Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
Latar Belakang........................................................................................................................2
Rumusan Masalah..................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian HKI..................................................................................................................3
B. Sejarah dan Perkembangan HKI........................................................................................4
C. Cabang HKI.......................................................................................................................6
D. Prinsip-Prinsip HKI...........................................................................................................8
E. Manfaat HKI....................................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
Kesimpulan...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aktivitas bisnis di Indonesia telah meningkat seiring dengan berkembangnya
globalisasi. Pemerintah Indonesia sendiri tampaknya menetapkan arah politik hukum yang
bersifat terbuka bagi praktik bisnis dan investasi. Kebijakan pemerintah yang mempermudah
izin dan prosedur mendirikan serta melaksanakan usaha baik bagi pengusaha dalam negeri
maupun luar negeri adalah contoh yang nyata. Bisnis tidak dapat dipisahkan dari pelaku
bisnis maupun produk. Pelaku bisnis dalam rangka mencapai keuntungan dan menetapkan
posisi dalam pasar bisnis terus berupaya membangun profil bisnis. Agar meninggalkan kesan
yang mendalam bagi konsumen, pelaku bisnis memproduksi produk-produk yang ungggul.

Pelaku usaha tidak hanya terbatas pada pelaku bisnis pabrikan ataupun industri yang
identik dengan produksi massal menggunakan mesin. Pelaku usaha juga meliputi para pekerja
seni, sastra, pendidikan, maupun kreasi lainnya yang dapat dijual secara komersial. Hasil
karya mauoun produk buatan pabrik tersebut tentu perlu dilindungi untuk memberikan rasa
keadilan bagi pemiliknya. Maka hukum hadir untuk memberikan perlindungan tersebut dan
untuk memberikan tempat bagi hasil karya maupun produk tersebut untuk dimanfaatkan serta
didampingi dengan adanya perlindungan. Hak atas hasil karya intelektualitas tersebut seiring
dengan perkembangan jaman dirumuskan sebagai “Hak Kekayaan Intelektual”. Perlindungan
tersebut perlu bagi pelaku usaha bahkan sejak awal suatu karya intelektual itu tercipta. Sebab
jika pelaku usaha lalai maka produk atau karya mereka dapat disalahgunakan dan membawa
kerugian bagi pemiliknya. Oleh sebab itu HKI membuat peraturan yang tegas dalam
menegakkan pelanggaran terhadal Hak Kekayaan Intelektual.1

Rumusan Masalah
1. Pengertian HKI
2. Sejarah dan Perkembangan HKI
3. Cabang HKI
4. Prinsip-Prinsip HKI
5. Manfaat HKI

1
Sujana Donandi S, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia (Intellectual Property Right Law in Indonesia)
(Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2019), 3.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HKI
Hak atas kekayaan Intlektual (HKI) merupakan hak ekonomis yang diberikan oleh
hukum kepada seorang pencipta atau penemu atau suatu hasil karya dari kemampuan
intelektual manusia.2 HKI berhubungan dengan benda tidak berwujud serta meindungi
intelektual ang lahir dari cipta, rasa dan karsa manusia. WIPO (World Intellectual Property
Organization) mendefinisikan HKI sebagai kreasi yang dihasilkan dari pikiran manusia
meliput: invensi, karya sastra, dan seni, simbol, nama, citra dan desain yang digunakan di
3
dalam perdagangan. Jill Mc Keough dan Andrew Stewart mendefinisikan HKI sebagai
sekumpulan hak yang diberikan oleh hukum untuk melindungi investasi ekonomi dan usaha-
usaha yang kreatif. Adapun definisi yang dirumuskan oleh para ahli, HKI selalu dikaitkan
oleh tiga elemen penting yaitu:

a) Adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum


b) Hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada kemauan
intelektual
c) Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi
Tujuan utama sistem HKI adalah menjamin agar proses kreatif tersebut terus
berlangsung dengan mneyediakan perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan
sanksi terhadap pihak yang menggunakan proses kreatif tersebut tanpa ijin. HKI dapat
dianggap sebagai aset yang bernilai, hal ini dikarenakan karya-karya intelektual dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, sastra, atau teknologi yang dilahirkan dengan pengorbanan tenaga,
waktu, biaya, menjadikannya berharga dan bernilai. 4 Dalam perkembangan selanjutnya HKI
menjadi komoditi ekonomi yang sangat menjanjikan terutama bagi sejumlah negara yang
menjadi produsen HKI.5 Manfaat ekonomis yang dapat dinikmati dan nilai ekonomis yang
melekat memunculkan konsep property terhadap karya-karya intelektual tersebut. Alasan ini
yang mendasari dimasukkannya HKI ke dalam sistem perdagangan Internasional.

