Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANALISA HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN SISTEM HUKUM


PERLINDUNGAN KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM RANGKA
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

OLEH :

LOVETHA TAMSASCHA E.P.

20100079

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA
TAHUN 2022
ABSTRAK

Nama : Lovetha Tamsascha E.P

NPM : 20100079

Program Studi : Ilmu Hukum

Judul : Analisa Hukum Kekayaan Intelektual Dan Sistem Hukum Perlindungan

Kekayaan Intelektual Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Kekayaan intelektual sebagai hak moral dan hak ekonomi memerlukan perlindungan hukum
untuk menciptakan kreatifitas penemuan baru di bidang teknologi, mempercepat pengembangan
industri, membuka lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan ekonomi,dan meningkatkkan
kualitas hidup manusia. Makalan ini akan membahas mengenai apa pengertian dari Hukum
Kekayaan Intelektual, apa saja Cabang Hukum Kekayaan Intelektual, dan bagaimana system
Hukum Perlindungan Kekayaan Intelektual dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Perlindungan Hukum Kekayaan Intelektual adalah kehendak dan cita-cita Negara untuk
memberikan pengakuan, penghormatan, dan perlindungan kepada setiap warga masyarakatnya
yang sudah menghasilkan karya intelektual. Oleh karena itu Negara perlu menerbitkan regulasi
dan menciptakan kondisi sesuai dengan perubahan kecenderungan global dengan melakukan
langkah-langkah antisipasi yang terkait pengemangan dan perlindungan kekayaan intelektual.
Termasuk peningkatan peran lembaga penelitian dan Perguruan Tinggi, sehingga mampu
menghasilkan inovasi dan teknologi yang dibutuhkan pasar dan konsumen. 1

1
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 195 – 208

2
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayahnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam tidak lupa kita
haturkan kepada junjungan kita semua Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat
manusia yang pada zaman dahulu belum mengenal ilmu pengetahuan menjadi paham akan ilmu
pengetahuan dan perkembanganya yang sangat pesat pada waktu sekarang ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Kekayaan Intelektual mengenai tentang Analisa Hukum Kekayaan Intelektual Dan Sitem Hukum
Perlindungan Kekayaan Intelektual Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
yang diberikan oleh Dosen Pemngampu Rian Saputra, S.H., M.H. saya harap makalah ini tidak
hanya menunaikan tugas kuliah namun diharapkan juga dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan bagi para pembaca dan penulis.

Penulis menyadari bahwa sebagai penulis muda tentunya dalam penyusunan makalah dari
kesempurnaan. Namun melalui makalah ini, penulis berharap bisa menyampaikan ilmu dan
pengetahuan penulis untuk disampaikan kepada publik. Semoga niat baik dan keberanian penulis
sebagai dosen muda untuk menulis buku HKI bisa menjadi amalan ilmu yang bermanfaat bagi
pembaca. Penulis berharap semoga setelah membaca buku ini, pembaca mampu memahami
perlindungan hukum HKI di Indonesia. Guna kesempurnaan makalah ini, penulis akan menerima
segala kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat dan
kontribusi bagi perkembangan kajian hukum ekonomi di Indonesia.

Surakarta, 10 Oktober 2022

Penulis

Lovetha Tamsascha E.P.

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................4
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................22
PENUTUP.....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak Atas Kekayaan Intelektual atau sering disingkat HAKI adalah hak yang diberikan
kepada orang-orang atas hasil dari buah pikiran mereka. Biasanya hak eksklusif tersebut
diberikan atas penggunaan dari hasil buah pikiran pencipta dalam kurun waktu tertentu.
Buah pikiran tersebut dapat terwujud dalam tulisan, kreasi artistik, simbol-simbol,
penamaan, citra, dan desain yang digunakan dalam kegiatan komersil. Salah satu produk
HAKI yaitu Hak Cipta. Adapun pengertian dari Hak Cipta, yaitu hak khusus bagi
pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Mungkin banyak
diantara kita yang tidak sadar bahwa yang kita lakukan dalam kegiatan sehari – hari telah
melanggar hak cipta orang lain. Tidak lain dari pelanggaran tersebut adalah kegiatan
membajak. Kegiatan bajak – membajak telah diterima dan menjadi suatu kegiatan yang
dianggap halal oleh masyarakat kita. Praktek pembajakan hak cipta di Indonesia dari
tahun ke tahun cenderung meningkat drastis dan sudah sangat memprihatinkan. Salah
satu fakta yang ada di lapangan misalnya terjadi pada industri musik. Menurut catatan
Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI), pembajakan industry musik di Indonesia
menunjukkan angka yang paling signifikan. Pihak yang paling dirugikan yaitu datang
dari pihak musisi atau pencipta lagu yang hasil karyanya dibajak. Usaha mereka dalam
mencari inspirasi lagu serta pengeluaran biaya yang tidak sedikit dalam proses produksi
ternyata tidak dihargai dan dilindungi oleh negara. Hasil karya cipta mereka dengan
mudahnya dibajak dan disebarluaskan oleh orang lain untuk kepentingan pribadi mereka.
Tidak sedikit dari para artis atau musisi yang hasil karyanya diminati oleh masyarakat
ternyata tidak dapat melanjutkan karirnya karena produk mereka yang dijual secara resmi
di pasaran dianggap tidak laku.

