Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KELOMPOK HUKUM BISNIS DAN ETIKA BISNIS

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Hukum Bisnis dan Etika Bisnis

Dosen Bapak Fauzi

Kelas 7D Manajemen

Farrach Fresty Fundiani (1502025099)

Hanapia Nurpadilah (1502025116)

Liza Aprillia (1502025139)

Mutmainah Siti Haryani (1502025176)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

Jl. Raya Bogor KM 23 No.99, Ciracas, Jakarta Timur


Hak Kekayaan Intelektual

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “HAK
ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL”. Adapun tujuan penyusunan makalah ini
yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis dan Etika
Bisnis program studi Manajemen kelas Manajemen 7D Semester 7. Dalam
penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak terutama orangtua sebagai motivator dan pemberi semangat kepada penulis
dalam penyusunan makalah ini baik berupa dorongan moril maupun material. Tak
hanya dari mereka, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen, kakak,
dan teman-teman semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna menyempurnakan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 24 Desember 2018

Tim Penulis

ii
Hak Kekayaan Intelektual

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN MUKA................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual...........................................................4
2.2 Sejarah Perkembangan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia..................5
2.3 Teori-teori Dasar Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual..........................7
2.4 Prinsi-prinsip Hak Kekayaan Intelektual......................................................7
2.5 Jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual...........................................................8
2.5.1 Hak Cipta.............................................................................................8
2.5.2 Hak Kekayaan Industri......................................................................10
2.5.2.1 Hak Paten...............................................................................10
2.5.2.2 Hak Merek..............................................................................12
2.5.2.3 Hak Desain Industri...............................................................13
2.5.2.4 Hak Desan Tata Letak Sirkuit Terpadu..................................14
2.5.2.5 Hak Rahasia Dagang.............................................................16
2.5.2.6 Hak Indikasi Geografis..........................................................17
2.5.2.7 Hak Perlindungan Varietas Tanaman....................................20
2.6 Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual...................................................22
2.7 Sanksi Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual..........................................23
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................26
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

iii
Hak Kekayaan Intelektual

iv
Hak Kekayaan Intelektual

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam dasawarsa terakhir ini, telah semakin nyata bahwa pembangunan
harus bersandarkan pada industri yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi.
Kesepakatan Indonesia untuk merealisasikan gagasan mengenai ASEAN Free
Trade Area (AFTA) serta keikutsertaan Indonesia sebagai anggota World Trade
Organization (WTO) dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), telah
menunjukan keseriusan Pemerintah dalam mendukung sistem perekonomian yang
bebas/terbuka, dan secara tidak langsung memacu perusahaan-perusahaan di
Indonesia untuk lebih meningkatkan daya saingnya.
Semakin derasnya arus perdagangan bebas, yang menuntut makin
tingginya kualitas produk yang dihasilkan terbukti semakin memacu
pekembangan teknologi yang mendukung kebutuhan tersebut. Seiring dengan hal
tersebut, pentingnya peranan hak kekayaan intelektual dalam mendukung
perkembangan teknologi kiranya telah semakin disadari. Hal ini tercermin dari
tingginya jumlah permohonan hak cipta, paten, dan merek, serta cukup banyaknya
permohonan desain industri yang diajukan kepada Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah
Undang-undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui
beberapa perubahan dan telah dcantumkan dalam Undang-Undang yang terbaru
yaitu Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Tidak hanya karya
cipta, invensi di bidang teknologi (hak paten) dan kreasi tentang penggabungan
antara unsur bentuk, warna, garis (desain produk industri) serta tanda yang
digunakan untuk kegiatan perdagangan dan jasa (merek) juga perlu diakui dan
dilindungi dibawah perlindungan hukum . Dengan kata lain Hak atas kekayaan
Intelektual (HKI) perlu didokumentasikan agar kemungkinan dihasilkannya
teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau dicegah. Dengan
dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat

1
Hak Kekayaan Intelektual

memanfaatkannya dengan maksimal untuk keperluan hidupnya atau


mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih
tinggi lagi.
Dengan adanya Hak Kekayaan Intelektual ini dimaksudkan untuk
menimbulkan kasadaran akan pentingnya daya kreasi dan motivasi Intelektual
sebagai kemampuan yang perlu diraih oleh para pengusaha industri maupun
pencipta-pencipta lain yang memilki sesuatu yang berbeda dari pencipta lainya,
sehingga tidak dapat terhindarkan dari persaingan yang membawa ke arah
persaingan daya industri yang dapat menunjang kemajuan di bidang perindustrian.
Disamping itu untuk mendorong dan melindungi pencipta, dari
penyebarluasan hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia dalam
bidang teknologi, ilmu pengetahuan maupun seni dan sastra yang diekspresikan
kepada khalayak umum dalamb erbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta
berguna dalam menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomi.
Maka dirasa perlu adanya Badan Resmi Pemerintah guna melindung ciptaan dari
para pencipta.
Namun, Pelaksanaan sistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia
dapat dikatakan masih kurang berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat
terjadi karena masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem HKI yang
memang masih relatif baru berkembang di Indonesia. Oleh karenanya, sosialisasi
HKI harus terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
manfaat sistem HKI dan memberikan informasi perkembangan sistem HKI baik di
Indonesia maupun di dunia. Implementasi perlindungan HKI di Indonesia banyak
menemui kendala yang disebabkan oleh berbedanya karakter budaya masyarakat
Indonesia yang bersifat komunal dengan karakter dari rezim HKI yang bersifat
individual. Untuk itu perlu adanya perlindungan dan perbaikan dalam rezim HKI
yang ada di Indonesia agar sesuai dengan kebutuhan masyakat lokal. Sehingga,
apabila rezim HKI yang diterapkan di Indonesia sesuai dengan kebutuhan
masyarakat lokal, maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
berbasis ilmu pengetahuan.

2
Hak Kekayaan Intelektual

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menetap rumusan
masalah sebagai berikut :
“Bagaimana pelaksanaan dan proses hukum mengenai hak kekayaan
intelektual yang ada di Indonesia?”
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Bisnis dan Etika Bisnis. Maksud dari penulisan ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui dan menganalisis perkembang hak kekayaan intelektual
di Indonesia.
1.3.2 Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan mengenai hak kekayaan
intelektual di Indonesia.
1.3.3 Untuk mengetahui dan menganalisis proses hukum untuk mendukung hak
kekayaan intelektual di Indonesia.

3
Hak Kekayaan Intelektual

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual


Menurut Mulyani (2012) menyatakan bahwa hak kekayaan intelektual
merupakan hak ekslusif yang diberikan negara kepada kreator, inventor atau
pendesain atas hasil kreasi atau temuannya yang mempunyai nilai komersila, baik
langsung secara otomatis atau melalui pendaftaran pada instansi terkait sebagai
penghargaan, pengakuan hak yang patut diberikan perlindungan hukum.
Menurut Nugroho (2015) menyatakan bahwa HKI merupakan fundamental
perekonomian suatu bangsa. Kemajuan ekonomi suatu bangsa dapat dilihat dari
seberapa banyak HKI yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Semakin banyak HKI
yang dimiliki, semakin cepat pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai Negara
tersebut. HKI yang dimiliki dapat dijadikan tolok ukur dalam melihat kemajuan
dan perkembangan perekonomian suatu bangsa. Sehingga dengan semaki
banyaknya HKI yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan sebagai pemacu
perkembangan ekonomi dan meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan
dari dalam negeri tersebut.
Menurut Kemenperin dalam buku panduan pengenaran HKI Secara
substantif pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Karya-karya intelektual
yang dimaksud di bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra ataupun teknologi,
dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu dan bahkan biaya. Adanya
pengorbanan tersebut menjadikan karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai.
Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai
ekonomi yang melekat menumbuhkan konsepsi kekayaan (Property) terhadap
karya-karya intelektual.
Oleh karena itu, HKI tersebut dapat digolongkan ke dalam hak-hak atas
barang-barang yang tak berwujud atau intangible. Analoginya adalah jika ide-ide
tersebut keluar dari fikiran manusia dan menjelma dalam suatu ciptaan

4
Hak Kekayaan Intelektual

kesusasteraan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain, maka menjadi benda berwujud


(tangible) dan dapat menjadi sumber keuntungan.

