NIM : 2102113117
Prodi : akuntansi
Kata pengantar
Dengan rahmat dan karunia dari tuhan yang maha esa, saya diberi
kesempatan untuk melakukan analisis tentang hak paten beserta aturannya
yang ada di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memberi informasi
perlindungan atas karya intelektual yang telah ditemukan.
Dalam konteks ini saya akan membahas beberapa hal yang perlu
dipahami dalam ruang lingkup hak paten.
Hervivi anggrey
i
Daftar isi
Kata pengantar
Daftar isi.
1. Bab 1 Pendahuluan
1.2 tujuan................................................................. 1
2. Bab II
2.1 pembahasan. ...................................................... 3
a. pengertian hak paten............................... 3
b. permohonan paten................................... 8
c. hak eksklusif dari paten.......................... 13
d. jangka waktu paten................................. 15
2.2 kesimpulan........................................................ 29
2.3 daftar pustaka.................................................... 30
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Analisis hak paten dan karya intelektual ini bertujuan untuk memberikan
informasi seputar peraturan hak paten yang ada di negara Indonesia. Oleh
karena itu, sebuah penemuan baru teknologi merupakan hal penting yang
harus dijaga keasliannya dan perlindungan karya tersebut.
1.2 Tujuan
1
1.3 Rumusan masalah
1) Apa pengertian hak paten ?
2) Jelaskan tentang permohonan hak paten
3) Jelaskan tentang hak eksklusif melaksanakan hak paten.
4) Berapa lama jangka waktu hak paten?
5) Apa kesimulannya ?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.1
Hak Kekayaan Intelektual memiliki sejarah sejak Peraturan
Perundangundangan mengenai HKI yang pertama kali ada di Venice, Italia.
Peraturan ini lahir pada pada tahun 1470 yang menyangkut masalah paten.
Nama-nama seperti Caxton, Galileo dan Guttenberg merupakan inventor-
inventor yang telah tercatat dalam kurun waktu tersebut dengan memonopoli
invensinya masing-masing. Tahun 1500-an aturan-aturan di bidang paten
tersebut mulai diadopsi oleh Kerajaan Inggris yang kemudian lahir hukum
mengenai paten yang pertama di Inggris, yaitu Statute of Monopolies
(1623). Dalam aturan ini paten sebagai surat paten yang diberikan oleh
Kerajaan untuk memonopoli selama jangka waktu tertentu kepada industri
oleh karena kemampuan mereka atas teknologi yang baru. Di Amerika
Serikat, undang-undang paten lahir pada tahun 1791. Pada tataran
internasional, peraturan di bidang HKI pertama kali lahir pada tahun 1883
dengan lahirnya Paris Convention terkait paten, merek dagang, dan desain.
Perjanjian Berne Convention yang lahir pada tahun 1886 untuk masalah hak
cipta (copyright). Kedua konvensi tersebut antara lain membahas tentang
standarisasi, pertukaran informasi, perlindungan minimum, dan prosedur
mendapatkan hak kekayaan intelektual. Adanya kedua konvensi tersebut
adalah mulai dibentuknya biro administratif yang bernama The United
International Bureau for The Protection of Inttellectual Property yang
kemudian dikenal dengan nama World Intellectual Property Organisation
1
https://penelitian.ugm.ac.id/paten/ jurnal .diakses pada 5 oktober 2021 pukul 9.40
3
(WIPO). WIPO sebagai organisasi tingkat internasional di bawah lembaga
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khusus menangani masalah HKI.