5
Peranan Kekayaan Intelektual (KI) dalam pembangunan ekonomi tidak dapat diragukan.
Banyak negara-negara yang memiliki modal asset non fisik (modal intelektual) atau
modal yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyumbangkan kekayaan
yang jauh melebihi kekayaan yang berbasis fisik (sumber daya alam). Oleh karena itu
KI, sebagai hak moral (moral rights) dan hak ekonomi (economic rights) mutlak
memerlukan perlindungan hukum. Ada banyak manfaat perlindungan hukum KI,
diantaranya: memberikan perlindungan hukum sebagai insentif bagi pencipta inventor
dan desainer dengan memberikan hak khusus untuk mengkomersialkan hasil dari
kreatifitasnya dengan mengesampingkan sifat tradisonalnya, menciptakan iklim yang
kondusif bagi investor, mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan untuk
menghasilkan penemuan baru di berbagai bidang teknologi, mempercepat pertumbuhan
industri, menciptakan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kualitas hidup manusia yang memberikan kebutuhan masyarakat secara
luas, mendorong kreatifitas masyarakat dan meningkatkan produktivitas, mutu dan daya
saing produk ekonomi sebuah Negara2. Indikator tingkat kemajuan dan kecerdasan suatu
bangsa dapat dilihat dari banyaknya penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Suatu temuan tentunya tidak saja memberikan kebanggaan (prestise) bagi
si penemu dan negaranya tetapi juga dapat menguntungkan secara ekonomis. Eksploitasi
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui serangkaian penelitian, sehingga menghasilkan
suatu temuan yang bermanfaat bagi masyarakat, memiliki tempat yang sangat dihargai
khususnya di negara-negara maju. Dalam rangka mendukung tumbuhnya minat anggota
masyarakat untuk melakukan kreasi dan inovasi, negara harus memberikan kemudahan-
kemudahan. Salah satu kemudahan tersebut adalah masalah legalisasi secara hukum.
Sebagai negara berkembang tentunya kita harus secara proaktif memberikan pemahaman
kepada anggota masyarakat tentang pentingnya KI. Menurut sistem hukum Anglo
Saxon, KI diklasifikasikan menjadi Hak Cipta (Copyrights) dan Hak Milik
Perindustrian/Hak Kekayaan Idustri (Industrial Property Rights). Hak Cipta dapat
diturunkan lagi kepada Hak Kaitan (Neighbouring Rights). Contoh Hak Kaitan adalah
sinetron dari suatu novel, serial televisi dari suatu drama, atau lagu. Dalam hal ini, buku
novel, drama televisi, dan lagu yang ditayangkan itu adalah Hak Kaitan. Menurut

2
Junus, 2003 : 11

6
Convention Establishing the World Intellectual Property Organization (WIPO), Hak
Milik Perindustrian/Hak Kekayaan Industrial diklasifikasikan menjadi: Paten (Patent),
Model dan Rancang Bangun (Utility Models), Disain Industri (Industrial Design), Merek
Dagang (Trade Mark), Nama Dagang (Trade Name), Sumber Tanda atau Sebutan Asal
(Indication of Source or Appelation of Origin).3