2.2 Sejarah Perkembangan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia


Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di Indonesia
telah ada sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan
undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844.
Selanjutnya, pemerintah Belanda mengundangkan Undang-Undang Merek tahun
1885, Undang-Undang Paten tahun 1910, dan Undang-Undang Hak Cipta tahun
1912. Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies
telah menjadi anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property
sejak tahun 1888, anggota Madrid Convention dari tahun 1893 sampai dengan
1936, dan anggota Berne Convention for the Protection of Literaty and Artistic
Works sejak tahun 1914. Pada zaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 sampai
dengan 1945, semua peraturan perundang-undangan di bidang HKI tersebut tetap
berlaku. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945,
seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda tetap
berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU
Merek tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang
dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan
dalam UU Paten peninggalan Belanda, permohonan Paten dapat diajukan di
Kantor Paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas
permohonan Paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di
Belanda
Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang
merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang Paten,
yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S 5/41/4, yang mengatur tentang
pengajuan sementara permintaan Paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri
Kehakiman No. J.G 1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan sementara
permintaan paten luar negeri.

5
Hak Kekayaan Intelektual

Pada tanggal 11 Oktober 1961 Pemerintah RI mengundangkan UU No. 21


tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan untuk mengganti
UU Merek Kolonial Belanda. UU No. 21 Tahun 1961 mulai berlaku tanggal 11
November 1961. Penetapan UU Merek ini untuk melindungi masyarakat dari
barang-barang tiruan atau bajakan. Pada tanggal 10 Mei 1979 Indonesia
meratifikasi Konvensi Paris “Paris Convention for the Protection of Industrial
Property” (Stockholm Revision 1967) berdasarkan keputusan Presiden No. 24
tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum penuh
karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah ketentuan,
yaitu Pasal 1 sampai dengan 12 dan Pasal 28 ayat 1.
Pada tanggal 12 April 1982 pemerintah mengesahkan UU No. 6 tahun
1982 tentang Hak Cipta untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda.
Pengesahan UU Hak Cipta tahun 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan
melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu,
seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.
Akhir tahun 2000, disahkan tiga UU baru dibidang HKI yaitu : (1) UU No.
30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain
Industri, dan UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Untuk menyelaraskan dengan Persetujuan TRIPS (Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights) pemerintah Indonesia
mengesahkan UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, UU No. 15 tahun 2001
tentang Merek, Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait.
Pada pertengahan tahun 2002, disahkan UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
yang menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak di
undangkannya.
Pada tahun 2000 pula disahkan UU No. 29 tahun 2000 Tentang
Perlindungan Varietas Tanaman dan mulai berlaku efektif sejak tahun 2004.
Dengan demikian, perangkat peraturan perundang-undangan di bidang HKI di
Indonesia sampai saat ini sudah lengkap. Namun, hal tersebut masih belum
banyak diketahui oleh masyarakat. Hal ini dihadapkan pula pada masih
rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang HKI. Oleh

6
Hak Kekayaan Intelektual

karena itu, tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang HKI perlu
terus menerus ditingkatkan melalui berbagai kegiatan sosialisasi kepada
masyarakat. Adanya pemahaman maka terhadap HKI maka para warga
masyarakat akan menghargai karya-karya yang dilindungi oleh hukum hak
kekayaan intelektual. Selain itu, anggota masyarakat berkreasi untuk
menghasilkan karya yang dapat dilindungi oleh hak kekayaan intelektual.

