Anda di halaman 1dari 33

BAB II

SEJARAH HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL DI

INDONESIA DAN TUJUAN PELINDUNGAN MEREK SERTA

MANFAATNYA

A. Sejarah Hukum Kekayaan Intelektual di Indonesia

Sejarah merek dapat ditelusuri bahkan mungkin berabad-abad sebelum

masehi. Sejak zaman kuno, misalnya periode Minoan, orang sudah memberikan

tanda untuk barang-barang miliknya, hewan bahkan manusia. Di era yang sama

bangsa Mesir sudah mencetakkan namanya dibatu bata atas perintah raja. 43

Perundang-undangan tentang merek dimulai dari Statute of Parma yang sudah

mulai memfungsikan merek sebagai pembeda untuk produk berupa pisau, pedang,

atau barang dari produk tembaga lainnya.44

Secara historis, peraturan perundang-undangan dibidang Hak Kekayaan

Intelektual di Indonesia telah ada sejak tahun 1840-an. Pemerintah kolonial

Belanda memperkenalkan undang - undang pertama mengenai perlindungan Hak

Kekayaan Intelektual pada tahun 1844. Selanjutnya, pemerintah Belanda

mengundangkan Undang-Undang Merek pada tahun 1885, Undang-Undang Paten

pada tahun 1910 dan Undang-Undang Hak Cipta pada tahun 1912. Indonesia yang

43
Sypros M. Maniatis, Historical Aspects of Trademark, Bahan Ajar pada Pelatihan
dalam Rangka Kerja Sama Masyarakat Uni Eropa dan Asia di Bidang Hak Kekayaan Intelektual
(Europan Community and ASEAN Intellectual Property Rights Co-operation Programe - ECAP
II), Europan Patent Office (EPO) bekerja sama dengan St. Queen Mary University, London, 2005,
hlm. 1.
44
Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak Eksklusif, Airlangga
University Press, Surabaya, 2007, hlm. 159.

24
25

pada waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota

Paris Convention for the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888,

anggota Madrid Convention dari tahun 1893 s.d. 1936, dan anggota Berne

Convention for the Protection of Literary and Artistic Works sejak 1914.45

Pada zaman kedudukan Jepang yaitu tahun 1942 s.d. 1945, semua

peraturan perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual tersebut tetap

berlaku. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa indonesia memproklamirkan

kemerdekaannya. Sebagaimana ketentuan peralihan Undang-Undang Dasar 1945,

seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda tetap

berlaku selama tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.46

Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang Merek peninggalan

Belanda tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan Undang-Undang

Paten yang dianggap bertentangan dengan Pemerintah Indonesia. Sebagaimana

ditetapkan dalam Undang-Undang Paten peninggalan Belanda, permohonan paten

dapat diajukan di Kantor Paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun

pemerikasaan atas permohonan paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad

yang berada di Belanda. Pada tahun 1953 Menteri Kekahikan Republik Indonesia

mengeluarkan pengumuman yang merupakan perangkat peraturan nasional

pertama yang mengatur tentang paten, yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman

No. J.S. 5/41/4, yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan paten

45
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Buku Panduan Hak Kekayaan
Intelektual dilengkapi dengan peraturan perundang - undangan di bidang hak kekayaan
intelektual, Ecap II, Tangerang, 2006, hlm. 9.
46
Ibid., hlm. 9.
26

dalam negeri dan Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G 1/2/17, mengatur

tentang pengajuan sementara permintaan paten luar negeri.47

Pada tanggal 11 Oktober 1961 Pemerintah Republik Indonesia

mengundangkan Undang-Undang No. 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan

dan Merek Perniagaan (Undang-Undang Merek 1961) untuk mengganti Undang-

Undang Merek kolonial Belanda. Undang-Undang Merek 1961 yang merupakan

Undang-Undang Indonesia pertama di bidang Hak Kekayaan Intelektual mulai

berlaku tanggal 11 November 1961 dimaksudkan untuk melindungi masyarakat

dari barang - barang tiruan atau bajakan. Pada tanggal 10 Mei 1979 Indonesia

meratifikasi Konvensi Paris (Paris Convention for Protection of Industrial

Property (Stockholm Revision 1967) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum penuh

karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi) terhadap seumlah ketentuan,

yaitu Pasal 1 s.d. 12 dan Pasal 28 Ayat (1).48

Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Undang-Undang Hak Cipta 1982) untuk

menggantikan Undang-Undang Hak Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan

Undang-Undang Hak Cipta 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi

penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni dan

sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa. Tahun 1986

dapat disebut sebagai awal era moderen sistem Hak Kekayaan Intelektual di tanah

air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden Republik Indonesia membentuk sebuah

47
Ibid., hlm. 9-10.
48
Ibid., hlm. 10.
27

tim khusus di bidang Hak Kekayaan Intelektual (Tim ini lebih dikenal dengan

sebutan Keppres 34). Tugas Tim Keppres 34 adalah mencakup penyusunan

kebijakan nasional di bidang Hak Kekayaan Intelektual, perencanaan peraturan

perundang - undangan dibidang Hak Kekayaan Intelektual dan sosialisasi sistem

Hak Kekayaan Intelektual dikalangan instansi pemerintah terkait, aparat penegak

hukum dan masyarakat luas. Tim Keppres selanjutnya membuat sejumlah

terobosan, antara lain dengan mengambil inisiatif baru dalam menangani

perdebatan nasional tentang perlunya sistem paten di tanah air. Setelah Tim

Keppres 34 merevisi kembali Rancangan Undang-Undang Paten yang telah

diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun 1989 Pemerintah Indonesia

mengesahkan Undang-Undang Paten.49

Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah Republik Indonesia

mengesahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 sebagai perubahan atas