Perkembangan dan kemajuan sistem informasi teknologi pada kenyataanya memberikan


dampak yang signifikan kepada kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan
manusia. Semakin berkembangnya sistem informasi dan teknologi maka semakin tinggi
tingkat kerawanan akan perdagangan barang palsu/bajakan. Salah satu contoh barang
bajakan adalah VCD impor bajakan. Dengan kemajuan teknologi maka seseorang dapat
menggandakan suatu karya intelektual dengan tanpa harus meminta ijin dari pemegang
hak cipta. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini juga semakin
mempermudah proses pembuatan cakram optic sehingga berdampak pada
penyalahgunaan perkembangan dan kemajuan teknologi oleh pihakpihak yang
berorientasi sebatas pada profit semata tanpa memperhitungkan hak-hak yang dimiliki
oleh pihak-pihak yang memang berhak atas royalti dari hasil karya/kreatifitas mereka,
para pencipta. Hak cipta merupakan salah satu bagian dari hak asasi manusia (intellectual
property rights), di mana pada dasarnya setiap orang memiliki peluang yang sama dalam
hal memenuhi kebutuhan hidup dasarnya selama tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan maupun norma-norma, kaidah-kaidah yang hidup di tengah masyarakat. Hal
ini mengindikasikan bahwa dalam setiap bidang kehidupan masyarakat adalah mutlak
menganut hukum baik disengaja maupun tidak. (Ubi societas Ibiius; Cicero ). Hak asasi
manusia merupakan hak fundamental yang dimiliki oleh setiap orang sejak ia dilahirkan
dan menjalani kehidupannya, hingga ia meninggal dunia. Dalam menjalani
kehidupannya, setiap orang memiliki kemampuan untuk berkreasi guna memenuhi
kebutuhan akan eksistensi dirinya, secara umum Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945
mengatur mengenai penguasaan negara terhadap perekonomian dan kesejahteraan sosial.
Salah satu wujud dari pemenuhan kebutuhan hidup dasarnya adalah dengan berkreasi
sehingga menghasilkan suatu karya cipta tersendiri yang unik dari masing-masing orang.
Mengenai jaminan akan pemenuhan hak setiap orang untuk memenuhi kebutuhan
3
Muhammad, 2007 : 4

7
kehidupan dasarnya ini secara tegas dinyatakan dalam pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1),
pasal 28C ayat (1), dan pasal 33 Undang-undang Dasar 1945. Atas dasar pasal inilah,
maka diterbitkan Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, agar undang-
undang ini dipatuhi dan ditaati oleh masyarakat. Keberadaan undang-undang ini tentunya
memberikan sebuah dimensi tugas baru bagi Kepolisian sebagai salah satu bagian dari
Criminal Justice System terutama dalam upayanya melakukan penegakan hukum
dibidang perlindungan Hak Cipta.

B. Rumusan Masalah

Mengenai Hukum Kekayaan Intelektual yang tertera dalam latar belakang masalah diatas
maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Apa Pengertian dari Hukum Kekayaan Intelektual ?


2. Apa Saja Cabang Hukum Kekayaan Intelektual ?
3. Bagaimana system Hukum Perlindungan Kekayaan Intelektual dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dilihat bahwa tujuan dari rumusan
masalah tersebut adalah untuk mengetahui apa pengertian Hukum Kekayaan Intelektual,
apa saja Cabang Hukum Kekayaan Intelektual, dan bagaimana system Hukum
Perlindungan Kekayaan Intelektual dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

D. Metode Penelitian

Penelitian yang berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata ”re” dan ”to research”
yang berasal dari ”circum/circare” yang memiliki arti memeriksa kembali. Menurut
H.L. Menheim penelitian merupakan suatu usaha untuk menganalisa serta mengadakan
konstruksi secara metodologis, sistematis dan konsisten. Penelitian dapat dikatakan
sebagai sarana untuk memperkuat, membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan

8
manusia 4. Sedangkan metode penelitian hukum adalah cara untuk mencari jawab yang
benar mengenai suatu problem tentang hukum. Maka konsep atau pengertian tentang
”apa yang diartikan dengan hukum” disini akan amat menentukan apa metode pencarian
yang selayaknya dipakai. Tak pelak, jenis metode yang akan dipakai dalam penelitian
hukum akan sangat bergantung pada apa yang tengah dikukuhi tentang hukum 5 . Dalam
tulisan ini hukum dipandang sebagai unsur idiil tentang dogmatik hukum yang meliputi
ilmu tentang kaidah hukum (normwissenschaft). Penelitian ini digolongkan kepada jenis
penelitian hukum yuridis normatif/doctrinal research. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder, yang berdasarkan kekuatan mengikatnya secara
hukum terdiri dari dari bahan hukum primer berupa teori, norma, kaidah dan pendapat
ahli hukum terkait dengan sistem hukum perlindungan KI yang dikaitkan dengan
permasalahan kesejahteraan masyarakat, dan peran strategis yang dapat dimainkan
negara. Disamping penggunaan bahan-bahan hukum sekunder dan tertier.6

4
Mamudji, 2005 : 2
5
Wignjosoebroto dalam Valerine J.L. Kierkhof, 2001 : 25
6
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 195 – 208

9
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Kekayaan Intelektual

Kekayaan intelektual lahir dan tumbuh dari kemampuan intelektual manusia. Karya yang
lahir dari kemampuan intelektual manusia tersebut berupa karya-karya dalam bidang
teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Hak kekayaan intelektual (HKI) merupakan
hak-hak secara hukum yang berhubungan dengan hasil penemuan dan kreativitas
seseorang atau suatu kelompok. Hal ini berhubungan dengan perlindungan permasalahan
reputasi dalam bidang komersial dan juga tindakan jasa di bidang komersial. Kekayaan
intelektual mendapatkan perlindungan hukum atas kekayaan yang dikenal dengan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI). Dalam UU yang telah disahkan oleh DPR pada 21 Maret
1997, hak atas kekayaan intelektual secara hukum adalah hak-hak yang berhubungan
dengan permasalahan hasil penemuan dan kreativitas seseorang atau beberapa orang yang
berhubungan dengan perlindungan permasalahan reputasi dalam bidang komersial dan
tindakan atau jasa dalam bidang komersial.