Hak Kekayaan Intelektual B. ERA 1900 –SEBELUM kemerdekaan
Peraturan-peraturan lainyang terkait dengan HKI di level internasional
mencakup hasil perundingan di Uruguay yang kemudian dikenal sebagai
Putaran Uruguay (Uruguay Round). Putaran Uruguay yang berlangsung
pada tahun 1986–1994 membahas tentang tarif dan perdagangan dunia atau
General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Hasil dari putaran ini
adalah dengan membentuk organisasi perdagangan dunia atau World Trade
Organisation (WTO). Di samping pembentukan WTO, kesepakatan lain
yang dihasilkan dalam Putaran tersebut adalah persetujuan tentang aspek-
aspek yang berhubungan dengan perdagangan dan hak kekayaan intelektual
atau Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights
(TRIPs). Pada tahun yang sama, yaitu tahun 1994 Indonesia telah
meratifikasi persetujuan WTO tersebut melalui UU No. 7 Tahun 1994. Di
Indonesia, secara historis telah memiliki peraturan perundangundangan di
bidang HKI sejak zaman Pemerintahan Kolonial Belanda. Pemerintah
Kolonial Belanda mulai memperkenalkan undang-undang pertama mengenai
perlindungan HKI pada tahun 1844. Pemerintah Belanda mengundangkan
UU Merek (1885), UU Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Indonesia
yang dikenal dengan nama Netherlands East– Indies telah menjadi anggota
Paris Convention For the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888,
anggota Madrid Convention dari tahun 1893 sampai dengan 1936, dan
anggota Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works
sejak tahun 1914. Tahun 1942, saat pendudukan Jepang, semua peraturan
perundang-undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku. C. ERA
SETELAH INDONESIA MERDEKA Pada tanggal 17 Agustus 1945,
bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, sebagaimana
ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan
Perundang–undangan peninggalan kolonial Belanda tetap berlaku selama
tidak bertentangan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU Merek peninggalan
4
Belanda tetap berlaku. Sementara itu, UU Paten tidak berlaku oleh karena
dianggap bertentangan dengan Pemerintah Indonesia. Sebagaimana
ditetapkan dalam UU Paten peninggalan Belanda, permohonan
HKUM4302/MODUL 1 1.17 paten dapat diajukan di Kantor Paten yang
berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan
paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda.
Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman
yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur
tentang pengajuan sementara permintaan paten dalam negeri, dan
Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G. 1/2/17, yang mengatur tentang
pengajuan sementara permintaan paten luar negeri. Kedua pengumuman
tersebut merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur
tentang paten. Undang-undang Indonesia pertama di bidang HKI disahkan
pada tanggal 11 Oktober 1961, yaitu UU No. 21 tahun 1961 tentang Merek
Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961) untuk mengganti UU
Merek kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang merupakan undang–undang
Indonesia pertama di bidang HKI mulai berlaku tanggal 11 Nopember 1961.
Penetapan UU Merek 1961 dimaksudkan untuk melindungi masyarakat
dari barang–barang tiruan/bajakan. Indonesia meratifikasi Konvensi Paris
[Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Stockholm
Revision 1967)] pada tanggal 10 Mei 1979 berdasarkan Keputusan Presiden
No.24 tahun 1979. Namun demikian, masih terdapat pengecualian
(reservasi) terhadap sejumlah ketentuan, yaitu Pasal 1 sampai dengan Pasal
12, dan Pasal 28 ayat (1).
Oleh karena itu partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum
sepenuhnya. Pemerintah mengesahkan UU No. 6 tahun 1982 tentang Hak
Cipta (UU Hak Cipta 1982) pada tanggal 12 April 1982 untuk menggantikan
UU Hak Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta 1982
dengan tujuan untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni dan sastra serta
mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa. D. ERA TIM
5
KEPRES 34 Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden Republik Indonesia
membentuk sebuah tim khusus di bidang HKI melalui Keputusan
No.34/1986 (yang selanjutnya dikenal dengan Tim Kepres 34). Tugas utama
Tim Keppres 34 mencakup penyusunan kebijakan Nasional di bidang HKI,
perancangan peraturan perundang–undangan di bidang HKI dan sosialisasi
sistem HKI di 1.18 Hak Kekayaan Intelektual kalangan instansi
pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan masyarakat luas. Tim
Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah terobosan, antara lain dengan
mengambil inisiatif baru mengenai perdebatan nasional tentang perlunya
sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi kembali RUU
Paten yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun 1989
Pemerintah mengesahkan UU Paten dengan Undang-Undang No. 6 Tahun
1989 tentang Paten. Ini merupakan Undang-Undang pertama di Indonesia.
