Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada prinsipnya keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan organisasi perdagangan
dunia atau Agreement Estabilishing The World Trade Organization yang didalamnya
mencakup persetujuan tentang aspek-aspek dagang Hak Kekayaan Intelektual, termasuk
perdagangan barang palsu (Agreement on Trade Related Aspect of Intelectual Property
Rights, Including Trade in Counterfit Goods of Trips) berarti menyetujui rencana persaingan
dunia dan perdagangan bebas meskipun dikemas dengan persetujuan-persetujuan lain di
bidang tarif dan perdagangan.
Pembentukan organisasi itu dilakukan dalam sidang di Marakesh, Maroko pada
tanggal 15 April 1994. Kemudian pembentukan itu disahkan melalui Undang-undang No.7
Tahun 1994 pada tanggal 2 November 1994 tentang Pengesahan Agreement Estabilishing
The World Trade Organization (persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia).
Konsekuensi keikutsertaan itu adalah bagaimana mempersiapkan para pengusaha Indonesia
agar mampu melakukan persaingan jujur dan sehat dalam pasar global. Persaingan tersebut
tidak hanya akan dilakukan oleh dan diantara negara-negara berkembang yang satu dengan
yang lainnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut serta meratifikasi TRIPs melalui UU
No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Sebagai konsekuensinya Indonesia mempunyai keterikatan untuk melaksanakan ketentuan-
ketentuan dalam TRIPs yang mengatur tentang Intellectual Property Rights tersebut.
Implementasi langsung dari kebijakan ini, Indonesia telah memiliki perundang-undangan di
bidang Hak cipta, Paten, Merek, Rahasia Dagang, Desain Industri dan Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu.
Persaingan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan yang dihadapi
para pengusaha dalam mencapai tujuan yaitu memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan
mengungguli perusahaan lain serta menjaga perolehan laba tersebut. Dalam mencapai tujuan
tersebut, sering kali terjadi praktek persaingan curang yang dapat menimbulkan konflik
antara pengusaha yang satu dengan pengusaha yang lain. Konflik itu juga dapat merugikan
rakyat sebagai konsumen untuk mencegah dan mengatasi persaingan curang itu, diperlukan
hukum yang akan menentukan rambu-rambu yang harus ditaati secara preventif dan represif

1
bagi mereka yang melakukan persaingan. Tujuannya tidak lain agar hukum dapat mencegah
terjadinya persaingan curang. Lingkup tujuan di atas termasuk pula tindakan hukum terhadap
pengusaha yang melakukan pelanggaran terhadap pemilik hak rahasia dagang.
Jika memperhatikan peraturan-peraturan yang tercakup dalam hukum umum, tampaknya
pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan pasal 322 serta pasal 323 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana telah tidak memadai untuk melindungi pemegang Hak
Rahasia Dagang dari tindakan pengusaha lain yang melakukan persaingan curang.
Karena pasal-pasal itu dianggap kurang memadai, maka perlu dibentuk hukum khusus
yang diatur dalam Undang-undang Rahasia Dagang Nomor 30 Tahun 2000.
Meskipun perlindungan terhadap pemilik Hak Rahasia Dagang tidak harus selalu diatur
dalam suatu undang-undang khusus, karena bisa saja perlindungan itu diatur dalam satu
undang-undang yang bersifat umum, yang didalamnya juga memberikan perlindungan
terhadap pemilik Hak Rahasia Dagang sebagaimana diterapkan di beberapa negara industri
maju, misalnya : Amerika Serikat, Jepang, Jerman atau Australia.
Namun Indonesia menganggap perlu membuat secara khusus Undang-undang Rahasia
Dagang yang memberikan perlindungan terhadap pemilik hak tersebut. Undang-undang
Rahasia Dagang ini merupakan salah satu dari sistem hukum yang baru saja disahkan
bersama-sama Undang-undang Desain Industri dan Undang-undang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang disahkan pada akhir 2000 yang memiliki kekhasan undang-undang Hak
Kekayaan Intelektual lainnya.
Pembahasan mengenai rancangan undang-undang tentang Rahasia Dagang, Desain
Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu hingga menjadi undang-undang dapat
dianggap cukup lama dan berlangsung hampir selama setahun sejak diajukan pemerintah
kepada DPR pada tanggal 17 Desember 1999 hingga disetujui untuk menjadi undang-undang
pada rapat pleno DPR tanggal 4 Desember 2000.
Walau bukan suatu jaminan atau korelasi apabila pembahasan yang cukup lama itu
menghasilkan suatu undang-undang yang berkualitas tinggi dan mampu bertahan lama serta
mampu memenuhi harapan masyarakat. Namun kita patut mengharapkan hal itu agar tidak
sia-sia segala jerih payah tenaga, pikiran, waktu, dan biaya yang telah dikeluarkan oleh para
perancang undang-undang, baik yang berada di DPR dan pemerintah termasuk
lembagaswadaya masyarakat yang telah turun dan berpartisipasi dalam penyusunan
rancangan undang-undang itu. Bagaimanapun, kita patut berkecil hati dan kecewa apabila
beberapa waktu kemudian salah satu dan atau 3 (tiga) undang-undang itu ternyata harus
mengalami revisi, karena tidak ada (1) satu pun undang-undang di dunia ini yang tidak