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam penjelasan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa perubahan

atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1982 dilakukan karena semakin

meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat membahayakan kehidupan sosial

dan menghancurkan kreativitas masyarakat. Menyusuli pengesahan Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1987 Pemerintah Indonesia menandatangani sejumlah

kesepakatan bilateral dibidang hak cipta sebagai pelaksanaan dari Undang-

Undang tersebut. Pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 32

ditetapkan pembentukan Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten, dan Merek

(DJHCPM) untuk mengambil alih fungsi tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta
49
Ibid., hlm. 10-11.
28

yang merupakan salah satu unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal

Hukum dan Perundang - undangan, Departemen Kehakiman.50

Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui

Rancangan Undang-Undang tentang Paten, yang selanjutnya disahkan menjadi

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 (Undang-Undang Paten) oleh Presiden

Republik Indonesia pada tanggal 1 November 1989. Undang-Undang Paten 1989

mulai berlaku tanggal 1 Agustus 1991. Pengesahan Undang-Undang Paten 1989

mengakhiri perdebatan panjang tentang seberapa pentingnya sistem paten dan

manfaatnya bagi bangsa Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam pertimbangan

Undang-Undang Paten 1989, perangkat hukum dibidang paten diperlukan untuk

memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan satu iklim yang lebih baik

bagi kegiatan penemuan teknologi. Hal ini disebabkan karena dalam

pembangunan nasional secara umum dan khususnya di sektor industri, teknologi

memiliki peranan yang sangat penting. Pengesahan Undang - Undang Paten 1989

juga dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan mempermudah masuknya

teknologi ke dalam negeri.51

Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah Republik Indonesia

mengesahkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek (Undang-

Undang Merek 1992), yang mulai berlaku tanggal 1 April 1993. Undang-Undang

Merek 1992 menggantikan Undang-Undang Merek 1961. Pada tanggal 15 April

1994 Pemerintah Republik Indonesia menandatangani Final Act Rmbodying the

50
Ibid., hlm. 11.
51
Ibid., hlm. 11-12.
29

Result of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights.

Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 Pemerintah Republik Indonesia

merevisi perangkat peraturan perundang-undangan dibidang Hak Kekayaan

Intelektual, yaitu Undang-Undang Hak Cipta 1987 jo. Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1982, Undang-Undang Paten 1989, dan Undang-Undang Merek 1992. Di

penghujung tahun 2000, disahkan tiga Undang-Undang baru dibidang Hak

Kekayaan Intelektual, yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang

Rahasia Dagang, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri,

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu.52

Dalam upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundang - undangan

dibidang Hak Kekayaan Intelektual dengan persetujuan TRIPs, pada tahun 2001

Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

tentang Paten, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Undang-Undang ini menggantikan Undang-Undang yang lama dibidang terkait.

Pada tahun 2002, disahkan Undang-Undang tahun 2002 tentang Hak Cipta

menggantikan Undang-Undang yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak

diundangkannya.53

Dalam kaleidoskop hukum bisnis Indonesia, promulgasi Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 tantang Merek dan Indikasi Geografis, merupakan

reformasi hukum merek yang ke empat dalam 25 tahun terakhir. Awalnya Undang

52
Ibid., hlm. 12.
53
Ibid., hlm. 12.
30

- Undang Merek Nomor 19 Tahun 1992 menandai “revolusi” hukum merek

menggantikan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang merek perusahaan

dan merek perniagaan. Undang - Undang yang sangat bernuansa warisan Belanda

itu sesungguhnya telah lama kehilangan momentum. Terdapat beberapa konsepsi

yang tidak dapat lagi mengikuti dinamia bisnis dan ekonomi. Diantaranya, yang

signifikan adalah perubahan dalam sistem pendaftaran. Dari segi stelsel

pendaftaranya, Undang-Undang Merek Nomor 19 Tahun 1992 menetapkan sistem

konstitutif yang lebih menjamin kepastian hukum. Sebuah kepastian hukum yang

bertumpu pada nilai fundamental prinsip itikad baik (good faith) tercantum pada

Pasal 4 Undang - Undang Nomor 19 Tahun 1992 tersebut.54

Demikian pula perubahan pada pengaturan persyaratan pendaftaran, baik

yang bersifat administratif maupun substantif. Lebih dari itu, dengan menyadari

adanya potensi kesalahan dalam pelaksanaan pendaftaran merek, Undang-Undang

Merek Nomor 19 Tahun 1992 menyediakan norma-norma teknis sebagai

instrumen koreksi. Diantaranya, pengaturan mengenai gugatan pembatalan merek

pada Pasal 56 s.d. 60 dan penghapusan merek pada Pasal 51 s.d. 55 Undang-

Undang Merek tersebut, kemungkinan penolakan permintaan perpajangan

pendaftaran merek pada Pasal 38. Selain itu, ditetapkan pula pemberian

kewenangan kepada hakim memerintahkan pengehentian segala kegiatan yang

terkait dengan penggunaan merek yang sedang disengketakan pada Pasal 74

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. Kesemunya itu

merupakan norma-norma dasar yang dirancang untu menjamin perlindungan yang

efektif bagi pemilik merek yang sah. Itu berarti, menjadi intrumen legitimasi hak
54
Henry Soelistyo, Op.,Cit., hlm. 1.
31

sekaligus koreksi dalam hal terjadi kekeliruan administratif yang berpotensi

menciderai kepastian hukum, itikad baik, dan merugikan kepentingan pihak lain.55

Pasca pembentukan WTO, tahun 1994, Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1992 tentang Merek tersebut mengalami perubahan dengan diundangkannya

