Anda di halaman 1dari 39

WANPRESTASI

1 PERTEMUAN KE 6
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
 Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan
mampu memahami konsep dasar Prestasi dan
Wanprestrasi

2
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa
diharapkan mampu menjelaskan ;
 Model-model Wanprestasi

 Hukuman akibat wanprestasi

 Keadaan memaksa (force majeur)

3
DIAGRAM PRESTASI & WANPRESTASI

4
PRESTASI
 Pasal 1234 KUH Per. : “tiap-tiap perikatan adalah untuk
memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk
tidak berbuat sesuatu”

5
MEMBERIKAN SESUATU
 Mencakup kewajiban untuk menyerahkan barangnya dan
untuk memeliharanya hingga waktu penyerahan
 Penyerahan kekuasaan belaka atas barang yang menjadi
obyek perjanjian.
 Penyerahan hak milik atas barang yang menjadi obyek
perjanjian, yang dinamakan penyerahan yuridis

6
BERBUAT SESUATU DAN TIDAK
BERBUAT SESUATU
 Adalah melakukan suatu perbuatan yang telah ditetapkan
dalam perjanjian
 Adalah tidak melakukan sesuatu perbuatan sebagaimana
juga yang diperjanjikan. manakala para pihak telah
menunaikan prestasinya maka perjanjian tersebut akan
berjalan sebagaimana mestinya tanpa menimbulkan
persoalan.

7
SYARAT PRESTASI
 Adanya prestasi tertentu
 Dihubungkan dengan kepentingan

 Diperbolehkan oleh Undang-undang, kesusilaan dan


ketertiban umum
 Prestasi mungkin dilaksanakan

8
WANPRESTASI
Adalah suatu keadaan dimana si berutang (debitur)
tidak melakukan apa yang dijanjikannya
• Jadi wanprestasi merupakan akibat dari pada tidak
dipenuhinya perikatan hukum.

9
SEBAB-SEBAB WANPRESTASI
 1. Kesengajaan;
 2. Kelalaian;

 3. Tanpa Kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian).

10
BENTUK WANPRESTASI
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan
dilakukannya;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak
sebagaimana diperjanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak
boleh dilakukannya.

11
KAPAN DEBITUR DIANGGAP LALAI ?
Pasal 1238 menyebutkan:
”si berutang adalah lalai bila ia dengan surat perintah
atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan
lalai, atau demi perikatannya sendiri menetapkan
bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan
lewatnya waktu yang ditentukan”

12
PERINGATAN KEPADA DEBITUR
 Jika dalam perjanjian disebutkan mengenai waktu untuk
melakukan prestasi, tapi debitur ternyata lalai, maka
terlebih dahulu debitur diberi peringatan yang disebut
Somasi.

13
HUKUMAN AKIBAT WANPRESTASI
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti
rugi);
2. Pembatalan perjanjian;
3. Peralihan risiko;
4. Membayar biaya perkara

14
KREDITUR JUGA BISA MEMINTA :
 Pemenuhan perjanjian ;
 Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi;

 Ganti rugi saja ;

 Pembatalan perjanjian ;

 Pembatalan disertai ganti rugi.

15
PEMENUHAN PERJANJIAN
 Kreditur dapat meminta pelaksanaan perjanjian,
meskipun sudah terlambat.

16
GANTI RUGI
1. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau perongkosan
yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu
pihak.
2. Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang
kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si
debitur.
3. Bunga, yaitu kerugian yang berupa kehilangan
keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung
oleh kreditur.

17
BATASAN GANTI RUGI
1. Kerugian yang dapat diduga yang merupakan akibat
langsung dari wanprestasi ( pasal 1247, 1248 KUH
Perdata)
2. Bunga moratoir (bunga akibat kelalaian) ditetapkan
sebesar 6%, dihitung sejak dituntutnya ke pengadilan
( pasal 1250 KUHPerdata).

18
PEMBATALAN PERJANJIAN
 Pembatalan perjanjian harus dimintakan kepada
hakim. Jadi tidak mungkin perjanjian itu batal secara
otomatis pada waktu debitur nyata-nyata melalaikan
kewajibannya ( pasal 1266 KUHPerdata)

19
PERALIHAN RISIKO
 Sebagai sanksi atas kelalaian seorang debitur disebutkan
dalam pasal 1237 KUHPer.
 Yang dimaksudkan dengan “risiko” adalah kewajiban
untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di
luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang
yang menjadi objek perjanjian.

