Anda di halaman 1dari 33

Tugas Hukum bisnis

Dosen pengampu : ibu Mardalena Hanifah. SH, M.Hum.

Nama : hervivi anggrey

NIM : 2102113117

Prodi : akuntansi
Kata pengantar

Dengan rahmat dan karunia dari tuhan yang maha esa, saya diberi
kesempatan untuk melakukan analisis tentang hak paten beserta aturannya
yang ada di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memberi informasi
perlindungan atas karya intelektual yang telah ditemukan.

Karya intelektual merupakan karya yang berbentuk teknologi yang bisa


digunakan atau diaplikasikan dalam hal pekerjaan maupun hal lain sehingga
pekerjaan menjadi lebih efisien.

Dalam konteks ini saya akan membahas beberapa hal yang perlu
dipahami dalam ruang lingkup hak paten.

Dalam makalah ini saya akan memaparkan hal-hal penting terkait


undang-undang, pengertian serta hak eksklusif dari paten. Saya harap kita
semua mampu memperbaikinya walaupun sedikit demi sedikit. Untuk
kekurangan pemaparan materi yang saya buat merupakan kesalahan dari
saya, dan untuk kelebihannya hanya milik yang maha kuasa. Saya mohon
maaf atas kekurangannya.wasalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pelalawan, 5 oktober 2021

Hervivi anggrey

i
Daftar isi

Kata pengantar

Daftar isi.

1. Bab 1 Pendahuluan

1.1Latar belakang ................................................... 1

1.2 tujuan................................................................. 1

1.3 rumusan masalah............................................... 2

2. Bab II
2.1 pembahasan. ...................................................... 3
a. pengertian hak paten............................... 3
b. permohonan paten................................... 8
c. hak eksklusif dari paten.......................... 13
d. jangka waktu paten................................. 15
2.2 kesimpulan........................................................ 29
2.3 daftar pustaka.................................................... 30

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Analisis hak paten dan karya intelektual ini bertujuan untuk memberikan
informasi seputar peraturan hak paten yang ada di negara Indonesia. Oleh
karena itu, sebuah penemuan baru teknologi merupakan hal penting yang
harus dijaga keasliannya dan perlindungan karya tersebut.

Tujuan pembuatan makalah ini merupakan bahan presentasi untuk tugas


mata kuliah hukum bisnis di universitas riau. Terimakasih kepada allah swt,
yang telah memberi kesempatan untuk membuat bahan presentasi ini,
terimakasih kepada orang tua yang selalu mendukung kegiatan ini,
terimakasih kepada ibu Mardalena hanifah selaku dosen pembimbing pada
mata kuliah Bahasa Indonesia, dan terimakasih kepada teman-teman yang
bertanya dan berapresiasi kepada saya.

1.2 Tujuan

a) Untuk memahami pengertian hak paten dan karya inteletual.


b) Untuk memberikan informasi berupa permohonan dan cara pendaftaran
hak paten.
c) Untuk memberikan informasi mengenai hak eksklusif yang di dapat kan
oleh seorang inventor karya intelektual.
d) Untuk memberikan informasi tentang jangka waktu hak paten

1
1.3 Rumusan masalah
1) Apa pengertian hak paten ?
2) Jelaskan tentang permohonan hak paten
3) Jelaskan tentang hak eksklusif melaksanakan hak paten.
4) Berapa lama jangka waktu hak paten?
5) Apa kesimulannya ?

2
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.1
Hak Kekayaan Intelektual memiliki sejarah sejak Peraturan
Perundangundangan mengenai HKI yang pertama kali ada di Venice, Italia.
Peraturan ini lahir pada pada tahun 1470 yang menyangkut masalah paten.
Nama-nama seperti Caxton, Galileo dan Guttenberg merupakan inventor-
inventor yang telah tercatat dalam kurun waktu tersebut dengan memonopoli
invensinya masing-masing. Tahun 1500-an aturan-aturan di bidang paten
tersebut mulai diadopsi oleh Kerajaan Inggris yang kemudian lahir hukum
mengenai paten yang pertama di Inggris, yaitu Statute of Monopolies
(1623). Dalam aturan ini paten sebagai surat paten yang diberikan oleh
Kerajaan untuk memonopoli selama jangka waktu tertentu kepada industri
oleh karena kemampuan mereka atas teknologi yang baru. Di Amerika
Serikat, undang-undang paten lahir pada tahun 1791. Pada tataran
internasional, peraturan di bidang HKI pertama kali lahir pada tahun 1883
dengan lahirnya Paris Convention terkait paten, merek dagang, dan desain.
Perjanjian Berne Convention yang lahir pada tahun 1886 untuk masalah hak
cipta (copyright). Kedua konvensi tersebut antara lain membahas tentang
standarisasi, pertukaran informasi, perlindungan minimum, dan prosedur
mendapatkan hak kekayaan intelektual. Adanya kedua konvensi tersebut
adalah mulai dibentuknya biro administratif yang bernama The United
International Bureau for The Protection of Inttellectual Property yang
kemudian dikenal dengan nama World Intellectual Property Organisation