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 atas perubahan Undang-Undang Nomor

19 Tahun 1992 tentang Merek. Dalam Undang-Undang tersebut, dilakukan

perubahan yang bersifat penyempurnaan, penambahan revisi. Materi perubahan

dilakukan terhadap Tata Cara Pendaftaran Merek, Penghapusan Merek Terdaftar,

Perlindungan Merek Terkenal Dan Sanksi Pidana. Adapun penambahannya

dilakukan terhadap ruang lingkup pengaturan perlindungan yang mencakup

indikasi dan geografis dan indikasi asal. Sedangan perubahan bersifat revisi

diberlakuan terhadap pengalihan merek jasa. Pengalihan seperti itu diizinkan

sepanjang ada jaminan bahwa kualitas jasa yang diperdagangan tetap sama. Hal

ini penting untuk menjaga dan melindungi kepentingan konsumen tercantum pada

penjelasan umum Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek.56

Dalam perkembangannya, pada tahun 2001 kedua Undang-Undang yang

menjadi satu paket instrumental tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor

15 tahun 2001. Undang-Undang ini disusun untuk menjawab tantangan di era

perdagangan global yang memerlukan pengaturan yang memadai bagi

peningkatan layanan masyarakat. Undang-Undang ini juga didasarkan pada

kebutuhan untuk mengoperasionalkan prinsip-prinsip yang diatur dalam berbagai

konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia.

55
Henry Soelistyo, Op.,Cit., hlm. 1-2.
56
Henry Soelistyo, Op.,Cit., hlm. 2.
32

Menurut penjelasan umum Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001

beberapa perbedaan yang menonjol dalam Undang-Undang ini dibandingkan

Undang-Undang Merek Nomor 19 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1997 antara lain menyangkut proses penyelesaian permohonan. Dalam

Undang-Undang ini pemeriksaan substantif dilakukan stelah selesainya masa

pengumuman tentang adanya permohonan. Perubahan ini agar dapat dapat lebih

diketahui apakah permohonan tersebut disetujui atau ditolak dan memberikan

kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan terhadap permohonan

yang telah disetujui. Jangka waktu pengumuman dilaksanakan dalam 3 bulan,

yang berarti lebih singkat daripada yang dimaksud dalam Undang-Undang

sebelumnya.57

Proses implementasi kebijakan hukum Merek akan berjalan sesuai tujuan,

jika penegakan hukum (law enforcement) dijalankan secara konsisten sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Merek Internasional Konvensi Internasional

terkait Perlindungan Merek, meliputi :

1. Trip’s Agreement (1994) diratifikasi menjadi Undang - Undang Nomor 7

Tahun 1994;

2. Paris Convention (1967) diratifikasi menjadi Keppres Nomor 15 Tahun 1997;

3. Trademark Law Treaty (TLT) diratifikasi menjadi Keppres Nomor 17 Tahun

1997;

4. Protocol Relating to the Madrid Agreement Concerning the International

Registration of Marks – PP Nomor 22 Tahun 2018.

Secara Nasional Dasar Hukum Merek meliputi :


57
Henry Soelistyo, Op.,Cit., hlm. 2-3.
33

1. UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografi;

2. PP Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permohonan Merek;

3. PP Nomor 24 Tahun 1993 tentang Kelas Barang dan Jasa;

4. PP Nomor 7 Tahun 2005 tentang Komisi Banding Merek;

5. PP Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis;

6. PP Nomor 29 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif PNBP;

7. PP Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Merek Internasional;

8. Permenkumham Nomor 67 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Merek;

9. Permenkumham Nomor 36 Tahun 2018 tentang Pencatatan Lisensi.

Definisi Merek dan lainnya dalam ruang lingkup Undang-Undang Merek

Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dalam Bab I

ketentuan umum Pasal 1 dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,

logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi

dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau

lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oleh

orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

2. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama

atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.

3. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan

oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum

untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.


34

4. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan atau jasa

dengan karakteristik yang sama mengenaisifat, ciri umum, dan mutu barang

atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa

orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan

barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

5. Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada

pernilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan

menggunakan sendiri Merek tersebut atau mernberikan izin kepada pihak lain

untuk menggunakannya.

6. Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu

barang danjatau produk yang karenafaktor lingkungan geografis termasuk

faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut

memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau

produk yang dihasilkan.

7. Hak atas Indikasi Geografis adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara

kepada pemegang hak Indikasi Geografis yang terdaftar, selama reputasi,

kualitas, dan karakteristik yang menjadi dasar diberikannya pelindungan atas

Indikasi Geografis tersebut masih ada.

8. Permohonan adalah permintaan pendaftaran Merek atau pendaftaran Indikasi

Geografis yang diajukan kepada Menteri.

9. Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan Merek atau Indikasi

Geografis.
35

10. Pemakai Indikasi Geografis adalah pihak yang mendapat izin dari pemegang

Hak atas Indikasi Geografis yangterdaftar untuk mengolah dan/atau

memasarkan barang dan/atau produk Indikasi Geografis.

11. Dokumen Deskripsi Indikasi Geografis adalah suatu dokumen yang memuat

inforrnasi, termasuk reputasi, kualitas, dan karakteristik barang dan/atau

produk yang terkait dengan faktor geografis dari barang dan/atau produk yang

dimohonkan Indikasi Geografisnya.

