Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Disusun Oleh :

Dafa Arutala Bramianto (01012111135)

Engely Pakpahan (01012111137)

Moh. Afrizal Goraahe (01012111138)

Adilah Badriyyah Lukman (01012111139)

Resti Umamit (01012111140)

Anjas Kaimudin (01012111288)

Sri Annisa S. Mahmud (01012111289)

Dosen Pengajar :

Dahlai Hasim SH,MH.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KHAIRUN KOTA TERNATE

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidyah-nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan, dengan juduk “ Hak Atas Kekayaan Intelektual ”.

Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini, tentunya tidak
akan bias maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai yang membuat makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdpat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian malakah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik untuk kami,
agar dapat memperbaiki makalah ini.

Ternate,13 Desember 2022

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
BAB II
RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual......................................................................................6
B. Klasifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual.....................................................................................6
C. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia.........................................................................7
D. Hak Cipta.........................................................................................................................................7
E. Hak Paten........................................................................................................................................9
F. Hak Merek.....................................................................................................................................10
G. Implementasi Kekayaan Intelektual Mencerminkan Konsep Negara Hukum................................12
BAB IV ....................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Atas Kekayaan Intelektual atau sering disingkat HAKI adalah hak yang
diberikan kepada orang-orang atas hasil dari buah pikiran mereka. Biasanya hak
eksklusif tersebut diberikan atas penggunaan dari hasil buah pikiran pencipta dalam
kurun waktu tertentu. Buah pikiran tersebut dapat terwujud dalam tulisan, kreasi
artistik, simbol-simbol, penamaan, citra, dan desain yang digunakan dalam kegiatan
komersil.

Salah satu produk HAKI yaitu Hak Cipta. Adapun pengertian dari Hak Cipta, yaitu
hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya.
Mungkin banyak diantara kita yang tidak sadar bahwa yang kita lakukan dalam
kegiatan sehari – hari telah melanggar hak cipta orang lain. Tidak lain dari
pelanggaran tersebut adalah kegiatan membajak. Kegiatan bajak – membajak telah
diterima dan menjadi suatu kegiatan yang dianggap halal oleh masyarakat kita.

Praktek pembajakan hak cipta di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat
drastis dan sudah sangat memprihatinkan. Salah satu fakta yang ada di lapangan
misalnya terjadi pada industri musik. Menurut catatan Asosiasi Industri Rekaman
Indonesia (ASIRI), pembajakan industri musik di Indonesia menunjukkan angka yang
paling signifikan. Pihak yang paling dirugikan yaitu datang dari pihak musisi atau
pencipta lagu yang hasil karyanya dibajak. Usaha mereka dalam mencari inspirasi
lagu serta pengeluaran biaya yang tidak sedikit dalam proses produksi ternyata tidak
dihargai dan dilindungi oleh negara. Hasil karya cipta mereka dengan mudahnya
dibajak dan disebarluaskan oleh orang lain untuk kepentingan pribadi mereka. Tidak
sedikit dari para artis atau musisi yang hasil karyanya diminati oleh masyarakat
ternyata tidak dapat melanjutkan karirnya karena produk mereka yang dijual secara
resmi di pasaran dianggap tidak laku.

Hak cipta merupakan salah satu bagian dari hak asasi manusia (intellectual property
rights), di mana pada dasarnya setiap orang memiliki peluang yang sama dalam hal
memenuhi kebutuhan hidup dasarnya selama tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan maupun norma-norma, kaidah-kaidah yang hidup di tengah masyarakat.
Hal ini mengindikasikan bahwa dalam setiap bidang kehidupan masyarakat adalah
mutlak menganut hukum baik disengaja maupun tidak. (Ubi societas Ibiius; Cicero ).