1
https://penelitian.ugm.ac.id/paten/ jurnal .diakses pada 5 oktober 2021 pukul 9.40

3
(WIPO). WIPO sebagai organisasi tingkat internasional di bawah lembaga
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khusus menangani masalah HKI.
Hak Kekayaan Intelektual  B. ERA 1900 –SEBELUM kemerdekaan
Peraturan-peraturan lainyang terkait dengan HKI di level internasional
mencakup hasil perundingan di Uruguay yang kemudian dikenal sebagai
Putaran Uruguay (Uruguay Round). Putaran Uruguay yang berlangsung
pada tahun 1986–1994 membahas tentang tarif dan perdagangan dunia atau
General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Hasil dari putaran ini
adalah dengan membentuk organisasi perdagangan dunia atau World Trade
Organisation (WTO). Di samping pembentukan WTO, kesepakatan lain
yang dihasilkan dalam Putaran tersebut adalah persetujuan tentang aspek-
aspek yang berhubungan dengan perdagangan dan hak kekayaan intelektual
atau Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights
(TRIPs). Pada tahun yang sama, yaitu tahun 1994 Indonesia telah
meratifikasi persetujuan WTO tersebut melalui UU No. 7 Tahun 1994. Di
Indonesia, secara historis telah memiliki peraturan perundangundangan di
bidang HKI sejak zaman Pemerintahan Kolonial Belanda. Pemerintah
Kolonial Belanda mulai memperkenalkan undang-undang pertama mengenai
perlindungan HKI pada tahun 1844. Pemerintah Belanda mengundangkan
UU Merek (1885), UU Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Indonesia
yang dikenal dengan nama Netherlands East– Indies telah menjadi anggota
Paris Convention For the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888,
anggota Madrid Convention dari tahun 1893 sampai dengan 1936, dan
anggota Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works
sejak tahun 1914. Tahun 1942, saat pendudukan Jepang, semua peraturan
perundang-undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku. C. ERA
SETELAH INDONESIA MERDEKA Pada tanggal 17 Agustus 1945,
bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, sebagaimana
ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan
Perundang–undangan peninggalan kolonial Belanda tetap berlaku selama
tidak bertentangan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU Merek peninggalan

4
Belanda tetap berlaku. Sementara itu, UU Paten tidak berlaku oleh karena
dianggap bertentangan dengan Pemerintah Indonesia. Sebagaimana
ditetapkan dalam UU Paten peninggalan Belanda, permohonan 
HKUM4302/MODUL 1 1.17 paten dapat diajukan di Kantor Paten yang
berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan
paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda.
Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman
yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur
tentang pengajuan sementara permintaan paten dalam negeri, dan
Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G. 1/2/17, yang mengatur tentang
pengajuan sementara permintaan paten luar negeri. Kedua pengumuman
tersebut merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur
tentang paten. Undang-undang Indonesia pertama di bidang HKI disahkan
pada tanggal 11 Oktober 1961, yaitu UU No. 21 tahun 1961 tentang Merek
Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961) untuk mengganti UU
Merek kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang merupakan undang–undang
Indonesia pertama di bidang HKI mulai berlaku tanggal 11 Nopember 1961.
Penetapan UU Merek 1961 dimaksudkan untuk melindungi masyarakat
dari barang–barang tiruan/bajakan. Indonesia meratifikasi Konvensi Paris
[Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Stockholm
Revision 1967)] pada tanggal 10 Mei 1979 berdasarkan Keputusan Presiden
No.24 tahun 1979. Namun demikian, masih terdapat pengecualian
(reservasi) terhadap sejumlah ketentuan, yaitu Pasal 1 sampai dengan Pasal
12, dan Pasal 28 ayat (1).
Oleh karena itu partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum
sepenuhnya. Pemerintah mengesahkan UU No. 6 tahun 1982 tentang Hak
Cipta (UU Hak Cipta 1982) pada tanggal 12 April 1982 untuk menggantikan
UU Hak Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta 1982
dengan tujuan untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni dan sastra serta
mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa. D. ERA TIM

5
KEPRES 34 Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden Republik Indonesia
membentuk sebuah tim khusus di bidang HKI melalui Keputusan
No.34/1986 (yang selanjutnya dikenal dengan Tim Kepres 34). Tugas utama
Tim Keppres 34 mencakup penyusunan kebijakan Nasional di bidang HKI,
perancangan peraturan perundang–undangan di bidang HKI dan sosialisasi
sistem HKI di 1.18 Hak Kekayaan Intelektual  kalangan instansi
pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan masyarakat luas. Tim
Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah terobosan, antara lain dengan
mengambil inisiatif baru mengenai perdebatan nasional tentang perlunya
sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi kembali RUU
Paten yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun 1989
Pemerintah mengesahkan UU Paten dengan Undang-Undang No. 6 Tahun
1989 tentang Paten. Ini merupakan Undang-Undang pertama di Indonesia.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga yang berwenang


