PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Thaharah merupakan miftah (alat pembuka) pintu untuk memasuki ibadah shalat. Tanpa
thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka. artinya tanpa thaharah, ibadah shalat, baik yang
fardhu maupun yang sunnah, tidak sah.
Karena fungsinya sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim yang akan melakukan
shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus mengetahui dan terampil
melaksanakannya sehingga thaharahnya itu sendiri terhitung sah menurut ajaran ibadah syar’iah.
B. RUMUSAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang
kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah
yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.”(4:43).
B. Macam-Macam Thaharah
1) Thaharah dari Najis
Najis menurut bahasa berati ‘apa saja yang kotor’ sedang menurut hukum syariah,najis
berarti kotoran yang bagi setiap muslim wajib menyucikan diri darinya dan menyucikan dari
pada yang dikenainya. Cara membersihkan najis. Pertama, apabila dengan sekali suci najis telah
dapat dihilangkan dinilai cukup,dan pengulangan mencucinya adalah sunnah . kedua, apabila
dengan sekali cuci najis belum dapat dibersihkan maka wajib mengulangi cuciannya dua atau
tiga kali sampai najisnya benar benar bersih. Ketiga, apabila telah dicuci berulang kali tetapi
masih tetap tersisa salah satu diantara warna, bau, atau rasanya, najis itu sudah dianggap
1
.Yasin,Fatihuddin Abul,Penuntun Shalat Lengkapdengan Doa Doa Penting(Surabaya:Terbit Terang)11
2
suci,namun jika masih tersisa harus dicuci ulang sampai najisnya benar benar bersih.Keempat,
apabila najis tidak dapat dihilangkan kecuali dengan dipotong atau digunting maka dalam hal ini
dikategorikan dalam udzur, sehingga hukum najisnya dimaafkan, dan boleh digunakan untuk
sholat.Sepanjang najis itu masih memungkinkan untuk dihilangkan, usahakan untuk
menghilangkannya.2
2) Thaharah dari Hadast
Hadast menurut bahasa berarti ‘peristiwa’.sedangkan hadist menurut hukum syariat
berarti’peristiwa yang dianggap mempengaruhi anggota tubuh sehingga menjadikan sholat dan
pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah, karna tidak ada sesuatu yang
meringkannya.Hadast dibagi menjadi dua yaitu hadast besar dan hadast kecil.Hadast kecil dapat
disucikan dengan wudlu, sedangkan hadast besar dapat disucikan dengan mandi.3
Nabi muhammad SAW.bersabda “Tidak diterima shalat seseorang diantara kalian bisa
berhadast, sebelum dia melakukan wudlu terlebih dahulu” (HR. Imam Muslim,dari Abu Hurairah
ra).
Cara ber-thaharah dari hadas dan najis :
1) Thaharah dari kulit bangkai
Kulit-kulit bangkai bisa menjadi suci dengan disamak, kecuali kulit anjing dan babi dan hewan
yang lahir dari keduanya atau salah satunya. Tulang dan bulu bangkai itu najis kecuali(tulang
dan rambut) mayat manusia.
2) Thaharah dari istinja’
Bersuci dengan beberapa batu, kemudian diikuti dengan air. Mencukupkan denagn air saja, atau
dengan tiga buah batu yang bisa dibersihkan tempat(keluarnya najis) adalah boleh. Namun bila
hendak mencukupkan dengan salah satunya, yang lebih afdol adalah dengan air.4
2
Al-Faridy,Hasan Rifa’i dan Iqbal Setyarso,Tanya Jawab Seputar Bersuci(Jakarta Selatan,Qultum
Media,2009)38,49-50.
3
Al-Faridy,Hasan Rifa’i dan Iqbal Setyarso,Tanya Jawab Seputar Bersuci(Jakarta Selatan,Qultum
Media,2009)50,52-54
4
Ahmad, Abu Suja’, Matan Al Ghayah Wattaqrib(Surabaya:Al-Miftah,2011)16,21
5
Yasin,Fatihuddin Abul,Penuntun Shalat Lengkapdengan Doa Doa Penting(Surabaya:Terbit Terang)12
3
a. Tidak kena dan kecampuran najis
b. Tidak basah
c. Debu yang tidak mustamal (tidak bisa dari tayamum)
d. Tidak bercampur dengan pasir atau gamping, tap menurut Imam Nawawi, debu yang
bercampur dengan pasir atau gamping tetap sah dibuat tayamum.6
6
Yasin,Fatihuddin Abul,Penuntun Shalat Lengkapdengan Doa Doa Penting(Surabaya:Terbit Terang)13
7
Ahmad, Abu Suja’, Matan Al Ghayah Wattaqrib(Surabaya:Al-Miftah,2011)15
8
http://www.bacaanmadani.com?2016/11/4-hikmah-dan-manfaat-thaharah-dalam.html?m=1 (14 september 2018)
4
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari makalah yang kami buat ini, kami simpulkan bahwa thaharah sangat penting bagi seorang
muslim dalam menjalani kehidupannya. Karena pada dasarnya manusia itu fitrahnya adalah
bersih dan membenci hal-hal yang kotor. Oleh karena itu wajarlah jika ajaran islam menyuruh
untuk berthaharah dan menjaga kebersihan. Selain itu dengan thaharoh seseorang diajarkan
untuk sadar dan mandiri dalam menjaga dirinya dari haa-hal kotor memahami arti dari sopan
santun karena seorang muslim harus suci dalam berhadapan dengan Allah dalam sholatnya,
karena Allah menyukai orang yang taubat dan membersihkan dirinya.
5
DAFTAR PUSAKA
http://www.bacaanmadani.com?2016/11/4-hikmah-dan-manfaat-thaharah-dalam.html?m=1
Al-Faridy,Hasan Rifa’i dan Iqbal Setyarso,Tanya Jawab Seputar Bersuci(Jakarta Selatan,Qultum Media,2009)
Al-Faridy,Hasan Rifa’i dan Iqbal Setyarso,Tanya Jawab Seputar Bersuci(Jakarta Selatan,Qultum Media,2009)