Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK 4

KONFLIK WADAS: AKIBAT HUKUM KEPADA WARGA HINGGA


ANCAMAN KEKERINGAN DAN TANAH LONGSOR

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Lingkungan

Dosen Pengampu: Dr. Raditya Permana, S.H., M. Hum

Disusun Oleh

1. Alfito Januardi (11200480000012)


2. Banyu Hekmatiar Ramadhan (11200480000094)
3. Dafa Nayudhistira (11200480000042)
4. Ezra Zachary Rakan Maoelana (11200480000077)
5. Khalifah Azzahra K (11200480000052)
6. Latifah Zahra (11200480000061)
7. Rahma Afifah (11200480000072)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulisan Makalah yang berjudul
“Konflik Wadas: Akibat Hukum Kepada Warga Hingga Ancaman
Kekeringan Dan Tanah Longsor” dapat terselesaikan.

Adapun makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Lingkungan Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Raditya Permana,
S.H., M. Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum lingkungan. Berkat
tugas yang diberikan ini, menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini pun penulis banyak
dibantu oleh berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.

Kami sadar bahwa penulisan dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, kami mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan saran beserta
kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini. Akhir kata penulis berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Ciputat, 16 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I ...................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

Latar Belakang ........................................................................................................ 4

Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

Tujuan .................................................................................................................. 6

BAB II ..................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7

Pendahuluan alur permasalahan Konflik Wadas ................................................. 7

Konflik Agraria di Desa Wadas dan Ancaman Kerusakan Lingkungan ............. 8

Upaya Penyelesaian Konflik Wadas ................................................................. 13

BAB III ................................................................................................................. 15

PENUTUP ............................................................................................................. 15

Kesimpulan ........................................................................................................ 15

Kritik dan Saran ................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang merupakan salah satu sumber
daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia. Kehidupan
manusia hampir sebagian besar tergantung pada tanah, baik untuk mata
pencaharian, kebutuhan papan/tempat tinggal, pangan dan kebutuhan lain
yang bersifat ekonomis dan religius.

Dengan melihat pembangunan nasional juga yang semakin meningkat


dan keterbatasan persediaan tanah membawa dampak semakin sulitnya
memperoleh tanah untuk berbagai keperluan, melonjaknya harga tanah secara
tidak terkendali dan kecenderungan perkembangan penggunaan tanah secara
tidak teratur, terutama di daerah. Melonjaknya harga tanah membuat
pemerintah semakin sulit untuk melakukan pembangunan untuk penyediaan
prasarana dan kepentingan umum.

Pada masa sekarang ini sangat sulit melakukan pembangunan untuk


kepentingan umum di atas tanah negara. Kenyataan menunjukkan bahwa
pembangunan membutuhkan tanah, tetapi di sisi lain tanah negara yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin terbatas, karena tanah
yang ada sebagian telah dikuasai atau dimiliki oleh masyarakat dengan suatu
hak. Agar pembangunan tetap dapat terpelihara, khususnya pembangunan
berbagai fasilitas untuk kepentingan umum yang memerlukan bidang tanah,
maka upaya hukum dari pemerintah untuk memperoleh tanah-tanah tersebut
dalam memenuhi pembangunan antara lain dilakukan melalui pembebasan
hak atas tanah. Oleh karena itu jalan keluar yang dilakukan adalah dengan
mengambil tanah-tanah hak melalui lembaga pengadaan tanah.

Pada dasarnya pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah


untuk memperoleh tanah untuk berbagai kepentingan pembangunan,
khususnya bagi kepentingan umum. Prinsipnya pengadaan tanah dilakukan
dengan cara musyawarah antara pihak yang memerlukan tanah dan pemegang
hak atas tanah yang tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan,
seperti proyek Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo yang merupakan
proyek nasional dan akan menjadi bangunan bendungan yang tertinggi di
Indonesia dengan ketinggian waduk sekitar 150 meter dan lebar bawah sekitar
290 meter. Air dalam bendungan nantinya akan digunakan untuk melayani
area irigasi seluas 15.519 hektare serta suplai air baku sebesar 1500 liter/detik
untuk Kabupaten Purworejo, Kebumen, dan Kulonprogo. Selain itu juga akan
difungsikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk menyuplai energi
listrik sebesar 6 MW. Potensi dan manfaat Bendungan Bener juga akan
menjadi lokasi wisata, area perikanan dan konservasi Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bogowonto bagian hulu.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengadaan tanah bagi