mengesahkan undang-undang, pada tanggal 13 Oktober 1989 menyetujui
Rancangan Undang–Undang tentang Paten, yang selanjutnya disahkan
menjadi UU No. 6 tahun 1989 (UU Paten 1989) oleh Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 1 Nopember 1989. UU Paten 1989 mulai berlaku
tanggal 1 Agustus 1991. Pengesahan UU Paten 1989 mengakhiri perdebatan
panjang tentang seberapa pentingnya sistem paten dan manfaatnya bagi
bangsa Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam pertimbangan UU Paten
1989, perangkat hukum di bidang paten diperlukan untuk memberikan
perlindungan hukum dan mewujudkan suatu iklim yang lebih baik bagi
kegiatan penemuaan teknologi. Hal ini disebabkan oleh dalam pembangunan
nasional secara umum dan khususnya di sektor industri, teknologi memiliki
peranan yang sangat penting. Pengesahan UU Paten 1989 juga dimaksudkan
untuk menarik investasi asing dan mempermudah masuknya teknologi ke
dalam negeri. Namun demikian, ditegaskan pula bahwa upaya untuk
mengembangkan sistem HKI, termasuk paten, di Indonesia tidaklah semata–

6
mata karena tekanan dunia internasional, namun juga karena kebutuhan
nasional untuk menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang efektif. 2

2
http://repository.ut.ac.id/4087/1/HKUM4302-M1.pdf sumber:modul hukum 1 diakses
pada 5 oktober 2021 10.00

7
2. Permohonan Hak Paten
Orang lain yang mungkin mengembangkan invensi yang sama atau
serupa akan mendaftarkan paten atas invensi tersebut. Akibatnya, peneliti
atau perusahannya mungkin saja tidak bisa menjual produknya di pasaran,
atau menggunakan prosesnya di produksi, karena invensinya telah
didaftarkan paten terlebih dahulu oleh orang lain.
Selain itu, kompetitor akan mengambil keuntungan dari invensi tersebut.
Jika produk tersebut sukses di pasaran, banyak kompetitor akan tertarik
untuk membuat produk yang sama dengan menggunakan invensi tersebut,
tanpa membayar biaya apapun. Dampaknya akan terjadi pembagian pasar,
dan menurunkan hingga mematikan penjualan.
Sebagaimana diketahui dari pembahasan sebelumnya, paten adalah hak
eksklusif yang diberikan untuk suatu invensi. Dengan kata lain, paten adalah hak
eksklusif atas produk atau proses atau gabungan keduanya yang umumnya
memberikan cara baru dalam melakukan sesuatu, atau menawarkan solusi teknis
baru untuk suatu permasalahan yang ada. Untuk mendapatkan paten, informasi
teknis tentang invensi harus diungkapkan kepada publik dalam permohonan paten.
Berdasarkan pada pengertian paten dalam Pasal 1 ayat (1) UU nomor 13/2016
tentang Paten, maka subjek pelindungan paten adalah invensi di bidang teknologi.
Ruang lingkup invensi sesuai dengan pengertian invensi dalam Pasal 1 ayat (2) UU
paten adalah produk, proses, dan penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses tersebut.
Paten memungkinkan pemegang paten untuk mengeksploitasi invensinya tanpa
persaingan dari orang lain. Mereka dapat memilih untuk mengerjakan sendiri
patennya, misalnya dengan membuat produk yang dipatenkan, atau mereka dapat
memilih untuk memberi lisensi kepada orang lain untuk menggunakan invensinya.
Jika ada yang menggunakan invensi yang dipatenkan tanpa lisensi, mereka dapat
dituntut oleh pemiliknya. Jika pelanggar berhasil dituntut, mereka dapat dihentikan
dan diperintahkan untuk membayar ganti rugi dan biaya. Pemegang paten dapat
memberikan izin atau lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan invensi dengan
persyaratan yang disepakati bersama. Pemegang paten memiliki hak untuk
memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh menggunakan invensi yang
dipatenkan selama invensi tersebut dilindungi. Pemegang paten juga dapat menjual

8
hak atas invensinya tersebut kepada orang lain, yang kemudian akan menjadi
pemilik baru paten tersebut. Dengan kata lain, pelindungan paten berarti bahwa
invensi tidak dapat dibuat, digunakan, didistribusikan, diimpor, atau dijual secara
komersial oleh orang lain tanpa persetujuan pemilik paten. 3

Syarat Karya Intelektual yang Dapat Dipatenkan

Kategori karya dan penemuan dapat dipatenkan berdasarkan karakteristik


tertentu. Dengan kata lain, tidak semua hasil penemuan bisa dipatenkan.
Karya/penemuan yang dapat di patenkan harus memenuhi syarat secara
substantif. Secara substantif dibagi menjadi dua hal sebagai berikut.

Bersifat Baru

Hasil karya intelektual belum pernah dipublikasikan terlebih dahulu. Baik


di publikasikan di media apapun. Adapun langkah yang harus segera di urus
agar memperoleh hak paten, dengan mengajukan permohonan. Setelah
mengajukan permohonan, akan memperoleh tanggal penerimaan. Jika karya
intelektual dipublikasikan sebelum memperoleh tanggal penerimaan, maka
permohonan bisa gagal.

