Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SAFIRA NURUL HIDAYAH

NPM : 201021052

UAS : HAKI (Prof. Dr. H. Syafrinaldi, S.H., MCL)

1. Peran Undang-Undang tentang hak Paten dalam pelaksanaan pembangunan di


Indonesia.
Berkaitan dengan alasan dibentuknya UU Paten 1989, disebutkan dalam bagian
konsideran: a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual; b. bahwa dalam rangka
pelaksanaan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan sektor
ekonomi pada khususnya, teknologi memiliki peranan yang sangat penting artinya
dalam usaha peningkatan dan pengembangan industri; c. bahwa dengan
memperhatikan pentingnya peranan teknologi dalam peningkatan dan pengembangan
industri tersebut, diperlukan upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi
kegiatan penemuan teknologi dan perangkat untuk memberikan perlindungan hukum
terhadap hasil kegiatan tersebut; d. bahwa untuk mewujudkan iklim dan perangkat
perlindungan hukum sebagaimana tersebut diatas, dipandang perlu untuk segera
menetapkan pengaturan mengenai paten dalam suatu undangundang.
Dari konsideran tersebut, yang juga diperjelas pada bagian penjelasan umum,
tersimak bahwa UU Paten 1989 dimaksudkan sebagai perangkat perlindungan
hukum bagi kegiatan penemuan teknologi. Perlindungan tersebut diperlukan karena
teknologi dipandang memiliki peranan yang sangat penting bagi upaya peningkatan
dan pengembangan industri. Dengan demikian, tampak bahwa alasan yang mendasari
pembentukan UU Paten 1989 adalah kehendak pemerintah untuk meningkatkan dan
mengembangkan industri.

2. Pendapat mengenai penegakan hukum di bidang Merek di Indonesia?


Peraturan Perundang-undangan tentang Merek di Indonesia telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Sehingga timbul persaingan usaha dagang, karena
dengan melihat suksesnya dan tingginya reputasi suatu merek dengan produknya,
sering membuat orang tergoda untuk membuatnya atau menyamainya meskipun
dengan cara membonceng, meniru dengan mengikuti dan memiripkan baik bentuk,
bunyi, lukisan dari suatu produk barang tertentu. Bagi pihak yang berbuat demikian
dapat menimbulkan akibat pada pemilik merek yang telah mempunyai reputasi tinggi
suatu kerugian besar yang dapat berupa turunnya omzet karena pelanggannya
terkecoh, sehingga dapat menimbulkan klaim dari pelanggarannya, dengan demikian
perlu adanya suatu upaya perlindungan hukum terhadap tindakan yang demikian
tersebut.
Diperlukan tindakan yang tegas terhadap pihak-pihak yang melanggar hak atas
merek. Untuk itu, penyediaan perangkat hukum dibidang merek harus didukung oleh
sumber daya manusia yang handal dan benar-benar berkompeten dalam mengurus
persolan dibidang merek. Perangkat hukum yang ada diharapkan memberikan sanksi
yang tegas bagi pelaku pelanggaran hukum merek agar timbul efek jera bagi
masyarakat untuk tidak melakukan pelanggaran hukum khususnya dibidang merek.
Selain itu, sosialisasi dibidang merek dirasa perlu dilakukan kepada masyarakat.
Kesadaran masyarakat umum ataupun pengusaha sangat dibutuhkan untuk
menghindari terjadinya praktekpraktek curang dibidang merek, juga dapat menjamin
terlaksananya proses perdagangan barang dan jasa yang sehat.

3. Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan hukum di bidang Hak Cipta di


Indonesia.
Sebagai dampak dari pengaruh globalisasi adalah masuknya arus teknologi dari
luar yang telah memperoleh hak paten , sebagai bagian dari Intellectual Property
Right dimana hak tersebut telah diakui dan mendapat perlindungan Internasional
antara lain Paris Convention for the Protection of Industrial Property 1883, Berne
Convention of Scientific Literary and Artistic Works 1886, Universal Declaration of
Human Rights (UDHR) 1948, World Intellectual Property Organization (WIPO),
serta Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs)
Di Indonesia sendiri perlindungan hukum atas hak cipta telah di atur dalam
perundang-undangan sejak zaman Hindia Belanda. Paska kemerdekaan Indonesia
masih memberlakukan peraturan – peraturan yang telah di tetapkan pemerintah
Hindia Belanda tersebut. Hingga pada tahun 1961 Indonesia barulah mempunyai
peraturan perundang – undangan terkait hak cipta dengan di keluarkannya Undang –
Undang mengenai Merk , di susul dengan Undang – Undang Hak Cipta tahun 1982,
Undang – Undang Paten pada tahun 1989, peraturan perundang – undangan tersebut
terus di perbarui hingga saat ini yang terakhir adalah Undang – Undang No.28 Tahun
2014 Tentang Hak Cipta

4. Eksistensi WTO terhadap pembangunan Indonesia jika dikaitkan dengan TRIPS


Agreement dan Hak Kekayaan Intelektual.
Dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia resmi menjadi
anggota Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization-WTO). Dengan
demikian, Indonesia terikat kepada semua ketentuan yang ditetapkan dalam badan
tersebut. Salah satu bidang ekonomi yang mengglobal yang pengaturannya
disepakati dalam pembentukan WTO adalah bidang HAKI (Intellectual Property
Rights). Kesepakatan ini diambil dalam Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang
Hak Atas Kekayaan Intelektual (Agreements on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights-TRIPs) pada bulan April 1994 di Marrakesh, Maroko,
yang memuat norma-norma dan standar perlindungan HAKI dan aturan pelaksanaan
penegakan hukum di bidang HAKI. Indonesia sebagai anggota WTO harus
menyesuaikan ketentuan-ketentuan, khususnya di bidang HAKI, terhadap ketentuan-
ketentuan di dalam TRIPs. Oleh karena itu, selain mengubah tiga paket undang-
undang di bidang HAKI, Indonesia juga telah meratifikasi lima Persetujuan
Internasional di bidang HAKI tersebut pada tanggal 7 Mei 1997. Ketiga paket
undang-undang tersebut adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 1997 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta, Undang-
Undang No. 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-Undang No. 6 Tahun 1989
tentang Paten, dan Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-
Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 Tentang Merek. Perubahan-perubahan ini
bersifat penyempurnaan, penambahan, maupun penggantian materi undang-undang
sebelumnya dalam rangka menyesuaikannya dengan TRIPs dan memajukan
perekonomian nasional.

Anda mungkin juga menyukai