12. Pemeriksa adalah Perneriksa Merek sebagai pejabat fungsional yang karena

keahliannya diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk melakukan

pemeriksaan substantif terhadap Permohonan pendaftaran Merek.

13. Kuasa adalah konsultan kekayaan intelektual yang bertempat tinggal atau

berkedudukan tetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

14. Konsultan Kekayaan Intelektual adalah orang yang memiliki keahlian di

bidang kekayaan intelektual danterdaftar sebagai Konsultan Kekayaan

Intelektual, sertas ecara khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan

pengurusan Permohonan kekayaan intelektual.

15. Tim Ahli Indikasi Geografis adalah tim yang terdiri atas orang yang memiliki

keahlian yang melakukan penilaian mengenai Dokurnen Deskripsi Indikasi

Geografis danmemberikan pertimbangan rekomendasi kepada Menteri

sehubungan dengan pembatalan, pembinaan Indikasi Geografis nasional

pendaftaran, teknis dan atau pengubahan, pengawasan.

16. Tanggal Penerimaan adalah tanggal penerimaan Permohonan yang telah

memenuhi persyaratan minimum.


36

17. Hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang

berasal dan negara yang tergabung dalam konvensi paris tentang pelindungan

kekayaan industri (Paris Convention for the Protection of Industrial

Property) atau Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia

(Agreement Establishing the World Trade Organization) untuk memperoleh

pengakuan bahwa tanggal Penerimaan di negara asal merupakan tanggal

prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian

itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah

ditentukan berdasarkan perjanjian internasional dimaksud.

18. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak

lain berdasarkan perjanjian secara tertulis sesuai peraturan perundang-

undangan untuk rnenggunakan Merek terdaftar.

19. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang hukum.

21. Tanggal Pengiriman adalah tanggal stempel pos dan/atau tanggal pengiriman

surat secara elektronik.

22. Hari adalah hari kerja.

23. Komisi Banding Merek adalah badan khusus independen yang berada di

lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang hukum.
37

24. Berita Resmi Merek adalah media resmi yang diterbitkan secara berkala oleh

Menteri melalui sarana elektronik dan/atau non-elektronik dan memuat

ketentuan mengenai Merek menurut Undang-Undang ini.

Dalam permohonan Merek yang ingin didaftarkan diatur oleh Undang-

ndang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis Permohonan

Pendaftaran dalam Bab III Pasal 4 menjelaskan seperti :

1. Permohonan pendaftaran Merek diajukan oleh Pemohon atau Kuasanya

kepada Menteri secara elektronik atau nonelektronik dalam bahasa Indonesia.

2. Dalam Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) harus

mencantumkan:

a. Tanggal, bulan, dan tahun Permohonan;

b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alarnat Pemohon;

c. Nama lengkap dan alamat Kuasa jika Permohonan diajukan melalui

Kuasa; Warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya

menggunakan unsur warna;

d. Nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal

Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas dan

e. Kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/ atau jenis

jasa.

3. Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.

4. Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilampiri dengan label

Merek dan bukti pembayaran biaya.

5. Biaya Permohonan pendaftaran ditentukan per kelas barang dan/atau jasa.


38

6. Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) bentuk 3 (tiga)

dimensi, label yang dilampirkan berbentuk karakteristik dari Merek tersebut.

7. Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) berupa suara, label

Merek yang dilampirkan berupa notasidan rekaman suara.

8. Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) wajib dilampiri dengan

surat pernyataan kepemilikan Merek yang dimohonkan pendaftarannya.

9. Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya Permohonan sebagairnana dimaksud

pada Ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

B. Tujuan Pelindungan Merek dan Manfaatnya

Selain pendaftaran merek yang harus didaftarkan kepada Direktorat

Jenderal Kekayaan Intelektual sebagai upaya perlindungan merek maka

perlindungan merek harus dikedepankan untuk kepastian hukum sebagai bentuk

peran negara ada didalamnya. Sistem perlindungan merek di Indonesia, yaitu:

1. Menganut sistem konstitutif, hak atas merek timbul karena pendaftaran;

2. Asas first to file, hak atas merek diberikan kepada pendaftar pertama.

Dalam pelindungan merek, di Indonesia menganut sistem konstitutif atau

pendaftar pertama (first to file principle), maka merek yang dilindungi hukum

adalah merek yang terdaftar sesuai dengan peraturan perundang-udangan. 58 Hak

atas merek diperoleh setelah merek tersebut terdaftar. Hak tersebut adalah :

1. Hak eksklusif yang diberikan Negara kepada pemilik merek yang terdaftar;

2. Jika tidak terdaftar, maka tidak memperoleh perlindungan hukum;

58
DJKI, Modul Kekayaan Intelektual Bidang Merek dan Indikasi Geografis, Direktorat
Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2019, hlm. 7.
39

3. Hak atas merek diberikan untuk jangka waktu 10 tahun dan dapat

diperpanjang. (Pasal 35 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).59

Hak pemilik merek ialah :

1. Pemilik merek memiliki hak eksklusif atas merek yang terdaftar untuk jangka

waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan

izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. (Pasal 1 Angka 5 Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

2. Hak atas merek diperoleh setelah merek tersebut terdaftar. (Pasal 3 Undang -

Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

3. Yang dimaksud dengan “terdaftar” adalah setelah Permohonan melalui proses

pemeriksaan formalitas, proses pengumuman, dan proses pemeriksaan

substantive serta mendapatkan persetujuan Menteri untuk diterbitkan

sertifikat. (penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis).60

Kewajiban pemilik merek ialah

1. Pemilik merek wajib menggunakan mereknya selama 3 (tiga) tahun berturut-

turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau

pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh

Direktorat Jenderal;