Bersifat Inventif

Prinsip memperoleh paten HaKI bersifat inventif, atau kemampuan untuk


menciptakan, merancang sesuatu yang sebelumnya belum pernah ada. Paten
hanya diberikan pada karya intelektual hanya diberikan pada penemu yang
memiliki person skilled in the art.

Bersifat Aplikatif

file:///C:/Users/user/Downloads/Modul%20Kekayaan%20Intelektual%20Tingkat
3

%20Dasar%20Bidang%20Paten%20(Edisi%202020)%20(1).pdf modul kemenkumham

9
Maksud aplikatif hasil penelitian yang ditemukan dapat dilakukan secara
berulang-ulang. Dapat juga diartikan memiliki tingkat kemanfaatan bagi
masyarakat. Semakin hasil penemuannya digunakan masyarakat luas,
mengindikasikan bahwa penemuannya berhasil sebagai solusi atas
permasalahan yang muncul. Karya intelektual memiliki syarat konsisten,
tidak mudah berubah-ubah.

Karya intelektual yang bersifat kreasi estetika seperti hak cipta dan
desain industri lrelatif mudah memperoleh hak paten. Termasuk penemuan
metode program komputer, presentasi mengenai informasi yang ditemukan
lebih mudah memperoleh ijin paten. Meskipun demikian, ada pula karya
intelektual yang ternyata tidak dapat dipatenkan. Berikut karya intelektual
yang tidak dapat dipatenkan.

Karya intelektual tidak menentang peraturan iastas Kekayaan Intelektual.


Diantarannya, tidak mengumumkan karya sebelum mengajukan surat
permohonan. Hasil karya intelektual tidak bertentangan dengan peraturan
undang-undangan yang berlaku. Hasil karya juga tidak menentang moralitas
agama, mengandung RAS dan menganggu ketertiban umum.

Karya intelektual tidak dalam praktik coba-coba. Karya intelektual bukan


termasuk metode-metode dan teori. Misalnya metode pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, pembedahan dan pengobatan. Termasuk teori dan
rumus matematika. Sehebat apapun rumus menyelesaikan permasalahan,
tetap tidak dapat dipatenkan.

Catatan Memperoleh Hak Paten

Pemilik karya intelektual disebut dengan istilah inventor. Inventor ias


dilakukan secara individu maupun kelompok. Inventor lebih mudah
mendapatkan hak paten atas hasil penemuan karya intelektual mereka.

10
Sedangkan untuk diluar inventor terlebih dahulu memperoleh pengalihan
hak secara tertulis dari sang inventor.

Apabila pihak lain yang memperoleh pengalihan hak dari inventor akan
memiliki hak paten Selama 20 tahun dari hari pertama tanggal penerimaan.
Sisanya, setelah 20 tahun hak ekslusif tersebut akan menjadi public domain.
Public domain diperuntukan untuk masyarakat umum, tentu saja tetap
melakukan proses ijin pada pemegang hak paten.

Hak paten dalam HaKI berprinsip territorial. Prinsip territorial dalam hal ini
hak paten hanya berlaku di negara inventor mengajukan permohonan paten
dan diberi. Pengajuan dilakukan dengan mengirimkan surat permohonan ke
Direktoral Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI). Apabila inventor
memperoleh hak paten di Indonesia, misalnya, maka hak paten yang
diperoleh tidak berlaku atau tidak memiliki hak paten di negara lain.

Kewajiban inventor yang memperoleh hak paten HaKI berhak membayar


biaya tahunan. Biaya tersebut bagian dari biaya pemeliharaan paten sampai
dengan tahun terakhir masa perlindungan. Hak paten akan hilang secara
hukum apabila tidak dibayar selama tiga tahun berturut-turut. Besar biaya
pemeliharaan hak paten di tetapkan oleh PNBP Penerimaan Negara Bukan
Pajak di Kementerian hukum dan HAM.

Biaya pembiayaan terdiri dari biaya pokok dan biaya per klaim. Periode
pembayaran setiap satu tahun sekali, berdasarkan tanggal yang sama dengan
pemberian pengajuan paten pertama kali. Dengan kata lain, batas akhir
pembayaran jatuh pada tanggal yang sama saat pengajuan.

11
Hak Paten Bersifat Time-Sensitive

Hak paten diberikan pada inventor pertama kali yang mengajukan


permohonan paten. Waktu pengajuan permohonan bersifat krusial dan
bersifat time-sensitive. Dengan kata lain, apabila ada dua inventor yang
memiliki karya intelektual yang sama persis, maka yang diakui adalah
inventor yang lebih dulu mengajukan permohonan. Alaxander Graham Bell
dinobatkan sebagai penemu telepon karena selangkah lebih cepat
mendaftarkan hak patennya daripada kompetitornya pada waktu itu.

