Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL


(HAKI)

Oleh: Nazhifa Fajriah


NIM: 2310522058
Jurusan: Manajemen

Dosen Pengampu:
Dr. H. Ikhsan Yusda PP, SH, LLM
Kelas: Hukum Bisnis M4
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Hukum Bisnis ini dengan judul “Hak Kekayaan
Intelektual”.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas kepada
saya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses
pembuatan makalah ini sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini pada tepat waktu.

Saya menyadari bahwa makalah Hukum Bisnis ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi penulisan, bahasa, maupun penyusunannya. Maka dari itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca agar saya bisa membuat makalah yang lebih
baik lagi dimasa mendatang.

Saya berharap semoga Makalah Hukum Bisnis ini bisa menambah ilmu dan wawasan serta
bisa memberikan manfaat bagi semua pembaca.

Padang, 14 Desember 2023

Nazhifa Fajriah

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................II
BAB I...................................................................................................................................................IV
PENDAHULUAN...............................................................................................................................IV
A. Latar Belakang.......................................................................................................................IV
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................V
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................VI
BAB II.................................................................................................................................................VI
PEMBAHASAN.................................................................................................................................VI
A. Pengertian HAKI....................................................................................................................VI
B. Hak Cipta...............................................................................................................................VII
C. Merek....................................................................................................................................VIII
D. Paten........................................................................................................................................IX
E. Desain Industri.........................................................................................................................X
F. Indikasi Geografis....................................................................................................................X
G. Rahasia Dagang..................................................................................................................XI
H. Ketentuan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST)................................................XI
BAB III...............................................................................................................................................XII
PENUTUP..........................................................................................................................................XII
A. Kesimpulan............................................................................................................................XII
B. Saran.......................................................................................................................................XII
References..........................................................................................................................................XIII

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dasawarsa terakhir ini, telah semakin nyata bahwa pembangunan harus
bersandarkan pada industri yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Kesepakatan
Indonesia untuk merealisasikan gagasan mengenai ASEAN Free Trade Area (AFTA) serta
keikutsertaan Indonesia sebagai anggota World Trade Organization (WTO) dan Asia
Pacific Economic Cooperation (APEC), telah menunjukan keseriusan Pemerintah dalam
mendukung sistem perekonomian yang bebas/terbuka, dan secara tidak langsung memacu
perusahaan - perusahaan di Indonesia untuk lebih meningkatkan daya saingnya. Semakin
derasnya arus perdagangan bebas, yang menuntut makin tingginya kualitas produk yang
dihasilkan terbuti semakin memacu pekembangan teknologi yang mendukung kebutuhan
tersebut. Seiring dengan hal tersebut, pentingnya peranan hak kekayaan intelektual dalam
mendukung perkembangan teknologi kiranya telah semakin disadari. Hal ini tercermin
dari tingginya jumlah permohonan hak cipta, paten, dan merek, serta cukup banyaknya
permohonan desain industri yang diajukan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Pemerintah sangat menyadari bahwa implementasi sistem hak kekayaan intelektual
merupakan suatu tugas besar. Terlebih lagi dengan keikutsertaan Indonesia sebagai
anggota WTO dengan konsekuensi melaksanakan ketentuan Agreement on Trade Related
Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS), sesuai dengan Undang-
undang Nomor 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).
Berdasarkan pengalaman selama ini, peran serta berbagai instansi dan lembaga, baik dari
bidang pemerintahan maupun dari bidang swasta, serta koordinasi yang baik di antara
senua pihak merupakan hal yang mutlak diperlukan guna mencapai hasil pelaksanaan
sistem hak kekayaan intelektual yang efektif. Pelaksanaan sistem hak kekayaan
intelektual yang baik bukan saja memerlukan peraturan perundang-undangan di bidang
hak kekayaan intelektual yang tepat, tetapi perlu pula didukung oleh administrasi,
penegakan hukum serta program sosialisasi yang optimal tentang hak kekayaan
intelektual.
Secara institusional, pada saat ini telah ada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual
yang tugas dan fungsi utamanya adalah menyelenggarakan administrasi hak cipta paten,
merek, desain industri, dan desain tata letak sirkuit terpadu. Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (semula disebut Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek)
dibentuk pada tahun 1998. Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual yang baik
sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari dunia industri dan
perdagangan, maupun dari institusi yang bergerak di bidang penelitian dan
pengembangan. Sejauh ini pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual berjumlah 450 orang. Dibandingkan dengan yang ada di beberapa negara yang
telah maju. Direktorat Jendral HaKI merupakan institusi yang relatif masih muda/naru.