59
Ibid., hlm. 6-7.
60
Ibid., hlm. 7.
40

2. Pemilik merek wajib menggunakan mereknya untuk jenis barang atau jasa

yang sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran,

termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang didaftar.61

Manfaat merek bagi konsumen adalah

1. Merek dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu produk

barang maupun jasa;

2. Konsumen mampu membedakan/mencirikan dengan mudah antar produk

yang asli dengan produk - produk yang identik atau yang mirip;

3. Merek mampu menarik perhatian pembeli terhadap produk-produk baru yang

mungkin akan bermanfaat bagi mereka;

4. Konsumen yang merasa puas dengan suatu produk tertentu akan membeli

atau memakai kembali produk tersebut di masa yang akan datang.62

Akan tetapi bukan hanya individu yang mempunyai manfaat, tetapi korporasi atau

manfaat bagi Perusahaan adalah :

1. Perusahaan dapat membedakan dirinya dan produk yang dimiliki terhadap

apa yang dimiliki oleh para pesaingnya;

2. Merek dapat memberikan pelindungan hukum atas keistimewaan yang

dimiliki oleh suatu produk;

3. Merek memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan

menguntungkan;

4. Merek membantu penjual dalam melakukan segmentasi pasar.

61
Ibid., hlm. 7.
62
Ibid., hlm. 7-8.
41

Manfaat bagi publik adalah

1. Merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten;

2. Merek dapat meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat

menyediakan informasi tentang produk dan dimana dapat membeli produk

tersebut;

3. Merek dapat meningkatkan inovasi produk baru, karena produsen terdorong

untuk menciptakan keunikan baru guna mencegah peniruan dari para pesaing.

Fungsi merek sebagai :

1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang

atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi

orang lain atau badan hukum lainnya;

2. Alat promosi atau iklan, sebagai dasar untuk membangun citra perusahaan;

3. Jaminan atas mutu produk barang atau jasa;

4. Petunjuk asal barang dan/atau jasa yang dihasilkan;

5. Sarana untuk membangun reputasi perusahaan.

Pelindungan merek manfaat pendaftaran merek (legalitas sertifikat merek)

memberikan hak eksklusif kepada pemilik merek guna mencegah pihak - pihak

lain untuk memasarkan produk-produk yang identik atau mirip dengan merek

yang dimilikinya dengan menggunakan merek yang sama atau merek yang dapat

membingungkan konsumen.

Sangat mudah untuk melisensikan sebuah merek terdaftar dan dapat

menambah sumber pendapatan perusahaan serta dapat menjadi dasar bagi

persetujuan bisnis waralaba. Merek yang terdaftar dan memiliki reputasi yang
42

baik pada konsumen, juga dapat dipergunakan untuk mendapatkan dana dari

institusi keuangan yang menyadari arti pentingnya sebuah merek dalam suksesnya

bisnis sebuah usaha.

Manfaat pendaftaran merek (legalitas sertifikat merek):

1. Mendapatkan pelindungan hukum, hak eksklusif dalam penggunaan merek;

2. Kesempatan untuk memberikan lisensi atau waralaba, meningkatkan

kekuatan dalam bernegosiasi; memberikan image positif bagi perusahaan,

meningkatkan pangsa pasar;

3. Memberikan hak ekslusif kepada pemilik merek guna mencegah pihak -

pihak lain untuk memasarkan produk-produk yang identik atau mirip dengan

merek yang dimilikinya dengan menggunakan merek yang sama atau merek

yang dapat membingungkan konsumen;

4. Sangat mudah untuk melisensikan sebuah merek terdaftar dan dapat

menambah sumber pendapatan perusahaan serta dapat menjadi dasar bagi

persetujuan bisnis waralaba;

5. Merek yang terdaftar dan memiliki reputasi yang baik, dapat dipergunakan

untuk mendapatkan dana dari institusi keuangan yang menyadari arti

pentingnya sebuah merek dalam suksesnya bisnis sebuah usaha.

Upaya hukum perlindungan merek ada komisi banding dalam sengketa

merek. Tata cara dan syarat permohonan banding merek Berdasarkan Praturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, pemeriksaan

dan penyelesaian banding merek. Bahwa pembentukan komisi banding merek

pada dasarnya dimaksudkan untuk lebih memberikan rasa keadilan. Setiap pihak
43

merasa berkeberatan terhadap putusan penolakan permohonan merek, dapat

mengajukan permohonan banding kepada Komisi Banding Merek. Permohonan

banding tersebut hanya dapat diajukan berdasarkan alasan yang bersifat subtantif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 atau Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Komisi banding merek tersebut merupakan badan khusus yang independen

dan berada di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang

membidangi kekayaan intelektual dalam hal ini Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual. Komisi Banding Merek, yang selanjutnya disebut Komisi Banding

merupakan badan khusus yang indepeden dan berada di lingkungan Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia yang membidangi Kekayaan Intelektual dalam

hal ini Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.

Pemohon Banding adalah pihak yang mengajukan Permohonan Banding

atas berkeberatan terhadap putusan penolakan permohonan Merek. Sedangkan

Proses Permohonan Banding merupakan upaya hukum yang diajukan oleh

Pemohon Banding yang permohonan mereknya ditolak oleh Direktorat Jenderal

baik oleh pemohon itu sendiri atau melalui kuasanya yaitu Konsultan Kekayaan

Intelektual terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia. Adapun Tata cara permohonan banding adalah

sebagai berikut:

1. Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan Permohonan

berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan/atau Pasal 21.


44

(Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek

dan Indikasi Geografis).