2.3 Teori-teori Dasar Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual


Menurut Samsudin (2016) Ada beberapa teori perlindungan hak kekayaan
intelektual seperti teori reward, teori recovery, teori incentive, dan teori risk.
Menurut teori reward (penghargaan), pencipta atau penemu yang menghasilkan
ciptaan atau penemuan harus dilindungi dan harus diberi penghargaan atas hasil
jerih payahnya menghasilkan penemuan atau ciptaan. Kemudian menurut teori
recovery, pencipta atau penemu yang menghasilkan ciptaan atau penemuan
dengan mengeluarkan tenaga, waktu dan biaya harus diberi kesempatan untuk
meraih kembali apa yang telah ia keluarkan tersebut. Selanjutnya menurut teori
incentive menyatakan bahwa dalam rangka untuk menarik minat, upaya dan dana
bagi pelaksanaan dan pengembangan kreativitas penemuan, serta menghasilkan
sesuatu yang baru, diperlukan adanya suatu incenitve agar dapat memacu
kegiatankegiatan penelitian dapat terjadi lagi. Sedangkan menurut teori risk
(resiko) menyatakan bahwa kekayaan intelektual merupakan hasil karya yang
mengandung resiko, sehingga adalah wajar untuk memberi perlindungan kepada
kegiatan yang mengandung resiko tersebut.
Dari teori-teori tersebut di atas dapat dipahami bahwa dasar filosofis
perlindungan HKI sangat dipengaruhi oleh mazhab hukum alam yang
menekankan pada faktor manusia dan penggunaan akal.

2.4 Prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual


Prinsip-prinsip HKI dikemukakan oleh Djumhana dan Djubaedillah (1997:
25-26):

7
Hak Kekayaan Intelektual

1. Prinsip Keadilan (principle of natural justice), yaitu bahwa pencipta


sebuah karya atau orang lain yang bekerja membuahkan hasil dari
kemampuan inteletualnya wajar memperoleh imbalan. Imbalan tersebut
dapat berupa materi maupun bukan materi, seperti rasa aman karena
dilindungi dan diakui hasil karyanya.

2. Prinsip Ekonomi (the economic argument), yaitu bahwa hak milik


intelektual ini merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu
kemampuan daya piker manusia yang diekspresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuk yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang kehidupan manusia. Maksudnya kepemilikan itu wajar karena
sifat ekonomis manusia yang menjadikan hal itu sebagaisuatu keharusan
untuk menunjang kehidupan.

3. Prinsip Kebudayaan (the cultural argument), yaitu bahwa karya manusia


pada hakekatnya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan kehidupan.
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahun seni dan sastra sangat
besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat
manusia.

4. Prinsip Sosial (the social argument), yaitu bahwa hukum mengatur


kehidupan manusia sebagai warga masyarakat, manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain. Oleh karena itu hak apapun yang
diakui oleh hukum kepada manusia orang perorangan atau persekutuam
maka hak tersebut untuk kepentingan seluruh masyarakat.

2.5 Jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual


2.5.1 Hak cipta (copyrights);
Berdasarkan UU No. 28/2014 menyatakan bahwa Hak Cipta adalah hak
eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8
Hak Kekayaan Intelektual

Hak cipta terdiri dari hak moral dan hak ekonomi, untuk hak moral masa
berlakunya tanpa batas waktu sedangkan untuk hak ekonomi berlaku selama
hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah
Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
Ciptaan yang Dilindungi
Pasal 40 UU No. 28/2014 :
1) Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra, terdiri atas:
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lainnya;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. karya seni terapan;
h. karya arsitektur;
i. peta;
j. karya seni batik atau seni motif lain;
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematografi;
n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer maupun media lainnya;
q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r. permainan video; dan
s. Program Komputer.
Proses Pendaftaran Hak Cipta :

9
Hak Kekayaan Intelektual

2.5.2 Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights)


2.5.2.1 Hak Paten (Patent)
Berdasarkan UU No.13/2016 Paten adalah hak eksklusif yang diberikan
oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk
jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan
persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

BAB II
Lingkup Pelindungan Paten
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3

10
Hak Kekayaan Intelektual

(1) Paten diberikan untuk Invensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan
dapat diterapkan dalam industri.
(2) Paten sederhana diberikan untuk setiap Invensi baru, pengembangan dari
produk atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan dalam industri.
Bagian Keenam
Jangka Waktu Pelindungan Paten
Pasal 22
(1) Paten diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
Tanggal Penerimaan.
Proses Pendaftaran Hak Paten :

2.5.2.2 Hak Merek (Trademark)


Berdasarkan UU No. 20/2016 merek adalah tanda yang dapat ditampilkan
secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna,
dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang

11
Hak Kekayaan Intelektual

dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang darr/atau jasa.
Merek terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sarna
atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.
2. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pacta jasa yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersarna-sarna atau badan
hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.
BAB II
Lingkup Merek
Pasal 2
(3) Merek yang dilindungi terdiri atas tanda berupa gambar, logo, nama, kata,
huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/ atau 3
(tiga) dimerisi, suara, hologram, atau kornbinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan barang danZatau jasa yang diproduksi
oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang
darr/atau jasa.
Bagian Keenam
Jangka Waktu Pelindungan dan Perpanjangan Merek Terdaftar
Pasal 35
(1) Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu perlindungan
itu dapat diperpanjang

12
Hak Kekayaan Intelektual

2.5.2.3 Hak Desain industri (industrial designs);


Berdasarkan UU No. 31/2000 menyatakan bahwa desain industri adalah
suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau
garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
Bagian Pertama
Desain Industri yang Mendapat Perlindungan
Pasal 2
(1) Hak Desain Industri diberikan untuk Desain Industri yang baru.

13
Hak Kekayaan Intelektual

Bagian Ketiga
Jangka Waktu Perlindungan Desain Industri
Pasal 5
(1) Perlindungan terhadap Hak Desain Industri diberikan untuk jangka waktu
10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan.

2.5.2.4 Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


Berdasarkan UU No. 32/2000 desain tata letak sirkuit adalah kreasi berupa
rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu
dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi
dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan
untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu. Disini Sirkuit Terpadu dimaksudkan
sebagai suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya

14
Hak Kekayaan Intelektual

terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut


adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk
secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk
menghasilkan fungsi elektronik. Hak desain tata letak sirkuit terpadu merupakan
hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada pendesain
atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.
Bagian Pertama
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang Mendapat Perlindungan
Pasal 2
(1) Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan untuk Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang orisinal.
(2) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dinyatakan orisinal apabila desain tersebut
merupakan hasil karya mandiri Pendesain, dan pada saat Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu tersebut dibuat tidak merupakan sesuatu yang umum bagi
para Pendesain. padu (integrated circuits);
Bagian Ketiga
Jangka Waktu Perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Pasal 4
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan selama 10
(sepuluh) tahun.
Prosedur/Diagram Alir Pendaftaran DTLST
1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke Direktorat
Jenderal dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam Undang-undang
ini.
2. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh
Pemohon atau Kuasanya.
3. Permohonan harus memuat:
a. tanggal, bulan, dan tahun surat Permohonan;
b. nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan Pendesain;
c. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pemohon;

15
Hak Kekayaan Intelektual

d. nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui


Kuasa; dan
e. tanggal pertama kali dieksploitasi secara komersial apabila sudah pernah
dieksploitasi sebelum Permohonan diajukan.
4. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilampiri dengan:
a. gambar atau foto serta uraian dari Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang
dimohonkan pendaftarannya;
b. surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan melalui Kuasa;
c. surat pernyataan bahwa Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang
dimohonkan pendaftarannya adalah miliknya;
d. surat keterangan yang menjelaskan mengenai tanggal sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf e (5).
5. Dalam hal Permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu
Pemohon, Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu Pemohon
dengan dilampiri persetujuan tertulis dari para Pemohon lain.
6. Dalam hal Permohonan diajukan oleh bukan Pendesain, Permohonan harus
disertai pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa Pemohon
berhak atas Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang bersangkutan.
7. Ketentuan tentang tata cara Permohonan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.ng dimohonkan pendaftarannya;

2.5.2.5 Hak Rahasia dagang (trade secret),


Berdasarkan UU. No. 30/2000 rahasia dagang adalah informasi yang tidak
diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai
ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh
pemilik rahasia dagang, yang meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang
memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Rahasia
dagang memiliki jangka waktu tertentu dan bahkan tidak memiliki batas waktu.
Rahasia dagang tersebut, menurut UU Rahasia Dagang tidak perlu
didaftarkan atau dicatatkan. Sebab, dengan didaftarkan, maka informasi pada
rahasia dagang tersebut akan terkuak ke publik dan sifat kerahasiaannya tidak