IV
Oleh sebab itu, dapat dimaklumi seandainya dalam pelaksanaan tugasnya, masih dijumpai
berbagai macam kendala. Walaupun demikian, melalui berbagai program pelatihan yang
intensif telah ada beberapa staf yang memiliki pengetahuan yang cukup memadai guna
mendukung peningkatan sistem hak kekayaan intlektual sebagaimana diharapkan. Perlu
pula kiranya dikemukakan bahwa dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan dan
kemudahan bagi masyarakat, sejak januari 2000, pengajuan permohonan hak kekayaan
intelektual dapat dilakukan di Kantor-kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia. Selanjutnya, Kantor-kantor Wilayah akan menyampaikan permohonan
tersebut kepada Direktorat Jenderal HaKI untuk diproses ebih lanjut. Di samping itu, pada
saat ini, dengan bantuan World Bank sedang dilaksanakan penyempurnaan sistem otomasi
di Direktorat Jenderal HaKI yang diharapkan dapat lebih menunjang proses administrasi
dimaksud. Tidak sebagaimana bidang kekayaan intelektual lain yang administrasinya
dikelola oleh Direktorat Jenderal HaKI, bidang varietas tanaman ditangani oleh
Departemen Pertanian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HAKI?
2. Apa saja jenis – jenis HAKI?
3. Apa itu hak cipta?
4. Apa itu merek?
5. Apa itu paten?
6. Apa itu desain industri?
7. Apa itu indikasi geografis?
8. Apa itu rahasia dagang?
9. Apa itu DTLST?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu HAKI
2. Untuk mengetahui jenis-jenis HAKI
3. Untuk mengetahui apa itu hak cipta
4. Untuk mengetahui apa itu merek
5. Untuk mengetahui apa itu paten
6. Untuk mengetahui apa itu desain industry
7. Untuk mengetahui apa itu indikasi geografis
8. Untuk mengetahui apa itu rahasia dagang
9. Untuk mengetahui ap aitu DTLST

V
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HAKI
Hak Kekayaan Intelektual pada prinsipnya adalah hasil pemikiran, kreasi dan desain
seseorang yang oleh hukum diakui dan diberikan hak atas kebendaan sehingga hasil
pemikiran, kreasi, dan desain tersebut dapat diperjualbelikan. Dengan demikian,
seseorang yang memiliki hak kekayaan intelektual dapat diberikan royalty atau
pembayaran oleh orang lain yang memanfaatkan atau menggunakan hak kekayaan
intelektualnya tersebut.
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HAKI telah ada sejak tahun
1840. Pemerintah colonial Belanda memperkenalkan undang-undang pertama mengenai
perlindungan HAKI pada tahun 1844. Kemudian pemerintah Belanda mengundangkan:
1. UU Merek Tahun 1885
2. Undang-undang Paten Tahun 1910
3. UU Hak Cipta Tahun 1912
Pada saat ini HAKI terbagi menjadi dua yaitu, Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri
(Merek, Paten, Indikasi Ggeografis, Rahasia dagang, Desain industri, Ketentuan Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu)
Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HAKI di tanah air. Pada
tanggal 23 juli 1986 presiden membentuk sebuah tim khusus di bidang HAKI melalui
keputusan presiden No.34 tahun 1986 (tim ini dikenal dengan nama tim keppers 34).
Tugas utama tim keppres adalah mencakup penyusunan kebijakan nasional di bidang
HAKI, perancangan peraturan perundang-undangan di bidang HAKI dan sosialisasi
system HAKI di kalangan instansi pemerintah terkait, apparat penegak hukum, dan
Masyarakat luas.