2. Yang menjadi dasar mengajukan permohonan banding hanya terbatas pada

alasan atau pertimbangan yang bersifat substantif. (Pasal 28 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

3. Permohonan banding diajukan secara tertulis oleh Pemohon atau Kuasanya

kepada Komisi Banding Merek dengan tembusan yang disampaikan kepada

Menteri dengan dikenai biaya. (Pasal 28 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

4. Permohonan banding diajukan dengan menguraikan secara lengkap keberatan

serta alasan terhadap penolakan Permohonan. (Pasal 28 Ayat (3) Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

5. Alasan sebagaimana dimaksud Ayat (3) bukan merupakan perbaikan atau

penyempurnaan atas permohonan yang ditolak. (Pasal 28 Ayat (4) Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

6. Permohonan banding harus memuat alasan yang lebih mendalam atas

keberatan terhadap penolakan. Ketentuan ini diperlukan untuk mencegah

timbulnya kemungkinan banding yang digunakan sebagai alat untuk

melengkapi kekurangan persyaratan dalam Permohonan, mengingat

kesempatan untuk melengkapi kekurangan persyaratan dalam Permohonan

telah diberikan tahap sebelumnya. (Pasal 28 Ayat (4) Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).


45

7. Permohonan banding terhadap penolakan Permohonan diajukan dalam jangka

waktu paling lama 90 (sembilan puluh) Hari terhitung sejak Tanggal

Pengiriman surat pemberitahuan penolakan Permohonan. (Pasal 29 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi

Geografis).

8. Dalam hal permohonan banding sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tidak

diajukan, penolakan Permohonan dianggap diterima oleh Pemohon. (Pasal 29

Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi

Geografis).

9. Keputusan Komisi Banding Merek diberikan dalam waktu paling lama 3

(tiga) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan Banding. (Pasal

30 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

Indikasi Geografis).

10. Dalam hal Komisi Banding Merek mengabulkan permohonan banding,

Menteri menerbitkan dan memberikan sertifikat Merek kepada Pemohonnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. (Pasal 30 Ayat (2) Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

11. Dalam hal Komisi Banding Merek menolak permohonan banding, Permohon

atau Kuasanya dapat mengajukan gugatan atas putusan penolakan

permohonan banding kepada Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 3

(tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya keputusan penolakan

tersebut. (Pasal 30 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis).


46

12. Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada Ayat (3)

dapat diajukan kasasi. (Pasal 30 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

13. Dalam hal Merek terdaftar melanggar ideologi negara, peraturan perundang-

undangan, moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum, Komisi

Banding Merek memberikan rekomendasi kepada Menteri untuk melakukan

penghapusan. (Pasal 31 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis).

14. Ketentuan lanjut mengenai tata cara permohonan, pemeriksaan, penyelesaian

banding pada Komisi Banding Merek sebagaimana dalam Pasal 28 sampai

dengan Pasal 31 diatur dengan Peraturan Pemerintah. (Pasal 32 Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

15. Komisi Banding Merek terdiri atas :

a. Sorang ketua merangkap anggota;

b. Seorang wakil ketua merangkap anggota;

c. Ahli di bidang Merek sebagai anggota; dan pemeriksa senior sebagai

anggota. (Pasal 33 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

tentang Merek dan Indikasi Geografis).

16. Ahli yang dapat diangkat sebagai anggota Komisi Banding Merek dapat

berasal dari berbagai kalangan. (Pasal 33 huruf (c) Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

17. Yang dimaksud dengan “Pemeriksa Senior” adalah Pemeriksa yang telah

memiliki pengalaman dalam melaksanakan pemeriksaan permohonan dan


47

menduduki jabatan fungsional paling rendah Pemeriksa Merek Ahli Madya.

(penjelasan Pasal 33 huruf (d) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

tentang Merek dan Indikasi Geografis).

18. Anggota Komisi Banding Merek sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

berjumlah paling banyak 30 (tiga puluh) orang terdiri atas atas 15 (lima belas)

orang Pemeriksa senior dan dan 15 (lima belas) orang ahli di bidang Merek

yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk masa jabatan 3 (tiga)

tahun. (Pasal 33 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis).

19. Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh anggota Komisi Banding Merek.

(Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek

dan Indikasi Geografis).

20. Untuk memeriksa permohonan banding, Komisi Banding Merek membentuk

majelis yang berjumlah ganjil paling sedikit 3 (tiga) orang, satu diantaranya

adalah seorang Pemeriksa senior yang tidak melakukan pemeriksaan

substantif terhadap Permohonan. (Pasal 33 Ayat (4) Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

21. Ketentuan jumlah anggota majelis berjumlah ganjil dimaksud agar jika terjadi

perbedaan pendapat, putusan dapat diambil berdasarkan suara terbanyak.

(penjelasan Pasal 33 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis).

22. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan anggota,

susunan organisasi, tugas, dan fungsi Komisi Banding Merek sebagaimana


48

dimaksud Pasal 33 diatur dengan Peraturan Pemerintah. (Pasal 34 Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

Tata cara permohonan banding pada komisi banding di bidang merek.

Adapun hal-hal dalam proses pengajuan permohonan banding, terdapat tata cara

dan aturan-aturan tertentu antara lain:

1. Permohonan banding dapat diajukan oleh pemohon banding apabila

permintaan pendaftaran ditolak oleh Direktorat Jenderal berdasarkan alasan

yang bersifat substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 21

Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

2. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada

Ketua Komisi Banding, dan dengan tembusan yang ditujukan kepada

Direktur Jenderal Kerkayaan Intelektual dibuat rangkap 4 (empat).

