Anda di halaman 1dari 5

Nama : Syarif Hidayatullah Pulungan

N.I.M : 207011168
Kelas : 1D Mkn
Mata Kuliah : Hukum Perjanjian
Dosen : Prof Ok Saidin

FORCE MAJEUR DALAM HUKUM PERJANJIAN


A. Eksistensi Force Majeur Dalam Perjanjian

Dalam melaksanakan hubungan hukum dibutuhkan adanya “Kepastian Hukum”.


Jaminan kepastian hukum dapat terpenuhi dengan membuat“Perjanjian”. Dalam perjanjian
disepakati berbagai bentuk prestasi berupa:

1. Memberikan sesuatu
2. Berbuat sesuatu;
3. Tidak berbuat sesuatu.

Selain itu juga dapat ditentukan “hak dan kewajiban” para pihak. Pada prakteknya
dapat ditemukan kesepakatan dalam perjanjian yg tidak dilaksanakan (cidera
janji/wanprestasi). WANPRESTASI tsb dapat berupa : Debitor tidak melaksanakan
kewajibannya; Debitor melaksanakan kewajibannya tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan;
Debitor melaksanakan kewajiban ttp tidak sesuai dgn waktu yg ditetapkan; Debitor
melaksanakan suatu perbuatan yg tidak diperbolehkan. Dalam hal terjadi Wanprestasi timbul
kewajiban pihak debitor untuk memberikan ganti rugi : Pasal 1236 KUHPerdata; “debitor
berwajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada kreditor, apabila telah membawa
dirinya dalam keadaan tidak mampu untuk menyerahkan kebendaannya atau tidak
merawatnya sepatutnya guna menyelamatkannya.”

Pasal 1239 KUHPerdata; “tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu, apabila debitor tidak memenuhi kewajibannya mendapatkan
penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.” Tetapi
tidak semua wanprestasi dapat dituntut ganti rugi. Wanprestasi yang dilakukan debitor bukan
karena kelalaiannya : Pasal 1244 KUHPerdata : “jika terdapat alasan untuk itu si berutang
harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tidak dapat membuktikan bahwa
bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yg tepat dilaksanakannya perikatan tsb disebabkan
oleh suatu hal yg tak terduga dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, itupun jika
itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya. Pasal 1245 KUHPerdata ; “tidaklah biaya, rugi dan
bunga harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak
disengaja siberutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yg diwajibkan atau
lantaran hal-hal yg sama telah melakukan perbuatan yg dilarang.” Keadaan memaksa tsb
dikenal dgn istilah “Force Majeur”.

Pengertian force majeur KUH Perdata tidak ada memuat pengertian Force Majeur,
adapun Overmacht; Keadaan Memaksa; Keadaan Memaksa adalah “suatu keadaan tidak
terduga, tidak disengaja, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh debitor, dimana debitor
tidak dapat melaksanakan prestasi kpd kreditor dan dgn terpaksa peraturan hukum juga tidak
diindahkan sebagaimana mestinya, hal ini disebabkan adanya kejadian yg berada diluar
kekuasaannya dan keadaan ini dapat dijadikan alasan untuk dibebaskan dari kewajiban
menbayar ganti rugi.” Dalam Black Law Dictionary: Defines Force Majeur as : “an event or
effect that can be neither anticipated nor controlled. The term includes both acts of nature
(e.g. floods and hurricanes) and acts of people (e.g. riots, strikes and wars).”

Menurut Purwahid Patrik Keadaan memaksa adalah “debitur tidak melaksanakan


prestasi karena tidak ada kesalahan maka akan berhadapan dgn keadaan memaksa yg tidak
dapat dipertanggungjawabkan kepadanya.

’H.F.A VollmarOvermacht adalah : “keadaan dimana debitur sama sekali tidak


mungkin memenuhi perutangan (absolut overmacht) atau masih memungkinkan memenuhi
perutangan tetapi memerlukan pengorbanan yg sangat besar yg tidak seimbang atau kekuatan
jiwa di luar kemampuan manusia dan atau menimbulkan kerugian yg sangat besar (relative
overmacht). “R Subekti Menunjukkan tidak terlaksananya apa yg diperjanjikan disebabkan
hal-hal yg tidak dapat diduga. Debitur tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaan atau
peristiwa diluar dugaan tadi. Bukan disebabkan adanya kelalaian debitor.Suatu keadaan yg
tidak dapat diketahui pada saat perjanjian dibuat.