2
Khoirul Hidayah, Hukum HKI (Hak Kekayaan Intelektual) Kajian Undang-Undang dan Integrasi Islam (Malang:
UIN-Maliki Press, 2013), 2.
3
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), 1.
4
Khoirul Hidayah, Hukum HKI (Hak Kekayaan Intelektual) Kajian Undang-Undang dan Integrasi Islam (Malang:
UIN-Maliki Press, 2013), 3.
5
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), 2.

3
B. Sejarah dan Perkembangan HKI
Hukum HKI telah mengalami perkembangan yang sangat panjang. Eksistensi HKI
diprediksi telah berusia ratusan tahun dan sistemnya telah mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan kemajuan zaman. Di masa lampau untuk membedakan produk
dari seorang pedagang dengan produk sejenis dari pedagang yang lain digunakan kata atau
simbol sebagai tanda merek.6 Dalam Study Material Professioal Program Intellectual
Property Right-Law and Practice HKI sudah mulai dikenal sejak abad ke 15. Hal ini tidak
menutup kemungkinan bahwa mungkin saja HKI sudah dikenal sebelum abad ke-15. 7 HKI
terus berkembang dan menimbulkan kesadaran bagi negara-negara di dunia bahwa hasil
kekayaan intelektual penting untuk dilindungi. Kesadaran ini muncul tak luput dari kesadaran
masyarakat dunia mengenai nilai ekonomi dalam suatu HKI. 8 Potensi ekonomi yang dapat
dinikmati oleh seniman-seniman tentu juga akan berpengaruh pada perkembangan
perekonomian suatu negara. Untuk itu, pemikiran mengenai perlindungan HKI semakin
menghangat khusunya di abad ke-19.
Pada tanggal 20 Maret 1883 di Paris, Prancis, negara-negara di dunia berhasil
menyepakati perlindungan terhadap HKI yang bersifat internasional yakni dengan
disahkannya Paris Convetion or The Protection of Industrial Property (dinamakan pula
dengan The Paris Union atau Paris Convention), yang hingga Januari 1993 telah diretifikasi
oleh 108 negara. Isi dari Paris Convention ini dapat dibagi dalam tiga bagian penting, yaitu:
perihal prosedur, prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman wajib bagi negara-negara anggota
dan ketentuan-ketentuan perihal patennya sendiri. 9 Untuk menangani dan mnegurus hal-hal
yang berkaitan dengan perlindungan hak milik perindustrian dan Hak Cipta tersebut oelh
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dibentuklah kelembagaan internasionalnya yang diberi
nama WIPO (World Intellectual Property Organization). Selain mengurusi kerja sama
administrasi pembentukan perjanjian atau traktat internasional dalam rangka perlindungan
HKI, WIPO juga bertugas mengembangkan dan melindungi HKI di seluruh dunia,

6
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), 3.
7
Suujana Donandi, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia Intellectual Property Right Law in Indonesia)
(Yogyaarta: Deepublish, 2019), 6.
8
Sujana Donandi, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia Intellectual Property Right Law in Indonesia),
7.
9
Sujana Donandi, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia Intellectual Property Right Law in Indonesia),
8.