Dasar hukum hak atas kekayaan intelektual tertuang dalam berbagai undang-undang dan
Keputusan Presiden, di antaranya yaitu :

- UU No.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World


Trade Organization;
- UU No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;
- UU No.12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta;
- UU No.14 Tahun 1997 tentang Merek;
- UU No.13 Tahun 1997 tentang Hak Paten;
- Keputusan Presiden RI No.15 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Convention
for The Protection of Industrial Property dan Convention Establishing the World
Intellectual Property Organization;

10
- Keputusan Presiden RI No.17 Tahun 1997 tentang Pengesahan Trademark Law
Treaty;
- Keputusan Presiden RI No.18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention
for The Protection of Literary and Artistic Works.

Dengan adanya peraturan yang menjadi dasar hukum hak atas kekayaan intelektual, maka
setiap orang atau kelompok atau badan yang mempunyai hak atas pemikiran inovatif atas
suatu buatan maupun produk, bisa di dapat dengan mendaftarkannya kepada Direktorat
Jenderal Hak-Hak Atas Kekayaan Intelektual, unit hukum dan perundang-undangan
Republik Indonesia. Hak kekayaan intelektual merupakan cara untuk melindungi
kekayaan intelektual dengan menggunakan instrumen hukum, di antaranya yaitu hak
cipta, paten, merek dan indikasi geografis, rahasia dagang, desain industri, desain tata
letak sirkuit terpadu, dan perlindungan varietas tanaman. Perlindungan hak atas kekayaan
intelektual bertujuan untuk memberi hukum mengenai hubungan antara kekayaan,
pencipta, desainer, pemilik, perantara yang menggunakannya, pemanfaatan yang diterima
dari pemanfaatan HKI dalam jangka waktu tertentu.7

Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPRs) merupakan
hak ekonomis yang diberikan oleh hukum kepada seorang pencipta atau penemu aas
suatu hasil karya dari kemampuan intelektual manusia. 8 WIPO (World Intellectual
Property Organization), sebuah lembaga internasional di bawah PBB yang fokus pada
masalah HKI memberikan definisi sebagai berikut :

Intellectual Property (IP) refers to creations of the mind : inventions, literary and artistic
works, and symbols, names, images and designs used in comerce. 9 Definisi di atas
menjelaskan bahwa kekayaan intelektual merupakan kreasi pemikiran yang meliputi :
invensi, sastra dan seni, simbol, nama, gambar dan desain yang digunakan dalam
perdagangan. HKI merupakan jenis benda bergerak tidak berwujud (intangible movables)
yang dikenal pertama kali pada negara dengan sistem hukum anglo saxon (common law

7
https://www.hukumonline.com/berita/a/hak-kekayaan-intelektual-serta-dasar-hukumnya-lt623304dc7749d/?
page=2
8
Khoirul Hidayah, S.H., M.H. Hukum Kekayaan Intelektual, Setara Press, 2017, hal 1
9
http://www.wipo.com

11
system). HKI bisa dikatan sebagai benda (zaak dalam bahasa Belanda) sebagaimana
dikenal dalam hukum perdata. Menurut L.J Van, 1980:215.

HKI dapat dianggap sebagai aset yang bernilai, hal ini dikarenakan karya-karya
intelektual dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra, atau teknologi yang dilahirkan
dengan pengorbanan tenaga, waktu dan biaya, menjadikannya berharga dan bernilai.
Manfaat ekonomis yang dapat dinikmati dan nilai ekonomis yang melekat memunculkan
konsep property terhadap karya-karya intelektual tersebut. Bagi dunia usaha, karya-karya
tersebut dapat disebut sebagai aset perubhan (Kesowo, 1995: 5). HKI sebagai benda
bergerak yang tidak berwujud dan memiliki nilai ekonomis, tentunya HKI juga dapat
dijadikan sebagai jaminan , namun pada perubahan yang baru yaitu UU No. 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta dan UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten telah mengatur bahwa
hak cipta dan paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusa. Sebagaimana kita
ketahui bahwa fidusa adalah pengalihan hak kepemilikan atas benda melalui
kepercayaan, sedangkan benda tetap dalam penguasaan pemilik benda. Jika hak cipta
dapat dijadikan jaminan fidusa, maka tentunya juga akan melibatkan, penerbit, lembaga
manajemen kolektif, pencipta, pemilik hak cipta dan peneria jaminan fidusa (seperti
lembaga bank dan lembaga pembiayaan).