Hak paten dalam HaKI bagi mereka yang sudah tahu, berbondong-
bondong mengajukan permohonan. Biaya permohonan hak paten sebesar
Rp. 750.000,00. Sekalipun mereka sebenarnya masih ragu untuk
memastikannya. Menariknya, ada sebagian yang tidak mempedulikan biaya
pendaftaran paten untuk karya intelektual yang tidak komersial. Mereka
tetap tidak merasa rugi, karena memperoleh hak paten lebih penting dari
sekedar keuntungan secara ekonomi. Mengingat, hak paten tidak dapat
dipatenkan lagi apabila sudah dipublikasikan.4

4
https://www.duniadosen.com/syarat-pengajuan-paten-hki-hak-kekayaan-intelektual-agar-
cepat-disetujui/ diakses pada 5 oktober 2021 pukul 10.30

12
3. Hak eksklusif melaksanakan paten
Sistem Kekayaan Intelektual bersifat privat, Hak eksklusif yang diberikan
oleh negara kepada individu pelaku kekayaan intelektual, yaitu yang disebut
inventor, pencipta, pendesain tidak lain dimaksudkan sebagai penghargaan
atas hasil kreativitasnya dan agar orang lain terinspirasi dan termotivasi
untuk menciptakan dan mengembangkan kreativitas dimaksud. Salah satu
perwujudan dari kekayaan industri itu adalah paten. Paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya
di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensi tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
Pelindungan paten sangat penting bagi inventor dan pemegang paten
karena dapat memotivasi inventor untuk meningkatkan hasil karya, baik
secara kuantitas maupun kualitas untuk mendorong kesejahteraan bangsa
dan negara serta menciptakan iklim usaha yang sehat. Untuk itu Pemerintah
Indonesia secara hukum mengundangkan Undang-undang Nomor 13 Tahun
2016 tentang Paten yang merupakan pengganti Undang-undang Paten
sebelumnya yaitu Undangundang nomor 14 tahun 2001. Dengan demikian
pemerintah Indonesia menyadari pentingnya pelindungan paten dalam
persaingan global saat ini.
Banyak negara yang berlomba-lomba meningkatkan invensi teknologi
Intelektual negara mereka dengan disertai pelindungan terhadap invensi di
bidang teknologi tersebut. Undang-Undang Paten membantu pelindungan
terhadap invensi teknologi yang berkualitas yang mendukung transformasi
perekonomian nasional menuju perekonomian yang berbasis keunggulan
kompetitif.
Selanjutnya, salah satu tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual (DJKI) adalah melaksanakan diseminasi, promosi serta fasilitasi
pendaftaran KI. Kegiatan tersebut dilaksanakan agar masyarakat lebih
memahami tentang paten dan pentingnya pelindungan paten bagi inventor.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah membuat Modul Kekayaan

13
Intelektual tingkat dasar di bidang Paten. Modul ini sebagai salah satu
sarana DJKI dalam meningkatkan pemahaman dan mendukung peran aktif
dalam pelaksanaan diseminasi, promosi dan fasilitasi pendaftaran kekayaan
intelektual, baik untuk Kantor Wilayah (Kanwil) ataupun para pemangku
kepentingan kekayaan intelektual.
Hak eksklusif dalam pengertian paten adalah hak untuk melaksanakan
paten yang dimiliki dan untuk melarang pihak lain dari membuat,
menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan atau
menyediakan untuk dijual atau disewakan, atau diserahkan produk yang
diberi paten, atau menggunakan proses produksi yang diberi Paten dalam
teritori pelindungan paten, untuk jangka waktu tertentu (10 tahun untuk
paten sederhana, dan 20 tahun untuk paten).
Pihak lain yang ingin memanfaatkan hak atas paten tersebut harus
mendapatkan izin dari pemegang paten, yang dapat diperoleh dengan cara
lisensi, lisensi wajib atau melalui mekanisme jual beli. Paten dapat dialihkan
kepada pihak lain melalui mekanisme pengalihan paten yang meliputi:
warisan, hibah, wasiat dan wakaf.5

5
file:///C:/Users/user/Downloads/Modul%20Kekayaan%20Intelektual%20Tingkat
%20Dasar%20Bidang%20Paten%20(Edisi%202020)%20(1).pdf modul kemenkumham
diakses pada tanggal 5 oktober 2021 10.49

14
4.jangka waktu hak paten

Pengungkapan tertentu dapat diabaikan, seperti yang timbul dari pelanggaran


kepercayaan atau memamerkan invensi di pameran internasional tertentu, jika
permohonan diajukan cukup cepat setelah pengungkapan. Selain itu, beberapa
negara menawarkan “masa tenggang' untuk mengabaikan pengungkapan yang
berasal dari inventor dan/atau pemilik. Jika pengungkapan telah terjadi, disarankan
Anda mendiskusikannya dengan konsultan paten sesegera mungkin untuk
menentukan apakah masih mungkin untuk mengajukan permohonan paten.

Di Indonesia diatur mengenai masa tenggang yang berkaitan dengan publikasi


suatu invensi, dimana suatu invensi tidak dianggap dipublikasi jika selama waktu 6
Bulan sebelum tanggal penerimaan, inventor melakukan pertunjukan resmi seperti
pameran, pengujian dan pengembangan prototipe, publikasi di sidang ilmiah,
seperti ujian skripsi maupun forum ilmiah yang membahas hasil penelitian tersebut.
Invensi juga tidak dianggap diumumkan jika ada pihak lain yang dalam jangka
waktu 12 Bulan, melakukan pengumuman dengan melanggar kewajiban untuk
menjaga kerahasian invensi tersebut.