4
melakukan kerja sama di antara negara-negara di dunia dan kalau perlu mengadakan kerja
sama dengan organisasi internasional lainnya.10
Perkembangan HKI juga tidak dapat dipisahkan dari eksistensi The Agreement Trade-
Related of Intellectual Property Right (TRIPs). TRIPs memegang peranan besar dalam
perkembangan pengaturan dan praktik perlindungan HKI secara global. TRIPs memberikan
panduan mengenai prinsip-prinsip dalam aktivitas perdagangan yang berkaitan dengan HKI.
Selain itu, TRIPs juga menajadi alat pengikat bagi para anggota untuk memberikan
perlindungan terhadap HKI serta bagaimana penegak dan penyelesaian permasalahan HKI.
Isi dari kesepakatan inilah yang kemudian menjadi dalah satu pedoman perlindungan HKI
yang diberlakaukan di Indonesia saat ini.11 Secara historis, peraturan yang mengatur tentang
HKI di Indonesia telah ada sejak tahun 1840-an. Pemerintah Belanda berikut negara
jajahannya turut meretrifikasi Bern Convention tahun 1886 tentang hak cipta dan Paris
Convention 1883 tentang paten. Kemudian pada masa pendudukan Jepang peraturan di
bidang HKI peninggalan kolonial Belanda tersebut terus diberlakukan. Kebijakan ini terus
diberlakukan hingga Indonesia meraih kemerdekaan pada tahun 1945 12 kecuali UU Paten ,
alasan tidak diberlakukannya UU tersebut adalah karena salah satu pasalnnya bertentangan
dengan kedaulatan RI.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia mengundangankan UU Merek
tahun 1962 (UU No. 21 tahun 196, yang disusul dengan UU Hak Cipta Nasional yang
pertama pada tahun 1982 (UU No.6 tahun 1982) dan UU Paten tahun 1989 (UU No.6 Tahun
1989).13 Perkembangan peraturan nasional di bidang HKI mengawali perubahan besar-
besaran di awal tahun 2000an dengan lahirnya beberapa peraturan perundang-undangan di
bidang HKI. Pada tahun 2000 Indonesia melahirkan beberapa peraturan baru seperti Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2000
tentang Desain tata Letak Sirkuit Terpadu. Selanjutnya pada tahun 2001 Indonesia melakukan
pembaharuan peraturan di bidang Paten dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 14 tahun
2001 dan mengenai merek melalui lahirnya Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001. Pada
tahun 2002 lahirlah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta. Kini telah
10
Sujana Donandi, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia Intellectual Property Right Law in Indonesia)
(Yogyaarta: Deepublish, 2019), 9.
11
Sujana Donandi, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia Intellectual Property Right Law in Indonesia),
12.
12
Sujana Donandi, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia Intellectual Property Right Law in Indonesia)
(Yogyaarta: Deepublish, 2019), 16.
13
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), 7.

5
terjadi pembaharuan kembali dalam beberapa biidang HKII di Indonesia dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, Undang-Undang Nomor 13 tahun
2016 tentang Paten, dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Hak merek yang kini
juga ditambahkan dengan peraturan mengenai Indikasi Geografis.14

C. Cabang HKI
Cabang HKI secara umum mengacu pada TRIPs (The Agreement Trade-Related of
Intellectual Property Right) yaitu perjanjian mengatur tentang ketentuan HKI di bawah WTO
(world Trade Organization). Beberapa elemen pokok perlindungan menurut TRIPs ada tujuh
cabang, yaitu:15
1. Hak cipta (copright and related rights)
2. Merek dagang (trade mark)
3. Indikasi geografis (goegraphical indicators)
4. Desain ndustri (industrial design)
5. Paten (patent)
6. Desain tata letak sirkuit terpadu (design of inegrated circuits)
7. Informasi tertutup (protection of undisclosed information)
Dirjen HKI secara umum membuat pembagian HKI dalam dua katagori yaitu: hak
Cipta dan Hak Kekayaan Industri.16
1. Hak Cipta
Hak cipta merupakan cabang HKI yang melindungi ciptaan manusia di bidang
seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima
hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Hak Kekayaan Industri
1) Paten

14
Sujana Donandi, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia Intellectual Property Right Law in Indonesia)
(Yogyaarta: Deepublish, 2019), 16-17.
15
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), 3.
16
Khoirul Hidayah, Hukum HKI (Hak Kekayaan Intelektual) Kajian Undang-Undang dan Integrasi Islam (Malang:
UIN-Maliki Press, 2013), 4-6.

6
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten menjelaskan paten
adalah eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inentor atau hasil invensinya
di bidang teknologi, yang untuk selama waktu memberikan persetujuannya kepada
pihak lain untuk melaksanakannya,
2) Merek
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tenatng Merek menjelaskan bahwa
merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, hurufhuruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombiinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
3) Desain industri
Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri menjelaskan
bahwa desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya
yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan
dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untuk menghasilkan suatu produk, barang, komodita industri, atau kerajinan
tangan.
4) Desain tata letak sirkuit terpadu
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak sirkuit
Terpadu (DTLST) mejelaskan sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk
jadi atau setengah jadi yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-
kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau
seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan
semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
Desain tata letak berdasarkan Undang-Undang DTLST, desain tata letak
adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen,
sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian
atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi
tersebut di maksudkan untuk persiapan pembuatan sirkit terpadu.
5) Rahasia dagang
Undang-Undang Nomor 3o ahun 2000 tentang Rahasia Dagang menjelaskan
rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.

