Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Lingkungan
Disusun Oleh
Segala puji serta syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulisan Makalah yang berjudul
“Konflik Wadas: Akibat Hukum Kepada Warga Hingga Ancaman
Kekeringan Dan Tanah Longsor” dapat terselesaikan.
Adapun makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Lingkungan Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Raditya Permana,
S.H., M. Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum lingkungan. Berkat
tugas yang diberikan ini, menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini pun penulis banyak
dibantu oleh berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.
Kami sadar bahwa penulisan dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, kami mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan saran beserta
kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini. Akhir kata penulis berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
Tujuan .................................................................................................................. 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
PENUTUP ............................................................................................................. 15
Kesimpulan ........................................................................................................ 15
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang merupakan salah satu sumber
daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia. Kehidupan
manusia hampir sebagian besar tergantung pada tanah, baik untuk mata
pencaharian, kebutuhan papan/tempat tinggal, pangan dan kebutuhan lain
yang bersifat ekonomis dan religius.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diketahui rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendahuluan alur Konflik yang terjadi di Desa Wadas?
2. Bagaiimana Konflik desa Wadas dan, apakah ada Ancaman terhadap
Kerusakan Lingkungan?
3. Bagaimana Upaya penyelesaian Konflik di Desa Wadas?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pendahuluan alur Konflik yang terjadi di Desa Wadas.
2. Untuk mengetahui secara fakta konflik yang terjadi di Desa Wadas,
beserta Ancaman terhadap kerusakan lingkungan, dan apa saja aturan
yang dilanggar..
3. Untuk mengetahui apa saja upaya pemerintah dalam penyelesaian
konflik di Desa Wadas. .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan alur permasalahan Konflik Wadas
Manusia selalu berpijak kepada tanah, hidup dan berkembang,
menjadikan manusia mempunyai sifat ketergantungan kepada tanah. Bahkan
menurut umat islam, manusia berasal dari tanah dan akan kembali kepada
tanah. Hakikat tanah menghadirkan kemanfaatan yang luar biasa terhadap
keberlangsungan mahluk hidup dan bukan hanya kepada manusia saja. Salah
satunya sebagai mata pencaharian bagi sebagian orang, baik masyarakat adat,
maupun para petani yang penghidupannya bertahan karena keberadaan tanah.
Tanah merupakan cikal bakal lahirnya fenomena indah, tanpa tanah maka tak
akan terciptanya hutan, tanpa ada tumpukan tanah maka tidak akan adanya
perbukitan, gunung, dan lereng, bahkan pemukiman manusia pun beralaskan
tanah. Salah satu negara yang dijuluki sebagai negara yang mempunyai
kekayaan alam dan keindahan heterogen alamnya adalah Indonesia is heaven
of earth.
1
Yuwono. “Tanah Terlantar Menyalahi Fungsi Sosial”. Jurnal Sosial Humaniora. Volume 2 Nomor
1 Juni 2009, hal. 1
Tujuan pemakaian tanah, mempunyai tujuan khusus kepada bagaimana
tanah itu dikelola dan digunakan, secara hakikat, pemakaian tanah yang
pertama mempunyai tujuan untuk diusahakan, misalnya untuk perkebunan,
pertanian, dan sebagainya. Kemudian, tujuan pemakaian tanah yang kedua
adalah untuk dipakai menjadi tempat membangun, seperti untuk membangun
rumah, gedung, jalan, fasilitas umum, dan lain sebagainya. 2
Pemakaian tanah pada setiap orang yang mempunyai hak atas tanah, ada
pembatasan kekuasaanya, dengan apa yang terkandung pada rumusan pasal 6
UUPA yang berbunyi “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.
Dengan hal ini berarti ada pembatasan dengan hak atas tanah yang tidak
memiliki kekuasaan yang mutlak. Tanah sesuai dengan fungsi sosialnya
merupaka kehendak negara apabila tanahnya diperlukan untuk kepentingan
umum, dan pemegang hak atas tanah tersebut harus melepaskan hak atas
tanahnya kepada negara.
2
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria,
Asas dan pelaksanaannya, Cetakan ke-2, (Jakarta: Universitas Tri Sakti, 2015), hal. 285
3
Bernard Limbong, Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, (Jakarta: Margaretha Pustaka, 2011),
hlm 369.
beruntun akan menimbulkan permasalahan lingkungan. Karena kejadian
tersebut ada dua proses proyek pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
Proyek yang pertama adalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum
dengan tujuan pembangunan bendungan, kemudia proyek kedua adalah
penambangan batu andesit yang digunakan untuk membangun proyek
pertama (Bendungan Bener).