16
Hak Kekayaan Intelektual

terdapat lagi. Kepemilikan rahasia dagang otomatis dimiliki oleh pemegang


haknya, ketika unsur-unsur obyek atas hak rahasia dagang terpenuhi.
Adapun pencatatan rahasia dagang wajib dilakukan hanya saat terjadi saat
pengalihan hak, yaitu atas terjadinya pewarisan, hibah, wasiat perjanjian tertulis
atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan undang-undang. Salah satu
bentuk pengalihan hak adalah dengan pemberian lisensi. Lisensi, dalam Pasal 1
angka 5 UU Rahasia Dagang, didefinisikan sebagai izin yang diberikan oleh
pemegang hak rahasia dagang kepada pihak lain melalui perjanjian pemberian hak
(bukan pengalihan hak). Dengan diberikan lisensi, maka penerima hak akan
menikmati manfaat ekonomi dari Rahasia Dagang yang diberikan perlindungan,
melalui jangka waktu dan syarat tertentu.
BAB II
Lingkup Rahasia Dagang
Pasal 2
Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode
pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau
bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

2.5.2.6 Hak Indikasi Geografis (Geographical Indication)


Berdasarkan UU No. 20/ 2016 indikasi geografis adalah suatu tanda yang
menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor
lingkungan geografis termasuk faktor alarn, faktor manusia atau kornbinasi dari
kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu
pada barang danjatau produk yang dihasilkan.
Bagian Ketiga
Jangka Waktu Pelindungan dan Penghapusan Indikasi Geografis
Pasa1 61
(1) Indikasi Geografis dilindungi selama terjaganya reputasi, kualitas, dan
karakteristik yang menjadi dasar diberikannya pelindungan Indikasi
Geografis pada suatu barang.
Contoh dari Indikasi Geografis :

17
Hak Kekayaan Intelektual

 Kopi Arabika Kintamani Bali, pemegang hak Masyarakat Perlindungan


Indikasi Geografis Kopi Kintamani Bali
 Mebel Ukir Jepara, pemegang hak Jepara Indikasi Geografis Produk -Mebel
Ukir Jepara
Prosedur/Diagram Alir Indikasi Geografis
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2007 Tentang Indikasi Geografis
mengenai prosedur pendaftaran
I. Tahap Pertama : Mengajukan Permohonan
Setiap Asosiasi, produsen atau organisasi yang mewakili produk Indikasi
Geografis dapat mengajukan permohonan dengan memenuhi persyaratan–
persyaratan yaitu dengan melampirkan :
 Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh Pemohon
atau melalui Kuasanya dengan mengisi formulir dalam rangkap 3 (tiga)
kepada Direktorat Jenderal
 surat kuasa khusus, apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa;
 bukti pembayaran biaya
 Buku Persyaratan
 Uraian tentang batas-batas daerah dan/atau peta wilayah yang dicakup oleh
Indikasi-geografis yang mendapat rekomendasi dari instansi yang
berwenang.
II. Tahap Kedua : Pemeriksaan Administratif
Pada tahap ini pemeriksa melakukan pemeriksaan secara cermat dari
permohonan untuk melihat apabila adanya kekurangan-kekurangan persyaratan
yang diajukan. Dalam hal adanya kekurangan Pemeriksa dapat
mengkomunikasikan hal ini kepada pemohon untuk diperbaiki dalam tenggang
waktu 3 (tiga) bulan dan apabila tidak dapat diperbaiki maka permohonan tersebut
ditolak.
III. Tahap Ketiga : Pemeriksaan Substansi
Pada tahap ini permohonan diperiksa. Permohonan Indikasi geografis
dengan tipe produk yang berbeda-beda, Tim Ahli yang terdiri dari para pemeriksa
yang ahli pada bidangnya memeriksa isi dari pernyataan-pernyataan yang yang