6
mata karena tekanan dunia internasional, namun juga karena kebutuhan
nasional untuk menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang efektif. 2
2
http://repository.ut.ac.id/4087/1/HKUM4302-M1.pdf sumber:modul hukum 1 diakses
pada 5 oktober 2021 10.00
7
2. Permohonan Hak Paten
Orang lain yang mungkin mengembangkan invensi yang sama atau
serupa akan mendaftarkan paten atas invensi tersebut. Akibatnya, peneliti
atau perusahannya mungkin saja tidak bisa menjual produknya di pasaran,
atau menggunakan prosesnya di produksi, karena invensinya telah
didaftarkan paten terlebih dahulu oleh orang lain.
Selain itu, kompetitor akan mengambil keuntungan dari invensi tersebut.
Jika produk tersebut sukses di pasaran, banyak kompetitor akan tertarik
untuk membuat produk yang sama dengan menggunakan invensi tersebut,
tanpa membayar biaya apapun. Dampaknya akan terjadi pembagian pasar,
dan menurunkan hingga mematikan penjualan.
Sebagaimana diketahui dari pembahasan sebelumnya, paten adalah hak
eksklusif yang diberikan untuk suatu invensi. Dengan kata lain, paten adalah hak
eksklusif atas produk atau proses atau gabungan keduanya yang umumnya
memberikan cara baru dalam melakukan sesuatu, atau menawarkan solusi teknis
baru untuk suatu permasalahan yang ada. Untuk mendapatkan paten, informasi
teknis tentang invensi harus diungkapkan kepada publik dalam permohonan paten.
Berdasarkan pada pengertian paten dalam Pasal 1 ayat (1) UU nomor 13/2016
tentang Paten, maka subjek pelindungan paten adalah invensi di bidang teknologi.
Ruang lingkup invensi sesuai dengan pengertian invensi dalam Pasal 1 ayat (2) UU
paten adalah produk, proses, dan penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses tersebut.
Paten memungkinkan pemegang paten untuk mengeksploitasi invensinya tanpa
persaingan dari orang lain. Mereka dapat memilih untuk mengerjakan sendiri
patennya, misalnya dengan membuat produk yang dipatenkan, atau mereka dapat
memilih untuk memberi lisensi kepada orang lain untuk menggunakan invensinya.
Jika ada yang menggunakan invensi yang dipatenkan tanpa lisensi, mereka dapat
dituntut oleh pemiliknya. Jika pelanggar berhasil dituntut, mereka dapat dihentikan
dan diperintahkan untuk membayar ganti rugi dan biaya. Pemegang paten dapat
memberikan izin atau lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan invensi dengan
persyaratan yang disepakati bersama. Pemegang paten memiliki hak untuk
memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh menggunakan invensi yang
dipatenkan selama invensi tersebut dilindungi. Pemegang paten juga dapat menjual
8
hak atas invensinya tersebut kepada orang lain, yang kemudian akan menjadi
pemilik baru paten tersebut. Dengan kata lain, pelindungan paten berarti bahwa
invensi tidak dapat dibuat, digunakan, didistribusikan, diimpor, atau dijual secara
komersial oleh orang lain tanpa persetujuan pemilik paten. 3
Bersifat Baru
Bersifat Inventif
Bersifat Aplikatif
file:///C:/Users/user/Downloads/Modul%20Kekayaan%20Intelektual%20Tingkat
3
9
Maksud aplikatif hasil penelitian yang ditemukan dapat dilakukan secara
berulang-ulang. Dapat juga diartikan memiliki tingkat kemanfaatan bagi
masyarakat. Semakin hasil penemuannya digunakan masyarakat luas,
mengindikasikan bahwa penemuannya berhasil sebagai solusi atas
permasalahan yang muncul. Karya intelektual memiliki syarat konsisten,
tidak mudah berubah-ubah.
Karya intelektual yang bersifat kreasi estetika seperti hak cipta dan
desain industri lrelatif mudah memperoleh hak paten. Termasuk penemuan
metode program komputer, presentasi mengenai informasi yang ditemukan
lebih mudah memperoleh ijin paten. Meskipun demikian, ada pula karya
intelektual yang ternyata tidak dapat dipatenkan. Berikut karya intelektual
yang tidak dapat dipatenkan.