2
mengalami revisi walau kerap kali memiliki banyak intepretasi.
Kehidupan masyarakat selalu dinamis, mengalami pertumbuhan dan juga perubahan yang
terjadi karena pengaruh politik, ekonomi, sosial dan budaya, baik dalam tingkat nasional dan
internasional terutama karena adanya tekanan-tekanan yang mengarah pada era perdagangan
bebas dunia. Dengan demikan, revisi terhadap undang-undang ini bisa saja terjadi karena
pengaruh faktor-faktor tersebut diatas. Tentu saja, jika terjadi perubahan, kita dapat berharap
agar perubahan itu mengarah pada kesempurnaan sehingga implementasi undang-undang itu
dapat terlaksana secara efektif dan dihormati oleh para pelaku bisnis dan oleh para penegak
hukum. Selain itu administrator atau aparat Dirjen HAKI pun mampu melaksanakan pasal-
pasal yang terdapat dalam undang-undang ini secara konsisten dan tidak menzalimi para
usahawan yang tidak paham terhadap undang-undang ini, atau menzalimi masyarakat karena
aparat tersebut memegang kekuasaan.
Kita tentu berharap pula, agar masalah penegakan hukum yang akan dilaksanakan
oleh polisi, jaksa serta hakim mampu dilakukan secara profesional dan adil berdasarkan pada
moralitas agama yang dianutnya. Yang perlu dipikirkan saat ini adalah implementasi dan
sistem hukum Rahasia Dagang dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ekonomi
nasional, khususnya bagi para pengusaha nasional agar kesetaraan dan kemampuan mereka
dalam persaingan dunia melalui pemahaman terhadap Hak Kekayaan Intelektual terutama
Rahasia Dagang dapat ditingkatkan.
Adanya undang-undang khusus yang mengatur rahasia dagang, diharapkan dapat
memberi perlindungan terhadap pemiik hak rahasia dagang sehingga akan memacu dan
meningkatkan kreatifitas atau inovasi pada umumnya, dalam rangka mengembangkan
usahanya. Selain itu, ada harapan agar mampu mengatasi persaingan curang secara preventif
dan represif dari para pelaku pesaing curang yang mengabaikan pengembangan kreatifitas,&
inofasinya.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rahasia dagang?
2. Bagaimanakah perlindungan Rahasia Dagang di Indonesia ?
3. Bagaimana Penyelesaian Pelanggaran Rahasia Dagang ?

C. Tujuan  Penelitian
1. Untuk mengetahui pentingnya Undang-undang Rahasia Dagang.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum atas Rahasia Dagang
3. Untuk mengetahui  bagaimana upaya penyelesaian sengketa pelanggaran

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rahasia Dagang


Dalam UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, pasal 1 bahwa :
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang tekhnologi
dan/atau bisnis, mempuyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
Hak Rahasia Dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan
Undang-undang ini. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang
kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan
pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Rahasia Dagang yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.

