Anda di halaman 1dari 20

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah...................................................................1
2. Rumusan Masalah............................................................................1
3. Tujuan Makalah................................................................................2
BAB II METODOLOGI MAKALAH......................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN
I. Hak Atas Kekayaan Intelaktual (HAKI)............................................ 4
II. Hak Cipta.......................................................................................... 5
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ......................................................................................12
2. Saran.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Plagiarisme merupakan kejahatan hak kekayaan intelektual yang sangat
fatal. Dunia seni yang berkembang secara pesat, menuntut kita akan melindungi
hasil karya para seniman dan sastrawan dari pencurian karya berupa plagiarisme.
Plagiarisme menyebabkan hasil karya para seniman dan sastrawan tidak diakui.
Agar seniman dan desainer diakui dalam karyanya yang bermanfaat bagi
masyarakat, timbul hak cipta untuk melindungi para pencipta karya.

Tidak pedulinya masyarakat terhadap hak cipta membuat para seniman


untuk memiliki keinginan atau niat yang kokoh untuk membuat karya-karya. Hal
itu menghasilkan penurunan jumlah karya yang di hasilkan oleh para seniman
dan desainer.

Sebagai contoh, kasus yang ada di masyarakat adalah pembajakan peranti


lunak yang selalu menjadi masalah negara Indonesia. Contoh lainnya adalah
penduplikatan lukisan secara terang-terangan tanpa sepengetahuan pencipta
lukisan tersebut. Masih banyak contoh kasus yang ada di marsyarakat. Untuk itu
hak cipta itu sangat penting dalam pembuatan karya.

Plagiarisme menyebabkan hasil karya para seniman dan sastrawan tidak


diakui. Alasannya untuk melindungi hasil karya agar tidak digubah oleh orang
lain. Menyebabkan para industri kreatif untuk tidak mempublikasikan hasil karya
dan berhenti berkreatifitas.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hak Kekayaan Intelektual ?
2. Bagaimana Sejarah Hak Cipta ?
3. Mengapa Hak Cipta itu Penting ?
2

3. Tujuan

Tujuan makalah ini dubuat untuk menyadarkan kepada masyarakat


berapa pentingnya hak cipta dan peran penting sebuah seniman atau desaigner
dalam menciptakan karya. Menuntut agar masyarakat menghargai karya seniman
atau designer dengan tidak melakukan hal yang melanggar sesuai undang-
undang.

Sehingga penulis berharap bagi siapa pun yang membaca makalah ini
dapat mempelajari dan memahami apa yang dimaksud dengan “Hak Cipta” dan
setelah memahami apa yang dimaksud dengan Hak Cipta.

Selain untuk mempelajari dan memahami tentang “Hak Cipta”, makalah


ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kekayaan
Intelektual yang di ampu oleh DR. Hj. Erlina B, S.H., M.H. Program Pascasarjana
Studi Megister Hukum Semester 2 (dua) Angkatan 47 Universitas Bandar
Lampung Tahun 2022.
3

BAB II
METODE MAKALAH

Makalah ini makalah normatif dan bersifat deskriptif untuk mengkaji


bagaimana perlindungan hukum terhadap hak cipta. Karena merupakan
makalah normatif, maka sumber data utama yang digunakan berasal dari
bahan – bahan hukum primer yang berupa peraturan – perundang –
perundangan dan juga badan hukum penunjang (sekunder) yang berupa
berbagai macam literature yang membahas pokok masalah.
Bahan – bahan hukum sekunder yang berupa berbagai macam
literature tersebut sifatnya sebagai penunjang dan pelengkap untuk
menganalisa terhadap data normative yang berasal dari berbagai macam
peraturan perundang – undangan tentang hak cipta.
Oleh karenanya, sifat makalah ini mengarah pada kajian dengan
mengandalkan sumber data yang berasal dari berbagai macam pustaka yang
ada dan relevan.
Analisa terhadap data utama dilakukan secara kualitative dengan
menggunakan metode pendekatan deduktif dan dalam pembahasannya
disesuaikan dengan pokok masalah yang disajikan untuk memperoleh
kesimpulan atas permasalahan yang diteliti.
4

BAB III

PEMBAHASAN

I. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)


1. Pengertian (HAKI)
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI)
atau harta intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris
Intellectual Property Right. Kata "intelektual" tecermin bahwa obyek
kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk
pemikiran manusia (WIPO, 1988:3).
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan
suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya
ciptanya. Secara sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak
Merk. Namun jika dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda
(Saidin : 1995), yaitu benda tidak berwujud (benda imateriil).
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak
atas benda tak berwujud (seperti Paten, merek, Dan hak cipta). Hak Atas
Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud, berupa informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan Dan sebaginya Yang tidak
mempunyai bentuk tertentu.