10
Sedangkan untuk diluar inventor terlebih dahulu memperoleh pengalihan
hak secara tertulis dari sang inventor.
Apabila pihak lain yang memperoleh pengalihan hak dari inventor akan
memiliki hak paten Selama 20 tahun dari hari pertama tanggal penerimaan.
Sisanya, setelah 20 tahun hak ekslusif tersebut akan menjadi public domain.
Public domain diperuntukan untuk masyarakat umum, tentu saja tetap
melakukan proses ijin pada pemegang hak paten.
Hak paten dalam HaKI berprinsip territorial. Prinsip territorial dalam hal ini
hak paten hanya berlaku di negara inventor mengajukan permohonan paten
dan diberi. Pengajuan dilakukan dengan mengirimkan surat permohonan ke
Direktoral Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI). Apabila inventor
memperoleh hak paten di Indonesia, misalnya, maka hak paten yang
diperoleh tidak berlaku atau tidak memiliki hak paten di negara lain.
Biaya pembiayaan terdiri dari biaya pokok dan biaya per klaim. Periode
pembayaran setiap satu tahun sekali, berdasarkan tanggal yang sama dengan
pemberian pengajuan paten pertama kali. Dengan kata lain, batas akhir
pembayaran jatuh pada tanggal yang sama saat pengajuan.
11
Hak Paten Bersifat Time-Sensitive
Hak paten dalam HaKI bagi mereka yang sudah tahu, berbondong-
bondong mengajukan permohonan. Biaya permohonan hak paten sebesar
Rp. 750.000,00. Sekalipun mereka sebenarnya masih ragu untuk
memastikannya. Menariknya, ada sebagian yang tidak mempedulikan biaya
pendaftaran paten untuk karya intelektual yang tidak komersial. Mereka
tetap tidak merasa rugi, karena memperoleh hak paten lebih penting dari
sekedar keuntungan secara ekonomi. Mengingat, hak paten tidak dapat
dipatenkan lagi apabila sudah dipublikasikan.4
4
https://www.duniadosen.com/syarat-pengajuan-paten-hki-hak-kekayaan-intelektual-agar-
cepat-disetujui/ diakses pada 5 oktober 2021 pukul 10.30
12
3. Hak eksklusif melaksanakan paten
Sistem Kekayaan Intelektual bersifat privat, Hak eksklusif yang diberikan
oleh negara kepada individu pelaku kekayaan intelektual, yaitu yang disebut
inventor, pencipta, pendesain tidak lain dimaksudkan sebagai penghargaan
atas hasil kreativitasnya dan agar orang lain terinspirasi dan termotivasi
untuk menciptakan dan mengembangkan kreativitas dimaksud. Salah satu
perwujudan dari kekayaan industri itu adalah paten. Paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya
di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensi tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
Pelindungan paten sangat penting bagi inventor dan pemegang paten
karena dapat memotivasi inventor untuk meningkatkan hasil karya, baik
secara kuantitas maupun kualitas untuk mendorong kesejahteraan bangsa
dan negara serta menciptakan iklim usaha yang sehat. Untuk itu Pemerintah
Indonesia secara hukum mengundangkan Undang-undang Nomor 13 Tahun
2016 tentang Paten yang merupakan pengganti Undang-undang Paten
sebelumnya yaitu Undangundang nomor 14 tahun 2001. Dengan demikian
pemerintah Indonesia menyadari pentingnya pelindungan paten dalam
persaingan global saat ini.
Banyak negara yang berlomba-lomba meningkatkan invensi teknologi
Intelektual negara mereka dengan disertai pelindungan terhadap invensi di
bidang teknologi tersebut. Undang-Undang Paten membantu pelindungan
terhadap invensi teknologi yang berkualitas yang mendukung transformasi
perekonomian nasional menuju perekonomian yang berbasis keunggulan
kompetitif.