B. Hak Cipta
Pada tanggal 12 April 1982 pemerintahkan mengesahkan UU No 6 Tahun 1982 tentang
hak cipta. Pengesahan dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni, dan sastra serta
mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.
Ketentuan tentang hak cipta diatur dalam UU No 28 Tahun 2014 tentang hak cipta.
Menurut pasal 1 UU No 28 Tahun 2014 hak cipta adalah hak eklusif pencipta yang timbul
secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ciptaan yang dapat dilindungi:

VI
1. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (layout) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
7. Arsitektur;
8. Peta;
9. Seni Batik;
10. Fotografi;
11. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan.

Masa perlindungan hak cipta:


1. Perlindungan Hak Cipta: Seumur Hidup Pencipta + 70 Tahun.
2. Program Komputer: 50 tahun Sejak pertama kali dipublikasikan.
3. Pelak: 50 tahun sejak pertama kali di pertunjukkan.
4. Produser Rekaman : 50 tahun sejak Ciptaan di fiksasikan.
5. Lembaga Penyiaran: 20 tahun sejak pertama kali di siarkan.

C. Merek
Pada tanggal 11 oktober 1961 pemerintah mengundangkan UU No 21 Tahun 1961 tentang
merek Perusahaan dan merek perniagaan dan mulai berlaku tanggal 11 november 1961.
Bertujuan untuk melindungi Masyarakat dari barang tiruan atau bajakan.
Ketentuan merek diatur dalam UU No 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis. Dalam Pasal 1, merek adalah tanda yang ditampilkan secara grafis berupa
gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna dalam bentuk dua dimensi
dan/atau tiga dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut
untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum
dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Dalam Pasal 1 poin 2,3, dan 4, dijelaskan bahwa:


1. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
2. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan
3. Merek kolektif adalah merek yang dipergunakan pada barang atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan
Pemakaian Merek berfungsi sebagai:

VII
1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi
orang lain atau badan hukum lainnya;
2. Alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan
menyebut Mereknya;
3. Jaminan atas mutu barangnya;
4. Penunjuk asal barang/jasa dihasilkan.

Pendaftaran Merek berfungsi sebagai:


1. Alat bukti bagi pemilik yang berhak atas Merek yang didaftarkan;
2. Dasar penolakan terhadap Merek yang sama keseluruhan atau sama pada
pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa
sejenisnya;
3. Dasar untuk mencegah orang lain memakai Merek yang sama keseluruhan
atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenisnya.

Sertifikat Merek
Jangka waktu berlakunya sertifikat merek adalah sepuluh tahun terhitung sejak tanggal
penerimaan dan dapat diperpanjang. Sepanjang jangka waktu tersebut merek yang sudah
terdaftar akan mendapat perlindungan.

D. Paten
Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman Republik Indonesia mengeluarkan pengumuman
yang merupakan perangkat aturan nasional pertama yang mengatur tentang paten.
Ketentuan mengenai Paten diatur dalam UU No 13 Tahun 2016 tentang paten. Dalam
pasal 1 UU Paten antara lain ditentukan, bahwa yang dimaksud dengan:
a. Paten adalah hak eklusif yang diberikan negara kepada inventor atas hasil invensinya
di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
b. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
c. Inventor adalah seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi.

Paten sederhana adalah setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai
nilai kegunaan praktis disebabkan karena bentuk, konfigurasi, konstruksi atau
komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana.
Perbedaan Paten dan Paten Sederhana
a. Paten diberikan untuk invensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan dapat
diterapkan dalam industri. Sementara paten sederhana diberikan untuk setiap invensi
baru, pengembangan dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan dalam

VIII
industri. Paten sederhana diberikan untuk invensi yang berupa produk yang bukan
sekadar berbeda ciri teknisnya, tetapi harus memiliki fungsi/kegunaan yang lebih praktis
daripada invensi sebelumnya yang disebabkan bentuk, konfigurasi, konstruksi, atau
komponennya yang mencakup alat, barang, mesin, komposisi, formula, senyawa, atau
sistem. Paten sederhana juga diberikan untuk invensi yang berupa proses atau metode
yang baru.;
b. Klaim paten sederhana dibatasi dengan satu klaim mandiri, sedangkan paten jumlah
klaimnya tidak dibatasi.;
c. Progres teknologi dalam paten sederhana lebih simpel daripada progres teknologi
dalam paten.