18
Hak Kekayaan Intelektual

telah diajukan untuk memastikan kebenarannya dengan pengkoreksian, setelah


dinyatakan memadai maka akan dikeluarkan Laporan Pemeriksaan yang
usulannya akan disampaikan kepada Direktorat Jenderal.
Dalam Permohonan ditolak maka pemohon dapat mengajukan tanggapan
terhadap penolakan tersebut, Pemeriksaan substansi dilaksanakan paling lama
selama 2 Tahun.
IV. Tahap Keempat : Pengumuman
Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari sejak tanggal
disetujuinya Indikasi-geografis untuk didaftar maupun ditolak, Direktorat Jenderal
mengumumkan keputusan tersebut dalam Berita Resmi Indikasi-geografis selama
3 (tiga) bulan.
V. Tahap Ke Lima : Oposisi Pendaftaran.
Setiap orang yang memperhatikan Berita Resmi Indikasi geografis dapat
mengajukan oposisi dengan adanya Persetujuan Pendaftaran Indikasi Geografis
yang tercantum pada Berita Resmi Indikasi Geografis. Oposisi diajukan dengan
membuat keberatan disertai dengan alasan-alasannya dan pihak pendaftar /
pemohon Indikasi geografis dapat mengajukan sanggahan atas keberatan tersebut.
VI. Tahap Ke Enam : Pendaftaran
Terhadap Permohonan Indikasi Geografis yang disetujui dan tidak ada
oposisi atau sudah adanya keputusan final atas oposisi untuk tetap didaftar.
Tanggal pendaftaran sama dengan tanggal ketika diajukan aplikasi. Direktorat
Jenderal kemudian memberikan sertifikat Pendaftaran Indikasi Geografis,
Sertifikat dapat diperbaiki apabila terjadi kekeliruan.
VII. Tahap Ketujuh: Pengawasan terhadap Pemakaian Indikasi-Geografis
Pada Tahap ini Tim Ahli Indikasi-geografis mengorganisasikan dan
memonitor pengawasan terhadap pemakaian Indikasi-geografis di wilayah
Republik Indonesia. Dalam hal ini berarti bahwa Indikasi Geografis yang dipakai
tetap sesuai sebagaimana buku persyaratan yang diajukan.
VIII. Tahap Kedelapan : Banding
Permohonan banding dapat diajukan kepada Komisi Banding Merek oleh
Pemohon atau Kuasanya terhadap penolakan Permohonan dalam jangka waktu 3

19
Hak Kekayaan Intelektual

(tiga Bulan) sejak putusan penolakan diterima dengan membayar biaya yang telah
ditetapkan.
2.5.2.7 Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT).
Perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili
oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas
Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman
melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Hak Perlindungan Varietas Tanaman adalah
hak khusus yang diberikan negara kepada pemulia dan/atau pemegang hak
Perlindungan varietas Tanaman untuk menggunakan sendiri varietas hasil
pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain
untuk menggunakannya selama waktu tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan
varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok tanaman
dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan
tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau
kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama
oleh sekurangkurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak
tidak mengalami perubahan.
Bagian Pertama
Varietas Tanaman Yang Dapat Diberi Perlindungan Varietas Tanaman
Pasal 2
(1) Varietas yang dapat diberi PVT meliputi varietas dari jenis atau spesies
tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama.
Bagian Ketiga
Jangka Waktu Perlindungan Varietas Tanaman
Pasal 4
(1) Jangka waktu PVT
a. 20 (dua puluh) tahun untuk tanaman semusim;
b. 25 (dua puluh lima) tahun untuk tanaman tahunan

Contoh Varietas Tanaman yang di Lindungi :


1. Bunga Lipstik Aeschynanthus “SoeKa”.

20
Hak Kekayaan Intelektual

Keunikan bunga ini terdapat pada tabung mahkota bagian luar bunga yang
memiliki corak lurik sehingga berbeda dari bunga lipstik pada umumnya yang
bercorak polos. “Bunga Lipstik Aeschynanthus “SoeKa” memperoleh
sertifikasi PVT pada tahun 2011
2. Bunga Hoya “Kusnoto”
Bunga Hoya “Kusnoto” adalah salah satu temuan varietas baru LIPI yang
memperoleh sertifikasi PVT tahun 2014. “Bunga ini juga merupakan mutasi
yang memiliki efek perubahan warna bunga pada bagian mahkota dan korona.
3. Bunga Lipstik Aeschynanthus “Mahligai”.
Bunga lipstik jenis memiliki keunikan yakni hasil mutasi yang memilki bunga
mutan berwarna merah cerah dan pinggiran mahkota yang melipat dan
memuntir. Bunga ini memperoleh sertivikasi PVT pada tahun 2014.