B. Unsur-Unsur Force Majeur

Sesuai dengan rumusan Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata : Hal yg tidak terduga
Tidak dapat dipersalahkan atau dipertanggungjawabkan kepadanya; Tidak ada itikad buruk
dalam hal tidak terduga. Tidak termasuk ke dalam asumsi dasar (basic assumption) para
pihak saat kontrak dibuat;Merupaka kejadian/peristiwa yg dalam keadaan biasa
peristiwa/kejadian tsb tidak ada terjadi. Debitur Tidak Dapat Dipersalahkan KUH Perd.
Memberikan beban pembuktian kepada debitor Debitor harus dapat membuktikan peristiwa
yg terjadi yg menyebabkan ia tidak dapat melaksanakan prestasi adalah peristiwa yg tidak
dapat diduga sebelumnya. Debitor tidak beritikad Buruk Bukan karena faktor kesengajaan
atau kelalaian Debitor menunjukkan itikad baik dgn cara :Mengupayakan tindakan-tindakan
untuk mengatasi keadaan memaksa tsb. Segera memberitahukan keadaan tsb kpd pihak
lainnya.

Dalam KUH Perdata :Pasal 1244, 1245, 1545, 1553, 1444,1445 dan 1460
KUHPerdata.

1. Peraturan Peruuan Lain :UU No. 18 Tahun 1999 Ttg jasa Konstruksi, Pasal 22
ayat 2 huruf J.
2. PP No. 29 Tahun 2000 Ttg Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pasal 23 ayat 1
huruf j
3. UU No. 13 tahun 2003 Ttg Ketenagakerjaan, Pasal 164 ayat 1.
4. UU No. 23 Tahun 2007 Ttg Perkeretaapian, Pasal 88, Pasal 121 angka 3.

C. BENTUK-BENTUK FORCE MAJEURE

Adapun bentuk bentuk force majeure menurut Munir Fuadi dapat dilihat dari sasaran
yg terkena force majeure : force majeure objektif, terjadi atas benda yg merupakan objek
kontrak tsb. Force majeure subyektif, terkait dgn kemampuan debitor dalam melaksanakan
kontrak. Dilihat dari kemungkinan pelaksanaan prestasi dalam kontrak : Force majeure
absolut, prestasi dari kontrak sama sekali tidak mungkin dilaksanakan. Force majeure relatif,
pemenuhan prestasi secara normal tidak mungkin dilaksanakan, walaupun secara tidak
normal masih mungkin dilaksanakan.

Dari segi jangka waktu terjadinya Force Majeure : Force majeure permanen, sampai
kapanpun prestasi dalam kontrak tsb tidak mungkin dilaksanakan Force majeure temporer.
Apabila peristiwa/kondisi force majaure tsb telah berhenti, maka prestasi tsb masih
dimungkinkan untuk dilaksanakan kembali.

Menurut Mariam Darus Bentuk-bentuk Umum : Keadaan Iklim, misalnya : banjir


rob,hujan es dll. Kehilangan, misal hilang pada saat proses pengiriman. Pencurian, dicuri oleh
pihak luar. Bentuk Khusus, yaitu : Akibat pemberlakuan UU, PP dll yg menimbulkan
keadaan memaksa. Sumpah, Debitur dipaksa bersumpah untuk tidak melaksanakan suatu
prestasi. Tingkah laku pihak ketiga, misal keterlambatan pengiriman barang. Pemogokan.
Force Majeure teknis Force majeure keadaan ekonomi Force majeure keadaan darurat.

Force majeure kebijakan/peraturan pemerintah Force majeure keadaan alam Force


majeure lengkap Force majeure sebagian Common Law System : Mengenal doktrin
impossibility of performance , impracticability, frustation. Ketidakmungkinan (impossibility)
keadaan dimana seseorang tidak mungkin lagi melaksanakan kontrak karena keadaan diluar
tanggung jawabnya, misal objek jual beli terbakar. Ketidakpraktisan (impracticability),
terjadinya peristiwa diluar kesalahan para pihak, dimana prestasi masih mungkin
dilaksanakan tetapi membutuhkan pengorbanan yg sangat besar dari segi waktu, biaya dll.
Misal : sakitnya debitor. Frustrasi (Frustation) terhadap maksud kontrak, yakni terjadinya
peristiwa yg tidak dipertanggungjawabkan kpd salah satu pihak, hal mana tidak mungkin lagi
dicapainya tujuan dibuatnya kontrak tsb, sungguhpun sebenarnya para pihak masih mungkin
melaksanakan kontrak.

