Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HAKI (1)

Nama : Fajar Ramadhan


Kelas : TPPK D
Nim : 1902150
Dosen pengampu : Sigit Wibowo,SH.,MHum
Tanggal :28-10-2020

SOAL :
1. Berikan uraian secara historis keberadaan HAKI dari sebelum Indonesia merdeka
dan setelah Indonesia merdeka (sampai sekarang)!
2. Kenapa HAKI sangat penting dalam pembangunan hukum khususnya dan
pembangunan bidang lain pada umumnya!

JAWAB :
1. Historial keberadaan HAKI sebelum merdeka
Hak Kekayaan Intelektual sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia.
Sejak jaman Pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia telah mempunyai undang-undang
tentang hak kekayaan Intelektual yang sebenarnya merupakan pemberlakuan peraturan
perundang-undangan pemerinntahan Hindia Belanda yang berlaku di negeri Belanda,
diberlakukan di Indonesia sebagai negara jajahan Belanda berdasarkan prinsip
konkordansi.Pada tahun 1803 adalah masa di mana Undang-Undang hak kekayaan
intelektual diberlakukan. Pada tahun 1817 dan dilanjutkan pada tahun 1912, terjadi
perbaruan mekanisme Undang-Undang, khususnya dari sisi materi karena disesuaikan
dengan Konvensi Berne yang diselenggarakan pada tahun 1886. Undang-Undang yang
diterapkan menjadi Auteurswet. Momentum inilah sebenarnya yang menjadikan
Indonesia mulai ikut terikat kepada Konvensi Berne. Sejak saat itu, mulai
diberlakukanlah berbagai mekanisme yang mengimplementasikan hasil Konvensi Paris
dan Berne di Indonesia, yang notabene juga diterapkan di Belanda. Peraturan Hak Milik
Industrial Kolonial pada tahun 1912 adalah contoh undang-undang yang mengatur hak
merek tertua yang diterapkan di Indonesia dan daerah jajahannya Belanda lainnya.
Belanda menerapkan undang-undang hak kekayaan intelektual, ada tiga bidang
utama yang diatur, yaitu: Pertama, Auterswet 1912 (Undang-undang Hak Pengarang
1912, Undang-undang Hak Cipta; S.1912—600); Kedua, Reglement Industriele
Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak Milik Industrial Kolonial 1912; S.1912—545
jo. S.1913—214); Ketiga, Octrooiwet 1910 (Undang-undang Paten 1910; S.1910—33,
yis S.1911—33, S.1922—54).109Implementasi undang-undang hak intelektual pada
masa ini juga bersifat pluralis karena disesuaikan dengan golongan penduduk
(Bumiputera, Eropa, dan Timur Asing) yang diperlakukan pada saat itu. Artinya,
pengenaan Undang-Undang hak kekayaan intelektual ini tidak berlaku untuk semua
penduduk sampai ada Undang-Undang yang tidak membatasi pemberlakuan pengelolaan
hak kekayaan intelektual hanya kepada golongan tertentu.
Sejarah perkembangan HKI pada Pada era 1900 –Sebelum kemerdekaan:
a)Peraturan-peraturan lainyang terkait dengan HKI di level internasional
mencakup hasil perundingan di Uruguay yang kemudian dikenal sebagai Putaran
Uruguay (Uruguay Round). Putaran Uruguay yang berlangsung pada tahun 1986–1994
membahas tentang tarif dan perdagangan dunia atau General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT). Hasil dari putaran ini adalah dengan membentuk organisasi perdagangan
dunia atau World Trade Organisation (WTO), selain itu juga membahas dan