Konsep harta kekayaan di Indonesia diatur di dalam KUHPerdata yang meliputi benda
(zaak) dan hubungan hukum untuk memperoleh benda tersebut dalam bentuk perikatan
(verbintenis). Pasal 499 KUHPerdata menjelaskan bahwa benda adalah meliputi barang
(good) dan hak (recht) :
Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan
tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik. Hak dalam ini bisa dikaitkan dengan
hak milik atas barang. Hak milik menurut pasal 570 KUHPerdata adalah : Hak
kepemilikan adalah hak untuk menikmati kgunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa dan
untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu sepenuh-penuhnya asal tidak bertentangan
dengan undang-undang atau peraturan umum ysng ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang
berhak menetapkan dan tidak mengganggu hak-hak orang lain dengan tidak mengurangi
kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasarkan atas

12
ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi. Ketentuan tersebut
menjelaskan bahwa hak milik suatu barang meliputi :
a. Hak menguasai dengan bebas,
b. Hak menikmati sepenuhnya,
c. Tidak bertentangan dengan hukum (hukum yang berlaku, kesusilaan dan
ketertiban umum).
Menurut Pitlo, terdapat penyalahgunaan hak jika dalam menggunakan haknya
memberikan kerugian lebi besar bagi orang lain daripada manfaat yang diperolehnya.
Konsep kebebasan dalam hal ini adalah bahwa ketika seseorang menikmati hak milik,
maka tidak boleh mengganggu hak orang lain dan tidak boleh bertentangan dengan
hukum (Abdul Kadir, 1994: 10-11).10

B. Cabang Hukum Kekayaan Intelektual

Hak kekayaan intelektual (HKI) terbagi menjadi dua kategori, yaitu hak cipta dan hak
kekayaan industri. Hak cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Cabang HKI secara umum mengacu pada TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual
Property Organization) yaitu perjanjian yang mengatur tentang ketentuan HKI di bawah
WTO (World Trade Organization). Beberapa elemen pokok perlindugan menurut TRIPs
ada tujuh cabang, antara lain :
a. Hak Cipta (copyrights and related rights),
b. Merek dagang (trade mark),
a. Indikasi Geografis (geographical indicators),
b. Desain industri (industrial design),
c. Paten (patent),
d. Desain tata letak sirkuit terpadu (design of integrated circuits),
e. Informasi tertutup (protection of undisclosed information).11
10
Khoirul Hidayah, S.H., M.H. Hukum Kekayaan Intelektual, Setara Press, 2017, hal 2-4
11
Khoirul Hidayah, S.H., M.H. Hukum Kekayaan Intelektual, Setara Press, 2017,hal 4-5

13
Dirjen HKI secara umum membuat pembagian Hak Kekayaan Intelektual dalam dua
kategori yaitu : Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri.12

a. Hak Cipta
Merupakan cabang HKI yang melindungi ciptaan manusia di bidang seni, sastra
dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencita atau penerima hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan menurut Undang-undang No. 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang
timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Hak Kekayaan Industri
Hak Kekayaan Industridalam hal ini meliputi :
 Paten
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten menjelaskan paten
adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Definisi Paten
tidak mengalami perubahan pada UU Paten yang terbaru yaitu UU No. 13
Tahun 2016.
 Merek
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek menjelaskan
merek adalahtanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa. Pengertian merek pada UU No. 20 Tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis, mengalami perubahan dan memberikan
12
www.ggip.go.id

14
penjelasan lebih lengkap yaitu tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam
bentuk dua dimensi atau tiga dimensi, suara, hologram, atau kombinasi
dari dua atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan atau jasa
yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan
barang dan atau jasa.
 Desain Industri
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 200 tentang Desain Industri
menjelaskan desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,
konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau
gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapa dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
 Sirkuit Terpadu
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu (DTLST) menjelaskan sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam
bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen
dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif,
yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara
terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk
menghasilkan fungsi elektronik.
 Desain Tata Letak
Berdasarkan Undang-Undang DTLST, desain tata letak adalah kreasi
berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-
kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian
atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga
dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirrkuit
terpadu.
 Rahasia Dagang

15
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
menjelaskan rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh
umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi
karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiannya oleh
pemilik rahasia dagang.
 Varietas Tanaman
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 200 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman menguraikan bahwa varietas tanaman adalah skelompok
tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakteristik
genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau
spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan
dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.13

Di Indonesia apresiasi terhadap hak kekayaan intelektual ini masih rendah,


sehingga terkadang masih ada yang menganggap Hak Kekakayaan Intelektual ini
tidak dibutuhkan. Padahal kenyataannya Hak kekayaan intelektual ini berguna
untuk melindungi pengusaha dari kemungkinan penggunaan hak miliknya tanpa
izin. Oleh karena itu penting bagi Eksportir untuk mempersiapkan produknya
terkait dengan HKI sebelum melakukan Ekspor agar produknya tersebut memiliki
perlindungan hukum.

