Anda di halaman 1dari 9

HUKUM PERIKATAN

PERTEMUAN KE-2

Oleh: Pita Permatasari, S.H., M.H.


MATERI PERTEMUAN KEDUA

1. Pengertian Ingkar Janji (Wanprestasi)


2. Keadaan Memaksa (Force Majeur)
3. Risiko
4. Perikatan Bersyarat
5. Perikatan dengan Ketetapan Waktu
PENGERTIAN INGKAR JANJI
(WANPRESTASI)

A. Ingkar Janji
Bentuk tidak memenuhi prestasi adalah:
1. Debitor sama sekali tidak memenuhi perikatan,
2. Debitor terlambat memeunhi perikatan,
3. Debitor keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.
LANJUTAN…

B. Pernyataan Lalai (Ingebreke Stelling)


• Dampak tidak dipenuhinya perikatan adalah Kreditor dapat meminta ganti rugi
atau ongkos, rugi dan gunga yang dideritanya.
• Untuk meminta ganti rugi tersebut, maka Debitor harus dinyatakan dalam
keadaan lalai (ingebrekestelling).
• Setelah dinyatakan lalai, baru Debitor dapat dianggap wanprestasi sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1243 KUHPer.
• Berada dalam keadaan lalai adalah peringatan dari Kreditur tentang batas waktu
Debitor wajib memenuhi prestasi. Jika batas waktu tersebut terlewat, kaka
Debitor dikatakan wanprestasi.
HAK-HAK KREDITUR JIKA TERJADI
WANPRESTASI

1. Hak menuntut pemenuhan perikatan (nakomen).


2. Hak menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan itu bersifat timbal
balik, menuntut pembatalan perikatan (ontbinding).
3. Hak menuntut ganti rugi (schade vergoeding).
4. Hak menuntut pemenuhan perikatan dengan ganti rugi.
5. Hak menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi.
GANTI RUGI
(SCHADEVERGOEDING)

• Pasal 1244, 1245, 1246 memberikan kesimpulan bahwa ganti rugi adalah biaya,
rugi, dan bunga.
• Pengertian ganti rugi (schade) adalah kerugian nyata (feitelijknadee)yang dapat
diduga atau diperkirakan pada saat perikatan itu diadakan, yang timbul sebagai
akibat wanprestasi.
• Hubungan sebab akibat (kausal) ketika Debitor akan membayar ganti rugi jika
kerugian tersebut berhubungan langsung dengan wanprestasi atau ingkar janji,
(Pasal 1248 KUHPer)
• Bentuk ganti rugi biasanya berupa uang, namun juga berupa benda (in natura).
LANJUTAN…

• Kreditur dapat juga menuntut agar diperhitungkan kerugian yang akan datang.
• Kerugian immaterial (Tidak berwujud) dapat diminta Ketika misalnya dari seseorang
yang merasa dirugikan karena kehilangan atas suatu ketenangan yang disebabkan
tetangganya.
• Jumlah ganti rugi ditentukan sendiri oleh undang-undang yakni dalam Pasal 1250
KUHPer yang mana diberikan peraturan Kembali dalam LN No. 22/1948 yakni
jumlah bunga 6%/setahun. Bunga tersebut adalah apa yang harus dibayar oleh
Debitur karena kelalaiannya (bunga moratoir)
• Para pihak dapat menentukan sendiri besaran ganti rugi akibat kelalaian.
• Jika besaran ganti rugi tidak ditentukan dalam UU, maka harus ditentukan
berdasarkan kerugian yang benar-benar telah terjadi, atau dapat diduga sedemikian
rupa.
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEUR)

1. Unsur-unsur keadaan memaksa (Pasal 1244, 1245, 1444), setidaknya ada 3 unsur: tidak
memenuhi prestasi, ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur, serta factor penyebab
itu tidak diduga sebelumnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur.
2. Akibat keadaan memaksa, menyebabkan perikatan tersebut tidak lagi bekerja (werking)
walaupun perikatannya sendiri masih ada.
3. Teori-teori tentang keadaan memaksa: Ajaran yang objektif, dan Ajaran yang Subjektif.
4. Bentuk keadaan memaksa: a) Bentuk yang Umum (keadaan iklim, kehilangan, pencurian), b)
Bentuk yang Khusus (UU dan PP, Sumpah, Tingkah Laku Pihak Ketiga, dan Pemogokan).
5. Pembuktian dalam keadaan memaksa, setidaknya: a) ia harus membuktikan sendiri bahwa ia
tidak bersalah, b) ia tidak dapat memenuhi kewajibannya secara lain, c) ia tidak menanggung
risiko baik menurut ketentuan uu maupun ketentuan perjanjian atau karena ajaran iktikad baik
harus menanggung risiko.
RISIKO

• Risiko dalah hukum perikatan yaitu siapakah yang harus mengganti rugi apabila
Debitur tidak memenuhi prestasi dalam keadaan force majeur.
• Risiko perjanjian sepihak diatur dalam Pasal 1237 KUHPer yang diperluas dalam
Pasal 1444 KUHper.
• Risiko dalam perjanjian timbal balik. Hal ini berkaitan dengan asas kepatutan yang
dituangkan dalam Pasal 1545 KUHPer dan Pasal 1553 KUHPer.
• Luas ganti rugi yakni adanya kerugian yang nyata (Pasal 1246 KUHPer).
• Kerugian yang Diduga (Pasal 1247, 1248, dan 1249 KUHPer).
• Bunga yang dibagi menjadi: bunga konvensional (bunga yang diperjanjikan oleh para
pihak) serta bunga moratoir (bunga akibat ganti rugi, bunga kompensatoir, serta
bunga berganda.

Anda mungkin juga menyukai