Selanjutnya, salah satu tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual (DJKI) adalah melaksanakan diseminasi, promosi serta fasilitasi
pendaftaran KI. Kegiatan tersebut dilaksanakan agar masyarakat lebih
memahami tentang paten dan pentingnya pelindungan paten bagi inventor.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah membuat Modul Kekayaan
13
Intelektual tingkat dasar di bidang Paten. Modul ini sebagai salah satu
sarana DJKI dalam meningkatkan pemahaman dan mendukung peran aktif
dalam pelaksanaan diseminasi, promosi dan fasilitasi pendaftaran kekayaan
intelektual, baik untuk Kantor Wilayah (Kanwil) ataupun para pemangku
kepentingan kekayaan intelektual.
Hak eksklusif dalam pengertian paten adalah hak untuk melaksanakan
paten yang dimiliki dan untuk melarang pihak lain dari membuat,
menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan atau
menyediakan untuk dijual atau disewakan, atau diserahkan produk yang
diberi paten, atau menggunakan proses produksi yang diberi Paten dalam
teritori pelindungan paten, untuk jangka waktu tertentu (10 tahun untuk
paten sederhana, dan 20 tahun untuk paten).
Pihak lain yang ingin memanfaatkan hak atas paten tersebut harus
mendapatkan izin dari pemegang paten, yang dapat diperoleh dengan cara
lisensi, lisensi wajib atau melalui mekanisme jual beli. Paten dapat dialihkan
kepada pihak lain melalui mekanisme pengalihan paten yang meliputi:
warisan, hibah, wasiat dan wakaf.5
5
file:///C:/Users/user/Downloads/Modul%20Kekayaan%20Intelektual%20Tingkat
%20Dasar%20Bidang%20Paten%20(Edisi%202020)%20(1).pdf modul kemenkumham
diakses pada tanggal 5 oktober 2021 10.49
14
4.jangka waktu hak paten
Untuk menilai kebaruan sebuah invensi, pencarian prior art biasanya dilakukan
yang merupakan bidang teknis yang relevan. Pencarian invensi sebelumnya
biasanya dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa invensi tersebut
"tidak baru" atau lama. Pencarian prior art dapat dilakukan dengan menggunakan
pencarian kata kunci dari database paten, makalah ilmiah dan publikasi, dan pada
mesin pencari web manapun.
PRIOR ART merupakan Setiap informasi yang tersedia ke publik hinggal tanggal
penerimaan atau tanggal prioritas (jika menggunakan prioritas) 6
6
file:///C:/Users/user/Downloads/Modul%20Kekayaan%20Intelektual%20Tingkat
%20Dasar%20Bidang%20Paten%20(Edisi%202020)%20(1).pdf modul 1 kemenkumham
diakses pada 5 oktober 2021 3.29
15
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan kepada
pihak lain untuk melaksanakannya.
16
Pelindungan Kekayaan Industri (Paris Convention for the Protection of
Industrial Property) atau Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia (Agreement Establishing the World Trade Organization) untuk
memperoleh pengakuan bahwa Tanggal Penerimaan di negara asal
merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu
dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian internasional dimaksud.
11.Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Paten, baik yang
bersifat eksklusif maupun non-eksklusif, kepada penerima lisensi
berdasarkan perjanjian tertulis untuk menggunakan Paten yang masih
dilindungi dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
14.Royalti adalah imbalan yang diberikan untuk penggunaan hak atas Paten.
17
LINGKUP PELINDUNGAN PATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
a.Paten; dan
b.Paten sederhana.
Pasal 3
Pasal 4
a.kreasi estetika;
b.skema;
18
2.permainan; dan
3.bisnis.
1.penggunaan baru untuk produk yang sudah ada dan/atau dikenal; dan/atau
2.bentuk baru dari senyawa yang sudah ada yang tidak menghasilkan
peningkatan khasiat bermakna dan terdapat perbedaan struktur kimia terkait
yang sudah diketahui dari senyawa.
Bagian Kedua
Invensi
Paragraf 1
Pasal 5
(1)Invensi dianggap baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) jika
pada Tanggal Penerimaan, Invensi tersebut tidak sama dengan teknologi
yang diungkapkan sebelumnya.