Untuk menilai kebaruan sebuah invensi, pencarian prior art biasanya dilakukan
yang merupakan bidang teknis yang relevan. Pencarian invensi sebelumnya
biasanya dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa invensi tersebut
"tidak baru" atau lama. Pencarian prior art dapat dilakukan dengan menggunakan
pencarian kata kunci dari database paten, makalah ilmiah dan publikasi, dan pada
mesin pencari web manapun.

PRIOR ART merupakan Setiap informasi yang tersedia ke publik hinggal tanggal
penerimaan atau tanggal prioritas (jika menggunakan prioritas) 6

Berikut merupakan undang undang yang mengatur hak paten

6
file:///C:/Users/user/Downloads/Modul%20Kekayaan%20Intelektual%20Tingkat
%20Dasar%20Bidang%20Paten%20(Edisi%202020)%20(1).pdf modul 1 kemenkumham
diakses pada 5 oktober 2021 3.29

15
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1.Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan kepada
pihak lain untuk melaksanakannya.

2.Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan


pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau
proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

3.Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama


melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan
Invensi.

4.Permohonan adalah permohonan Paten atau Paten sederhana yang


diajukan kepada Menteri.

5.Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan Paten.

6.Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten, pihak yang


menerima hak atas Paten tersebut dari pemilik Paten, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak atas Paten tersebut yang terdaftar dalam daftar
umum Paten.

7.Kuasa adalah konsultan kekayaan intelektual yang bertempat tinggal atau


berkedudukan tetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia 8.
Pemeriksa Paten yang selanjutnya disebut Pemeriksa adalah pejabat
fungsional Aparatur Sipil Negara atau ahli yang diangkat oleh Menteri dan
diberi tugas serta wewenang untuk melakukan pemeriksaan substantif
terhadap Permohonan.

9.Tanggal Penerimaan adalah tanggal diterimanya Permohonan yang telah


memenuhi persyaratan minimum.

10.Hak Prioritas adalah hak Pemohon untuk mengajukan Permohonan yang


berasal dari negara yang tergabung dalam Konvensi Paris tentang

16
Pelindungan Kekayaan Industri (Paris Convention for the Protection of
Industrial Property) atau Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia (Agreement Establishing the World Trade Organization) untuk
memperoleh pengakuan bahwa Tanggal Penerimaan di negara asal
merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu
dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian internasional dimaksud.

11.Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Paten, baik yang
bersifat eksklusif maupun non-eksklusif, kepada penerima lisensi
berdasarkan perjanjian tertulis untuk menggunakan Paten yang masih
dilindungi dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

12.Komisi Banding Paten adalah komisi independen yang ada di lingkungan


kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum.

13.Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

14.Royalti adalah imbalan yang diberikan untuk penggunaan hak atas Paten.

15.Imbalan adalah kompensasi yang diterima oleh pihak yang berhak


memperoleh Paten atas suatu Invensi yang dihasilkan, dalam hubungan kerja
atau Invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang
menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya
sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk menghasilkan
Invensi atau Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor
dalam hubungan dinas atau Pemegang Paten dari Penerima Lisensi-wajib
atau Pemegang Paten atas Paten yang dilaksanakan oleh Pemerintah.

16.Hari adalah hari kerja.

17.Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di


bidang hukum.

17
LINGKUP PELINDUNGAN PATEN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 2

Pelindungan Paten meliputi:

a.Paten; dan

b.Paten sederhana.

Pasal 3

(1)Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a diberikan untuk


Invensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan dapat diterapkan
dalam industri.

(2)Paten sederhana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b diberikan


untuk setiap Invensi baru, pengembangan dari produk atau proses yang telah
ada, dan dapat diterapkan dalam industri.

Pasal 4

Invensi tidak mencakup:

a.kreasi estetika;

b.skema;

c.aturan dan metode untuk melakukan kegiatan:

1.yang melibatkan kegiatan mental;

18
2.permainan; dan

3.bisnis.

d.aturan dan metode yang hanya berisi program komputer;

e.presentasi mengenai suatu informasi; dan

f.temuan (discovery) berupa:

1.penggunaan baru untuk produk yang sudah ada dan/atau dikenal; dan/atau

2.bentuk baru dari senyawa yang sudah ada yang tidak menghasilkan
peningkatan khasiat bermakna dan terdapat perbedaan struktur kimia terkait
yang sudah diketahui dari senyawa.

Bagian Kedua

Invensi

Paragraf 1

Invensi yang Dapat Diberi Paten

Pasal 5

(1)Invensi dianggap baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) jika
pada Tanggal Penerimaan, Invensi tersebut tidak sama dengan teknologi
yang diungkapkan sebelumnya.