2. Tinjauan Umum Hak Kekayaan atas Intelektual (HAKI)


Hak Kekayaan atas Intelektual (HAKI) secara sederhana adalah suatu
hak yang timbul dari olah pikir otak manusia yang mengahasilkan produk
atau proses yang berguna bagi manusia. HAKI bisa juga di artikan sebagai
hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu yang berguna bagi
orang lain. HAKI juga merupakan hak untuk menikmati secara ekonomis hasil
dari suatu kreativitas intelektual.
5

Lingkup HAKI sendiri secara hukum terdiri atas dua macam hak
kekayaan intelektual.
Hak tersebut antara lain adalah :
1. Hak cipta
2. Hak kekayaan industri yang mencakup :
Hak kekayaan industri selanjutnya bisa di pilah lagi beberapa sub jenis.
Pemilahan tersebut berdasarkan undang-undang yang tersedia, yakni :
1. Merek
2. Paten
3. Rahasia dagang
4. Desain Industri
5. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
6. Varietas tanaman

II. Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada
dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta
dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi
penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta
memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta berlaku pada
berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat
mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya,film, karya-karya koreografis
(tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar,
patung, foto, perangkat lunak komputer,siaran radio dan televisi, dan (dalam
yurisdiksi tertentu) desain industri.
Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun
hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti
paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak
cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak
6

untuk mencegah orang lain yang melakukannya.


Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta,
yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Dalam
undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak eksklusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku" (pasal 1 butir 1).

Undang-undang Hak Cipta mengatur hal yang kurang lebih sama. Pasal
12(1) menetapkan karya-karya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra
dilindungi, sebagai berikut:
a. Buku-buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan karya tulis,
dan karya-karya tulis lainnya;
b. Khotbah, kuliah, pidato dan karya-karya lisan lainnya;
c. Alat bantuvisual yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan
ilmu pengetahuan;
d. Lagu, termasuk karawitan dan phonogram;
e. Karya-karya drama, tari (karya-karya koreografis), pertunjukan boneka,
pantomim;
f. Pertunjukan-pertunjukan;
g. Karya-karya penyiaran;
h. Semua bentuk seni, seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, pahatan,
patung, collase, kerajinan tangan motif, diagram, sketsa, logo dan bentuk
huruf;
i. Arsitektur;
j. Peta;
k. Seni batik;
l. Foto;
m. Karya-karya sinematografi;
n. Terjemahan, interpretasi, adaptasi, antologi dan database (ini dilindungi
7

sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan
aslinya).

1. Sejarah Hak Cipta


Konsep hak cipta di Indonesia merupakan terjemahan dari konsep
copyright dalam bahasa Inggris (secara harafiah artinya “hak salin”).
Copyright ini diciptakan sejalan dengan penemuan mesin cetak. Sebelum
penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari
sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama
dengan proses pembuatan karya aslinya. Sehingga, kemungkinan besar para
penerbitlah, bukan para pengarang, yang pertama kali meminta
perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat disalin.
Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit
untuk menjual karya cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang copyright
mulai diundangkan pada tahun 1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak
tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit. Peraturan tersebut juga
mencakup perlindungan kepada konsumen yang menjamin bahwa penerbit
tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut setelah transaksi
jual beli berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa
berlaku hak eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang
kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik umum.
Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works
(”Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra” atau “Konvensi
Bern”) pada tahun 1886 adalah yang pertama kali mengatur masalah
copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam konvensi ini, copyright
diberikan secara otomatis kepada karya cipta, dan pengarang tidak harus
mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera setelah
sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang
otomatis mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan
juga terhadap karya derivatifnya, hingga si pengarang secara eksplisit
8

menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku copyright


tersebut selesai.

2. Sejarah Hak Cipta di Indonesia


Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia
keluar dari Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa
memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karsa bangsa asing tanpa harus
membayar royalti.
Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan
tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600
tahun 1912 dan menetapkan Undang- undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang
Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di
Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, dan
pada akhirnya dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 jo Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2014 yang kini berlaku. Perubahan undang-
undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam pergaulan
antarnegara. Pada tahun 1994,pemerintah meratifikasi pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization - WTO), yang
mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Propertyrights - TRIPs (”Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak
Kekayaan Intelektual”). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997, pemerintah
meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18
Tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property Organization
Copyrights Treaty (”Perjanjian Hak Cipta WIPO”) melalui Keputusan Presiden
Nomor 19 Tahun 1997.