kepentingan umum adalah kesepakatan antara pihak pemegang hak atas tanah
kepada pihak instansi yang membutuhkan tanah dengan mekanisme
konsultasi publik atau yang dikenal musyawarah. Sedangkan pada proses
konsultasi publik atau musyawarah dalam pengadaan tanah untuk Bendungan
Bener di Desa Wadas tidak berjalan dengan lancar. Hal ini disebabkan warga
desa Wadas Kabupaten Purworejo menolak lahan tanah mereka dijadikan
obyek pengadaan tanah bagi pembangunan Bendungan Bener. Oleh karena
itu, berdasarkan latar belakang tersebut perlu dikaji secara lebih lanjut
mengenai akibat hukum warga wadas hingga ancaman kekeringan dan tanah
longsor di Desa Wadas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diketahui rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendahuluan alur Konflik yang terjadi di Desa Wadas?
2. Bagaiimana Konflik desa Wadas dan, apakah ada Ancaman terhadap
Kerusakan Lingkungan?
3. Bagaimana Upaya penyelesaian Konflik di Desa Wadas?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pendahuluan alur Konflik yang terjadi di Desa Wadas.
2. Untuk mengetahui secara fakta konflik yang terjadi di Desa Wadas,
beserta Ancaman terhadap kerusakan lingkungan, dan apa saja aturan
yang dilanggar..
3. Untuk mengetahui apa saja upaya pemerintah dalam penyelesaian
konflik di Desa Wadas. .
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendahuluan alur permasalahan Konflik Wadas
Manusia selalu berpijak kepada tanah, hidup dan berkembang,
menjadikan manusia mempunyai sifat ketergantungan kepada tanah. Bahkan
menurut umat islam, manusia berasal dari tanah dan akan kembali kepada
tanah. Hakikat tanah menghadirkan kemanfaatan yang luar biasa terhadap
keberlangsungan mahluk hidup dan bukan hanya kepada manusia saja. Salah
satunya sebagai mata pencaharian bagi sebagian orang, baik masyarakat adat,
maupun para petani yang penghidupannya bertahan karena keberadaan tanah.
Tanah merupakan cikal bakal lahirnya fenomena indah, tanpa tanah maka tak
akan terciptanya hutan, tanpa ada tumpukan tanah maka tidak akan adanya
perbukitan, gunung, dan lereng, bahkan pemukiman manusia pun beralaskan
tanah. Salah satu negara yang dijuluki sebagai negara yang mempunyai
kekayaan alam dan keindahan heterogen alamnya adalah Indonesia is heaven
of earth.

Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang beraneka ragam. Dengan luas


daratan 1.919.440 Km2, dengan total area tanah yang begitu luas dan sudah
sewajarnya dapat dikelola, dimanfaatkan serta dipelihara seoptimal mungkin
sebagai sumber kehidupan serta sumber penghidupan setiap mahluk hidup
yang berada di negara agraria ini. Berdasarkan Pasal 33 Ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam rumusannya
disebutkan, bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dalam rumusan pasal tersebut, maka tupoksi penekanan
ditunjukan kepada pengadaan tanah bagi kepentingan umum, baik dikelola
sebagai tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan keberlangsungan setiap unsur mahluk hidup.1

1
Yuwono. “Tanah Terlantar Menyalahi Fungsi Sosial”. Jurnal Sosial Humaniora. Volume 2 Nomor
1 Juni 2009, hal. 1
Tujuan pemakaian tanah, mempunyai tujuan khusus kepada bagaimana
tanah itu dikelola dan digunakan, secara hakikat, pemakaian tanah yang
pertama mempunyai tujuan untuk diusahakan, misalnya untuk perkebunan,
pertanian, dan sebagainya. Kemudian, tujuan pemakaian tanah yang kedua
adalah untuk dipakai menjadi tempat membangun, seperti untuk membangun
rumah, gedung, jalan, fasilitas umum, dan lain sebagainya. 2

Pemakaian tanah pada setiap orang yang mempunyai hak atas tanah, ada
pembatasan kekuasaanya, dengan apa yang terkandung pada rumusan pasal 6
UUPA yang berbunyi “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.
Dengan hal ini berarti ada pembatasan dengan hak atas tanah yang tidak
memiliki kekuasaan yang mutlak. Tanah sesuai dengan fungsi sosialnya
merupaka kehendak negara apabila tanahnya diperlukan untuk kepentingan
umum, dan pemegang hak atas tanah tersebut harus melepaskan hak atas
tanahnya kepada negara.

Dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum pun tak selamanya


mulus seperti jalan tol. Selalu ada permasalahan, baik pada saat sebelum
ataupun ketika sedang melaksanakannya. Keberadaan pasal 18 UUPA yang
memberikan landasan hukum bagi pengembalian tanah hak yaitu kepentingan
umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan Bersama
seluruh rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut dan diberikan ganti kerugian
yang layak menurut cara yang diatur Undang-Undang, tata cara tersebut
diatur dalam rumusan Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Ganti kerugian yang
dimaksud adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak
dalam proses pengadaan tanah.3

B. Konflik Agraria di Desa Wadas dan Ancaman Kerusakan Lingkungan


Pada awal Tahun 2022, tepatnya di Desa Wadas, Kecamatan Bener,
Kabupaten Purworejo, Jawa tengah, terjadi konflik agraria yang dapat secara

2
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria,
Asas dan pelaksanaannya, Cetakan ke-2, (Jakarta: Universitas Tri Sakti, 2015), hal. 285
3
Bernard Limbong, Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, (Jakarta: Margaretha Pustaka, 2011),
hlm 369.
beruntun akan menimbulkan permasalahan lingkungan. Karena kejadian
tersebut ada dua proses proyek pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
Proyek yang pertama adalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum
dengan tujuan pembangunan bendungan, kemudia proyek kedua adalah
penambangan batu andesit yang digunakan untuk membangun proyek
pertama (Bendungan Bener).

Proyek pengadaan tanah bagi kepentingan umum, di Kecamatan Bener


ini, berlandaskan dan merujuk kepada beberapa pasal di UU No. 2 Tahun
2012 tentang pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum (UU PT). Namun akar permasalahan hukum dari terlaksananya dua
proyek yang sudah dipaparkan diatas. Terdapat pada Pasal 10 UU PT yang
menjadi kunci terjadinya konflik di desa wadas.

Proyek pertama mengenai pembangunan Bendungan Bener, termasuk


dari 18 objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang tertera dalam
Pasal 10 UU PT, dan Bendungan Bener merupakan salah satu proyek
Strategis Nasional (PSN) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden
No 56 Tahun 2013. Pada faktanya warga Desa Wadas sepakat akan
pembangunan Bendungan di Kecamatan Bener ini. Rencananya Bendungan
bener ini berada di atas tanah seluas 500 hektare atau setara 4.300 Bidang.
Sekitar 3.096 masuk wilayah Purworejo dan selebihnya wilayah Kabupaten
Wonosobo. 4

Melalui penetapan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.


590/41/2018 tentang Izin Penetapan Lokasi Bendungan Bener dan Surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/20 Tahun 2018 tentang Izin
Lingkungan Rencana Pembangunan Bener. Kemudian melalui SK No.
660.1/20 Tahun 2018 ini, Gubernur Jawa Tengah menetapkan lokasi Desa
Wadas Sebagai Objek pengadaan tanah untuk pembangunan Bener di
Kabupaten Purworejo, karena pelaksanaan pengadaan tanah bagi

4
Adriansa Z M, Adhim N, Silviana A. 2020. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Bendungan
Bener Di Desa Wadas Kabupaten Purworejo (Tahap I) (Studi Kasus Hambatan Dalam Pengadaan
Tanah Di Desa Wadas). Diponegoro Law Journal. Vol 9 (1). Hal. 142
pembangunan bener dilaksanakan berdasarkan SK Gubernur tersebut. Namun
dalam hal pengadaan tanah untuk pertambangan batuan andesit tidak
termasuk kedalam 18 objek pengadaan tanah yang diatur dalam Pasal 10 UU
5
PT. Hal inilah yang menjadikan warga wadas menolak proyek kedua
mengenai Desa Wadas yang akan diambil batuan andesitnya untuk material
pembangunan Bener tahap pertama.