menyepakati persetujuan tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan perdagangan
dan hak kekayaan intelektual atau Agreement on Trade Related Aspectsof Intellectual
Property Rights (TRIPs)
b)Tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi persetujuan WTO Agreement on
Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) melalui UU No. 7 Tahun
1994, Di Indonesia, secara historis telah memiliki peraturan perundang-undangan di
bidang HKI sejak zaman Pemerintahan Kolonial Belanda. Pemerintah Kolonial Belanda
mulai memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada
tahun 1844. Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek (1885), UU Paten (1910),
dan UU Hak Cipta (1912);
Historial keberadaan HAKI di Indonesia pasca merdeka
pasca kemerdekaan Indonesia, serta merta ikut mempengaruhi eksistensi
keberadaan undang-undang hak kekayaan intelektual buatan Belanda. Namun demikian,
berdasarkan pasal 2 Aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 tahun 1945, pemberlakukan hukum mengenai undang-undang buatan
Belanda masih dapat diteruskan penerapannya sampai ada pengganti Undang-Undang baru
yang dirumuskan oleh pemerintah Indonesia. Keluarnya pengumuman menteri kehakiman
RI No. JS 5/41 tanggal 12 Agustus 1953 dan No. JG 1/2/17 tanggal 29 Agustus 1953
tentang Pendaftaran Sementara Paten menjadi tonggak munculnya produk hukum pertama
hasil legislasi pemerintah Indonesia terkait dengan pengelolaan hak intelektual.
Pengumuman ini kemudian diperbaiki kembali dengan keluarnya Undang-undang No. 21
Tahun 1961 tentang Merek pada tahun 1961. Perbaikan demi perbaikan kemudian
memunculkan beberapa perubahan undang-undang tentang hak kekayaan intelektual, yaitu
keluarnya Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Pengelolaan hak
intelektual, khususnya dipaten, pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang Undang-
undang No. 6 Tahun 1989 tentang Paten 68 Universitas Indonesia yang mulai efektif
berlaku tahun 1991. Di tahun 1992, Pemerintah mengganti Undang-Undang No. 21 Tahun
1961 tentang Merek dengan Undang-undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek.
Setidaknya sejak pembuatan Undang-Undang pertama kali sampai dengan tahun 1999
perihal pengelolaan hak kekayaan intelektual, ada tiga bidang utama yang mendapat
perlidungan dan diatur secara rinci, yaitu terkait dengan hak cipta, paten, dan merek.
Adapun bidang-bidang yang baru mendapat perlindungan pasca tahun 1999, tercatat ada
empat bidang utama, antara lain: hak kekayaan intelektual varietas tanaman, rahasia
dagang, desain industri, serta desain tata letak sirkuit terpadu.110 Masing-masing bidang
ini diatur dalam undang-undang RI, yaitu: UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Varietas
Tanaman, UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang , UU Nomor 31 Tahun
2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu , UU Nomor 32 Tahun 2000 Tentang
Desain Industri.
2. Kenapa HAKI sangat penting dalam pembangunan hukum khususnya dan
pembangunan bidang lain pada umumnya