3. Hak Cipta dan Penciptaanya


9

Pengertian Hak Cipta Pengertian Hak Cipta dan hal-hal yang berkaitan
dengannya secara garis besar dijabarkan dalam UU No. 19 tahun 2002 jo UU
No. 28 Tahun 2014 yang tentang Hak Cipta sebagai berikut.
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan..
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara
sendirisendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat
khas dan pribadi.
Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam
bentuk nyata.
Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta,
pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain
yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut
secara sah.
Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang
merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau
lembaga Penyiaran.
Pelaku Pertunjukan adalah seorang atau beberapa orang yang secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukkan
suatu Ciptaan.
Produser Fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama
kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman
suara atau perekaman bunyi, baik perekaman pertunjukan maupun
perekaman suara atau bunyi lain.
Lembaga Penyiaran adalah penyelenggara Penyiaran, baik lembaga
10

Penyiaran publik, lembaga Penyiaran swasta, lembaga Penyiaran komunitas


maupun lembaga Penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas,
fungsi, dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Program Komputer adalah seperangkat instruksi yang diekspresikan
dalam bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang
ditujukan agarkomputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk
mencapai hasil tertentu.
Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia.
Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, suatu ciptaan
dengan menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik atau
melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,
didengar, atau dilihat orang lain.
Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan
satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam
bentuk apapun, secara permanen atau sementara.
Fiksasi adalah perekaman suara yang dapat didengar, perekaman
gambar atau keduanya, yang dapat dilihat, didengar, digandakan, atau
dikomunikasikan melalui perangkat apapun.
Fonogram adalah Fiksasi suara pertunjukan atau suara lainnya, atau
representasi suara, yang tidak termasuk bentuk Fiksasi yang tergabung
dalam sinematografi atau Ciptaan audiovisual lainnya.
Penyiaran adalah pentransmisian suatu Ciptaan atau produk Hak
Terkait tanpa kabel sehingga dapat diterima oleh semua orang di lokasi yang
jauh dari tempat transmisi berasal.
Komunikasi kepada publik yang selanjutnya disebut Komunikasi
adalah pentransmisian suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram melalui
kabel atau media lainnya selain Penyiaran sehingga dapat diterima oleh
publik, termasuk penyediaan suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram
11

agar dapat diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya.
Pendistribusian adalah penjualan, pengedaran, dan/atau penyebaran
Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait.
Kuasa adalah konsultan kekayaan intelektual, atau orang yang
mendapat kuasa dari Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak
Terkait.
Permohonan adalah permohonan pencatatan Ciptaan oleh pemohon
kepada Menteri.
Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta
atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi
atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu.
Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan
atau Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak
terkait.
Lembaga Manajemen Kolektif adalah institusi yang berbentuk badan
hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta,
dan/atau pemilik Hak Terkait guna mengelola hak ekonominya dalam bentuk
menghimpun dan mendistribusikan royalti.
Pembajakan adalah Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan
dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi.
Penggunaan Secara Komersial adalah pemanfaatan Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi
dari berbagai sumber atau berbayar.
Ganti rugi adalah pembayaran sejumlah uang yang dibebankan
kepada pelaku pelanggaran hak ekonomi Pencipta, Pemegang Hak Cipta
dan/atau pemilik Hak Terkait berdasarkan putusan pengadilan perkara
perdata atau pidana yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian yang
diderita Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan/atau pemilik Hak Terkait.
12

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang hukum.
Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
Hari adalah Hari kerja.

4. Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta


Hak ekonomi atas Ciptaan berupa Buku, lagu dan/atau musik yang
dijual putus (Sold Flat) dengan akibat beralihnya seluruh hak ekonomi dari
Pencipta kepada pembeli, setelah jangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun
beralih kembali kepada Pencipta. Pasal 18 UU No .28 tahun 2014.
Karya Pelaku Pertunjukan berupa lagu dan/atau musik yang dialihkan
dan/atau dijual hak ekonominya, kepemilikan hak ekonominya beralih
kembali kepada Pelaku Pertunjukan setelah jangka waktu 25 (dua puluh
lima) tahun Pasal 30 UU No .28 tahun 2014

5. Hak-hak yang dimiliki oleh pemegang hak cipta

UU Hak cipta Indonesia menyatakan bahwa pemegang hak cipta


memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan dan memperbanyak karya-
karya mereka, dan memberi izin untukmelaksanakan hak tersebut kepada
orang lain.
Pengumuman didefinisikan sebagai, pembacaan, penyuaraan,
penyiaran atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun
termasuk media internet dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu
ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain.
Perbanyakan terjadi saat keseluruhan ataupun bagian yang sangat
penting dari sebuah karya diperbanyak. Ini termasuk memperbanyak
sesuatu ke dalam sebuah bentuk yang berbeda. Sebagai contoh, melukis
sebuah patung, membuat drama dari sebuah novel atau menyiarkan sebuah
13

drama dianggap perbanyakan.