4
Hak asasi manusia merupakan hak fundamental yang dimiliki oleh setiap orang sejak
ia dilahirkan dan menjalani kehidupannya, hingga ia meninggal dunia. Dalam
menjalani kehidupannya,

setiap orang memiliki kemampuan untuk berkreasi guna memenuhi kebutuhan akan
eksistensi dirinya, secara umum Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 mengatur
mengenai penguasaan negara terhadap perekonomian dan kesejahteraan sosial. Salah
satu wujud dari pemenuhan kebutuhan hidup dasarnya adalah dengan berkreasi
sehingga menghasilkan suatu karya cipta tersendiri yang unik dari masing-masing
orang.

5
BAB II
RUMUSAN MASALAH

1 Apa yang dimaksud dengan Hak Atas kekayaan Intelektual ( HAKI ) !


2 Apa Saja yang termasuk Hak Atas Kekayaan Intelektual ( HAKI ) !
3 Sebutkan Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia !
4 Bagaimana Implementasi Kekayaan Intelektual yang Mencerminkan Konsep
Negara Hukum !

6
BAB III

PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual
Dalam ilmu hukum, kekayaan milik intelektual dimasukkan dalam golongan
hukum harta kekayaan khususnya hukum benda (zakenrecht) yang mempunyai obyek
benda intelektual, yaitu benda yang tidak berwujud. Istilah Hak atas Kekayaan Intelektual
(HaKI) merupakan padanan dari istilah intellectual property sebagaimana yang
dikemukakan oleh Thomas W. Dunfee dan Frank F. Gibson yang berarti suatu
manifestasi fisik suatu gagasan praktis kreatif atau artistik serta cara tertentu dan
mendapatkan perlindungan hukum. Kemudian, ha katas kekayaan intelektula oleh World
Intelellectual Property Organization (WIPO) merumuskan konsep intellectual property
sebagai organisasi Internasional yang bertugas dan mengurus perlindungan terhadap hasil
karya STISNU Nusantara Tangerang manusia baik hasil karya yang berupa aktivitas
dalam ilmu pengetahuan, industri, kesusteraan dan seni. Ruang lingkup Hak atas
Kekayaan Intelektual seperti dirumuskan oleh WIPO mempunyai pengertian luas yang
mencakup, antara lain:

1. Karya kesustraan
2. Pertunjukan oleh para artis
3. Ilmu Pengetahuan (scientific)
4. Penyiaran audi visual
5. Artistik
6. Penemuan ilmiah

Perlu ditegaskan dalam hak kekayaan atas intelektual yang dilindungi bukanlah idea tau
gagasannya, tetapi kreasi yang dihasilkan dari ide atau gagasan tersebut.

B. Klasifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual


Menurut WIPO, HAKI biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Hak Cipta (copyrights); dan


2. Hak Kekayaan Industri (industrial property rights)

7
Khusus menyangkut hak atas kekayaan industri, menurut Pasal 1 Konvensi Paris
mengenai perlindungan hak atas kekayaan industry tahun 1883 sebagaimana yang telah
direvisi dan diamandemen pada 2 Oktober Tahun 1979 (Konvensi Paris), perlindungan
hukum kekayan industri meliputi:

1. Paten(Patens)
2. Paten Sederhana (utility models)
3. Hak Desain Industri (industrial designs)
4. Hak Merek
a) Merek Dagang (trademarks)
b) Merek jasa (servicemarks)
5. Nama Perusahaan (tradenames)
6. Indication of source or appellation of origin

C. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia


Pengaturan hukum HAKI di Indonesia mencakup seluruh ruang lingkup HAKI.
Pengaturan hukum yang ada sekarang ini ditemukan dalam:

1. UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta


2. UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
3. UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek
4. UU No.29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
5. UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
6. UU NO. 31. Tahun 2000 tentang Desain Industri
7. UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

D. Hak Cipta
1. Dasar Hukum Hak Cipta
Dasar Hukum Hak Cipta diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 jo
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 jo Unang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
tentang Hak Cipta.
2. Pengertian Istilah dalam Undang-Undang Hak CIpta (UUHC)
a. Pasal 2 butir 1:
Pencipta aalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau kehlian yang ditaunagkan dalam bentuk yang khas
dan bersifat pribadi.