Berdasarkan Pasal 23 UU No. 2 Tahun 2012, bahwa penetapan lokasi


pembangunan oleh gubernur masih terdapat keberatan terhadap penetapan
lokasi, pihak yang berhak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) setempat paling lambat 30 hari kerja sejak
dikeluarkannya penetapan lokasi. PTUN dalam memutus diterima atau
ditolaknya gugatan dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak diterimanya
gugatan. Kemudian apabila ada keberatan dari pihak yang menerima putusan
PTUN dalam waktu paling lama 14 hari kerja dapat mengajukan kasasi
kepada Mahkamah Agung (MA) Republik Indonesia. Kemudian, MA wajib
memberikan putusan dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari kerja sejak
permohonan kasasi tersebut diterima.

Berbicara realita yang terjadi di Desa Wadas, warga desa tidak


mengajukan gugatan ke PTUN dikarenakan tidak mengetahui prosedur
ataupun aturan dalam UU No. 2 Tahun 2012. Inilah yang mengakibatkan
warga Desa Wadas menerima Akibat Hukum, tanah warga ditetapkan sebagai
objek pengadaan tanah untuk pembanguna Bendungan Bener. Maka dari itu,
konflik yang terjadi di Desa Wadas didasari oleh tidak tercapainya
kesepakatan antara pemilik tanah dengan pihak yang membutuhkan tanah
untuk keperluan pembangunan. Masyarakat Wadas bersikeras menolak
penambangan batuan andesit di wilayahnya karena mengkhawatirkan akan
terjadi dampak negatif dari kegiatan tersebut dan karena ini merupakan
pertama kalinya mereka kehilangan dan juga terkena imbasnya.

5
SIbuea Y.P H. 2022. Konflik Agraria DI Desa Wadas : Pertimbangan Solusi. Info SIngkat. Vol 14
(4). Hal 2
Rencana menggali tanah untuk mendapatkan Batu Lemosoh (batuan
andesit), batu julukan warga yang berwarna hitam, terletak di perut
perbukitan Desa Wadas, Kecamatan Bener. Berbeda dengan batuan kali pada
umumnya, batu lemosoh ini seolah-olah tak terputus, maka dari itu batuan ini
rencananya akan menjadi material bangunan Bendungan Bener. Namun,
perselisihan antara warga Desa Wadas dengan Balai Besar Wilayah Sungai
(BBWS) Serayu Opak, selaku pihak pemrakarsa proyek Bandungan Bener
sering terjadi.

Tanah yang berada di Desa Wadas, terutama daerahnya yang perbukitan


merupakan, tanah yang produktif yang terus dikelola oleh para petani sejak
lama dan sangat menghasilkan. Selain itu di Desa Wadas pun terdapat 27
mata Air yang terancam rusak karena rencana proyek penambangan batuan
andesit ini. Mata air ini merupakan penunjang kehidupan, bukan hanya Desa
Wadas saja, akan tetapi wilayah Kecamatan Bener pun merasakan akan
manfaatnya.6 Selama ratusan tahun masyarakat disana sangat tergantung akan
keberadaan mata air tersebut, jika proses penambangan tetap dilaksanakan,
sama saja membuat masyarakat wadas disana, kehilangan mata pencaharian
dan mata air sebagai kebertahanan penghidupan masyarakat wadas disana. 7

Seluas 145 hektare lahan penambangan yang akan dikeruk di desa wadas.
Terus mengalami penolakan oleh warga sekitar, mereka mempertahankan
mata air mereka, mempertahankan penghidupan mereka dan menyelamatkan
generasi-generasi mereka selanjutnya. Oleh akrena itu menurut I Gusti Agung
Made Wardana, Pakar Hukum Lingkungan Universitas Gadjah Mada,
kebijakan pemerintah masih memiliki banyak masalah terkait perlindungan
bagi warga yang ingin mempertahankan ruang hidup.8 Rezim pengadaan
tanah untuk kepentingan umum saat ini tidak mempertimbangkan nilai sosial

6
Kanto, Amir dan Seto, Wawancara, Warga Desa Wadas, (Purworejo: 23 November, 2019).
7
Dilansir dari DW, Ayuningtyas, K. 2022. Penambangan Andesit untuk bendungan bener dan
kekhawatira warga desa Wadas, https://www.dw.com/id/penambangan-andesit-dan-kekhawatiran-
warga-desa-wadas/a-60746987 , Di akses tanggal 02 Maret 2022, Pukul 09.30 WIB.
8
SIbuea Y.P H. 2022. Konflik Agraria DI Desa Wadas : Pertimbangan Solusi. Info SIngkat. Vol 14
(4). Hal 2
dan spiritual dari tanah karena nilai ini suit dikonversi dalam bentuk uang
berupa ganti rugi maupun ganti untung.

Berbagai komoditas dari hasil perkebunan pun banyak dicetak dan


dijadikan penunjang kehidupan bagi warga wadas, mulai dari cengkeh,
kapulaga, durian, kelapa, cabai, karet, kemukus hingga kayu-kayu keras
seperti jati, mahoni, keeling, sengon dan akasia. Komoditas-komoditas ini
terancam hilang ketika proyek penambangan di desa wadas tetap berjalan.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Warga Desa Wadas yang terus menolak
penambangan ini, sering menjadi target rasionalisasi represivitas aparat,
penangkapan yang dilakukan secara abstrak pun dilakukan oleh jajaran
aparat, kepada mereka yang tidak terbukti bersalah, melakukan pengepungan,
merampas barang-barang, mencopoti poster-poster perlawanan mereka,
menjadi cerita perjuangan warga wadas.9 Demi mempertahankan penunjang
kehidupannya, baik mata pencahariannya dan mata air mereka.

Kehilangan mata pencaharian dan mata air, bukan merupakan salah satu
diantara alasan warga Desa Wadas menolak akan proyek ini, berdasarkan
Peraturan Daerah (Perda) Purworejo No. 27 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Desa Wadas ditetapkan sebagai Kawasan yang
diperuntukan bagi perkebunan. Selain itu dijelaskan secara rinci dalam Pasal
42 Huruf C PERDA No. 27 tahun 2011 tentang RTRW Kecamatan Bener,
merupakan kawasan bencana tanah longsor, maka dari itu ketika
penambangan ini berlangsung bukan hanya ancaman kekeringan saja yang
dapat terjadi, akan tetapi bencana tanah longsor pun tak dapat di tolak
kejadiannya.10

Rencana penambangan material di Desa wadas untuk Bendungan Bener


telah mengabaikan dan melanggar Perda No. 27 Tahun 2011 tentang RTRW

9
Dilansir dari jatengtoday. Hidayat I. 2022. Konflik Wadas dari 2 Versi Berbeda.
https://jatengtoday.com/konflik-wadas. Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022. Pukul 12.00 WIB.
10
Dilansir dari Nasional Kompas, Guritno T. 2022. Greenpeace: Penambangan di Desa Wadas
Tanah Longsor dan Kekeringan.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/09/20595451/greenpeace-penambangan-di-desa-
wadas-berpotensi-sebabkan-tanah-longsor-dan?page=all .Diakses pada Tanggal 02 Maraet 2022.
Pukul 12.25 WIB.
tepatnya Pasal 42 huruf c, pasal 45 Huruf e, dan pasal 54. Namun Tindakan
represif aparat terus terjadi mengingat pemerintah sebagai stakeholder,
menguatamakan keberlangsungan asas kemanfaatan yang terkandung dalam
Pasal 2 Huruf e UU No.2 Tahun 2012, yakni hasil pengadaan tanah mampu
memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan
negara. Mengingat semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial (Pasal 6
UUPA), hal ini menegasikan akan hak warga Desa Wadas akan mata airnya
dan mata pencaharian mereka, namun tetap saja ini adalah akibat hukum
karena warga Desa Wadas yang tidak mengetahui akan gugatan PTUN yang
terkandung dalam UU No. 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah.

C. Upaya Penyelesaian Konflik Wadas


Penyelesaian konflik di Desa Wadas pun terus diupayakan oleh
pemerintah, baik melalui upaya pendekatan dari Komisi III DPR RI yang
membidangi tentang pembangunan, maupun Gubernur Ganjar Pranowo
sebagai stakeholder di daerah tersebut, pendekatan yang dilakukan baik
dengan pendekatan dialog sampai bertemu dengan win-win solution, kajian
dan evaluasi kembali pemetaan lokasi tanah, meminta agar Kepolisian Daerah
Jawa tengah melakukan pendektan dialogis dan humanis terhadap seluruh
warga, meminta pemerintah agar menuntaskan pembayaran ganti rugi.
Namun hal yang paling baik dengan mempertimbangkan kebermanfaatan
bersama adalah dengan pembatalan penambangan batu andesit di Desa
Wadas. Mengingat untuk proyek penambangan tanah di Desa Wadas tidak
sesuai dengan proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang ada
pada UU PT. 11

Mempertimbangkan pembatalan mengenai proyek penambangan batuan


andesit di Desa Wadas, mungkin merupakan win-win solution terbaik, demi
meminimalisir kekerasan dari aparat, karena kekerasan seringkali digunakan
bukan untuk penyelesaian, akan tetapi untuk membungkam dan memaksa
rakyat tunduk pada modal dan negara atas nama investasi dan infrastruktur.

11
SIbuea Y.P H. 2022. Konflik Agraria DI Desa Wadas : Pertimbangan Solusi. Info SIngkat. Vol 14
(4). Hal 4
Kemudian mengingat pembangunan Bendungan Bener ini merupakan Proyek
Strategi Nasional, yang akan memberikan manfaat antara lain, sebagai suplai
air untuk lahan sawah beririgasi dengan capaian 13.589 Ha daerah irigasi
eksisting dan 1.110 Ha daerah irigasi baru. Kemudian sumber pemenuhan air
baku untuk masyarakat sekitar 1.500 liter/detik. Bendungan ini pun
rencananya akan bermanfaat menjadi pembangkit listrik untuk kabupaten
Purworejo sekitar 6 mega Watt, mengurangi banjir untuk kabupaten
Purworejo dan Kabupaten Kulon Progo dengan nilai reduksi banjir 8,73 m 3 ,
serta bidang pariwisata yang dapat meningkatkan perekonomian setempat. 12

Menjadikan Desa Wadas bukan daerah pertambangan bagi kerokan


batuan andesit, dengan alternatif pemerintah ataupun stakeholder lain,
mencari wilayah yang berpotensi mengandung batuan andesit yang serupa
dan tidak melanggar peraturan RTRW wilayahnya, mungkin menjadi desakan
pemerintah agar proyek pembangunan Bendungan Bener ini tetap berjalan,
tanpa mengurangi hak warga negara manapun serta melindungi warga negara
yang ingin mempertahankan haknya

12
Dilansir dari website resmi BBWS serayu Opak. 2021. Pembangunan Bendungan Bener Berikan
Banyak Manfaat Bagi Masyarakat. https://sda.pu.go.id/balai/bbwsserayuopak/pembangunan-
bendungan-bener-berikan-banyak-manfaat-bagi-masyarakat/. DIakses Pada Tanggal 03 Maret
2022, Pukul 13.00 WIB.
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang beraneka ragam. Dengan luas
daratan 1.919.440 Km2, dengan total area tanah yang begitu luas dan sudah
sewajarnya dapat dikelola, dimanfaatkan serta dipelihara seoptimal mungkin
sebagai sumber kehidupan serta sumber penghidupan setiap mahluk hidup yang
berada di negara agraria ini. Berdasarkan Pasal 33 Ayat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam rumusannya disebutkan, bahwa
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam rumusan
pasal tersebut, maka tupoksi penekanan ditunjukan kepada pengadaan tanah bagi
kepentingan umum, baik dikelola sebagai tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan keberlangsungan setiap unsur mahluk
hidup.
Namun akar permasalahan hukum dari terlaksananya dua proyek yang sudah
dipaparkan diatas. Terdapat pada Pasal 10 UU PT yang menjadi kunci terjadinya
konflik didesa wadas.Proyek pertama mengenai pembangunan Bendungan
Bener, termasuk dari 18 objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang
tertera dalam Pasal 10 UU PT, dan Bendungan Bener merupakan salah satu proyek
Strategis Nasional yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden No 56 Tahun
2013. Pada faktanya warga Desa Wadas sepakat akan pembangunan Bendungan di
Kecamatan Bener ini. Rencananya Bendungan bener ini berada di atas tanah seluas
500 hektare atau setara 4.300 Bidang. Sekitar 3.096 masuk wilayah Purworejo dan
selebihnya wilayah Kabupaten Wonosobo. Melalui penetapan Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah No. 590/41/2018 tentang Izin Penetapan Lokasi Bendungan
Bener dan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/20 Tahun 2018
tentang Izin Lingkungan Rencana Pembangunan Bener. Kemudian melalui SK
No. 660.1/20 Tahun 2018 ini, Namun dalam hal pengadaan tanah untuk
pertambangan batuan andesit tidak termasuk kedalam 18 objek pengadaan tanah
yang diatur dalam Pasal 10 UU PT. Hal inilah yang menjadikan warga wadas
menolak proyek kedua mengenai Desa Wadas yang akan diambil batuan andesitnya
untuk material pembangunan Bener tahap pertama.
Rezim pengadaan tanah untuk kepentingan umum saat ini tidak
mempertimbangkan nilai sosial dan spiritual dari tanah karena nilai ini suit
dikonversi dalam bentuk uang berupa ganti rugi maupun ganti untung. Berbagai
komoditas dari hasil perkebunan pun banyak dicetak dan dijadikan penunjang
kehidupan bagi warga wadas, mulai dari
cengkeh, kapulaga, durian, kelapa, cabai, karet, kemukus hingga kayu-kayu keras
seperti jati, mahoni, keeling, sengon dan akasia. Komoditas-komoditas ini
terancam hilang ketika proyek penambangan di desa wadas tetap berjalan. Demi
mempertahankan penunjang kehidupannya, baik mata pencahariannya dan mata air
mereka.
Kehilangan mata pencaharian dan mata air, bukan merupakan salah satu diantara
alasan warga Desa Wadas menolak akan proyek ini, berdasarkan Peraturan Daerah
Purworejo No. 27 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Desa Wadas
ditetapkan sebagai Kawasan yang diperuntukan bagi perkebunan. Selain itu
dijelaskan secara rinci dalam Pasal 42 Huruf C PERDA No. 27 tahun 2011 tentang
RTRW Kecamatan Bener, merupakan kawasan bencana tanah longsor, maka dari
itu ketika penambangan ini berlangsung bukan hanya ancaman kekeringan saja
yang dapat terjadi, akan tetapi bencana tanah longsor pun tak dapat di tolak
kejadiannya.

2. Kritik dan Saran


Penulis menyadari bahwasanya dalam makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap
agar para pembaca berkenan memberikan kritik serta saranny demi menjadikan
makalah ini lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

BBWS serayu Opak. 2021. Pembangunan Bendungan Bener Berikan Banyak


Manfaat Bagi Masyarakat.
https://sda.pu.go.id/balai/bbwsserayuopak/pembangunan-bendungan-bener-
berikan-banyak-manfaat-bagi-masyarakat/. DIakses Pada Tanggal 03 Maret
2022, Pukul 13.00 WIB.
Harsono, Boedi. 2015. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Asas dan pelaksanaannya, Cetakan ke-2. (Jakarta:
Universitas Tri Sakti).
I, Hidayat. 2022. Konflik Wadas dari 2 Versi Berbeda.
https://jatengtoday.com/konflik-wadas. Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022.
Pukul 12.00 WIB.
K. DW, Ayuningtyas. 2022. Penambangan Andesit untuk bendungan bener dan
kekhawatira warga desa Wadas, https://www.dw.com/id/penambangan-
andesit-dan-kekhawatiran-warga-desa-wadas/a-60746987. Di akses tanggal
02 Maret 2022, Pukul 09.30 WIB.
Kanto, Amir dan Seto, Wawancara, Warga Desa Wadas, (Purworejo: 23 November,
2019).
Limbong, Bernard. 2011. Pengadaan Tanah untuk Pembangunan. (Jakarta:
Margaretha Pustaka).
T, Guritno. 2022. Greenpeace: Penambangan di Desa Wadas Tanah Longsor dan
Kekeringan.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/09/20595451/greenpeace-
penambangan-di-desa-wadas-berpotensi-sebabkan-tanah-longsor-
dan?page=all. Diakses pada Tanggal 02 Maraet 2022. Pukul 12.25 WIB.
Y.P H, SIbuea. 2022. Konflik Agraria DI Desa Wadas: Pertimbangan Solusi. Info
SIngkat. Vol 14 (4).
Yuwono. Juni 2009. “Tanah Terlantar Menyalahi Fungsi Sosial”. Jurnal Sosial
Humaniora Vol 2 No 1.
Z M, Adriansa, Adhim N dan Silviana A. 2020. Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Bendungan Bener Di Desa Wadas Kabupaten Purworejo
(Tahap I) (Studi Kasus Hambatan Dalam Pengadaan Tanah Di Desa Wadas).
Diponegoro Law Journal. Vol 9 (1).

Anda mungkin juga menyukai