Dilihat dari definisi tersebut terdapat unsur-unsur, sebagai berikut:


1) Informasi yang tidak diketahui umum di bidang tekhnologi atau bisnis
2) Mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
3) Dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang

Dalam pasal 2 UU No. 30 Tahun 2000, bahwa Ruang Lingkup dari rahasia dagang
adalah Lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan atau informasi lain di bidang teknologi dan atau bisnis yang memiliki nilai
ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Informasi tersebut harus memiliki nilai
ekonomis, bersifat aktual dan potensial, tidak diketahui umum serta tidak dapat dipergunakan
oleh orang lain yang tidak secara detail mengetahui informasi tersebut. Informasi inipun
harus secara konsisten dijaga kerahasiaannya (dengan langkah-langkah tertentu menurut
ukuran wajar), sehingga tidak dapat dipergunakan oleh orang lain, karena dengan informasi
tersebut seseorang dapat memperoleh keunggulan kompetitif untuk bersaing dengan
kompetitornya yang tidak mengetahui informasi tersebut.
Kelalaian pemilik informasi atas hal ini dapat menggugurkan eksistensi rahasia
dagang itu sebagai Hak Milik Intelektual. Informasi dalam rahasia dagang dikelompokkan
dalam informasi dibidang teknologi dan informasi dibidang bisnis.

5
Adapun yang dimasukkan dalam informasi teknologi, adalah :
1) informasi tentang penelitian dan pengembangan suatu teknologi
2) informasi tentang produksi/proses
3) informasi mengenai kontrol mutu

Sedangkan yang dimaksud dalam informasi bisnis, adalah :


1) informasi yang berkaitan dengan penjualan dan pemasaran suatu produk
2) informasi yang berkaitan dengan para langganan
3) informasi tentang keuangan
4) informasi tentang administrasi

Informasi yang terdapat dalam iklan, brosur, buku panduan pengoperasian, yang
diberikan kepada masyarakat adalah informasi yang tidak lagi dikategorikan dalam informasi
yang diatur dalam rahasia dagang. Dengan adanya unsur kerahasiaan dalam rahasia dagang
ini menyebabkan rahasia dagang tidak memiliki batas jangka waktu perlindungan, yang
terpenting adalah selama pemilik rahasia dagang tetap melakukan upaya untuk menjaga
kerahasiaan dari informasi, maka informasi ini masih tetap dalam perlindungan rahasia
dagang. Berbeda dengan hak cipta atau paten, perlindungan terhadap rahasia dagang tidak
memiliki jangka waktu yang terbatas.
Oleh karenanya banyak inventor yang merasa perlindungan yang diberikan oleh
rahasia dagang lebih menguntungkan dibandingkan dengan perlindungan hak milik
intelektual lainnya. Seperti paten dimana untuk mendapatkan perlindungannya seorang
inventor harus benar-benar menemukan sesuatu yang sifatnya baru (novelty), adanya langkah
inventif, serta harus memenuhi syarat-syarat yang sangat kompleks yang ditetapkan Kantor
Paten. Selain itu memiliki jangka waktu selama 20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan
dan jangka waktu tersebut tidak dapat diperpanjang. Setelah tercapainya jangka waktu
tersebut hak paten tersebut akan diumumkan ke publik.
Sedangkan rahasia dagang dapat dilakukan secara lebih fleksibel karena tidak terikat
syarat-syarat formal seperti halnya yang terjadi dalam sistem hukum paten, yang memerlukan
pemenuhan formalitas dan proses pemeriksaan dan rahasia dagang memiliki jangka waktu
yang tidak terbatas.
Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi itu: Bersifat rahasia hanya
diketahui oleh pihak tertentu bukan secara umum oleh masyarakat, Memiliki nilai ekonomi

