Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hak Kekayaan Intelektual


Dosen Pengampu Yanti Haryani, S.HI.,M.H

Disusun oleh :
Asmira Abdurrohman
20.2140.7065

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2022
RESUME

1. Konsep Dasar Hak Kekayaan Intelektual

Konsep dasar hak kekayaan intelektual bermula dari hak yang timbul dari
pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia
sehingga dapat dikatakan karya-karya yang lahir dari kemampuan intelektual
(daya pikir) manusia melalui kerja keras dengan memeras otak harus memperoleh
imbalan. 1

2. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual, disingkat "HKI" atau akronim "HaKI", adalah


padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR),
yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasikan suatu produk atau
proses yang berguna untuk manusia pada intinya HKI adalah hak untuk
menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang
diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan
intelektual manusia.2

3. Prinsip Hak Kekayaan Intelektual

a. Prinsip Keadilan (the principle of natural justice). Pencipta sebuah karya,


atau orang lain yang bekerja membuahkan hasil dari kemampuan
intektualnya, wajar memperoleh imbalan inilah yang dinamakan keadilan
seperti juga perlindungan hukum yang tidak terbatas dalam negeri si
penemu itu sendiri, melainkan dapat melindungi perlindungan dari luar
batas negaranya. Hak ini karena hak yang ada pada seseorang ini
mewajibkan pihak lain untuk melakukan (comission) atau tidak melakukan
(omission ) sesuatu perbuatan.

1
Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI, hak cipta, paten, merek dan seluk-
beluknya, (Jakarta: Erlangga, 2008), hal.2
2
Ditjen HKI, Ahmad M.Ramli, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektua, (Tangerang: 2013),
hal.3
b. Prinsip Ekonomi (the economic argument). Karena HKI merupakan hak
yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir
manuasia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai
bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang
kehidupan manusia sehingga kepemilikan wajar karena sifat ekonomis
manusia yang menjadikan hal itu satu keharusan untuk menunjang
kehidupannya didalam masyarakat. Dari kepemilikannya, seseorang akan
mendapatkan keuntungan, misalnya dalam bentuk pembayaran royalty,
dan technical fee.
c. Prinsip Kebudayaan (the cultural argument). Karya manusia pada
hakekatnya bertujuan untuk mempunyai daya kreasi dan menjadi timbul
suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
Dengan demikian maka pertumbuhan, dan perkembangan ilmu
pengetahuan, seni dan sastra sangat besar dan pengakuan atas kreasi,
karya, karsa cipta manusia yang dibakukan dalam sistem hak milik
intelektual menjadikan tidak dapat dilepaskan sebagai perwujudan suasana
yang diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk
mendorong melahirkan ciptaan baru.
d. Prinsip Sosial (the social argument). Hukum mengatur kepentingan
manusia sebagai warga masyarakat sehingga dalam hubungannya dengan
manusia lain saling terikat dalam satu ikatan kemasyarakatan. Hak apapun
yang diakui oleh hukum dan diberikan kepada perseorangan atau
persekutuan atau kesatuan lain, tidak boleh diberikan semata-mata untuk
memenuhi kepentingannya saja, tetapi untuk dapat diakui oleh hukum dan
untuk kepentingan seluruh masyarakat.3

4. Latar Belakang Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

Sejak tahun 1840-an peraturan yang mengatur HKI di Indonesia sudah ada
dibuat oleh kolonial Belanda. Pada tahun 1885, UU Merek mulai diberlakukan

3
Soenarjati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1982), hal.
124
disusul dengan diberlakukannya UU paten pada tahun 1910. Dua tahun kemudian,
UU Hak cipta (Auteurs Wet 1912) juga diberlakukan di Indonesia. Untuk
melangkapi peraturan perundang-undangan tersebut, pemerintah kolonial Belanda
di Indonesia memutuskan untuk menjadi anggota Konvensi Paris pada tahun 1888
dan disusul dengan menjadi anggota Konvensi Berne pada tahun 1914. Sampai
pada zaman penjajahan Jepang peraturan di bidang HKI tersebut tetap di
berlakukan hingga kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Setelah Indonesia
merdeka, pemerintah Indonesia mengundangkan UU Merek tahun 1961 (UU No.
6 Tahun 1961), yang disusul dengan UU Hak Cipta nasional yang pertama pada
tahun 1982 (UU No. 6 Tahun 1982) dan UU paten tahun 1989 (UU No. 6 Tahun
1989). Setelah mengalami beberapa perubahan sebagai konsekuensi keikutsertaan
Indonesia dengan berbagai konvensi internasional, diantaranya perjanjian TRIPS,
UU HKI terkini dari ketiga cabang tersebut adalah UU Hak Cipta tahun 2002 (UU
No. 19 Tahun 2002), UU paten tahun 2001 (UU No. 14 Tahun 2001) dan UU
Merek tahun 2001 (UU No. 15 Tahun 2001). Untuk melengkapi UU HKI , pe
permerintah telah membuat 4 UU HKI lainnya, yaitu UU Perlindungan Variates
Tanaman Tahun 2000 (UU No. 29 Tahun 2000), UU Desain Industri Tahun 2000
(UU No. 31 Tahun 2000), dan UU Desain Tata Letak Terpadu Tahun 2000 (UU
4
No. 32 Tahun 2000).

5. Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual

a. Hak milik perindustrian atas kekayaan perindustrian (industrial


propertyrights), hal ini berkaitan langsung dengan kegiatan atau
kehidupan perindustrian dan atau perdagangan, berikut pemilahannya;
 Merek;
 Indikasi geografis;
 Rancangan industri;
 Paten;
 Varietas tanaman;

4
Anis Mashdurohatun, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Dalam Perspektif Sejarah di Indonesia,
(Semarang: Madina Semarang, 2013), hal. 3
 Desain layout dari lingkaran elektronik terpadu;
 Perlindungan terhadap rahasia dagang (undisclosed information).
b. Hak cipta diklasifikasikan ke dalam dua bagian yakni hak cipta dan hak
terkait yang tidak seluruhnya berkaitan langsung dengan perindustrian dan
perdagangan.5

5
Ibid, hal.7

Anda mungkin juga menyukai