Invensi dapat dipatenkan jika invensi tersebut


a. Baru. Jika pada saat pengajuan permohonan Paten invensi tersebut tidak sama dengan
teknologi yang diungkapkan sebelumnya;
b. Mengandung langkah inventif. Jika invensi tersebut merupakan hal yang tidak dapat
diduga sebelumnya bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik;
c. Dapat diterapkan dalam industri. Jika invensi tersebut dapat diproduksi atau dapat
digunakan dalam berbagai

Masa perlindungan
-Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun sejak tanggal penerimaan
permohonan Paten.
-Paten sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan
permohonan Paten sederhana.

E. Desain Industri
Ketentuan Desain Industri diatur dalam UU No 31 Tahun 2000. Dalam Pasal 1, Desain
Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna,
atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang,
komoditas industri atau kerajinan tangan.
Desain Industri yang dapat didaftarkan
a. Desain Industri yang memiliki kebaruan (novelty) dengan catatan jika pada tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran Desain Industri tersebut tidak sama dengan
pengungkapan Desain Industri yang telah ada sebelumnya;
b. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban
umum, agama, atau kesusilaan.

IX
Masa Pelindungan Desain Industri
Pemegang hak desain industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan hak yang
dimilikinya dan untuk melarang orang lain tanpa persetujuannya membuat, memakai,
menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan produk-produk terkait.

F. Indikasi Geografis
Ketentuan Indikasi Geografis diatur dalam UU No 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis. Dalam Pasal 1, Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang
menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan
geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut
memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk
yang dihasilkan. Tanda yang digunakan sebagai Indikasi Geografis dapat berupa etiket
atau label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan. Tanda tersebut dapat berupa
nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut.

Yang berhak mengajukan permohonan pendaftaran Indikasi Geografis


Permohonan pendaftaran Indikasi Geografis diajukan oleh:
- lembaga yang mewakili masyarakat di kawasan geografis tertentu yang mengusahakan
suatu barang dan/atau produk berupa:
(1). sumber daya alam;
(2). barang kerajinan tangan; atau
(3). hasil industri.
- pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota.
Pemakai Indikasi Geografis
Pemakai Indikasi Geografis adalah pihak yang mendapat izin dari pemegang Hak atas
Indikasi Geografis yang terdaftar untuk mengolah dan/atau memasarkan barang dan/atau
produk Indikasi Geografis.

Dokumen Deskripsi Indikasi Geografis


Dokumen Deskripsi Indikasi Geografis adalah suatu dokumen yang memuat informasi,
termasuk reputasi, kualitas, dan karakteristik barang dan/atau produk yang terkait dengan
faktor geografis dari barang dan/atau produk yang dimohonkan Indikasi Geografisnya.

Manfaat perlindungan Indikasi GeografiS


1. memperjelas identifikasi produk dan menetapkan standar produksi dan proses diantara
para pemangku kepentingan Indikasi Geografis;
2. menghindari praktek persaingan curang, memberikan perlindungan konsumen dari
penyalahgunaan reputasi Indikasi Geografis;

