“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar-Rum: 21)
Selanjutnya perceraian adalah amalan yang disukai iblis la’natullah. Rasulullah SAW
bersabda,
يَ ِجي ُء،ًث َس* َرايَاهُ فَأ َ ْدنَ**اهُ ْم ِم ْن*هُ َم ْن ِزلَ*ةً أَ ْعظَ ُمهُ ْم فِ ْتنَ*ةُ ض ُع َعرْ َشهُ َعلَى ْال َم**ا ِء ثُ َّم يَ ْب َع َ َيس يَ ِإِ َّن إِ ْبل
ُ َما ت ََر ْكتُ *ه:ُ ثُ َّم يَ ِجي ُء أَ َح ُدهُ ْم فَيَقُول: قَا َل.صنَعْتَ َش ْيئًا َ َما:ُ فَيَقُول.ت َك َذا َو َك َذا ُ فَ َع ْل:ُأَ َح ُدهُ ْم فَيَقُول
َ نِ ْع َم أَ ْنت:ُ فَيُ ْدنِي ِه ِم ْنهُ َويَقُول: قَا َل.ت بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ ا ْم َرأَتِ ِه
ُ َحتَّى فَ َّر ْق
،ِين َواَل َت َّت ِب ُع وا َع ْو َرات ِِه ْمَ ُ اَل َت ْغ َت ابُوا ْالم ُْس لِم،َيا َمعْ َش َر َمنْ آ َم َن ِبل َِسا ِن ِه َو َل ْم َي ْد ُخ ِل اإْل ِي َمانُ َق ْل َب ه
َ َو َمنْ َي َّت ِب ِع هللاُ َع ْو َر َت ُه َي ْف،َُفإِ َّن ُه َمنْ َي َّت ِبعْ َع ْو َرات ِِه ْم َي َّت ِب ِع هللاُ َع ْو َر َته
ضحْ ُه فِي َب ْي ِت ِه
Artinya: “Wahai sekalian orang-orang yang beriman dengan lisannya dan belum
menembus ke dalam hatinya, janganlah menyakiti orang-orang muslim. Janganlah kalian
menjelek-jelekkan mereka, dan janganlah mencari-cari kekurangan-kekurangan mereka!
Barang siapa mencari-cari kekurangan saudaranya (muslim), niscaya Allah akan mencari-
cari kekurangannya. Barang siapa yang Allah mencari-cari kekurangannya, niscaya Allah
akan membongkarnya walaupun (kekurangan itu dilakukan) di dalam rumahnya.” (HR. at-
Tirmidzi dari Ibnu Umar )
Banyak kasus dalam perceraian, dimana seorang ayah tidak lagi memiliki kepedulian
terhadap anak-anaknya, baik dalam hal makan, minum, maupun pakaiannya, lebih-lebih
dalam permasalahan pendidikan mereka. Padahal itu semuanya tetap menjadi kewajibannya
walaupun telah terjadi perceraian di antara keduanya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Cukuplah seorang itu berdosa (dengan sebab) menelantarkan orang yang
menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Dawud dan lainnya dari Abdullah bin Amr )
اك
َ َع َ إِ َذا َلقِ ْي َت ُه َف َسلِّ ْم َع َل ْي ِه َوإِ َذا د:هللا؟ َقا َل
ِ َما هُنَّ َيا َرسُو َل: قِ ْي َل.ت ٌّ َِح ُّق ْالمُسْ ل ِِم َع َلى ْالمُسْ ل ِِم س
َ ض َف ُع ْدهُ َوإِ َذا َم
ات َ هللا َف َش ِّم ْته َُوإِ َذا َم ِر َ ص حْ َل ُه َوإِ َذا َع َط
َ َس َف َح ِم د َ ك َفا ْن
َ ص َح َ َفأ َ ِج ْب ُه َوإِ َذا اسْ َت ْن
فا َ َّت ِبعْ ُه
Artinya: “Hak seorang muslim atas saudara muslim ada enam.” Ditanyakan kepada beliau,
“Apa saja itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Apabila bertemu dengannya, ucapkan
salam atasnya; apabila dia mengundangmu, penuhilah undangannya; apabila ia meminta
nasihat kepadamu, nasihatilah dia; apabila dia bersin kemudian dia mengucapkan,
‘Alhamdulillah,’ doakanlah, ‘Yarhamukallah.’; apabila dia sakit, jenguklah; dan apabila dia
mati, ikutilah (antarkanlah) jenazahnya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah )
Rasulullah SAW tetap berbuat baik dan terus menjaga persaudaraan terhadap keluarga
Khadijah, dan kerabat-kerabatnya setelah meninggalnya Khadijah.
‘Aisyah berkata, “Aku tidak pernah cemburu terhadap istri-istri Nabi SAW
sebagaimana aku cemburu terhadap Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya sama
sekali. Akan tetapi, Rasulullah SAW sering menyebutnya. Beliau kadang menyembelih
seekor kambing dan mengirimnya kepada teman-teman yang dikasihi oleh Khadijah.
Terkadang aku berkata kepada Rasulullah SAW, Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita
selain Khadijah . Rasulullah SAW menjawab, karena dia demikian dan demikian, dan dari
dialah aku mendapatkan anak’.” (Muttafaqun ‘alaih).
Dari hadist diatas jelas menyebutkan, bahwa Aisyah seorang istri nabi saja
mempunyai rasa cemburu kepada Khodijah, istri Nabi SAW yang pertama yang sudah
meninggal, bagaimana lagi dengan umat nya? Bagaimana lagi jika berpisah nya suami istri
dikarenakan sebuah perceraian, mungkin hanya beberapa saja yang tetap menjalin silaturahmi
antar kedua keluarga belah pihak yang telah bercerai, dan selebihnya kebanyakan memilih
memutus tali persaudaraan antar kedua belah pihak keluarga dengan berbagai factor ataupun
alasan tertentu. Misalnya salah satu pihak yang telah bercerai kembali menikah lagi, dan
mempunyai keluarga baru lagi, sehingga ia memutuskan tali persaudaraan ataupun keluarga
dari mantan suami/istri nya tersebut demi menjaga hubungan baik rumah tangga nya yang
baru. Inilah dampak buruk yang diakibatkan oleh sebuah perceraian.