6
apabila dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yg bersifat komersial atau
dapat meningkatkan keuntungan ekonomi, Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para
pihak yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.
Tidak dianggap sebagai pelanggaran rahasia dagang apabila: Mengungkap untuk
kepentingan hankam, kesehatan, atau keselamatan masyarakat, Rekayasa ulang atas produk
yang dihasilkan oleh penggunaan rahasia dagan milik orang lain yang dilakukan semata-mata
untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan.
Lama Perlindungan Beberapa alasan/keuntungan penerapan Rahasia Dagang
dibandingkan Paten adalah karya intelektual tidak memenuhi persyaratan paten, masa
perlindungan yang tidak terbatas, proses perlindungan tidak serumit dan semahal paten,
lingkup dan perlindungan geografis lebih luas. Pelanggaran dan Sanksi
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan dan mengungkapkan Rahasia
Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis
untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan, atau pihak lain yang
memperoleh/menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Prosedur Perlindungan Untuk mendapat perlindungan Rahasia Dagang tidak perlu
diajukan pendaftaran (berlangsung secara otomatis), karena undang-undang secara langsung
melindungi Rahasia Dagang tersebut apabila informasi tersebut bersifat rahasia, bernilai
ekonomis dan dijaga kerahasiaannya, kecuali untuk lisensi Rahasia Dagang yang diberikan. 
Lisensi Rahasia Dagang harus dicatatkan ke Ditjen. HAKI - DepkumHAM.

7
B. Dasar Hukum Indonesia Dalam Perlindungan Rahasia Dagang
Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi itu, Bersifat rahasia hanya
diketahui oleh pihak tertentu bukan secara umum oleh masyarakat,Memiliki nilai ekonomi
apabila dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yg bersifat komersial atau
dapat meningkatkan keuntungan ekonomi, Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para
pihak yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut. , kecuali
untuk lisensi Rahasia Dagang yang diberikan. Lisensi Rahasia Dagang harus dicatatkan ke
Ditjen HaKI – Depkum HAM.
Adapaun perbedaanya dengan HaKI yang lainya adalah :
1) Bentuk HaKI lainnya tidak bersifat rahasia, HaKI lain mendapatkan perlindungan
kaena merupakan sejenis kekayaan yang dimilki orang lain
2) Rahasia dagang mendapatkan perlindungan meskipun tidak mengandung nilai
kreativitas ataupun pemikiran baru. Yang terpenting adalah rahasia dagang
tersebut tidak diketahui secara umum. Misalnya,sebuah system kerja yang efektif.
3) Bentuk HaKI lain selalu berupa bentuk tertentu yang dapat ditulis,digambar atau
dicatat secra persis sesuai dengan syarat pendaftaran yang ditetapkan oleh instansi
pemerintah.
Jangka Waktu Perlindungan Dengan adanya unsur kerahasiaan dalam suatu rahasia
dagang, maka menyebabkan rahasia dagang tidak memiliki batas jangka waktu perlindungan,
karena yang terpenting adalah selama pemilik rahasia dagang tetap melakukan upaya untuk
menjaga kerahasiaan dari informasi, maka informasi tersebut masih tetap dalam perlindungan
rahasia dagang. Berdasarkan Undang-Undang Rahasia Dagang Pasal 5 ayat (1) juga
disebutkan, bahwa pemilik rahasia dagang dapat mengalihkan haknya kepada pihak lain
melalui cara-cara yang telah ditetapkan dalam undang-undang yakni melalui pewarisan,
hibah, wasiat, perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lainnya yang dibenarkan oleh undang-
undang (sebagai contoh yakni melalui putusan pengadilan yang mengharuskan pemilik
rahasia dagang untuk membuka informasinya). Dan khusus terhadap pengalihan hak atas
dasar perjanjian, diperlukan adanya suatu pengalihan hak yang didasarkan pada pembuatan
suatu akta, terutama akta otentik. Disisi lain pemilik rahasia dagang dapat pula mengalihkan
haknya melalui suatu perjanjian lisensi. Perjanjian ini hanya diberikan selama jangka waktu
tertentu dengan hak yang terbatas untuk pemegang lisensi. Dilakukan pembatasan karena
dalam prakteknya pemilik rahasia dagang hanya memberikan lisensi pada pihak lain dan
bukan berarti akan serta merta membuka seluruh informasi yang dimilikinya.