8
b. Pasal 1 butir 2:
Ciptaan adalah hasil karya setiap pencipta dalam bnetuk yang khas dan
menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
c. Pasal 1 butir 3:
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau orang yang
menerima hak tersebut dari pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut
hak dari orang tersebut di atas.
d. Pasal 1 butir 4:
Pengumuman adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau penyebaran
sesuatu ciptaan, dengan menggunakan alat apa pun dan dengan cara sedemikian
rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat oleh orang lain.
e. Pasal 1 butir 5:
Perbanyakan adalah menambah jumlah sesuatu ciptaan, dengan pembuatan yang
sama, hampir sama atau menyerupai ciptaan tersebut dengan mempergunakan
bahan- bahanyang sama maupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan
sesuatu ciptaan.
f. Pasal 2 ayat (1):
Hak Cipta adalah hak khuus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perunang-
undangan yang berlaku.
3. Ruang Lingkup Hak Cipta
Hal ini dijabarkan dalam Pasal 11 ayat (1) Undang- Undang Hak Cipta, yaitu
sebagai berikut:
1) Dalam undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi karya:
a. Buku program computer, susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan,
pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara yang
diucapkan;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Ciptaan lagu atu music dengan atau tanpa teks, termasuk karawitan dan rekaman
suara;
e. Drama, tari (koreografi, pewayangan, pantomime;
f. Karya pertunukan;
g. Karya siaran;

9
h. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, seni terapan yang berupa seni/kerajinan
tangan;
i. Arsitektur;
j. Peta;
k. Seni batik;
l. Fotografi;
m. Sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, sadruan, bunga rampai, dan karya laiinya dari hasil pengalih
wujudan.

E. Hak Paten
Hak Paten merupakan hak khusus ( eksklusif ). Artinya paten hanya diberikan
kepada pemegang untuk dalam jangka waktu tertentu, melaksanakan sendiri
penemuan tersebut atau untuk memberi kewenangan kepada orang lain guna
melaksanakannya. Hak paten hanya diberikan kepada penemu sebagai satu-
satunya yang berhak atas penemuannya.

Berdsarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1991 tanggal 11 juni 1991,


sebagai penjabaran Undang-Undang Paten, ada 4 (empat) pengertian yang perlu
diketahui dalam kaitannya dengan Paten yaitu,
 Deskripsi atau uraian penemuan adalah penjelasan tertulis mengenai cara
melaksanakan suatu penemuan sehingga dapat dimengerti oleh seseoarang
yang ahli di bidang penemuan tersebut.
 Abstraksi adalahuraian singkat mengenai suatu penemuan yang merupakan
ringkasan dari pokok-pokok penjelasan deskripsi, klaim ataupun gambar.
 Klaim adalah uraian tertulis menganai inti penemuan atau bagian-bagian
tertentu dari suatu penemuan yang di mintakan perlindungan hukum dalam
bentuk paten.
 Gambar adalah gambart teknik suatu penemuan yang memuat tanda-tanda,
symbol-simbol,angka,bagian ataupun diagram yang menjelaskan bagian-
bagian dari penemuan.

Dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten


Sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 yang telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997, dan perlu juga diketahui adanya
terminology baku yang diatur dalam Undang-Undang tersebut termasuk mengenai

10
penegertian Paten itu sendiri. Pasal 1 Undang-Undang Paten menegaskan
pengertian paten yaitu suatu hak eksklusif yang diberikan oleh negra kepada
inventor atas hasil inventasinya dibidang teknologi, untuk selama kurun waktu
tertentu melaksanakan dibidang teknologi, untuk Selama kurun waktu tertentu
melaksanakan sendiriintensitasnya atau memberikan persetujuan kepada pihak lain
untuk melaksanakan.