7
6) Varietas tanaman
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman, varietas tanaman adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau
spesies yang ditandai oleh bentuk tanama, pertumbuhan tanaman, daun, bunga,
buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat
membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat
yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

D. Prinsip-Prinsip HKI
Prinsip-prinsip umum yang berlaku di dalam Hak Kekayaan Intelektual seperti:17
1. Prinsip HKI sebagai hak eksklusif
Hak yang diberikan oleh sistem HKI bersifat eksklusif maksudnya, hak
tersebut berisfat khusus dan hanya dimiliki oleh orang yang terkait langsung dengan
kekayaan intelektual yang dihasilkan. Melalui hak tersebut pemegang hak dapat
mencegah orang lain untuk membuat, menggunakan atau berbuat sesuatu tanpa ijin.
Banyak para ahli berpendapat bahwa hak eksklusif merupakan reward atau karya
intelektual yang dihasilkan oleh seseorang.prinsip ini merupakan salah satu dasar
yang melatarbelakangi tujuan pemberian perlindungan hukum dalam rezim HKI.
2. Prinsip melindungi kekayaan intelektual berdasarkan pendaftaran
Secara umum, pendaftaran merupakan salah satu syarat kekayaan intelektual
yang dihasilkan oleh seseorang. Beberapa cabang HKI mewajibkan seseorang
melakukan pendaftaran adalah merek, paten, desain industri, desain tata letak sirkuit
terpadu dan perlindungan varietas tanaman. Prinsip ini mendasari semua UU HKI di
seluruh dunia dan membawa konsekuensi bahwa pemilik kekayaan intelektual yang
tidak melakukaan pendaftaran tidak dapat menuntut seseorang yang dianggap telah
menggunakan kekayaannya secara melawan hukum. beberapa pengecualian diberikan
oleh hukum nasional negara tertentu yang dapat melakukan tuntutan terhadap
pelanggaran hukum terkait kekayaan intelektual meskipun kekayaan intelektualnya
belum terdaftar. Contohhnya seperti negara-negara common law dapat menggunakan
passing off terhadap kasus pelanggaran merek yang tidak terdaftar. Selain aturan
umum ini, dua cabang HKI lainnya yaitu Hak Cipta dan Rahasia Dagang tidak wajib
17
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), 12.

8
didaftarkan untuk mendapat perlindungan hukum karena sifatnya yang berbeda
dengan cabang HKI lainnya. Perlindunagn hak cipta lahir ketika saat ide telah
diwujudkan ke dalam bentuk nyata. Oleh sebab itu, hak cipta tidak perlu didaftarkan.
Walaupun beberapa negara mencantumkan tentang pendaftaran hak cipta, tujuan
pendaftaran tersebut ialah sebagai alat bukti di pengadilan jika terjadi sengketa
terhadap hak cipta yang dimiliki seseorang. Sedangkan untuk rahasia dagang, aturan
pendaftaran tidak diwajibkan mengingat sifat dari rahasia dagang terkait dengan
informasi yang tidak diketahui oleh umum. Meskipun demikian, perjanjian lisensi
terkait rahaia dagang dapat didaftarkan. Hanya saja yang didaftarkan adalah syarat
dan isis perjanjiannya bukan rahasia itu sendiri.18
3. Prinsip perlindungan yang dibatasi oleh batasan teritorial
Sistem HKI mengatur bahwa pendaftaran yang melahirkan perlindungan
hukum bersifat teritorial. Artinya, perlindungan hukum hanya diberikan ditempat
pendaftaran tersebut dilakukan. Sistem ini selaras dengan kedaulatan negara di dalam
hukum publik dimana keutusan yang dihasilkan oleh perangkat administrasi negara
tidak dapat dipaksakan berlaku di negara lainnya. Di dalam rezim HKI setiap negara
bebas untuk menerima sebuah pendaftaran kekayaan intelektual. Keputusan yang
diambil oleh sebuah negara tidak berpengaruh terhadap putusan yang akan diambil
leh negara lain.
4. Prinsip adanya pemisah antara benda secara fisik dengan HKI yang terdapat di
dalamnya benda tersebut
Sistem ini bersifat sangat unik dan merupakan ciri kahs HKI karena di dalam
cabang hukum lain yang bersifat berwujud, penguasa secara fisik dari sebuah benda
sekaligus membuktikan kepemilikan yang sah atas benda tersebut. Di dalam sistem
HKI seseorang yang menguasai benda secara fisik tidak otomatis memiliki hak
eksklusif dari benda fisik itu.19
5. Prinsip perlindungan HKI bersifat terbatas
Meskipun ada cabang HKI (merek) yang dapat diperpanjang jangka waktu
perlindungannya, secara umum jangka wkatu perlindungan HKI tidak selamanya atau
bersifat terbatas. Tujuan pembatasan perlindungan ini adalah untuk memberikan
kesempatan kepada masyarakat mengakses kekayaan intelektual tersebut secara

18
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer, 14.
19
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer, 15.