19
a.Tanggal Penerimaan; atau
Pasal 6
1.sidang ilmiah dalam bentuk ujian dan/atau tahap ujian skripsi, tesis,
disertasi, atau karya ilmiah lain; dan/atau
20
Pasal 7
(2)Untuk menentukan suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga
sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dengan
memperhatikan keahlian yang ada pada saat Permohonan diajukan atau yang
telah ada pada saat diajukan permohonan pertama dalam hal Permohonan itu
diajukan dengan Hak Prioritas.
Pasal 8
Pasal 9
21
d.makhluk hidup, kecuali jasad renik; atau
Bagian Ketiga
Subjek Paten
Pasal 10
(1)Pihak yang berhak memperoleh Paten adalah Inventor atau Orang yang
menerima lebih lanjut hak Inventor yang bersangkutan.
Pasal 11
Kecuali terbukti lain, pihak yang dianggap sebagai Inventor adalah seorang
atau beberapa orang yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai Inventor
dalam Permohonan.
Pasal 12
22
(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku terhadap
Invensi yang dihasilkan, baik oleh karyawan maupun pekerja yang
menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya.
(3)Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak
mendapatkan Imbalan berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh pihak
pemberi kerja dan Inventor, dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang
diperoleh dari Invensi dimaksud.
b.persentase;
c.gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus;
atau
(6)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
tidak menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam
sertifikat Paten.
Pasal 13
23
(2)Setelah Paten dikomersialkan, Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berhak mendapatkan Imbalan atas Paten yang dihasilkannya dari sumber
penerimaan negara bukan pajak.
(5)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam
sertifikat Paten.
Bagian Keempat
Pemakai Terdahulu
Pasal 14
(1)Pihak yang melaksanakan Invensi pada saat Invensi yang sama diajukan
Permohonan, tetap berhak melaksanakan Invensinya walaupun terhadap
Invensi yang sama tersebut kemudian diberi Paten.
(3)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku jika pihak
yang melaksanakan Invensi sebagai pemakai terdahulu menggunakan
24
pengetahuan tentang Invensi tersebut berdasarkan uraian, gambar, contoh,
atau klaim dari Invensi yang dimohonkan Paten.
Pasal 15
(3)Hak pemakai terdahulu berakhir pada saat berakhirnya Paten atas Invensi
yang sama tersebut.
Pasal 16
Pasal 17
25
Dalam hal pemakai terdahulu melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1), Menteri dapat mencabut surat keterangan sebagai
pemakai terdahulu.
Pasal 18
Bagian Kelima
Pasal 19
26
dikecualikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
Pemegang Paten dan tidak bersifat komersial.
Pasal 20
Pasal 21
Setiap Pemegang Paten atau penerima Lisensi Paten wajib membayar biaya
tahunan.
Bagian Keenam
Pasal 22
(1)Paten diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
Tanggal Penerimaan.
7
https://ngada.org/uu13-2016bt.htm undang undang paten 2016 diakses pada 5 oktober
2021 3.40
27
Pasal 23
(3)Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten sederhana dicatat dan
diumumkan melalui media elektronik dan/atau media non-elektronik.
28
KESIMPULAN
Hak paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
inventor sebagai bentuk penghargaan atas invensasi karya intelektual yang
ditemukan. Karya intelektual tersebut dapat berupa bentuk teknologi yang
memiliki sifat dan karakteristik inventif, baru, aplikatif serta time sensitive.
Oleh karena itu, perlindungan hak paten sangat diperlukan untuk menjaga
keaslian baik penemu maupun karya intelektual itu sendiri. Maka sejak
adanya perlindungan dan undang-undang mengenai hak paten yang ada di
Indonesia, para inventor diharapkan bisa mendaftarkan permohonan hak
paten tersebut kepada pihak yang berwenang untuk melegalisasi karya
intelektual yang ada.
29
Daftar pustaka
https://www.duniadosen.com/syarat-pengajuan-paten-hki-
hak-kekayaan-intelektual-agar-cepat-disetujui/ diakses
pada 5 oktober 2021 pukul 10.30
30