20
MEMBAYAR BIAYA PERKARA
 Tentang pembayaran ongkos biaya perkara sebagai
sanksi bagi seorang debitur yang lalai adalah tersimpul
dalam suatu peraturan Hukum Acara, bahwa pihak yang
dikalahkan diwajibkan membayar biaya perkara.

21
KEADAAN MEMAKSA/FORCE
MAJEUR/OVERMACHT
Pasal 1244 :
“jika ada alasan untuk itu, si berutang harus
dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga
apabila ia tidak dapat membuktikan, bahwa hal
tidak atau tidak pada waktu yang tepat
dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena
suatu hal yang tidak terduga pun tidak dapat
dipertanggung-jawabkan padanya, kesemuanya
itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada
pihaknya”. 22
UNSUR KEADAAN MEMAKSA
1. Adanya halangan shg tidak dapat memenuhi prestasi;
2. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur;
3. Faktor penyebab itu tidak diduga sebelumnya dan
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur

23
AKIBAT HUKUM OVERMACHT
 Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi.
 Debitur tidak dapat lagi dinyatakan lalai.

 Resiko tidak beralih  kepada Debitur.

24
TSUNAMI

25
AJARAN YANG OBJEKTIF (DE OBJECTIEVE
OVERMACHTSLEER)
 Menurut ajaran keadaan memaksa objektif, debitur
berada dalam keadaan memaksa, apabila pemenuhan
prestasi itu tidak mungkin (ada unsur impossibilitas)
dilaksanakan oleh siapapun juga atau oleh setiap
orang.
Contoh : A harus menyerahkan kuda kepada B, kuda di
tengah jalan disambar petir, hingga oleh siapapun juga
penyerahan kuda itu tidak mungkin dilaksanakan

26
AJARAN YANG SUBJEKTIF (DE
SUBJECTIEVE OVERMACHTSLEER)/
RELATIF
 Menurut ajaran keadaan memaksa subjektif keadaan memaksa
itu ada, apabila debitur masih mungkin melaksanakan prestasi,
tetapi praktis dengan kesukaran atau pengorbanan yang besar
shg dlm keadaan yang demikian itu kreditur tdk dpt menuntut
prestasi
 Contoh : seorang penyanyi yang berjanji untuk mengadakan
pertunjukan. Sebelum pertunjukan diadakan, ia mendengar
berita tentang kematian anaknya hingga sukar bagi debitur
untuk melaksanakan perjanjian itu

27
RISIKO
 Risiko adalah suatu ajaran tentang siapakah yang harus
menanggung ganti rugi apabila debitur tidak memenuhi
prestasi dalam keadaan force majeur.
 Contoh : Barang yg diperjualbelikan dibegal ditengah
jalan. Barang yg diangkut kapal, karam ditengah lautan.

28
SIAPA MENANGGUNG RISIKO ?
Risiko Perjanjian sepihak :
Pasal 1237 KUHPerdata dalam perikatan untuk
memberikan sesuatu tertentu, kebendaan itu semenjak
perikatan dilahirkan adalah tanggungan si berpiutang.
Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka
semenjak kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungan si
berpiutang.

29
SIAPA MENANGGUNG RISIKO ?
 Dalam Perjanjian Timabl Balik :
 Pasal 1545 KUHPerdata apabila sesuatu barang tertentu
yang dijanjikan musnah di luar kesalahan pemiliknya,
maka persetujuan dianggap gugur dan pihak yg telah
memenuhi persetujuan dapat menuntut kembali barang
yang telah diberikannya dalam tukar-menukar.