9
optimal melalui usaha-usaha pengembangan lebih lanjut dan sekaligus mecegah
monopoli atas kekayaan intelektual tersebut.
6. Prinsip HKI yang berakhir jangka waktu perlindungannya berubah menjadi public
domain.
HKI yang telah berakhir jangka wkatu perlindungannya akan menjadi milik
umum (public domain). Semua orang berhak untuk mengakses HKI yang telah
berakhir jangka waktu perlindungannya. Pasca berakhirnya perlindungan hukum,
pemegang HKI tidak boleh menghalangi atau melakukan tidakan seolah-olah masih
memiliki hak eksklusif.20

E. Manfaat HKI
Secara umum ada beberapa manfaat yang diperoleh dari suatu sistem HKI yang baik,
yaitu:
a. HKI dapat meningkatkan pertumbuhan perdagangan dan investasi sebuah negara
b. HKI dapat mengembangkan dan meningkatkan teknologi
c. HKI mampu mendorong perusahaan dapat bersaing secara global
d. HKI dapat meningkatkan inovasi inventoran secara efektif
e. HKI dapat mengembangkan sosial budaya masyarakat
f. HKI dapat menjaga reputasi perusahaan di dunia internasional untuk kepentingan
ekspor.
HKI mampu memberikan keuntungan dalam berbagai bidang kehidupan baik sosial
maupun ekonomi. Selain keuntungan dibidang ekonomi melalui perdagangan dan investasi,
HKI juga mampu memberikan keuntungan bidang sosial dan budaya. Menurut Eric H. Smith,
pelaksanaan HKI yang baik dapat memberikan manfaat bagi sebuah negara, hal ini
didasarkan pada beberapa alasan diantaranya adalah HKI mempercepat pertumbuhan
penanaman modal sebuah negara baik dalam negeri maupun luar negeri, kemudian HKI juga
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara.
Sudah menjadi pendapat umum bahwa suatu aturan tentunya mempunyai dampak
positif dan negatif. Beberapa dampak negatif dari sistem HKI ialah:
1. Timbulnya hak monopoli atas kepemilikan HKI
2. Penyimpanan kepemilikan HKI oleh perusahaan untuk tujuan keuntungan
3. Sistem HKI dapat menghambat penyebaran ilmu pengetahuan.21

20
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer, 16.

10
21
Khoirul Hidayah, Hukum HKI (Hak Kekayaan Intelektual) Kajian Undang-Undang dan Integrasi Islam (Malang:
UIN-Maliki Press, 2013), 9-10.

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpukan bahwa pengertian Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) ialah sekumpulan hak yang diberikan oleh hukum kepada
seorang pencipta atau penemu atas suatu hasil karya dari kemampuan intelektual manusia.
Cabang HKI secara umum mengacu pada TRIPs. Beberapa pokok perlindungan menurur
TRIPs ada tujuh yaitu, hak cipta, merek dagang, indikasi geografis, desian industri, paten,
desain tata letas sirkuit terpadu, informasi tertutup. HKI dapat meningkatkan posisi
perdagangan dan investasi, HKI juga dapat mengembangkan teknologi, HKI dapat
mendorong perusahaan untuk bersaing secara internasional, dan HKI juga dapat membatu
komersialisasi serta menjaga reputasi internasional untuk kepentingan ekspor.meski begitu
HKI juga dapat menimbulkan damapk negatif. Meski begitu keberadaan HKI sangat berguna
untuk melindungai investasi ekonomi dan usaha-usaha yang kreatif manusia.

12
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, Khoirul. 2013. Hukum HKI (Hak Kekayaan Intelektual) di Inonesia. Malang: UIN-
Malik Press.

Utomo, Tomi Suryo. 2010. Hak Kekayaan Intelektual di Era Globalisasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Donandi, Sujana. 2019. Hukum Hak Keekayaan Intelektual di Indonesia. Yogyakarta:


Deepublish.

13

Anda mungkin juga menyukai