Oleh karena itu, seorang pemilik hak cipta mungkin mempunyai satu
atau lebih hak-hak yang berikut:
1. Hak untuk memproduksi ulang karya; hal ini merupakan hak dasar dari
pemegang hak cipta. Pemegang hak cipta berhak menyalin karyanya
dalam bentuk apapun (contoh : dengan memfotokopi, mengetik, menyalin
dengan tangan, memindai ke dalam komputer atau membuat rekaman).
2. Hak untuk memublikasikan; pemegang hak cipta atas karya sastra, drama,
musik dan karya artistik mempunyai hak untuk memublikasikannya untuk
pertama kalinya.
3. Hak untuk mempertunjukkan karya di depan umum; pemilik hak cipta di
bidang sastra, drama, dan musik mempunyai hak untuk mempertunjukkan
karyanya di depan umum. Pemilik hak cipta di bidang rekaman suara
mempunyai hak untuk memperdengarkannya di depan umum. Hal ini
termasuk memainkan lagu-lagu yang dilindungi hak cipta di restoran-
restoran atau tempat kerja. Pemilik hak cipta atas film mempunyai hak
untuk memperlihatkan dan memperdengarkannya di depan umum.
4. Hak untuk menyiarkan karya kepada khalayak; untuk karya sastra, drama
dan musik, rekaman suara dan film sinematografi, pemilik hak cipta
mempunyai hak eksklusif untuk menyiarkan karyanya. Hak untuk
membuat adaptasi: pemilik dari hak cipta atas karya sastra, drama atau
musik mempunyai hak untuk membuat adaptasi atas karyanya (contoh :
terjemahan, dramatisasi).
5. Hak untuk menyewakan karyanya; pemilik hak cipta atas program
komputer dan karya sinemagrafis memilii hak untuk mengontrol
penyewaan yang bersifat komersial atas karyanya.
6. Hak untuk mengimpor/mengekspor karyanya; pemilik hak cipta biasanya
mengontrol pengimporan dan pengeksporan karyanya untuk
kepentingan komersial. Pemilik hak cipta boleh menjual atau memberikan
lisensi satu atau semua haknya.
7. Pengalihan hak cipta
14

Hak cipta merupakan kekayaan pribadi maka terhadapnya dapat


diperlakukan sebagaimana halnya perlakuan atas bentuk kekayaan
lainnya. Hak cipta dapat;
• diberikan begitu saja,
• dilisensikan,
• dialihkan (contoh: dialihkan kepada orang lain),
• dijual,
• diwasiatkan,
• bahkan diambil alih.
8. Hak-hak Moral

Pencipta bisa menuntut sebab hukum Indonesia melindungi apa yang


disebut sebagai hak-hak moral. Hak-hak moral merupakan kekayaan
pribadi yang dipunyai oleh pengarang/pencipta dari materi hak cipta dan
ada secara terpisah dari hak-hak lainnya yang telah dijual/dilisensikan
oleh pemilik hak cipta kepada orang lain. Terdapat dua jenis utama hak-
hak moral (pasal 24), yaitu :
1. Hak untuk diakui dari karya, yaitu hak dari pengarang untuk
dipublikasikan sebagai pengarang atas karyanya, untuk mencegah
orang lain mengaku sebagai pengarang karya tersebut, atau untuk
mencegah orang lain menghubungkan kepengarangan kepada orang
lain; dan
2. Hak keutuhan, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas
penyimpangan atas karyanya atau perubahan lainnya atau tindakan-
tindakan yang bisa menurunkan kualitas.
Bahkan, kalau pemegang hak cipta atau ahli warisnya memberi atau
melisensikan hak ciptanya kepada orang lain, pemegang hak cipta asli
dapat menuntut kalau namanya, judul atau isi karya diubah tanpa izinnya.
9. Jangka Waktu Perlindungan

Pasal 29 UU RI No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa


15

hak cipta atas:


a. buku, pamlet, dan semua karya-karya tulis lainnya,
b. tari, koreografi,
c. segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung,
d. seni batik,
e. ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks,
f. arsitektur,
g. ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lainnya,
h. alat peraga,
i. peta,
j. terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai
dilindungi selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50
tahun setelah pengarang meninggal. Jangka waktu hak cipta beralku
selama hidup pencipta meninggal dunia paling akhir dan
berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.
Hak cipta atas ciptaan:
a. program komputer,
b. Sinematografi,
c. Fotografi,
d. Database,
e. karya hasil pengalih wujudan,
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.