X
3. menjamin kualitas produk Indikasi Geografis sebagai produk asli sehingga
memberikan kepercayaan pada konsumen;
4. membina produsen lokal, mendukung koordinasi, dan memperkuat organisasi sesama
pemegang hak dalam rangka menciptakan, menyediakan, dan memperkuat citra nama
dan reputasi produk;
5. meningkatnya produksi dikarenakan di dalam Indikasi Geografis dijelaskan dengan
rinci tentang produk berkarakater khas dan unik;
6. reputasi suatu kawasan Indikasi Geografis akan ikut terangkat, selain itu Indikasi
Geografis juga dapat melestarikan keindahan alam, pengetahuan tradisional, serta
sumberdaya hayati, hal ini tentunya akan berdampak pada pengembangan agrowisata.
Permohonan Indikasi Geografis tidak dapat didaftar jika:
1. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas,
agama, kesusilaan, dan ketertiban umum;
2. menyesatkan atau memperdaya masyarakat mengenai reputasi, kualitas, karakteristik,
asal sumber, proses pembuatan barang, dan atau kegunaannya; dan
3. merupakan nama yang telah digunakan sebagai varietas tanaman dan digunakan bagi
varietas tanaman yang sejenis, kecuali ada penambahan padanan kata yang
menunjukkan faktor indikasi geografis yang sejenis.
Lama jangka waktu pelindungan Indikasi Geografis
Indikasi Geografis dilindungi selama terjaganya reputasi, kualitas, dan karakteristik yang
menjadi dasar diberikannya pelindungan Indikasi Geografis pada suatu barang.

G. Rahasia Dagang
Ketentuan Rahasia Dagang diatur dalam UU No 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
Dalam Pasal 1, Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

Lingkup perlindungan Rahasia Dagang


Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki
nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Pelanggaran Rahasia Dagang terjadi, apabila:


1. seseorang dengan sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari
kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga
Rahasia Dagang yang bersangkutan;
2. seseorang memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang dengan cara yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

H. Ketentuan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST)


Ketentuan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diatur dalam UU No 32 Tahun 2000. Dalam
Pasal 1, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga

XI
dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah
elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan
peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu.

Sirkuit Terpadu
Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara
terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor untuk menghasilkan fungsi elektronik.

DTLST yang dapat didaftarkan


DTLST dapat didaftarkan jika DTLST tersebut orisinal, desain tersebut merupakan hasil
karya mandiri pendesain, dan pada saat DTLST tersebut dibuat tidak merupakan sesuatu
yang umum bagi para pendesain.

Lama perlindungan hukum DTLST terdaftar


DTLST terdaftar mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak
pertama kali DTLST dieksploitasi secara komersial atau sejak tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pentingnya peranan hak kekayaan intelektual dalam sebuah usaha atau
perdagangan yang dapat memberi perlindungan hukum kepada karya hasil
pemikiran atau desain sendiri sehingga menghindari dari penyalahgunaan oleh
suatu orang atau kelompok yang tidak bertanggung jawab.

B. Saran
Semua orang atau badan yang memiliki suatu karya hasil pemikiran atau
desain sendiri hendaknya mendaftarkannya kepada Direktorat Jenderal
Kekayaan Hak dan Intelektual untuk menghindari penyalahgunaan oleh suatu
orang atau kelompok yang tidak bertanggung jawab. Bahkan, jika mereka
melakukannya mereka akan mendapat sanksi hukum.

References

XII
HAM, D. J.-K. (n.d.). dgip.go.id/tentang-djki/kekayaan-intelektual. Retrieved from dgip.go.id:
https://www.dgip.go.id/tentang-djki/kekayaan-intelektual

Indonesia, P. P. (2000). Desain Industri. UU No 31 Tahun 2000.

Indonesia, P. P. (2000). Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST). UU No 32 Tahun 2000.

Indonesia, P. P. (2000). Rahasia Dagang. UU No 30 Thaun 2000.

Indonesia, P. P. (2014). Hak Cipta. UU No 28 Tahun 2014.

Indonesia, P. P. (2016). Merek dan Indikasi Geografis. UU No 20 Tahun 2016.

Indonesia, P. P. (2016). Paten. UU No 13 Tahun 2016.

MENENGAH, D. J. (2007). HAKI. HAKI.

Merek dan Indikasi Geografis. (2016). UU No 20 Tahun 2016.

XIII

Anda mungkin juga menyukai