4
Adriansa Z M, Adhim N, Silviana A. 2020. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Bendungan
Bener Di Desa Wadas Kabupaten Purworejo (Tahap I) (Studi Kasus Hambatan Dalam Pengadaan
Tanah Di Desa Wadas). Diponegoro Law Journal. Vol 9 (1). Hal. 142
pembangunan bener dilaksanakan berdasarkan SK Gubernur tersebut. Namun
dalam hal pengadaan tanah untuk pertambangan batuan andesit tidak
termasuk kedalam 18 objek pengadaan tanah yang diatur dalam Pasal 10 UU
5
PT. Hal inilah yang menjadikan warga wadas menolak proyek kedua
mengenai Desa Wadas yang akan diambil batuan andesitnya untuk material
pembangunan Bener tahap pertama.
5
SIbuea Y.P H. 2022. Konflik Agraria DI Desa Wadas : Pertimbangan Solusi. Info SIngkat. Vol 14
(4). Hal 2
Rencana menggali tanah untuk mendapatkan Batu Lemosoh (batuan
andesit), batu julukan warga yang berwarna hitam, terletak di perut
perbukitan Desa Wadas, Kecamatan Bener. Berbeda dengan batuan kali pada
umumnya, batu lemosoh ini seolah-olah tak terputus, maka dari itu batuan ini
rencananya akan menjadi material bangunan Bendungan Bener. Namun,
perselisihan antara warga Desa Wadas dengan Balai Besar Wilayah Sungai
(BBWS) Serayu Opak, selaku pihak pemrakarsa proyek Bandungan Bener
sering terjadi.
Seluas 145 hektare lahan penambangan yang akan dikeruk di desa wadas.
Terus mengalami penolakan oleh warga sekitar, mereka mempertahankan
mata air mereka, mempertahankan penghidupan mereka dan menyelamatkan
generasi-generasi mereka selanjutnya. Oleh akrena itu menurut I Gusti Agung
Made Wardana, Pakar Hukum Lingkungan Universitas Gadjah Mada,
kebijakan pemerintah masih memiliki banyak masalah terkait perlindungan
bagi warga yang ingin mempertahankan ruang hidup.8 Rezim pengadaan
tanah untuk kepentingan umum saat ini tidak mempertimbangkan nilai sosial
6
Kanto, Amir dan Seto, Wawancara, Warga Desa Wadas, (Purworejo: 23 November, 2019).
7
Dilansir dari DW, Ayuningtyas, K. 2022. Penambangan Andesit untuk bendungan bener dan
kekhawatira warga desa Wadas, https://www.dw.com/id/penambangan-andesit-dan-kekhawatiran-
warga-desa-wadas/a-60746987 , Di akses tanggal 02 Maret 2022, Pukul 09.30 WIB.
8
SIbuea Y.P H. 2022. Konflik Agraria DI Desa Wadas : Pertimbangan Solusi. Info SIngkat. Vol 14
(4). Hal 2
dan spiritual dari tanah karena nilai ini suit dikonversi dalam bentuk uang
berupa ganti rugi maupun ganti untung.
Kehilangan mata pencaharian dan mata air, bukan merupakan salah satu
diantara alasan warga Desa Wadas menolak akan proyek ini, berdasarkan
Peraturan Daerah (Perda) Purworejo No. 27 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Desa Wadas ditetapkan sebagai Kawasan yang
diperuntukan bagi perkebunan. Selain itu dijelaskan secara rinci dalam Pasal
42 Huruf C PERDA No. 27 tahun 2011 tentang RTRW Kecamatan Bener,
merupakan kawasan bencana tanah longsor, maka dari itu ketika
penambangan ini berlangsung bukan hanya ancaman kekeringan saja yang
dapat terjadi, akan tetapi bencana tanah longsor pun tak dapat di tolak
kejadiannya.10
9
Dilansir dari jatengtoday. Hidayat I. 2022. Konflik Wadas dari 2 Versi Berbeda.
https://jatengtoday.com/konflik-wadas. Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022. Pukul 12.00 WIB.
10
Dilansir dari Nasional Kompas, Guritno T. 2022. Greenpeace: Penambangan di Desa Wadas
Tanah Longsor dan Kekeringan.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/09/20595451/greenpeace-penambangan-di-desa-
wadas-berpotensi-sebabkan-tanah-longsor-dan?page=all .Diakses pada Tanggal 02 Maraet 2022.
Pukul 12.25 WIB.
tepatnya Pasal 42 huruf c, pasal 45 Huruf e, dan pasal 54. Namun Tindakan
represif aparat terus terjadi mengingat pemerintah sebagai stakeholder,
menguatamakan keberlangsungan asas kemanfaatan yang terkandung dalam
Pasal 2 Huruf e UU No.2 Tahun 2012, yakni hasil pengadaan tanah mampu
memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan
negara. Mengingat semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial (Pasal 6
UUPA), hal ini menegasikan akan hak warga Desa Wadas akan mata airnya
dan mata pencaharian mereka, namun tetap saja ini adalah akibat hukum
karena warga Desa Wadas yang tidak mengetahui akan gugatan PTUN yang
terkandung dalam UU No. 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah.
11
SIbuea Y.P H. 2022. Konflik Agraria DI Desa Wadas : Pertimbangan Solusi. Info SIngkat. Vol 14
(4). Hal 4
Kemudian mengingat pembangunan Bendungan Bener ini merupakan Proyek
Strategi Nasional, yang akan memberikan manfaat antara lain, sebagai suplai
air untuk lahan sawah beririgasi dengan capaian 13.589 Ha daerah irigasi
eksisting dan 1.110 Ha daerah irigasi baru. Kemudian sumber pemenuhan air
baku untuk masyarakat sekitar 1.500 liter/detik. Bendungan ini pun
rencananya akan bermanfaat menjadi pembangkit listrik untuk kabupaten
Purworejo sekitar 6 mega Watt, mengurangi banjir untuk kabupaten
Purworejo dan Kabupaten Kulon Progo dengan nilai reduksi banjir 8,73 m 3 ,
serta bidang pariwisata yang dapat meningkatkan perekonomian setempat. 12
12
Dilansir dari website resmi BBWS serayu Opak. 2021. Pembangunan Bendungan Bener Berikan
Banyak Manfaat Bagi Masyarakat. https://sda.pu.go.id/balai/bbwsserayuopak/pembangunan-
bendungan-bener-berikan-banyak-manfaat-bagi-masyarakat/. DIakses Pada Tanggal 03 Maret
2022, Pukul 13.00 WIB.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang beraneka ragam. Dengan luas
daratan 1.919.440 Km2, dengan total area tanah yang begitu luas dan sudah
sewajarnya dapat dikelola, dimanfaatkan serta dipelihara seoptimal mungkin
sebagai sumber kehidupan serta sumber penghidupan setiap mahluk hidup yang
berada di negara agraria ini. Berdasarkan Pasal 33 Ayat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam rumusannya disebutkan, bahwa
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam rumusan
pasal tersebut, maka tupoksi penekanan ditunjukan kepada pengadaan tanah bagi
kepentingan umum, baik dikelola sebagai tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan keberlangsungan setiap unsur mahluk
hidup.
Namun akar permasalahan hukum dari terlaksananya dua proyek yang sudah
dipaparkan diatas. Terdapat pada Pasal 10 UU PT yang menjadi kunci terjadinya
konflik didesa wadas.Proyek pertama mengenai pembangunan Bendungan
Bener, termasuk dari 18 objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang
tertera dalam Pasal 10 UU PT, dan Bendungan Bener merupakan salah satu proyek
Strategis Nasional yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden No 56 Tahun
2013. Pada faktanya warga Desa Wadas sepakat akan pembangunan Bendungan di
Kecamatan Bener ini. Rencananya Bendungan bener ini berada di atas tanah seluas
500 hektare atau setara 4.300 Bidang. Sekitar 3.096 masuk wilayah Purworejo dan
selebihnya wilayah Kabupaten Wonosobo. Melalui penetapan Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah No. 590/41/2018 tentang Izin Penetapan Lokasi Bendungan
Bener dan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/20 Tahun 2018
tentang Izin Lingkungan Rencana Pembangunan Bener. Kemudian melalui SK
No. 660.1/20 Tahun 2018 ini, Namun dalam hal pengadaan tanah untuk
pertambangan batuan andesit tidak termasuk kedalam 18 objek pengadaan tanah
yang diatur dalam Pasal 10 UU PT. Hal inilah yang menjadikan warga wadas
menolak proyek kedua mengenai Desa Wadas yang akan diambil batuan andesitnya
untuk material pembangunan Bener tahap pertama.
Rezim pengadaan tanah untuk kepentingan umum saat ini tidak
mempertimbangkan nilai sosial dan spiritual dari tanah karena nilai ini suit
dikonversi dalam bentuk uang berupa ganti rugi maupun ganti untung. Berbagai
komoditas dari hasil perkebunan pun banyak dicetak dan dijadikan penunjang
kehidupan bagi warga wadas, mulai dari
cengkeh, kapulaga, durian, kelapa, cabai, karet, kemukus hingga kayu-kayu keras
seperti jati, mahoni, keeling, sengon dan akasia. Komoditas-komoditas ini
terancam hilang ketika proyek penambangan di desa wadas tetap berjalan. Demi
mempertahankan penunjang kehidupannya, baik mata pencahariannya dan mata air
mereka.
Kehilangan mata pencaharian dan mata air, bukan merupakan salah satu diantara
alasan warga Desa Wadas menolak akan proyek ini, berdasarkan Peraturan Daerah
Purworejo No. 27 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Desa Wadas
ditetapkan sebagai Kawasan yang diperuntukan bagi perkebunan. Selain itu
dijelaskan secara rinci dalam Pasal 42 Huruf C PERDA No. 27 tahun 2011 tentang
RTRW Kecamatan Bener, merupakan kawasan bencana tanah longsor, maka dari
itu ketika penambangan ini berlangsung bukan hanya ancaman kekeringan saja
yang dapat terjadi, akan tetapi bencana tanah longsor pun tak dapat di tolak
kejadiannya.