8
Sistem hukum yang ada di Indonesia mengenai persaingan curang diatur dalam secara
umum pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai perbuatan melawan
hukum. Begitu juga terdapat dalam pasal 322 jo. Pasal 323 jo.pasal 382 Kitab undang-undang
hukum pidana dan secara khusus diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat , UU No.30 Tahun 2000
tentang Rahasia Dagang. Dengan menetapkan Undang-undang rahasia dagang, Indonesia
merasa telah melaksanakan kewajiban memberikan perlindungan terhadap praktek persaingan
curang yang diatur dalam Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights
Section 7, Article 39.
Namun bila dilihat dari sisi undang-undang monopoli dan persaingan tidak sehat,
undang-undang ini memang melindungi pemilik hak rahasia dagang dari praktek persaingan
curang. Namun bagaimanakah dengan para pemilik rahasia dagang dengan melalui perjanjian
antar pihak tentang pengalihan rahasia dagang mengenai penguasaan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa, jika saling sepakat untuk memonopoli pasar?
Saat ini terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut hak tersebut,
sebagai terjemahan dari Intellectual Property Rights (IPR). Istilah yang digunakan salah
satunya adalah Hak Milik Intelektual. Prinsip Hak Milik di sini dalam hukum perdata
Indonesia seperti yang diatur dalam pasal 570 BW adalah : Hak milik adalah hak untuk
menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap
kebendaan itu dengan kedaulatan sepebuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang
atau peraturan umum yang ditetapkan pleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya dan
tidak mengganggu hak-hak orang lain: kesemuannya itu dengan tak mengurangi
kemungkinan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti
rugi. Pengertian pasal 570 BW ini, menunjukkan bahwa hak milik adalah hak yang paling
utama dimana pemilik dapat menguasai benda itu sebebas-bebasnya dalam arti dapat
memperlakukan perbuatan hukum atas benda itu secara eksklusif.
Di samping dapat melakukan perbuatan-perbuatan materiil atas benda itu, serta
pembatasannya bahwa tidak bertentangan dengan undang-undang dan ketertiban umum, juga
tidak mengakibatkan gangguan dan adanya kemungkinan pencabutan hak (onteigening).
Terkait dengan hal ini rahasia dagang sebagai bagian dari Hak Milik Intelektual
diklasifikasikan sebagai benda bergerak, sehingga dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
lain. Dalam UU Rahasia Dagang pasal 5 ayat1 menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa
hukum yang dapat mengakibatkan peralihan rahasia antara lain ; pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis atau sebab-sebab lain yang dibenarkan peraturan perundang-undangan.

9
Khusus pengalihan hak atas dasar perjanjian, diperlukan adanya suatu pengalihan hak yang
didasarkan pada pembuatan suatu akta, terutama akta otentik.
Hal ini penting mengingat aspek yang dijangkau begitu luas dan pelik, selain untuk
menjaga kepentingan masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian-perjanjian
pengalihan hak tersebut dan mempermudah pembuktian. Pemilik rahasia dagang atau
pemegang rahasia dagang dapat memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
lisensi untuk melaksanakan atau menggunakan hak rahasia dagang dalam kegiatan yang
bersifat komersial. Selama memberikan lisensi, pemilik rahasia dagang tetap boleh
melaksanakan sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga berkaitan dengan rahasia
dagang yang dimilikinya.

C. Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang


Penyelasaian Masalah Rahasia Dagang Apabila terjadi suatu sengketa yang berkaitan
dengan rahasia dagang maka dalam Undang-Undang Rahasia Dagang terdapat tiga cara
penyelesaian sengketa rahasia dagang, yaitu :
1. Secara perdata dengan mengajukan kompensasi, penghentian penggunaan atau ganti rugi
atas pelanggaran rahasia dagang, termasuk pula tuntutan ganti rugi akibat terjadi
wanprestasi dalam perjanjian lisensi tersebut. Menurut Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang
Rahasia Dagang, pemegang hak rahasia dagang atau pihak yang menerima lisensi dapat
menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan dalam
Pasal 1, yaitu menggunakan sendiri rahasia dagang dapat dilakukan gugatan ganti rugi di
samping “perintah menghentikan” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, yaitu
menggunakan sendiri rahasia dagang atau memberi lisensi kepada pihak ketiga atau
melarang pihak lain untuk menggunakan rahasia dagang. Selain itu dalam Pasal 11 ayat
(2) Undang-Undang Rahasia Dagang disebutkan bahwa gugatan yang dimaksudkan dalam
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Rahasia Dagang diajukan ke Pengadilan Negeri.
2. Melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa apabila terjadi sengketa dalam
melaksanakan perjanjian yang berkaitan dengan rahasia dagang. Menurut Pasal 12
Undang-Undang Rahasia Dagang bahwa disamping gugatan biasa melalui Pengadilan
Negeri dapat juga dijalankan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa,
seperti mediasi, konsiliasi, dan cara-cara lain yang telah disetujui oleh para Secara pidana
dengan melaporkan adanya tindak pidana terhadap pemegang hak atau penerima lisensi
hak rahasia dagang. Dari Pasal 17 ayat (1) Undang- Undang Rahasia Dagang dapat
diketahui tindak pidana yang berhubungan dengan rahasia dagang, yaitu :