Selain itu di Inggris di kenal Hardship : “terjadinya suatu peristiwa fundamental yg


mengubah keseimbangan kontrak, disebabkan oleh biaya pelaksanaan kontrak yg meningkat
sangat tinggi, sehingga membebani debitor atau nilai pelaksanaan kontrak menjadi sangat
kurang bagi kreditor. Kontrak tidak menjadi batal tetapi dapat dinegosiasikan ulang oleh para
pihak atau melalui pengadilan untuk memutus atau merevisi kontrak.

D. AKIBAT FORCE MAJEUR

Menurut Mariam Darus akibat Force Majuere mengakibatkan perikatan tsb tidak lagi
bekerja walaupun perikatan tersebut tetap ada: Kreditur tidak dapat menuntut perikatan
dipenuhi; Tidak dapat mengatakan debitor dalam keadaan lalai; Kreditur tidak dapat
memutus perjanjian; Gugur kewajiban untuk melakukan kontra prestasi;

Lain hal nya Jamal Wiwoho akibat force majeure : Debitor tidak perlu membayar
ganti rugi; Kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, sekaligus bebas dari kewajiban
melakukan kontraprestasi; Beban resiko tidak berubah, terutama pada force majeure
sementara.
E. PEMBUKTIAN FORCE MAJEUR

Pasal 1865 Kuhperdata “Setiap orang yg mendalilkan bahwa bahwa ia mempunyai


sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah sesuatu hak orang
lain, menunjukkan pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak dan peristiwa
tsb.”Debitor diberikan beban pembuktian mengenai adanya keadaan memaksa. Hal-hal yg
harus dibuktikan debitor dipersidangan : Debitor harus membuktikan bahwa ia tidak bersalah
Debitor tidak dapat memenuhi kewajibannya secara lain; Debitor tidak menanggung resiko
baik menurut UU maupun perjanjian.,

Hal-hal yg harus dibuktikan debitor dipersidangan : Debitor harus membuktikan


bahwa ia tidak bersalah Debitor tidak dapat memenuhi kewajibannya secara lain; Debitor
tidak menanggung resiko baik menurut UU maupun perjanjian.,

F. PUTUSAN PENGADILAN TERKAIT FORCE MAJEUR

Transenergy Grinding Inc. Vs.CV. Borco Utama :

1. Putusan MA No. 587PK/Pdt/2010 yg membatalkan putusan :PN Jakarta Selatan No.


826/Pdt/G/2004/PN Jak Sel. PT DKI Jakarta No. 75/Pdt/2006/DKI PUTUSAN
PENGADILAN TERKAIT FORCE MAJEUR MAHKAMAH AGUNG berpendapat :
Banjir memang termasuk dalam ruang lingkup force majeure karena keadaan alam.
Akan tetapi unsur dari force majeure tidak terpenuhi karena banjir adalah hal yg
dapat diduga krn curah hujan yg sangat besar selalu terjadi dalam musim penghujan.
CV Borco Utama tidak melakukan upaya sedemikian rupa untuk menghindari
peristiwa tsb misalnya pemeriksaan dan perbaikan jembatan.
2. PUTUSAN PENGADILAN TERKAIT FORCE MAJEURPO NV BINTANG Vs.
LIM CHIAO SOEN Direktur NV. Indah. PUTUSAN MARI NO. 558K/SIP/1971
Keadaan force majeure yg diajukan tergugat sebagai penyebab kebakaran bus NV
Indah tidak terbukti; Karyawan PO NV Bintang tetap mengisi bensin dgn
mempergunakan ember walaupun ia memahami tindakan tsb dapat memicu
kebakaran, oleh karena itu ia harus menanggung resiko. Kebakaran tsb terjadi karena
kelalaian karyawan PO NV Bintang dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh karena
itu majikan tetap harus bertanggung jawab karena kesalahan pegawainya.

Anda mungkin juga menyukai