F. Hak Merek
Hak suatu merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemiliki
merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu
dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak
lain untuk menggunakannya. Merek diberian kepada pemohon yang beritikad
baik, yaitu pemohon yang mendaftarkan merek dirinya secara selayak.

Selain itu, para ahli hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual pun mencoba
merumuskan pengertian tentang Merek antara lain ada yang mengemukakan
bahwa menurut perumusan dari Paris Convention, maka suatu Trademark atau
Merek pada umumnya didefinisikan sebagai suatu tanda yang berperanan untuk
membedakan barang-barang dari suatu perusahaan dengan barang-barang dari
perusahaan lain.33Pendapat lain mengatakan bahwa barang- barang yang
dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus dan pada bungkusannya itu dibubuhi
tanda tulisan dan atau perkataan untuk membedakannya dari barang jenis hasil
perusahaan lain, tanda inilah yang disebut merek perusahaan.

1. Pendaftaran Merek
Apakah untuk mendapatkan hak atas merek harus didaftarkan? Jika
diperhatikan Undang-Undang Merek, jelas menganut Stetsel Konstitutif
artinya hak atas merek dilindungi apabila didaftarkan di kantor merek.
Hal ini dapat disimpulkan dari Pasal 4 Undang-Undang Merek yang
mengemukakan:
1) Merek hanya dapat didaftar atas dasar permintaan yang diajukan pemilik
merek yang beritikad baik;
2) Pemilik merek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat terdiri dari
(satu) oang atau beberapa orang secara bersama atau badan hukum.

Selanjutnya, dalam Pasal 5 Undang-Undang Merek disebutkan:

11
Merek tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur di
bawah ini:
 Bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum;
 Tidak memiliki daya pembeda;
 Telah menjadi milik umum; atau
 Merupakan keterangan atau berkaitan dengan
barang atau jasa yang dimintakan pendaftaran.

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Merek disebutkan:

(1) Permintaan pendaftaran merek harus ditolak

oleh Kantor Merek apabila mempunyai persamaan pada pokoknya


atau keseluruhannya dengan merek orang lain yang suddah terdaftar
lebih dahulu untuk barang atau jasa yang sejenis.
(2) Permintaan pendaftaran merek juga harus ditolak oleh kantor merek
apabila:
 Merupakan atau menyerupai nama orang
terkenal, foto, merek dan nama badan hukum yang dimiliki orang
lain yang sudah terkenal, kecuali atas persetujuan tertulis dari
yang berhak;
 Merupakan peniruan atau menyerupai nama atau singkatan nama,
bendera, lambang atau symbol atau emblem dari Negara atau lembaga
nasional maupun internasional, kecuali atas persetujaun tertulis dari
pihak yang berwenang;
 Merupakan peniruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi
yang digunakan oleh Negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; atau
 Merupakan peniruan atau menyerupai ciptaan orang lain yang
dilindungi Hak Cipta, kecuali ata persetujauan tertulis dari pemegang
hak cipta tersebut.
(3) Kantor Merek dapat menolak permintaan pendaftaan merek yang
mempunyai persaman pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
yang sudah terkenal milik orang kain untuk barang dan atau jasa sejenis.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat pula


diberlakukanterhaap barang dan atau jasa yang tidak sejenis sepanang
memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peratuan Pemerintah.

12
2. Jangka Waktu Merek
Perlindungan merek terdaftar 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang dalam
waktu yang sama. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 7 Undang-Undang merek
sebagai berikut:
Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permintaan pendaftaran merek
yang bersangkutan.