10
a. Dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan rahasia dagang pihak lain.
b. Melakukan perbuatan sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 13
Undang-Undang Rahasia Dagang, yaitu dengan sengaja mengungkapkan rahasia
dagang, dan mengingkari kesepakatan atau kewajiban tertulis atau tidak tertulis
untuk menjaga rahasia dagang. Untuk pembuktian mengenai “dengan sengaja”
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, dengan mempertimbangkan akan
perjanjian atau kesepakatan antara para pihak, peraturan perundangundangan,
ketertiban umum, kesusilaan, kebiasaan, maupun kepatutan yang berlaku dan ada
dalam masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu.
c. Melakukan perbuatan sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 14 Undang-
Undang Rahasia Dagang, yang berbunyi: “Seseorang dianggap melanggar Rahasia
Dagang pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang
tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku”. Berbeda dengan rumusan Pasal 13 Undang-Undang Rahasia
Dagang yang secara tegas menyatakan “dengan sengaja”, rumusan Pasal 14
Undang-Undang Rahasia Dagang tidak merumuskan perkataan “dengan sengaja”.
Meskipun jika kita perhatikan kata “dengan cara yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku“ memerlukan suatu proses
pembuktian yang tidak sederhana, namun esensi pembuktian hanya dibatasi pada
ada tidaknya unsur “bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku” dan tidak untuk hal-hal lainnya.
Dari Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Rahasia Dagang, tindak pidana yang
disebutkan dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Rahasia Dagang adalah delik aduan. Ini
berarti proses jalannya satu perkara pidana baru berlangsung jika ada pengaduan dari pihak
yang dirugikan. Sebagai contoh perkara tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang dengan terdakwa
Hartoko di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, dimana terdakwa Hartoko diajukan ke
persidangan berdasarkan laporan dari PT Biggy Cemerlang yang merupakan perusahaan
dimana Hartoko pernah bekerja sebelumnya, dan beberapa perkara lain di Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat dan Pengadilan Negeri Bandung.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, pasal 1 bahwa :
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang tekhnologi
dan/atau bisnis, mempuyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
Dalam pasal 2 UU No. 30 Tahun 2000, bahwa Ruang Lingkup dari rahasia dagang
adalah Lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan atau informasi lain di bidang teknologi dan atau bisnis yang memiliki nilai
ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.
Alasan/keuntungan penerapan Rahasia Dagang dibandingkan Paten adalah karya
intelektual tidak memenuhi persyaratan paten, masa perlindungan yang tidak terbatas, proses
perlindungan tidak serumit dan semahal paten, lingkup dan perlindungan geografis lebih luas.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan dan mengungkapkan
Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak
tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan, atau pihak lain yang
memperoleh/menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat memberi wawasan maupun pengentahuan
kepada para pembaca, dan pemakalah juga memohon masukan kepada para pembaca dalam
pembuatan makalah ini agar dapat disempurnakan lagi.

12
Daftar Pustaka
- http://www.lkht.net/index.php?option=com_content&view=article&id=76:
rahasia-dagang-dan anti-monopoli&catid=1:hki-telematika&Itemid=3
- http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=rahasia+dagang#sclient=psy&
hl=en&q=rahasia+dagang+&aq=f&aqi=g5&aql=&oq=&amp
;gs_rfai=&pbx=1&fp=a55c9263ce0d5abb
- http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2000/30-00.pdf
- http://www.lkht.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=75:rahasia-dagang-dan-
perlindungan-konsumen&catid=1:hki-telematika&Itemid=37
- http://id.wikipedia.org/wiki/Rahasia_dagang

13

Anda mungkin juga menyukai