(2)Teknologi yang diungkapkan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan teknologi yang telah diumumkan di Indonesia atau di
luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau melalui peragaan,
penggunaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli untuk
melaksanakan Invensi tersebut sebelum:

19
a.Tanggal Penerimaan; atau

b.tanggal prioritas dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.

(3)Teknologi yang diungkapkan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) mencakup dokumen Permohonan lain yang diajukan di Indonesia
yang dipublikasikan pada atau setelah Tanggal Penerimaan yang
pemeriksaan substantifnya sedang dilakukan, tetapi Tanggal Penerimaan
tersebut lebih awal daripada Tanggal Penerimaan atau tanggal prioritas
Permohonan.

Pasal 6

(1)Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat


(2), Invensi tidak dianggap telah diumumkan jika dalam waktu paling lama
6 (enam) bulan sebelum Tanggal Penerimaan, Invensi telah:

a.dipertunjukkan dalam suatu pameran resmi atau dalam suatu pameran


yang diakui sebagai pameran resmi, baik yang diselenggarakan di Indonesia
maupun di luar negeri;

b.digunakan di Indonesia atau di luar negeri oleh Inventornya dalam rangka


percobaan dengan tujuan penelitian dan pengembangan; dan/atau

c.diumumkan oleh Inventornya dalam:

1.sidang ilmiah dalam bentuk ujian dan/atau tahap ujian skripsi, tesis,
disertasi, atau karya ilmiah lain; dan/atau

2.forum ilmiah lain dalam rangka pembahasan hasil penelitian di lembaga


pendidikan atau lembaga penelitian.

(2)Invensi juga tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam waktu 12


(dua belas) bulan sebelum Tanggal Penerimaan, ada pihak lain yang
mengumumkan dengan cara melanggar kewajiban untuk menjaga
kerahasiaan Invensi tersebut.

20
Pasal 7

(1)Invensi mengandung langkah inventif jika Invensi tersebut bagi


seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan
hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.

(2)Untuk menentukan suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga
sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dengan
memperhatikan keahlian yang ada pada saat Permohonan diajukan atau yang
telah ada pada saat diajukan permohonan pertama dalam hal Permohonan itu
diajukan dengan Hak Prioritas.

Pasal 8

Invensi dapat diterapkan dalam industri jika Invensi tersebut dapat


dilaksanakan dalam industri sebagaimana diuraikan dalam Permohonan.

Invensi yang Tidak Dapat Diberi Paten

Pasal 9

Invensi yang tidak dapat diberi Paten meliputi:

a.proses atau produk yang pengumuman, penggunaan, atau pelaksanaannya


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, agama, ketertiban
umum, atau kesusilaan;

b.metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang


diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan;

c.teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika;

21
d.makhluk hidup, kecuali jasad renik; atau

e.proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan,


kecuali proses non biologis atau proses mikrobiologis.

Bagian Ketiga

Subjek Paten

Pasal 10

(1)Pihak yang berhak memperoleh Paten adalah Inventor atau Orang yang
menerima lebih lanjut hak Inventor yang bersangkutan.

(2)Jika Invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak


atas Invensi dimiliki secara bersama-sama oleh para Inventor yang
bersangkutan.

Pasal 11

Kecuali terbukti lain, pihak yang dianggap sebagai Inventor adalah seorang
atau beberapa orang yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai Inventor
dalam Permohonan.

Pasal 12

(1)Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor dalam


hubungan kerja merupakan pihak yang memberikan pekerjaan, kecuali
diperjanjikan lain.

22
(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku terhadap
Invensi yang dihasilkan, baik oleh karyawan maupun pekerja yang
menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya.

(3)Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak
mendapatkan Imbalan berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh pihak
pemberi kerja dan Inventor, dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang
diperoleh dari Invensi dimaksud.

(4)Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan


berdasarkan:

a.jumlah tertentu dan sekaligus;

b.persentase;

c.gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus;
atau

d.bentuk lain yang disepakati para pihak.

(5)Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan


penetapan besarnya Imbalan, para pihak dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan Niaga.

(6)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
tidak menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam
sertifikat Paten.

Pasal 13

(1)Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor dalam


hubungan dinas dengan instansi pemerintah adalah instansi pemerintah
dimaksud dan Inventor, kecuali diperjanjikan lain.

23
(2)Setelah Paten dikomersialkan, Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berhak mendapatkan Imbalan atas Paten yang dihasilkannya dari sumber
penerimaan negara bukan pajak.

(3)Dalam hal instansi pemerintah sebagai Pemegang Paten tidak dapat


melaksanakan Patennya, Inventor atas persetujuan Pemegang Paten dapat
melaksanakan Paten dengan pihak ketiga.

(4)Terhadap pelaksanaan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (3), selain


instansi pemerintah, Inventor memperoleh Royalti dari pihak ketiga yang
mendapatkan manfaat ekonomi dari komersialisasi Paten tersebut.

(5)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam
sertifikat Paten.

(6)Ketentuan lebih lanjut mengenai Imbalan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan.

Bagian Keempat

Pemakai Terdahulu

Pasal 14

(1)Pihak yang melaksanakan Invensi pada saat Invensi yang sama diajukan
Permohonan, tetap berhak melaksanakan Invensinya walaupun terhadap
Invensi yang sama tersebut kemudian diberi Paten.