3. Permohonan banding yang diajukan melalui kuasanya (konsultan Kekayaan

Intelektual terdaftar), wajib dilengkapi dengan surat kuasa khusus.

4. Permohonan banding yang diajukan oleh pemohon banding yang bertempat

tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Republik Indonesia

wajib diajukan melalui kuasanya di Indonesia.

5. Permohonan banding diajukan paling lama 3 bulan terhitung sejak tanggal

penerimaan surat pemberitahuan penolakan permintaan pendaftaran merek.

6. Pengajuan Permohonan Banding dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu sebesar Rp. 3.000.000.

7. Permohoan Banding harus memuat sekurang-kurangnya:

a. Tanggal, bulan dan tahun Permohoan Banding;


49

b. Nama dan alamat lengkap Pemohon Banding;

c. Nama dan alamat lengkap Kuasa, apabila Permohonan Banding diajukan

melalui Kuasa;

d. Merek yang dimohonkan banding;

e. Nomor dan tanggal keputusan penolakan permintaan pendaftaran Merek;

f. Alasan pengajuan Permohonan Banding yang memuat uraian secara

lengkap mengenai keberatan terhadap keputusan penolakan permintaan

pendaftaran Merek.

8. Permohonan Banding harus dilampiri :

a. Asli atau fotokopi keputusan penolakan permintaan pendaftaran Merek;

b. Bukti pembayaran biaya Permohonan Banding, sebesar Rp. 3.000.000,-

(tiga juta rupiah);

c. Fotokopi Lembar IV permohonan pendaftaran merek;

d. Fotokopi Sertifikat yang menjadi dasar penolakan (lawan);

e. Surat kuasa khusus yang tidak menggunakan bahasa Indonesia, harus

disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia;

f. Permohonan Banding yang diajukan oleh Pemohon Banding yang

bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah Negara

Republik Indonesia wajib diajukan melalui Kuasanya di Indonesia.

Pemeriksaan - pemeriksaan kelengkapan dalam persyaratan banding.

Pemeriksaan administratif dalam komisi banding meliputi hal-hal :

1. Setiap permohonan banding yang diterima oleh Komisi Banding, diperiksa

secara admistratif oleh Sekertaris Komisi Banding.


50

2. Pemeriksaan administratif dilakukan dengan memeriksa kelengkapan

persyaratan sebagaimana dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Perpres Nomor

20 Tahun 2005. (Pasal 6 Ayat (2) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

3. Pemeriksaan administratif dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)

bulan sejak Permohonan Banding diterima. (Pasal 6 Ayat (3) Perpres Nomor

20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan dan

Penyelesaian Banding Merek).

4. Dalam hal permohonan banding diajukan melampaui jangka waktu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat (4) Perpres Nomor 20 Tahun

2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding

Merek, Sekertaris Komisi Banding memberitahukan secara tertulis kepada

pemohon banding atau kuasanya, bahwa permohonan banding tidak dapat

diterima. (Pasal 7 Ayat (1) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

5. Dalam hal terdapat kekurangan kelengkapan persyaratan sebagaimana

diamksud dalam Pasal 6 Ayat (2) Perpres Nomor 20 Tahun 2005, Sekertaris

Komisi Banding memberitahukan secara tertulis kepada pemohon banding

atau kuasanya, agar kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi dalam waktu

paling lama 2 bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan

untuk memenuhi kelengkapan persyaratan tersebut. (Pasal 7 Ayat (2) Perpres

Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan dan

Penyelesaian Banding Merek).


51

6. Dalam hal kelengkapan persyaratan tidak dipenuhi dalam jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 Ayat (2) Perpres Nomor 20 Tahun 2005,

Sekertaris Komisi Banding memberitahukan secara tertulis kepada pemohon

banding atau kuasanya bahwa permohonan banding dianggap ditarik kembali.

(Pasal 7 Ayat (3) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

7. Dalam hal permohonan banding dianggap ditarik kembali, biaya yang telah

dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali. (Pasal 7

Ayat (4) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan,

Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

8. Dalam hal pemohon banding telah memenuhi kelengkapan persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (2), permohonan banding dicatat

dalam buku khusus permohonan banding. (Pasal 8 Ayat (1) Perpres Nomor

20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan dan

Penyelesaian Banding Merek).

9. Permohonan banding yang telah dicatat sebagaimana dimaksud pada Pasal 6

Ayat (1) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan,

Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek, diberitahukan secara tertulis

kepada pemohon banding atau kuasanya. (Pasal 8 Ayat (2) Perpres Nomor 20

Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian

Banding Merek).

10. Berkas pemohon banding yang telah dicatat sebagaimana dimaksud pada

Ayat (1) disampaikan oleh Sekertaris Komisi Banding kepada Ketua Komisi
52

Banding. (Pasal 8 Ayat (3) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

11. Selama permohonan banding belum mendapat keputusan Komisi Banding,

dapat ditarik kembali oleh pemohon banding atau kuasanya. (Pasal 9 Ayat (1)

Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan

dan Penyelesaian Banding Merek).

12. Dalam hal penarikan kembali sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilakukan

oleh kuasanya harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus. (Pasal 9 Ayat (2)

Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan

dan Penyelesaian Banding Merek).

13. Permohonan banding yang telak ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi.

(Pasal 9 Ayat (3) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

14. Dalam hal permohonan banding ditarik kembali, biaya yang telah dibayarkan

Kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali. (Pasal 9 Ayat (4)

Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan

dan Penyelesaian Banding Merek).