Hak cipta atas perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku


selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan. Perlu dicatat
bahwa hak cipta yang dipegang oleh negara atas karya-karya kebudayaan
tanpa batas waktu. Namun, jika negara memegang hak cipta mewakili karya
yang tidak diketahui pengarangnya dan belum diterbitkan, jangka waktu
perlindungan hak cipata dibatasi sampai 50 tahun (Pasal 31).
16

Karya-karya yang tidak diberikan perlindungan hak cipta:


a. pertemuan terbuka dari institusi-institusi tinggi negara,
b. hukum dan perundang-undangan,
c. pidato-pidato kenegaraan dan pidato pejabat pemerintah,
d. keputusan pengadilan dan perintah pengadilan,
e. keputusan badan arbitrasi

6. Pendaftaran Hak Cipta


Pendaftaran dianjurkan berdasarkan beberapa alasan. Pertama,
pendaftaran memampukan perusahaan-perusahaan atau orang-orang yang
ingin mengadakan perjanjian lisensi untuk meneliti apakah seseorang sudah
mendaftarkan sebuah perjanjian lisensi yang serupa. Kedua, pendaftaran
memungkinkan pemerintah untuk mengontrol perjanjian lisensi yang
merugikan negara. Perjanjian lisensi tidak boleh berisi peraturan- peraturan
yang merugikan perekonomian negara, dan jika ini terjadi, Direktur Jenderal
Hak Cipta dapat menolak pendaftaran perjanjian lisensi tersebut.

7. Syarat-syarat Pendaftaran
1. Permohonan
2. Contoh ciptaan, produk hak terkait atau penggantinya
3. Surat pernyataan kepemilikan ciptaan (dan) hak terkait
4. Membayar biaya
5. Surat kuasa (bila menggunakan kuasa)
6. Akte pendirian badan hukum, &/ KTP
7. Surat Pengalihan Hak

Kekuatan hukum pencatatan hak cipta hapus


1. Permintaan (ybs) (dikenai biaya)
2. Lampau waktu
17

3. Putusan pengadilan (inkracht )


18

Melanggar norma agama, susila, tibum, hankam, atau peraturan perundang-


undangan.BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Hak Cipta.
Hak Eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai peraturan per-UU-an (pasal 1 angka 1 ).
Hak Cipta memiliki nilai yang penting dalam perlindungan pemilikan
suatu hal yang telah di buat ataupun di temukan oleh seseorang. Pembuatan Hak
Cipta itu sendiri harus memenuhi kriteria yang di tentukan . Hak Cipta tersebut di
bantu oleh hukum dan undang-undang tertulis sehingga memberika sanksi yang
tegas bagi para pelanggar Hak Cipta. Cara untuk mendapatkan pemilikan
seseorang tersebut adalah dengan mengalihkan hak dari sang pembuatnya
melalui lisensi ataupun penjualan.

2. Saran
Para seniman sebaiknya sudah langsung mendaftarkan hak cipta atas
karya yang mereka buat agar tidak terjadi pelanggaran hak yang di lakukan oleh
oknum yang ingin meraup keuntungan atas karya mereka secara illegal.
Masyarakat pun seharusnya ikut serta dalam pemberantasan pelanggaran hak
cipta dengan cara membeli atau memperoleh karya yang di buat oleh seniman
secara legal dan memiliki lisensi yang jelas.
19

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.


Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Kesowo, Bambang, Pengantar Umum Mengenai HAKI di Indonesia, 1983.
, Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten dan hak Cipta. PT.
Citra Aditya Bhakti, Bandung 1997.

Artikel Kompas.com dengan judul "Hak Cipta: Pengertian, Fungsi, Hukum,


Pendaftaran, dan Pelanggarannya", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/25/123247469/ha
k-cipta-pengertian-fungsi-hukum-pendaftaran-dan-pelanggarannya.
Penulis: Silmi Nurul Utami, Editor : Serafica Gischa

https://penelitian.ugm.ac.id/hak-cipta/8 November 2016

Anda mungkin juga menyukai