2.6 Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual


Dalam penetapan HKI tentu berdasarkan hukum-hukum yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain adalah :

21
Hak Kekayaan Intelektual

1. Undang-undang No.7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing


the World Trade Organization (WTO)
2. Undang-undang Nomor 28/2014 tentang Hak Cipta
3. Undang-undang Nomor 20/2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
4. Undang-undang Nomor 13/2016 tentang Hak Paten
5. Undang-undang Nomor 31/2000 tentang Desain Industri
6. Undang-undang Nomor 32/2000 tentang Tata Letak Sirkuit Terpadu
7. Undang-undang Nomor 30/2000 tentang Rahasia Dagang
8. Undang-undang Nomor 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
9. Keputusan Presiden RI No.15/1997 tentang Pengesahan Paris Convention
for the Protectionof Industrial Property dan Convention Establishing the
World Intellectual Property Organization
10. Keputusan Presiden RI No.17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law
Treaty
11. Keputusan Presiden RI No.18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention
for the Protection of Literary and Artistic Works
12. Keputusan Presiden RI No.19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights
Treaty
Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut maka Hak atas Kekayaan
Intelektual (HKI) dapat dilaksanakan. Maka setiap individu/kelompok/organisasi
yang memiliki hak atas pemikiran-pemikiran kreatif mereka atas suatu karya atau
produk dapat diperoleh dengan mendaftarkannya ke pihak yang melaksanakan,
dalam hal ini merupakan tugas dari Direktorat Jenderal Hak-hak Atas Kekayaan
Intelektual, Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia.

2.7 Sanksi Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual


1. Hak Cipta
Sanksi bagi Setiap Orang yang dengan tanpa hak dam melanggar hak
cipta, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (dua) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
2. Hak Paten
Ancaman hukuman bagi pelanggaran atas Paten yakni :

22
Hak Kekayaan Intelektual

Pasal 161
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
yang melanggar Paten, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 162
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
yang melanggar Paten sederhana, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
3. Hak Merek
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 100
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sarna
pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang danyatau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun darr/atau
pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak rnenggunakan Merek yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak
lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan Zatau denda paling banyak Rp2.000.000.000 (dua miliar
rupiah).
(3) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2), yang jenis barangnya mengakibatkan gangguan
kesehatan, gangguan lingkungan hidup, darr/atau kematian manusia,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
4. Hak Indikasi Geografis
Pasal 101

23
Hak Kekayaan Intelektual

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang
mempunyai persamaan pada keseluruhan dengan Indikasi Geografis milik
pihak lain untuk barang danjatau produk yang sarna atau sejenis dengan
barang danjatau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun danjatau denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Indikasi Geografis milik
pihak lain untuk barang danjatau produk yang sarna atau sejenis dengan
barang danjatau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun danjatau denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
5. Hak Desain Industri
Sanksi yang dapat dikenakan terhadap pelanggaran Desain Industri adalah
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
6. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Bagi mereka yang melanggar Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang
telah terdaftar dapat diancam hukuman pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
7. Hak Rahasia Dagang
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan dan
mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang
bersangkutan, atau pihak lain yang memperoleh/menguasai Rahasia Dagang
tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
8. Hak Perlindungan Atas Varietas Tanaman

24
Hak Kekayaan Intelektual

Sanksi yang dapat diterapkan atas pelanggaran hak PVT adalah pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua miliar lima ratus juta rupiah).

25
Hak Kekayaan Intelektual

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

26
Hak Kekayaan Intelektual

DAFTAR PUSTAKA

Djumhana, Muhammad dan Djubaedillah. (1997). Hak Milik Intelektual :


Sejarah. Teori dan Prakteknya di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bhakti.

http://lipi.go.id

Mulyani, S. (2012). Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual sebagai Collateral


(Agunan) Untuk Mendapatkan Kredit Perbankan di Indonesia. Jurnal
Dinamika Hukum, 12(3), 568-578.

Nugroho, S. (2015). Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Dalam Upaya


Peningkatan Pembangunan Ekonomi Di Era Pasar Bebas
ASEAN. Supremasi Hukum: Jurnal Penelitian Hukum, 24(2).

Samsudin, Dadan. (2016). Hak Kekayaan Intelektual dan Manfaatnya Bagi


Lembaga Litbang. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.

UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)

UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten

UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis

www.dgip.go.id

www.kemenperin.go.id

27

Anda mungkin juga menyukai