Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TUGAS POLITIK PERTANAHAN

NAMA : LAODE RIZAL


NPM : 091901060
KELAS :B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Saya sangat, berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa uang diharapkan.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca
sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dimasa depan.

Baubau, 16 Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................
1.3. Tujuan Makalah...................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................
1. Tinjauan historis kelahiran UUD pokok agrarian?....................................................
2. Tujuan UUD pokok agrarian?...................................................................................
3. Kelemahan UUD pokok agrarian?............................................................................
4. Macam macam hak atsa tanah?.............................................................................
5. Konflik pertanahan..................................................................................................

BAB III.......................................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................................
3.1. Kesimpulan........................................................................................................................
3.2. Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakan
Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan,

atau tumbuh-tumbuhan. Manusia hidup dan tinggal diatas tanah dan

memanfaatkan tanah untuk sumber kehidupan dengan menanam tumbuh-

tumbuhan yang menghasilkan makanan. Mengingat begitu pentingnya tanah

karena dapat menghasilkan sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi orang

banyak maka perlu diatur oleh pemerintah. Tanah merupakan modal dasar

pembangunan, dalam kehidupan masyarakat pada umumnya menggantungkan

kehidupannya pada manfaat tanah dan memiliki hubungan yang bersifat abadi

dengan negara dan rakyat. Oleh karena itu hukum keagrariaan di Indonesia secara

umum telah diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), yang merupakan pelaksanaan Pasal 33 ayat 3

UUD 1945 yang menyatakan bahwa ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat”

Sejak zaman dahulu tanah telah menjadi sumber sengketa bagi manusia.

Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

terhadap hak atas tanah yang dapat memicu terjadinya sengketa tanah yang

berkepanjangan, bahkan pemilik tanah rela berkorban apa saja untuk

mempertahankan tanah yang dimilikinya. Sebagaimana dinyatakan oleh

Mochammad Tauhid : “Soal agrarian (soal tanah) adalah soal hidup dan

penghidupan manusia, karena tanah adalah asal dan sumber makanan bagi

manusia. Perebutan terhadap tanah berarti perebutan makanan, tiang hidup


manusia. Untuk itu orang rela menumpahkan darah mengorbankan segala yang ada

demi mempertahankan hidup selanjutnya”.

B. Rumusan maslah

6. Apa sajaTinjauan historis kelahiran UUD pokok agrarian?

7. Apa sajaTujuan UUD pokok agrarian?

8. Apa saja Kelemahan UUD pokok agrarian?

9. Apa saja Macam macam hak atsa tanah?

10. Apa saja Konflik pertanahan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Tinjauan historis kelahiran UUD pokok agrarian

2. Untuk mengetahui Tujuan UUD pokok agrarian

3. Untuk mengetahui Kelemahan UUD pokok agrarian

4. Untuk mengetahui Macam macam hak atsa tanah

5. Untuk mengetahui Konflik pertanahan


BAB II

PEMBAHASAN

Tujuan Undang-undang Pokok Agraria ialah : meletakkan dasar-dasar bagi

penyusunan hukum agraria nasional, yang akan merupakan alat untuk membawakan

kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan rakyat, terutama rakyat tani,

dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur. KPA: RUU Sumber Daya Agraria Dinilai

Memiliki Empat Kelemahan RUU SDA dinilai tidak berpihak kepada rakyat dan memiliki

empat kelemahan yang menyulitkan implementasinya nanti.

Menurut KPA, pengakuan hak masyarakat adat dalam RUU SDA tidak boleh

bertentangan dengan perundang-undangan yang lebih tinggi. Pengakuan keberadaaan

masyarakat adat sudah diatur secara jelas dalam amandemen UUD 1945 khususnya

pasal 18 B (2) dan 28 (i). Kedua, RUU SDA menonjolkan sektoralisme dalam pengelolaan

sumber daya agraria. Dalam RUU SDA, baik pembatasan pemilikan, penguasaan tanah,

penggunaan dan pemanfaatan tanah diserahkan pengaturannya kepada masing-masing

instansi pengelola. Ketentuan ini dinilai justru akan memperumit peraturan bidang

agraria kareba pengaturan dikembalikan lagi kepada masing-masing instansi. Artinya,

berdasarkan kajian KPA, potensi tumpang tindih antara satu peraturan dengan lainnya

akan makin terbuka. Ketiga, RUU SDA dinilai membuka peluang monopoli dalam

penguasaan sumber-sumber agraria. Selama ini, monopoli sendiri sudah terlihat dengan

adanya hak-hak seperti hak pengelolaan hutan, hak guna usaha dan lainnya. Sehingga

posisi tawar masyarakat kecil semakin tidak diperdulikan. Keempat, penyederhanaan

hak dalam RUU SDA justru mengacaukan sistem hukum dari hak yang sudah dikenal
selama ini. Dalam RUU SDA yang diusulkan BPN, hak atas tanah disederhanakan menjadi

dua jenis hak saja yaitu hak milik dan hak pakai.

Konflik Tanah yang selanjutnya disebut Konflik adalah perselisihan pertanahan

antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau

lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas.

Berdasarkan ketentuan Pasal 23 c Peraturan Presiden Republic Indonesia No.

10 tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional yang antara lain, mengatakan

bahwa Deputi Bidang Pengkajian Dan Penanganan sengketa Dan Konflik

Pertanahan menyelenggarakan fungsi pelaksanaan alternatif penyelesaian

masalah, sengketa, dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitasi, dan

lainnya. Ketentuan Pasal 23 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006

memperlihatkan kebijakan pemerintah untuk menggunakan mediasi sebagai salah

satu cara untuk penyelesaian sengketa pertanahan.

Konflik tanah yang sekarang ini masih sering terjadi diantaranya kasus

sengketa tanah overlapping. Tanah Overlapping adalah tanah yang mengalami

penumpukan serfikat maksudnya bahwa suatu bidang tanah memiliki 2 (dua)

sertifikat hak atas tanah yang berbeda datanya, ini menimbulkan konflik diantara

kedua belah pihak yang masing masing memegang sertifikat hak atas tanah

tersebut. Untuk itu Badan Pertanahan Nasional yang akan menyelesaikan sengketa

tanah yang terindikasi Overlapping (sertifikat yang tumpang tindih), sesuai dalam

dasar negara Indonesia mewujudkan perdamaian abadi dan keadilan sosial

diperlukan penyelesaian sengketa secara damai yaitu dengan cara mediasi oleh

Badan Pertanahan Nasiona


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan tindakan penyelesaian sengketa atau konflik pertanahan

yang ada, badan pertanahan nasional merupakan salah satu lembaga mediasi

yang dapat menyelesaikan suatu sengketa pertanahan dengan mengedepankan

keadilan, yaitu penyelesaian konflik melalui musyawarah mufakat dengan

menghormati hak dan kepentingan para pihak yang bersengketa yang prinsip

dasarnya adalah solusi sama-sama menang atau dikenal dengan istilah “win-

win solution” atau normatifnya disebut jalan penyelesaian “Non-Litigation”

atau Alternative Despute Resulution (ADR), yang selanjutnya untuk

mewadahi pelaksanaan ADR tersebut Pemerintah melalui Undang-undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa. Aturan inilah yang menjadi tolok ukur untuk mengetahui seberapa

pentingnya lembaga mediasi didalam penyelesaian konflik tana


DAFTAR PUSTAKA

Gunawan Wiradi, 2001, Masalah Pembaruan Agraria: Dampak Land Reform

terhadap Perekonomian Negara, (Makalah tidak diterbitkan), hal. 4. 8

Nurnaningsih Amriani, Op. Cit., hal. 6. 5

Takdir Rahmadi, 2010, Mediasi: Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal. 66

Anda mungkin juga menyukai