Tata cara pemeriksaan permohonan banding, proses pemeriksaan

permohonan banding dilakukan melalui tahap-tahap :

1. Persidangan pemeriksaan banding dilakukan terhadap berkas permohonan

banding yang diajukan oleh Sekretaris Komisi Banding sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 Ayat (3) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek. (Pasal 10


53

Ayat (1) Perpes Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan,

Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

2. Ketua Komisi Banding mengatur persidangan pemeriksa banding sesuai

dengan nomor urut permohonan banding yang telah dicatat dalam buku

khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Ayat (1). (Pasal 10 Ayat (2)

Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan

dan Penyelesaian Banding Merek).

3. Komisi Banding memeriksa dan memutus permohonan banding secara

majelis yang anggotanya berjumlah ganjil sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang,

satu diantaranya adalah pemeriksa senior yang tidak melakukan pemeriksaan

substantif terhadap permintaan pendaftaran merek yang ditolak (Pasal 11

Ayat (1) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan,

Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

4. Persidangan pemeriksaan banding bersifat terbuka untuk umum. (Pasal 10

Ayat (1) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan,

Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

5. Majelis Komisi Banding dalam hal untuk kepentingan pemeriksaan banding,

dapat melakukan, memanggil dan mendengarkan keterangan - keterangan dari

pemohon banding atau kuasanya, melakukan pemeriksaan substantif terhadap

permintaan pendaftaran merek yang ditolak, dan/atau memanggil tenaga ahli

yang dianggap perlu untuk kepentingan pemeriksaan banding. (Pasal 12 Ayat

(1) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan,

Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).


54

6. Apabila dianggap perlu Majelis Komisi Banding dapat melakukan penelitian

lapangan. (Pasal 12 Ayat (2) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

7. Pemohon banding atau kuasanya dapat mengajukan permintaan untuk dapat

menyampaikan pendapatnya dihadapan majelis melalui Ketua Komisi

Banding. (Pasal 12 Ayat (3) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

Penyelesaian permohonan banding. Dalam hal penyelesaian permohonan

banding dilakukan melalui tahap - tahap antara lain:

1. Keputusan Komisi Banding diberikan waktu paling lama 3 bulan terhitung

sejak tanggal penerimaan permohonan banding dinyatakan lengkap dalam

buku khusus. (Pasal 13 Ayat (1) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

2. Keputusan Komisi Banding dapat memuat:

a. Mengabulkan seluruh permohonan banding;

b. Mengabulkan sebagian permohonan banding; atau

c. Menolak permohonan banding. (Pasal 13 Ayat (2) Perpres Nomor 20

Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan dan

Penyelesaian Banding Merek).

3. Pemohon banding atau kuasanya dapat melakukan dan mengajukan gugatan

kepada Pengadilan Niaga terhadap keputusan Komisi Banding jika dianggap

tidak sesuai yang diharapkan dalam waktu paling lama 3 bulan terhitung sejak

tanggal keputusan diterima. (Pasal 13 Ayat (3) Perpres Nomor 20 Tahun 2005
55

tentang Tata Cara Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding

Merek).

4. Keputusan Komisi Banding dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh

Ketua Majelis dan Anggota yang memeriksa dan memutus permohonan

banding. (Pasal 14 Ayat (1) Perpes Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

5. Dalam hal salah satu dari anggota Majelis Komisi Banding tidak dapat

menandatangani keputusan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), Ketua

Komisi Banding memberikan catatan yang menjelaskan alasan Anggota

Majelis Komisi Banding tersebut tidak dapat menandatangani keputusan

tersebut. (Pasal 14 Ayat (2) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

Dalam memutus suatu perkara sengketa, keputusan Komisi Banding harus

memuat sekurang-kurangnya :

1. Hari, tanggal, bulan dan tahun keputusan;

2. Nama dan tanda tangan Ketua Majelis dan Anggota yang memeriksa dan

memutus Permohonan Banding;

3. Nama dan alamat lengkap Pemohon Banding dan/atau Kuasanya;

4. Merek yang dimintakan banding;

5. Pokok-pokok alasan dalam mengajukan Permohonan Banding;

6. Dasar hukum yang menjadi dasar keputusan; dan Amar putusan.

7. Keputusan Komisi Banding sebagaimana dimaksud diatas memuat

pertimbangan masing-masing Anggota Majelis Komisi Banding.


56

8. Ketua Komisi Banding menyampaikan Keputusan Komisi Banding dengan

surat resmi kepada Direktorat Jenderal dan Pemohon Banding atau Kuasanya,

dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

keputusan. (Pasal 15 Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

9. Dalam hal Komisi Banding mengabulkan permohonan banding maka

Direktorat Jenderal melakukan pengumuman permintaan pendaftaran merek.

(Pasal 16 Ayat (1) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

10. Dalam permintaan pendaftaran merek yang diputus oleh Komisi Banding

pernah, maka Direktorat Jenderal melaksanakan pendaftaran dan menerbitkan

Sertifikat Merek atas permintaan pendaftaran Merek tersebut. (Pasal 16 Ayat

(2) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara Permohonan,

Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

11. Penerbitan Sertifikat Merek dan pemberiannya dilaksanakan paling lama 30

hari terhitung sejak keputusan Komisi Banding diterima Direktorat Jenderal.

(Pasal 16 Ayat (3) Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

12. Sekretaris Komisi Banding Merek membuat berita acara persidangan Komisi

Banding yang memuat segala sesuatu yang terjadi dalam persidangan

Permohonan Banding. (Pasal 17 Perpres Nomor 20 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Permohonan, Pemeriksaan dan Penyelesaian Banding Merek).

Anda mungkin juga menyukai