3. Ketentuan Pidana dalam Undang-Undang Merek Dalam Pasal 81 Undang-


Undang Merek disebutkan: Barang siapa yang dengan sengaja dan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan mereke terdaftar
milik orang lain atau badan hukum lain untuk berang dan atau jasa sejenis yang
diproduksi dan atau diperdagangkan, dipidana dengan piana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 s(seratus juta rupiah)

G. Implementasi Kekayaan Intelektual Mencerminkan Konsep Negara


Hukum

Sering dikatakan perlindungan KI dapat menunjang pembangunan ekonomi


masyarakat yang menerapkan sistem KI. Dalam hasil kajian yang dilakukan oleh WIPO
dinyatakan KI merupakan sebuah kekuatan yang dapat dipergunakan untuk memperkaya
kehidupan seseorang dan masa depan suatu bangsa secara material, budaya, dan sosial.
Pengembangan sistem KI bukan saja tanggung jawab instansi yang menanganinya dalam
hal ini Ditjen KI, tetapi harus didukung oleh berbagai pihak dengan cara koordinasi, baik
dari instansi pemerintah maupun kalangan swasta untuk membantu mencapai tujuan
sistem KI.
Perlindungan terhadap KI dimulai dari teori hukum alam yang menyatakan bahwa KI
merupakan the absolut ownership atau kepemilikan mutlak. Teori ini mendorong
perlunya perlindungan terhadap KI demi memajukan dan mengembangkan ide-ide dan
inovasi baru dalam KI. Perlindungan tersebut membutuhkan peran pemerintah dalam
mewujudkan fungsinya sebagai pemerintahan negara, dimana wewenang ada pada
lembaga pemerintahan sebagai alat negara. Wewenang ini timbul karena secara atributif
diberi wewenang oleh undang-undang atau merupakan wewenang delegatif.
Perlindungan atas KI dalam kaitannya dengan peran negara adalah bagaimana negara
mewujudkan cita hukum, yang lebih lanjut dirumuskan sebagai
berikut :

13
a. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasarkan atas persatuan;
b. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
c. Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan;
d. Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.Cita perlindungan dengan konsep tanggung jawab
pemerintah adalah untuk melindungi seluruh rakyatnya, hal ini telah diatur secara
eksplisit dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang telah memberikan pengaturan
yang bersifat perlindungan (protection) dan promosi (promotion) terhadap
kesejahteraan rakyat. Ketika membaca konstitusi sebuah negara tidak hanya
terhenti pada teks yang tercantum dalam konstitusi negara tersebut. Harus ada
telaah yang lebih mendalam dalam membacanya agar ditemukan prinsip-prinsip
yang terkandung didalamnya. Tugas ”melindungi” oleh negara terhadap rakyatnya
merupakan tanggung jawab pemerintah sebagaimana diatur dalam pasal 34.
Satjipto Rahardjo14 mengkonsepsi bahwa, negara hukum Indonesia sebagai
negara yang peduli atau negara dengan kepedulian. Selanjutnya ditegaskan pula
bahwa sebagai jaminan konstitusional, negara wajib mengembangkan kebijakan
kesejahteraan yang
bersifat affirmative action bagi kepentingan warga masyarakatnya. Sebagai contoh
dapat kita lihat perlindungan hak cipta pada folklor dalam undang-undang Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mengatur:
Negara memegang hak cipta atas folklor dari hasil kebudayaan rakyat yang
menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, lagu, kerajinan
tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya.
Ini menggambarkan Indonesia kaya akan potensi ekspresi budaya yang menjadi
hak milik bersama. Sebagai negara hukum yang mempunyai seperangkat peraturan
perundang- undangan dalam sistem hukumnya tentu saja tidak menafikan hukum
yang hidup dalam masyarakat sebagai living law.
Terkait dengan potensi yang sangat besar atas perwujudan KI yang dilindungi oleh
negara, Indonesia sebagai salah satu subjek dalam hukum internasional tentunya
terikat dengan hukum-hukum yang berlaku berdasarkan perjanjian internasional
dalam konvensi- konvensi yang telah diratifikasi. Pada titik persoalan
perlindungan KI sebagai kekayaan bangsa maka ini menjadi suatu yang sangat
krusial. Sebab secara realita masih sangat jauh dari harapan untuk bagaimana
pemerintah dapat mengakomodir kekayaan intelektual anak bangsa sebagai suatu
harta yang perlu mendapat perlindungan. Sejumlah peraturan dibidang KI telah