kenapa HAKI sangat penting dalam pembangunan hukum khususnya

Hak ata Kekayaan Intelektual penting untuk diketahui dan diterapkan selain untuk
melindungi hak ekonomis milik pencipta karya, terdapat manfaat lain dari penerapan HAKI.

 Sebagai perlindungan hukum kepada pencipta, juga terhadap hasil cipta karya serta
nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya. Juga sebagai sebuah perlindungan
akan aset berharga yang dipunyai perorangan ataupun kelompok dalam bentuk hasil
karya.
 Mengantisipasi adanya pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual orang lain.
 Meningkatkan kompetisi dan juga memperluas pangsa pasar, khususnya dalam hal
komersialisasi kekayaan intelektual. Hal ini mungkin timbul, karena dengan adanya
HaKI, akan memberikan motivasi kepada para pencipta, industri dan masyarakat
luas untuk dapat berkarya dan berinovasi, serta mendapatkan apresiasi dari
ciptaannya tersebut.
 Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi penelitian, industri dan juga
usaha di Kawasan Indonesia.

Peran penting HAKI dalam pembangunan bidang lain pada umumnya

 Pentingnya HKI dalam Dunia Usaha

Kemajuan dunia usaha tentunya tidak dapat dilepaskan dari pembangunan di bidang
ekonomi yang pelaksanaannya dititikberatkan pada sektor industri. Dalam rangka menunjang
pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha yang dititikberatkan pada sektor industri, faktor
perangkat hukum khususnya perangkat hukum kekayaan intelektual, sangat memegang peran
penting guna memberikan adanya kepastian hukum yang jelas dan tegas dalam melindungi
kepentingan para pelaku usaha dan masyarakat. Penegakkan hukum, khususnya hukum
kekayaan intelektual, diharapkan mampu mengantisipasi kemajuan di setiap sektor usaha,
khususnya sektor industri.

Arus globalisasi ekonomi telah membawa pengaruh yang cukup “significant” bagi
pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di Indonesia, khususya untuk sektor industri.
Sebagai Negara berkembang, Indonesia harus memandang sisi perdagangan internasional
yang menimbulkan adanya persaingan sebagai suatu hal yang mempunyai arti penting. Dalam
era globalisasi ekonomi terdapat lima isu yang berkembang, yaitu Hak Asasi Manusia
(HAM), Demokratisasi, Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Hak atas Kepemilikan
Intelektual dan Standardisasi. Berangkat dari hal itulah, isu perlindungan hukum bagi produk
industri, termasuk produk-produk industri yang dihasilkan oleh kemampuan intelektual
manusia, menjadi isu yang tidak dapat dilepaskan dalam kerangka perdagangan bebas. Dalam
era perdagangan bebas, usaha-usaha industri kecil perlu ditingkatkan dan dikembangkan agar
dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing dalam hal mutu, harga, dan sistem
manajemen terpadu agar dapat menembus pasar, baik pasar dalam negeri maupun
internasional.

Begitu pentingnya HAKI dalam dunia usaha, khususnya dalam meningkatkan


kreatifitas, perlu adanya suatu tindakan mensosialisasi, membudayakan dan memberdayaan
HAKI kepada seluruh lapisan masyarakat, baik pelaku usaha, aparat penegak hukum maupun
masyarakat selaku konsumen. Ada lima langkah strategis dalam pembangunan sistem HKI di
Indonesia, yaitu sosialisasi HKI, pembangunan administrasi dan kelembagaan,
penyempurnaan legislasi dan penyertaan pada perjanjian internasional, serta kerjasama
internasional dan koordimasi penegakan hukum.

Ikut sertanya Indonesia sebagai anggota WTO dan turut serta menandatangani
Perjanjian Multilateral GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) Puturan Uruguay
tahun 1994, serta meratifikasinya dengan Undang-undang (UU) No. 7 Tahun 1994,
membawa akibat Indonesia harus membentuk dan menyempurnakan hukum nasionalnya
serta terikat dengan ketentuan-ketentuan tentang Hak atas Kepemilikan Intelektual (HAKI)
yang diatur dalam GATT, yang salah satu lampirannya dari persetujuan GATT adalah TRIPs
(Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights), yang diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebagai Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak atas Kepemilikan
Intelektual.

Konsekuensi Indonesia dalam meratifikasi GATT dengan UU No. 7 Tahun 1994 adalah
bahwa Indonesia diwajibkan untuk memasukan perangkat hukum HKI dalam sistem hukum
nasional Indonesia. Indonesia juga telah menyempurnakan peraturan perundang-undangan
dibidang HKI, diantaranya UU Hak Cipta, Paten, Merek, dan juga Indonesia juga telah
mengundangkan UU HKI lainnya, seperti UU Rahasia Dagang, Desain Industri, Tata Letak
Sirkuit Terpadu, Varitas Tanaman

1. .     Pentingnya Perlindungan Hukum bagi HKI dalam Pembangunan Sektor Industri

HAKI memegang peranan penting dalam perkembangan sektor industri, karena melalui HKI
dapat dihasilkan penemuan baru, teknologi canggih, kualitas tinggi, maupun standar mutu.
Semakin tinggi tingkat kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tentunya
akan makin maju perkembangan HKI dan makin cepat perkembangan sektor industri.
Disamping itu juga HKI merupakan basis perdagangan karena HKI menjadi dasar
perkembangan perdagangan yang menggunakan merek terkenal sebagai goodwill, lambing
kualitas dan standar mutu, sarana menembus pasar, baik domestik maupun internasional.
Begitu pentingnya HKI dalam pembangunan sektor industri, sudah seharusnya HKI perlu
dilindungi oleh hukum. Dasar pertimbangan HKI perlu dilindungi oleh hukum adalah
karena :[5]

1. Alasan yang bersifat non-ekonomis. Perlindungan hukum akan memacu mereka yang
menghasilkan karya-karya intelektual tersebut untuk terus melakukan kreatifitas intelektual.
Hal ini akan meningkatkan self actualization pada diri manusia. Bagi masyarakat hal ini akan
berguna untuk meningkatkan perkembangan hidup mereka.
2. Alasan yang bersifat ekonomis. Untuk melindungi mereka yang melahirkan karya intelektual
tersebut berarti yang melahirkan karya tersebut mendapat keuntungan materiil dari karya-
karyanya. Di pihak lain melindungi mereka dari adanya peniruan, pembajakan, penjiplakan
mampu perbuatan curang lainnya yang dilakukan oleh orang lain atas karya-karya mereka
yang berhak.
Sebagai konsekuensi Indonesia menjadi anggota WTO dengan meratifikasi Persetujuan
GATT dengan UU No. 7 Tahun 1994, komitmen terhadap APEC (Asia Pasific Economic
Cooperation) dan pemberlakuan AFTA (Asean Free Trade Area) 2003 membawa Indonesia
bersedia menerima liberalisme perdagangan. Dalam perdagangan bebas, persaingan adalah
hal yang wajar untuk memperoleh keuntungan maksimal dan menguasai pangsa pasar untuk
mengungguli pelaku usaha lain. Persaingan membawa pengaruh positif dan negatif dalam
dunia usaha. Pengaruh positif dari adanya persaingan adalah terciptanya harga yang bersaing,
kualitas produk yang baik, serta tersediannya berbagai pilihan terhadap suatu produk.
Sedangkan dampak negatifnya adalah terciptanya persaingan usaha tidak sehat di antara para
pelaku usaha. Persaingan usaha tidak sehat dapat diartikan sebagai persaingan antar pelaku
usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran produk yang dilakukan
secara tidak jujur (melawan hukum). Persaingan tidak sehat dalam bidang HKI adalah
melakukan tindakan-tindakan peniruan, pemalsuan serta praktik-praktik tidak sehat lainnya,
yang tentunya ini sangat merugikan pemilik, Negara, dan juga masyarakat selaku konsumen.
Oleh karena itulah maka pentingnya HKI dilindungi oleh hukum sehingga praktik-praktik
persaingan tidak sehat dalam bidang HKI setidaknya dapat dicegah dan adanya sanksi yang
tegas guna memberikan efek jera bagi para pelaku usaha curang di bidang HKI.

Dalam sistem hukum Indonesia, secara umum terdapat tiga bagian besar untuk mengatasi
persaingan curang, yaitu :[6]

1. Hukum Umum, dalam hal ini Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Pasal
1365[7] dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHPidana), Pasal 322 jo. Pasal 323 jo.
Pasal 382bis.[8]
2. Hukum Khusus, dalam hal ini adalah peraturan perundang-undangan dibidang HKI, yang
meliputi dua kelompok, yakni Hak Cipta dan Hak Milik Industri/Perindustrian, yang terdiri
dari Paten, Merek, Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain Tata Letak Siskuit Terpadu, dan
Varitas Tanaman.
3. 3.      Hukum Khusus, yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Untuk masalah pelanggaran dibidang HKI yang
bertujuan untuk menciptakan persaingan secara tidak sehat dapat diajukan berdasarkan
ketentuan UU ini. Tentunya perlu diingat untuk perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan
HKI seperti lisensi paten, merek, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik
terpadu dan rahasia dagang serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba tidak dapat
diterapkan ketentuan UU ini karena hal tersebut dikecualikan dari UU No. 5 Tahun 1999
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Pasal 50.

Anda mungkin juga menyukai