Sebagai konsekuensi dari keanggotaan World Trade Organisation (WTO),


Indonesia harus menyesuaikan segala peraturan perundangan di bidang Hak
Kekayaan Inteektual dengan standar Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights (TRIP’s). Salah satu bukti bahwa Indonesia memberikan
perhatian yang serius dalam melindungi HKI maka Indonesia memiliki instansi
yang berwenang mengelola Hak Kekayaan Intelektual, yaitu Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) yang berada di bawah Departemen
Kehakiman dan HAM Republik Indonesia.14
13
Khoirul Hidayah, S.H., M.H. Hukum Kekayaan Intelektual, Setara Press, 2017, hal 5-7
14
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/99-hak-kekayaan-intelektual

16
C. Sistem Hukum Perlindungan Kekayaan Intelektual dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat

Kemajuan teknologi informasi dan transportasi telah mendorong globalisasi


ekonomi, skala investasi di bidang industri dan pemasaran produk tidak terbatas pada
pada pasar nasional akan tetapi lebih meluas melewati batas-batas negara. Perubahan
pasar di luar batas-batas negara juga diikuti oleh hak KI yang digunakan dalam
pembuatan produk dan pemasarannya. Kepentingan yang dilindungi dengan demikian
tidak lagi hanya produknya tapi juga KI. KI merupakan kreatifitas yang dihasilkan dari
olah pikir manusia manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup
manusia. Kreatifitas manusia yang muncul sebagai aset intelektual seseorang telah lama
memberi pengaruh yang signifikan terhadap peradaban manusia, antara lain melalui
penemuan (inventions) dan hasil-hasil di bidang karya cipta dan seni (art and literary
work). KI atau bisa juga disebut Hak Milik Intelektual pada awalnya merupakan hak
yang berasal dari hasil kreasi suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan
kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta
menunjang bagi kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomi. Bentuk nyata dari
kemampuan karya intelektual manusia bisa berbentuk teknologi, ilmu pengetahuan,
maupun seni dan sastra.15KI pada dasarnya merupakan suatu hak yang timbul sebagai
hasil kemampuan intelektual manusia dalam berbagai bidang yang menghasilkan proses
atau produk bermanfaat bagi ummat manusia. KI memiliki dua aspek utama yaitu:
pertama proses dan produk yang meliputi berbagai bidang secara luas, mulaim dari
bidang seni dan sastra hingga invensi dan inovasi di bidang teknologi serta segala bentuk
lainnya yang merupakan hasil dari proses kreatifitas manusia lewat cipta, rasa dan
karsanya. Kedua karya cipta atau invensi tersebut menimbulkan hak milik bagi pencipta
atau penemunya. Sifatnya sebagai hak milik, maka karenanya hak seorang pencipta atau
penemu atas karya ciptanya haruslah dilindungi (Santoso, 2008 : 3).Dalam literatur
hukum Anglo Saxon dikenal istilah intellectual property rights. Istilah hukum tersebut
15
Djumhana, 2006 : 16

17
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi dua macam istilah hukum: Hak Milik
Intelektual dan KI. Perbedaan terjemahan terletak pada kata property. Kata tersebut
memang dapat diartikan sebagai kekayaan, dapat juga sebagai milik. Bila berbicara
tentang kekayaan, selalu tidak lepas dari milik dan sebaliknya berbicara tentang milik
tidak lepas dari kekayaan (Abdulkadir Muhammad, 2007 : 1). Dari segi hukum, perlu
dipahami bahwa yang dilindungi oleh hukum adalah KI, bukan benda material bentuk
jelmaan KI. Alasannya KI adalah hak eksklusif (exclusive right) yang hanya ada dan
melekat pada pemilik atau pemegang hak sehingga pihak lain apabila ingin
memanfaatkan atau menggunakan hak tersebut untuk menciptakan atau memproduksi
benda material bentuk jelmaannya wajib memperoleh lisei ns(izin) dari pemilik atau
pemegang hak. Artinya KI pada dasarnya adalah hak kepemilikan seseorang atau badan
hukum yang wajib mendapat perlindungan secara hukum. Landasan filosofis KI dimulai
sejak dikemukakannya ide penghargaan bagi pencipta atau penemu atas kreasi intelektual
mereka yang berguna bagi masyarakat dalam politik Aristotle pada masa Abad keempat
sebelum Masehi. Ada dua teori secara filosofis terkait anggapan hukum bahwa KI adalah
suatu sistem kepemilikan (property). Pertama konsep kepemilikan (property) kaitannya
dengan Hak Asasi Manusia (Human Rights), dengan pernyataannya: “Life, Liberty and
Property”. Locke menyatakan bahwa semula dalam status naturalis (state of nature)
suasana aman tenteram dan tidak ada hukum positif yang membagi kepemilikan atau
pemberian wewenang seorang tertentu untuk memerintah orang lain. Hal ini merupakan
kewajiban moral atas perilaku seorang terhadap orang lain yang dibebankan oleh Tuhan.
Kedua Friedrich Hegel yang mengembangkan konsep tentang “Right, Ethic and State”
sebagai eksistensi dari kepribadian. Kekayaan diantara sesuatu kebendaan lainnya, adalah
sarana dimana seseorang dapat secara objektif mengemukakan kehendak pribadi dan
tunggal dalam kepemilikan atau kekayaan pula alasan seseorang pertama kali eksis
(Nasution, 2006 : 25). Dalam sebagian masyarakat hukum yang sederhana seperti
Indonesia, yang komunitas masyarakatnya cenderung bersifat sederhana dan homogen,
kadangkala formalitas pengaturan hukum belum begitu diperhatikan. Sedangkan di
sebagian masyarakat industri penerapan hukum cenderung bersifat kompleks dan variatif
cenderung khusus yang ditandai dengan pengaturan-pengaturan, seperti pembuatan
sistem kontrak, kerjasama, joint ventura, waralaba dan lain sebagainya. Sebaliknya,