(2)Pihak yang melaksanakan suatu Invensi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diakui sebagai pemakai terdahulu.

(3)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku jika pihak
yang melaksanakan Invensi sebagai pemakai terdahulu menggunakan

24
pengetahuan tentang Invensi tersebut berdasarkan uraian, gambar, contoh,
atau klaim dari Invensi yang dimohonkan Paten.

Pasal 15

(1)Pihak yang melaksanakan suatu Invensi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 hanya dapat diakui sebagai pemakai terdahulu jika setelah
diberikan Paten terhadap Invensi yang sama, ia mengajukan permohonan
sebagai pemakai terdahulu kepada Menteri.

(2)Pengakuan sebagai pemakai terdahulu diberikan oleh Menteri dalam


bentuk surat keterangan pemakai terdahulu setelah memenuhi persyaratan
dan membayar biaya.

(3)Hak pemakai terdahulu berakhir pada saat berakhirnya Paten atas Invensi
yang sama tersebut.

Pasal 16

(1)Pemakai terdahulu tidak dapat mengalihkan hak sebagai pemakai


terdahulu kepada pihak lain, baik karena Lisensi maupun pengalihan hak,
kecuali karena pewarisan.

(2)Pemakai terdahulu hanya dapat menggunakan hak untuk melaksanakan


Invensi.

(3)Pemakai terdahulu tidak berhak melarang orang lain melaksanakan


Invensi.

Pasal 17

25
Dalam hal pemakai terdahulu melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1), Menteri dapat mencabut surat keterangan sebagai
pemakai terdahulu.

Pasal 18

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemakai terdahulu diatur dengan Peraturan


Menteri.

Bagian Kelima

Hak dan Kewajiban Pemegang Paten

Pasal 19

(1)Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Paten yang


dimilikinya dan untuk melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:

a.dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,


menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan
atau diserahkan produk yang diberi Paten;

b.dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi Paten


untuk membuat barang atau tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
huruf a.

(2)Larangan menggunakan proses produksi yang diberi Paten sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, hanya berlaku terhadap impor produk yang
semata-mata dihasilkan dari penggunaan proses yang diberi pelindungan
Paten.

(3)Dalam hal untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau


analisis, larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat

26
dikecualikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
Pemegang Paten dan tidak bersifat komersial.

Pasal 20

(1)Pemegang Paten wajib membuat produk atau menggunakan proses di


Indonesia.

(2)Membuat produk atau menggunakan proses sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) harus menunjang transfer teknologi, penyerapan investasi dan/atau
penyediaan lapangan kerja.

Pasal 21

Setiap Pemegang Paten atau penerima Lisensi Paten wajib membayar biaya
tahunan.

Bagian Keenam

Jangka Waktu Pelindungan Paten

Pasal 22

(1)Paten diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
Tanggal Penerimaan.

(2)Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat


diperpanjang.7

(3)Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan


diumumkan melalui media elektronik dan/atau media non-elektronik.

7
https://ngada.org/uu13-2016bt.htm undang undang paten 2016 diakses pada 5 oktober
2021 3.40

27
Pasal 23

(1)Paten sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun


terhitung sejak Tanggal Penerimaan.

(2)Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat


diperpanjang.

(3)Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten sederhana dicatat dan
diumumkan melalui media elektronik dan/atau media non-elektronik.

28
KESIMPULAN

Hak paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
inventor sebagai bentuk penghargaan atas invensasi karya intelektual yang
ditemukan. Karya intelektual tersebut dapat berupa bentuk teknologi yang
memiliki sifat dan karakteristik inventif, baru, aplikatif serta time sensitive.

Oleh karena itu, perlindungan hak paten sangat diperlukan untuk menjaga
keaslian baik penemu maupun karya intelektual itu sendiri. Maka sejak
adanya perlindungan dan undang-undang mengenai hak paten yang ada di
Indonesia, para inventor diharapkan bisa mendaftarkan permohonan hak
paten tersebut kepada pihak yang berwenang untuk melegalisasi karya
intelektual yang ada.

29
Daftar pustaka

https://penelitian.ugm.ac.id/paten/ jurnal .diakses pada 5


oktober 2021 pukul 9.40
 
http://repository.ut.ac.id/4087/1/HKUM4302-M1.pdf
sumber:modul hukum 1 diakses pada 5 oktober 2021 10.00
 
file:///C:/Users/user/Downloads/Modul%20Kekayaan
%20Intelektual%20Tingkat%20Dasar%20Bidang
%20Paten%20(Edisi%202020)%20(1).pdf modul
kemenkumham diakses pada 5 oktober 8.30

https://www.duniadosen.com/syarat-pengajuan-paten-hki-
hak-kekayaan-intelektual-agar-cepat-disetujui/ diakses
pada 5 oktober 2021 pukul 10.30

https://ngada.org/uu13-2016bt.htm undang undang paten


2016 diakses pada 5 oktober 2021 3.40

30

Anda mungkin juga menyukai