ataupun di luar negeri dan digunakan dalam rangka riset oleh pendesainnya, jika akan mendaftarkan

Desain Industrinya tersebut di Kantor HKI. Oleh karena itu, jika waktunya lebih dari 6 bulan maka akan

menyebabkan Desain Industri tersebut sudah tidak baru dan sudah tidak bisa untuk didaftarkan lagi.

Jangka Waktu Perlindungan Desain Industri


Berdasarkan Pasal 5 (1) UU No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri disebutkan bahwa Perlindungan

terhadap Hak Desain Industri diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal

Penerimaan.

Berdasarkan pasal diatas, sebuah Desain Industri yang telah lebih dari 10 tahun, maka Desain Industrinya

tersebut sudah tidak memiliki perlindungannya lagi (public domain) maka siapapun dapat menggunakan Desain

Industrinya tersebut tanpa memerlukan izin dari pemilik Desainnya.

Cara Mengajukan Permohonan Pendaftaran Desain Industri

1. Mengajukan permohonan ke kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual secara tertulis dalam

Bahasa Indonesia dengan mengisi formulir permohonan yang memuat:

a) tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;

b) nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan pendesain;

c) nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon;

d) nama, dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa; dan

e) nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali dalam hal permohonan
diajukan dengan hak prioritas.

2. Permohonan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya, serta dilampiri:

3. contoh fisik atau gambar atau foto serta uraian dari Desain Industri yang dimohonkan pendaftarannya

(untuk mempermudah proses pengumuman permohonan, sebaiknya bentuk gambar atau foto tersebut

dapat di-scan, atau dalam bentuk disket atau floppy disk dengan program yang sesuai);

4. surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa;


5. surat pernyataan bahwa Desain Industri yang dimohonkan pendaftarannya adalah milik pemohon.

6. Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemohon, permohonan

tersebut ditandatangani oleh salah satu pemohon dengan dilampiri persetujuan tertulis dari para

pemohon lain.

7. Dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain, permohonan harus disertai pernyataan yang

dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhak atas Desain Industri yang bersangkutan.

Kasus Pelanggaran Hak Desain Industri

Pembajakan Desain Industri Lintas Provinsi Diungkap Petugas

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus pembajakan ribuan kereta dorong dari berbagai merk desain
industri mampu diungkap aparat kepolisian. Tindak pidana itu dilakukan lintas provinsi di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.

Pengungkapan kasus itu berawal dari laporan pemilik dan pemegang desain industri, bernama Chung She.
Dia melaporkan kasus itu karena merasa dirugikan setelah menduga banyak pembajak desain industri
Dia
darimendesain gerobak dorong meliputi bentuk kaki, kuping, ban dan pegangan dan part-part lainnya. Namun,
gerobak dorong.
tanpa izin pembajak desain meniru atau menjiplak desain industri.

Menurut dia, para pelaku itu selain membajak desain, mereka ada juga yang membajak karyawannya untuk
kemudian ditugaskan sebagai marketing.
"Pembajak itu, masih saja melanggar hak. Walaupun sudah diperingati dengan mengimpor dan
mengedarkan gerobak yang meniru desain," kata dia, Sabtu (3/3/2018).
Sementara itu, penasehat hukum Chung She, Sahat Sidabuke, menambahkan total ada enam gudang yang disita,
berada di Surabaya ada tiga gudang, sedangkan di kota-kota Jawa Tengah ada tiga gudang, yaitu di Semarang,
Wonogiri dan Solo.
Dia berharap adanya pengungkapan kasus itu dapat membuat jera para pelaku menjiplak desain industri milik
Chung She tersebut.

"Kami akan lanjut melaporkan toko toko yang masih mengedarkan barang menjiplak klien kami di baik di pulau
Jawa maupun luar pulau Jawa," tambah Sahat.
Saat ini, kasus masih ditangani aparat kepolisian dari Mabes Polri.

Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2018/03/03/pembajakan-desain-industri-lintas-provinsi-diungkap-
petugas
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap karya-karya yang lahir dari buah pikir yang cemerlang yang berguna bagi manusia perlu di akui

dan dilindungi. Untuk itu sistem HKI diperlukan sebagai bentuk penghargaan atas hasil karya. Disamping itu

sistem HKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia

sehingga kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau dicegah.

Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan

maksimal untuk keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang

lebih tinggi lagi.

3.2 Saran

Ditinjau dari sudut perangkat perundang-undangan, Indonesia sudah mempunyai perangkat yang cukup

di bidang HKI. Namun pengetahuan tentang HKI dan perangkat perundang-undangan dimasyarakat dirasakan

masih kurang dan perlu ditingkatkan, sehingga perlindungan HKI betul-betul dapat ditegakkan. Seharusnya

masyarakat Indonesia bisa saling menghargai hak kekayaan intelektual agar kasus-kasus pelanggaran HKI tidak

terulang lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Subroto, Muhammad Ahkam dan Suprapedi. 2008. Pengenalan HKI : Konsep Dasar Kekayaan Intelektual untuk

Penumbuhan Inovasi. Jakarta : PT INDEKS.

Purba, Afrilliyana, dkk. 2005. TRIPs-WTO DAN HUKUM HKI INDONESIA : Kajian Perlindungan Hak Cipta

Seni Batik Tradisional Indonesia. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

Djulaekha. 2014. Konsep Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Persfektif Kajian Filosofis HaKI Kolektif

Komunal. Malang : Setara Press.

Perundang – Undangan :

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Hak Paten

Undang – Undang Nomor 20 tahun 2016 Tentang Merek

Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri

Internet :

https://www.kanal.web.id/pengertian-hak-atas-kekayaan-intelektual-haki

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta

http://www.dgip.go.id/pengenalan-desain-industri

Anda mungkin juga menyukai