30
SIAPA MENANGGUNG RISIKO ?
 Pasal 1553 KUHPerdata menyebutkan pula bahwa
selama waktu sewa, barang yang disewakan sama sekali
musnah, karena suatu kejadian yang tidak disengaja,
maka persetujuan gugur demi hukum.
 Jika hanya sebagian musnah, maka penyewa dapat
meminta pengurangan harga atau meminta pembatalan
sewa, tapi tidak bisa menuntut ganti rugi

31
Cara-cara hapusnya suatu perikatan
Pembayaran
Subrogasi: penggantian hak-hak si berpiutang (kreditur)
oleh seorang ketiga yang membayar kepada si
berpiutang.
a. Subrogasi karena perjanjian
1. Apabila si berpiutang (kreditur) dengan
menerima pembayaran dari seorang pihak ketiga
menetapkan bahwa orang ini akan menggantikan
hak-haknya, gugatan-gugatannya, hak-hak
istimewanya dan hipotik yang dipunyainya terhadap
si berutang (debitur)

32
2. Apabila si berutang meminjam sejumlah uang untuk
melunasi utangnya, dan menetapkan orang yang meminjami
uang itu akan menggantikan hak-hak si berpiutang.

b. Subrogasi terjadi karena undang-undang (pasal 1402


KUHPerdata)
1. Untuk seorang yang ia sendiri sedang berpiutang,
melunasi seorang berpiutang lain, yang berdasarkan hak-
hak istimewanya atau hipotik,mempunyai suatu hak yang
lebih tinggi.
2.untuk seorang pembeli suatu benda tak bergerak, yang
telah memakai uang harga benda tersebut untuk melunasi
orang-orang berpiutang kepada siapa benda itu diperikatkan
dalam hipotik.

33
3. Untuk seorang yang bersama-sama dengan orang
lain, atau untuk orang-orang lain, diwajibkan membayar
suatu utang, berkepentingan untuk melunasi utang itu.
4. Untuk seorang ahliwaris yang sedang menerima
suatu warisan dengan hak istimewa guna mengadakan
pencatatan tentang keadaan harta peninggalan, telah
membayar utang-utang warisan dengan uangnya
sendiri.

Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh


penyimpanan atau penitipan.
Cara ini harus dilakukan apabila si berpiutang menolak
pembayaran. 34
Pembaharuan utang atau novasi
Menurut pasal 1413 KUHPerdata ada tiga macam
novasi :
1. Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan
utang baru guna orang yang menghutangkannya, yang
menggantikan utang yang lama yang dihapuskan
karenanya.
2. Apabila seorang yang berutang baru ditunjuk untuk
menggantikan orang berutang lama, yang oleh si
berpiutang dibebaskan dari perikatannya.
3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang
kreditur baru ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama,
terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya.
35
Novasi no.1 disebut novasi objektif, sedang novasi
no.2&3 disebut novasi subjektif. No.2 disebut
novasi subjektif pasif, sedang no.3 disebut novasi
subjektif aktif.

Perjumpaan utang atau kompensasi


Jika dua orang saling berutang satu pada yang lainnya,
maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan, dengan
mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan
(1424 KUHPerdata).

Percampuran utang
Apabila kedudukan sebagai orang berpiutang (kreditur)
dan orang berutang (debitur) berkumpul pada satu orang.

36
Pembebasan utang
Si berpiutang tidak menghendaki lagi prestasi dari
si berutang dan melepaskan haknya.

Musnahnya barang yang terutang


Jika barang tertentu yang menjadi objek perjanjian musnah,
tak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang, hingga tak dapat
lagi diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah
perikatannya, asal barang tadi musnah diluar kesalahan si
berutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya. Ketentuan
ini hanya berlaku bila risiko mengenai barang dibebankan
pada kreditur, misal dalam perjanjian jual beli atau
penghibahan.
37
Batal atau pembatalan
Meminta pembatalan akibat tidak terpenuhinya
syarat subjektif dapat dilakkukan dengan dua cara:
1. Aktif menuntut pembatalan perjanjian di depan hakim
2. Menunggu sampai digugat di depan hakim

Berlakunya syarat batal


Apabila syarat batalnya suatu perikatan terpenuhi
maka hapuslah perikatan tersebut dan berlaku
surut hingga saat lahirnya perjanjian.

38
Lewat waktu
Daluarsa untuk memperoleh hak milik atas suatu
barang dinamakan daluarsa ‘acquisitive”,
sedangkan daluarsa untuk dibebaskan dari suatu
perikatan (atau suatu tuntutan) dinamakan
daluarsa “extinctif”.
Menurut pasal 1967, maka segala tuntutan hukum, baik yang
bersifat kebendaan, maupun yang bersifat perseorangan hapus
karena daluarsa dengan lewatnya waktu 30 tahun.

39

Anda mungkin juga menyukai