18
kondisi tersebut tidak dijumpai pada masyarakat industri (modern), dimana mobilitas
sosial masyarakat menjadi semakin kompleks, pembagian kerja semakin meluas,
industrialisasi menonjol, persaingan diantara sesama anggota masyarakat semakin kuat,
perbedaan tingkat kehidupan ekonomi juga semakin tajam, dan penanaman modal asing
merupakan faktor pemacu peningkatan praktek hukum, disamping juga peningkatan
perekonomian. Pembangunan ekonomi di negara-negara maju telah berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Makna pembangunan bagi negara-negara maju
adalah perjuangan untuk mempertahankan perkembangan serta kemajuannya untuk
kepentingan masa kini dan masa depan bangsanya. Makna pembangunan bagi negara-
negara berekembang adalah perjuangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan, perjuangan untuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, keahlian dan
informasi, dan perjuangan untuk melawan tekanan-tekanan ekonomi dari negara-negara
maju.Secara umum kesadaran juga tidak bisa dilepaskan dari budaya hukum masyarakat
di suatu negara. Atau, dengan kata lain, budaya hukum masyarakat di suatu negara sangat
menentukan tercapainya sistem KI. Sistem KI yang merupakan hak individu (privat
rights). Artinya dilindungi atau tidak suatu karya intelektual seseorang sangat tergantung
dari kesadaran dari orang tersebut untuk mendaftarkannya sebagai upaya melindungi KI
nya Secara umum ada 2 (dua) budaya hukum masyarakat yang dikenal yaitu budaya
hukum masyarakat tradisional dan budaya hukum masyarakat industri. Dalam masyarakat
yang sederhana aturan hukum hanya terdiri dari kebiasaan dan norma, yang apabila
dilanggar akan mendapat sanksi sosial dari komunitas masyarakat itu sendiri. Ketika
masyarakat itu berkembang, baik dari segi jumlah maupun kualitas permasalahan yang
terjadi, barulah sikap dan tingkah laku diatur dalam bentuk yang formal. Formalitas
pengaturan tersebut dapat berupa undang-undang atau putusan pengadilan. Dalam
sebagian masyarakat hukum yang sederhana seperti Indonesia, yang komunitas
masyarakatnya cenderung bersifat sederhana dan homogen, kadangkala formalitas
pengaturan hukum belum begitu diperhatikan. Sedangkan di sebagian masyarakat industri
penerapan hukum cenderung bersifat kompleks dan variatif cenderung khusus yang
ditandai dengan pengaturan pengaturan, seperti pembuatan sistem kontrak, kerjasama,
joint ventura, waralaba dan lain sebagainya. KI memiliki hubungan yang penting dengan
kenyataan-kenyataan sosial budaya masyarakat negara berkembang sebagai pendekatan