14
diterapkan dimasyarakat, namun masih saja masyarakat belum mau melakukan
perlindungan atas kekayaan intelektual mereka, padahal kita tahu bersama bahwa
negara Indonesia memiliki potensi kekayaan alam dan hayati yang cukup banyak
yang apabila dikembangan dapat menghasilkan keuntungan bagi negara.
Kalau kita kaji dengan konvensi ILO Nomor 169 yang diberlakukan pada tanggal
5 September 1991 pada pasal 2 dikemukakan bahwa;
1. Pemerintah mempunyai tanggung jawab
untuk mengembangkan, dengan partisipasi para penduduk yang bersangkutan,
tindakan yang terkoordinir dan sistematis untuk melindungi hak-hak para
penduduk ini dan menjamin penghormatan terhadap integritas mereka.
2. Tindakan tersebut akan mencakup langkah- langkah untuk:
a. Menjamin bahwa anggota penduduk ini memperoleh manfaat atas dasar yang
sama dari hak dan kesempatan yang diberikan oleh undang-undang dan peraturan
nasional kepada para anggota penduduk lainnya;
b. Meningkatkan realisasi hak-hak sosial, ekonomi, dan budaya para penduduk ini
sepenuhnya dengan menghormati identitas sosial dan budaya mereka, kebiasaan
dan tradisi dan lembaga mereka.
Memang dalam tahapan perlindungan KI, pemerintah telah melakukan berbagai
cara untuk melindungi KI seperti, diadakan pelatihan, seminar maupun sosialiasi
dan atau implementasi akan tetapi kesadaran untuk melakukan perlindungan
belum berjalan secara efektif. Banyak sekali hak kekayaan Indonesia di
pergunakan tanpa melakukan pendaftaran karena masyarakat masih berpikir
bahwa kekayaan yang ada itu hanya dipakai untuk mereka saja, dan pihak luar
dapat memakai atau memilikinya apabila membutuhkan.

Dari segi substansi, apabila dikaji dari ciri khas sebuah negara hukum, maka
perlindungan terhadap KI pada dasarnya telah dilaksanakan untuk melindungi kekayaan
bangsa sekaligus melindungi HAM. Hanya saja penegakan hukum KI harus tetap
berjalan, mengingat negara Indonesia mempunyai ratusan pulau yang tersebar diberbagai
provinsi dan mempunyai potensi kekayaan alam dan hayati yang sangat banyak pula.

15
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
HAKI adalah hak yang didapatkan dari hasil olah pikir manusia untuk dapat
menghasilkan suatu produk, jasa, atau proses yang berguna untuk masyarakat dan hak
untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang
diatur dalam kekayaan intelektual berupa karya yang dihasilkan oleh kemampuan
intelektual manusia.
Kesimpulan Setiap karya-karya yang lahir dari buah pikir yang cemerlang yang
berguna bagi manusia perlu di akui dan dilindungi. Untuk itu sistem HaKI diperlukan
sebagai bentuk penghargaan atas hasil karya. Disamping itu sistem HaKI menunjang
diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia
sehingga kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat
dihindari atau dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan
masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk keperluan hidupnya atau
mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA
 Qustulani, Muhamad. 2018. Hukum Dagang. Tangerang: PSP Nusantara Press.
 Eri Safira, Martha. 2017. Hukum Dagang Dalam Sejarah dan Perkembangannya di
Indonesia. Ponorogo: CV. Nata Karya.
 Hariyanto, Erie. 2013. Hukum Dagang dan Perusahaan di Indonesia. Surabaya:
CV. Salsabila Putra Pratama.
 Hasyim, Farida. 2018. Hukum Dagang. Jakarta: Sinar Grafika.
 Alfons, Maria. 2017. “Implementasi Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perspektif
Negara Hukum” Volume 14 No 3 (hlm. 308-310). Jawa Barat: Legislasi
Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai