0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas empat topik utama yaitu peran undang-undang paten dalam pembangunan Indonesia, penegakan hukum merek di Indonesia, pengaruh globalisasi terhadap hukum hak cipta Indonesia, dan eksistensi WTO terhadap pembangunan Indonesia melalui perjanjian TRIPS dan hak kekayaan intelektual.
Dokumen tersebut membahas empat topik utama yaitu peran undang-undang paten dalam pembangunan Indonesia, penegakan hukum merek di Indonesia, pengaruh globalisasi terhadap hukum hak cipta Indonesia, dan eksistensi WTO terhadap pembangunan Indonesia melalui perjanjian TRIPS dan hak kekayaan intelektual.
Dokumen tersebut membahas empat topik utama yaitu peran undang-undang paten dalam pembangunan Indonesia, penegakan hukum merek di Indonesia, pengaruh globalisasi terhadap hukum hak cipta Indonesia, dan eksistensi WTO terhadap pembangunan Indonesia melalui perjanjian TRIPS dan hak kekayaan intelektual.
1. Peran Undang-Undang tentang hak Paten dalam pelaksanaan pembangunan di
Indonesia. Berkaitan dengan alasan dibentuknya UU Paten 1989, disebutkan dalam bagian konsideran: a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan sektor ekonomi pada khususnya, teknologi memiliki peranan yang sangat penting artinya dalam usaha peningkatan dan pengembangan industri; c. bahwa dengan memperhatikan pentingnya peranan teknologi dalam peningkatan dan pengembangan industri tersebut, diperlukan upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi dan perangkat untuk memberikan perlindungan hukum terhadap hasil kegiatan tersebut; d. bahwa untuk mewujudkan iklim dan perangkat perlindungan hukum sebagaimana tersebut diatas, dipandang perlu untuk segera menetapkan pengaturan mengenai paten dalam suatu undangundang. Dari konsideran tersebut, yang juga diperjelas pada bagian penjelasan umum, tersimak bahwa UU Paten 1989 dimaksudkan sebagai perangkat perlindungan hukum bagi kegiatan penemuan teknologi. Perlindungan tersebut diperlukan karena teknologi dipandang memiliki peranan yang sangat penting bagi upaya peningkatan dan pengembangan industri. Dengan demikian, tampak bahwa alasan yang mendasari pembentukan UU Paten 1989 adalah kehendak pemerintah untuk meningkatkan dan mengembangkan industri.
2. Pendapat mengenai penegakan hukum di bidang Merek di Indonesia?
Peraturan Perundang-undangan tentang Merek di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sehingga timbul persaingan usaha dagang, karena dengan melihat suksesnya dan tingginya reputasi suatu merek dengan produknya, sering membuat orang tergoda untuk membuatnya atau menyamainya meskipun dengan cara membonceng, meniru dengan mengikuti dan memiripkan baik bentuk, bunyi, lukisan dari suatu produk barang tertentu. Bagi pihak yang berbuat demikian dapat menimbulkan akibat pada pemilik merek yang telah mempunyai reputasi tinggi suatu kerugian besar yang dapat berupa turunnya omzet karena pelanggannya terkecoh, sehingga dapat menimbulkan klaim dari pelanggarannya, dengan demikian perlu adanya suatu upaya perlindungan hukum terhadap tindakan yang demikian tersebut. Diperlukan tindakan yang tegas terhadap pihak-pihak yang melanggar hak atas merek. Untuk itu, penyediaan perangkat hukum dibidang merek harus didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan benar-benar berkompeten dalam mengurus persolan dibidang merek. Perangkat hukum yang ada diharapkan memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku pelanggaran hukum merek agar timbul efek jera bagi masyarakat untuk tidak melakukan pelanggaran hukum khususnya dibidang merek. Selain itu, sosialisasi dibidang merek dirasa perlu dilakukan kepada masyarakat. Kesadaran masyarakat umum ataupun pengusaha sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya praktekpraktek curang dibidang merek, juga dapat menjamin terlaksananya proses perdagangan barang dan jasa yang sehat.
3. Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan hukum di bidang Hak Cipta di
Indonesia. Sebagai dampak dari pengaruh globalisasi adalah masuknya arus teknologi dari luar yang telah memperoleh hak paten , sebagai bagian dari Intellectual Property Right dimana hak tersebut telah diakui dan mendapat perlindungan Internasional antara lain Paris Convention for the Protection of Industrial Property 1883, Berne Convention of Scientific Literary and Artistic Works 1886, Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 1948, World Intellectual Property Organization (WIPO), serta Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) Di Indonesia sendiri perlindungan hukum atas hak cipta telah di atur dalam perundang-undangan sejak zaman Hindia Belanda. Paska kemerdekaan Indonesia masih memberlakukan peraturan – peraturan yang telah di tetapkan pemerintah Hindia Belanda tersebut. Hingga pada tahun 1961 Indonesia barulah mempunyai peraturan perundang – undangan terkait hak cipta dengan di keluarkannya Undang – Undang mengenai Merk , di susul dengan Undang – Undang Hak Cipta tahun 1982, Undang – Undang Paten pada tahun 1989, peraturan perundang – undangan tersebut terus di perbarui hingga saat ini yang terakhir adalah Undang – Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
4. Eksistensi WTO terhadap pembangunan Indonesia jika dikaitkan dengan TRIPS
Agreement dan Hak Kekayaan Intelektual. Dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia resmi menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization-WTO). Dengan demikian, Indonesia terikat kepada semua ketentuan yang ditetapkan dalam badan tersebut. Salah satu bidang ekonomi yang mengglobal yang pengaturannya disepakati dalam pembentukan WTO adalah bidang HAKI (Intellectual Property Rights). Kesepakatan ini diambil dalam Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Atas Kekayaan Intelektual (Agreements on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights-TRIPs) pada bulan April 1994 di Marrakesh, Maroko, yang memuat norma-norma dan standar perlindungan HAKI dan aturan pelaksanaan penegakan hukum di bidang HAKI. Indonesia sebagai anggota WTO harus menyesuaikan ketentuan-ketentuan, khususnya di bidang HAKI, terhadap ketentuan- ketentuan di dalam TRIPs. Oleh karena itu, selain mengubah tiga paket undang- undang di bidang HAKI, Indonesia juga telah meratifikasi lima Persetujuan Internasional di bidang HAKI tersebut pada tanggal 7 Mei 1997. Ketiga paket undang-undang tersebut adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta, Undang- Undang No. 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-Undang No. 6 Tahun 1989 tentang Paten, dan Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang- Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 Tentang Merek. Perubahan-perubahan ini bersifat penyempurnaan, penambahan, maupun penggantian materi undang-undang sebelumnya dalam rangka menyesuaikannya dengan TRIPs dan memajukan perekonomian nasional.