19
yang efektif dalam menjamin penegakan hukum. Sebaliknya, kondisi tersebut tidak
dijumpai pada masyarakat industry (modern), dimana mobilitas sosial masyarakat
menjadi semakin kompleks, pembagian kerja semakin meluas, industrialisasi menonjol,
persaingan diantara sesama anggota masyarakat semakin kuat, perbedaan tingkat
kehidupan ekonomi juga semakin tajam, dan penanaman modal asing merupakan faktor
pemacu peningkatan praktek hukum, disamping juga peningkatan perekonomian.
Pembangunan ekonomi di negara-negara maju telah berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan. Makna pembangunan bagi negara-negara maju adalah
perjuangan untuk mempertahankan perkembangan serta kemajuannya untuk kepentingan
masa kini dan masa depan bangsanya. Makna pembangunan bagi negara-negara
berekembang adalah perjuangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan, perjuangan untuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, keahlian dan
informasi, dan perjuangan untuk melawan tekanan-tekanan ekonomi dari negara-negara
maju. Budaya/kultur hukum yaitu keseluruhan sikap warga masyarakat yang bersifat
umum dan nilai-nilai dalam masyarakat yang akan menentukan bagaimana seharusnya
hukum berlaku dalam masyarakat (Warasih, 2005 : 81). Kultur dibedakan internal legal
culture yaitu kultur para profesional hukum dan external legal culture dapat berfungsi
untuk menentukan pilihan berperilaku dalam menerima atau menolak suatu produk
hukum. Menurut Fiedman, budaya hukum bisa diartikan sebagai pola pengetahuan sikap,
dan perilaku sekelompok masyarakat terhadap sebuah sistem hukum. Dari pola-pola
tersebut, dapat dilihat tingkat integrasi masyarakat tersebut dengan sistem hukum terkait.
Budaya berfungsi sebagai kerangka normatif dalam kehidupan manusia untuk
menentukan perilaku. Budaya hukum masyarakat Indonesia yang menunjukkan integrasi
masyarakat dengan sistem hukum KI salah satunya dapat digambarkan melalui perilaku
masyarakat dalam memperoleh KI. Budaya hukum masyarakat dalam menghormati KI
orang lain, dapat juga ditumbuh kembangkan melalui hukum dengan segala
fungsifungsinya. Ada 2 (dua) cara yang dapat dilakukan oleh hukum, baik hukum yang
berfungsi sebagai law is social control maupun sebagai law is tool social engineering.
Kedua fungsi ini dipandang lebih efektif sebagai fungsi penegakan hukum secara
prefentif, ketimbang dengan cara penegakan hukum secara represif (menghukum dan lain
sebagainya).

20
BAB III

PENUTUP

21
A. KESIMPULAN

Perlindungan hukum KI sebagai satu kesatuan sistem sejatinya adalah kehendak dan cita-cita
negara untuk memberikan pengakuan, penghormatan, dan perlindungan kepada setiap warga
masyarakatnya yang sudah berkontribusi melalui karya intelektual, baik hak moralnya
maupun hak ekonominya. Sistem perlindungan yang baik tentunya akan mendorong
kreatifitas untuk berkarya yang pada gilirannya dapat memperbaiki dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu negara wajib mengambil peran dengan
menetapkan strategi kebijakan hukum dan prioritas pembangunan dibidang KI dengan
melahirkan regulasi dan menciptakan kondisi yang sesuai dengan perubahan kecenderungan
global dengan melakukan langkah-langkah antisipasi yang cerdas terkait pengembangan dan
perlindungan KI. Termasuk peningkatan peran lembaga penelitian dan Perguran Tinggi,
dengan memberikan dana penelitian yang layak, sehingga mampu menghasilkan inovasi dan
teknologi yang dibutuhkan oleh pasar dan konsumen. Negara juga harus mampu merubah
cara berpikir masyarakatnya untuk meninggalkan ketergantungan terhadap sumber daya alam
beralih kepada modal intelektual dan pengembangan insdustri kreatif yang berbasis KI.

B. SARAN

Strategi nasional Kekayaan Intelektual harus disusun bersama dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan baik dari sektor publik maupun privat, baik dari pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Penyusunan strategi nasional Kekayaan Intelektual ini harus
menjadi agenda nasional dan menjadi perhatian para petinggi negara. Kita dapat mencontoh
kepada negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok yang telah berhasil
membangun strategi nasional Kekayaan Intelektual, dimana strategi nasional Kekayaan
Intelektual ditangani langsung oleh pimpinan tertinggi pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA

22
Djumhana, Muhammad Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual (Bandung: Citra Aditya Bakti: 2006).

Hartono, Sunaryati Politik Hukum Menuju Sistem Hukum Nasional (Bandung: Alumni, 1991).

Junus, Emawati Aspek Hukum dalam Sengketa Hak Kekayaan Intelektual Teori dan Praktek
(Jakarta: Ditjen Kekayaan Intelektual, 2003).

Kesowo, Bambang Posisi dan Arti Penting HaKI dalam Perdagangan Internasional (Jakarta:
1993).

Khoirul Hidayah, S.H., M.H. Hukum Kekayaan Intelektual, Setara Press, 2017, hal 1

https://www.hukumonline.com/berita/a/hak-kekayaan-intelektual-serta-dasar-hukumnya-lt623304dc7749d/?page=2

http://www.wipo.com

http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/99-hak-kekayaan-intelektual

23

Anda mungkin juga menyukai