Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LANDREFORM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5 :
SYLVIA ROSA NASUTION (71200111081)
EDWIN RAHMAT RIFALDI (71200111098)

DOSEN : Dr. BINA ERA DANY, S.Sos, S.H,M.H

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA


FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
Makalah yang berjudul LANDREFORM.

Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah “Hukum Agraria”. Di samping itu makalah ini diharapkan dapat menjadi
sarana pembelajara serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

Di samping itu penulis juga menyadari akan segara kekurangan dan


ketidaksempurnaaan, baik dari segi penulisan maupun pengungkapan. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang.

Penyusun berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi


penulis dan para pembaca.

Medan, 28 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
• Latar Belakang ........................................................................................ 1
• Rumusan Masalah ................................................................................. 2
• Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
• Pengertian dan tujuan landreform ......................................................... 3
• Landasan hukum landreform ................................................................. 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
• Kesimpulan .......................................................................................... 10
• Saran ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11
ii

BAB I
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu
sumber daya alam utama, selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam
bagi rakyat Indonesia, juga berfungsi sangat strategis dalam memenuhi
kebutuhan Negara dan rakyat yang makin beragam dan meningkat, baik pada
tingkat nasional maupun dalam hubungannya dengan dunia Internasional.
Demikian pentingnya kegunaan tanah bagi hidup dan kehidupan manusia,
maka campur tangan Negara melalui aparatnya dalam tatanan hukum
pertanahan merupakan hal yang mutlak. Hal ini ditindak lanjuti dengan
pemberian landasan kewenangan hukum untuk bertindak dalam mengatur
segala sesuatu yang terkait dengan tanah, sebagaimana dirumuskan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD Negara RI) Tahun
1945 yang merupakan acuan dasar dalam pengaturan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pada Pasal 33 Ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945, disebutkan
bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”. Hal ini berarti, bahwa dengan dikuasainya bumi, air, dan kekayaan
alam oleh Negara, pemerataan atas hasil-hasil pengelolaan terhadap bumi, air,
dan kekayaan alam ini akan dapat tercapai.

1
2

Prinsip tersebut kemudian dijabarkan dalam Pasal 2 Ayat (2) .Undang-


Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
yang kemudian disebut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), yakni tentang
Hak Menguasai Tanah dari Negara, yang memberi wewenang untuk :

1.Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan


dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa Indonesia.

2.Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang


dengan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut.

3.Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang


dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang
angkasa tersebut.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari landreform dan tujuannya ?
2. Apa landasan hukum ladreform ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari landreform
2. Untuk mengetahui landasan hukum landreform
BAB II
PEMBAHASAN

• PENGERTIAN LANDREFORM DAN TUJUANNYA


Secara harfiah istilah landreform berasal dari bahasa inggris yang terdiri
dari dua suku kata yakni “Land” adalah Tanah, Negeri dan Daratan, sedangkan
“Reform” adalah perbaikan, gerakan pembaharuan (suatu sistem) sehingga
dapat diartikan sebagai gerakan pembaharuan tanah. Jika dilihat dari
pengertian landreform yang dinyatakan oleh Budi Harsono yakni “serangkaian
tindakan dalam rangka Agrarian Reform Indonesia”.

Pengertian landreform di Indonesia dibagi atas dua bagian, yaitu:

1. landreform dalam arti luas, yang dikenal dengan istilah Agrarian


Reform/Panca Program, yang terdiri dari:

a. Pembaharuan hukum agraria

b. Penghapusan hak-hak asing dan konsepsi-konsepsi kolonial atas tanah

c. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur

d. Perombakan mengenai kepemilikan dan penguasaan tanah serta


hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah

3
4

e. Perencanaan, persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan


kekayaan yang terkandung didalamnya serta penggunaanya secara
berencana sesuai dengan daya dan kesanggupan serta kemampuannya.

2. landreform dalam arti sempit, menyangkut perombakan mengenai pemilikan


dan penguasaan tanah serta hubungan- hubungan hukum yang bersangkutan
dengan penguasaan tanah.

Istilah landreform pada mulanya dicetuskan oleh LENIN dan banyak digunakan
di negara komunis atau negara blok timur dengan adegium “land to the tiller”
untuk memikat hati rakyat dan petani yang menderita karena tekanan landlord
untuk kepentingan politis di negara tersebut.

Di Indonesia landreform yang dimaksud tidak sama dengan landreform yang


digunakan di negara komunis. Land reform di Negara Indonesia bukan hanya
digunakan dalam arti politis belaka, tetapi juga merupakan pengertian teknis
selain itu ditujukan untuk membangun kemakmuran bagi rakyat baik secara
individuil maupun untuk kepentingan partai. Oleh karena itu ketika landreform ini
sedang hangat dibicarakan banyak kalangan ada sebagian pihak yang
menginginkan agar landreform ini dihindarkan penggunaan istilahnya karena
dianggap berasal dari golongan PKI atau komunis, jadi dikhawatirkan terdapat
unsur paham komunis.

Tujuan landreform yang diselenggarakan di Indonesia adalah untuk


mempertinggi penghasilan dan taraf hidup para petani terutama petani kecil dan
petani penggarap tanah, sebagai landasan atau prasyarat
5

untuk menyelenggarakan pembangunan ekonomi menuju masyarakat yang adil


dan makmur berdasarkan Pancasila.

Selain pernyatan yang dinyatkan oleh Budi Harsono diatas, tujuan dari landreform
tercantum dalam UUPA yakni:

1. Meletakkan dasar-dasar hukum agraria nasional, yang akan merupakan alat


untuk membawa kemakmuran, kebahagian dan keadilan bagi negara dan rakyat
tani, dalam rangka masyarakat adil dan makmur.

2. Meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam


hukum pertanahan.

3. Meletakkan dasar-dasar untuk kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah


bagi rakyat seluruhnya.

• LANDASAN HUKUM LANDREFORM


Adapun yang menjadi landasan hukum pelaksanaan Land reform di Indonesia
adalah diantaranya:

1. Landasan Ideal yaitu Pancasila.

Bagi Indonesia sesuai dengan Falsafah Pancasila, maka paling tepat kiranya
untuk menerapkan asas keadilan sosial. Keadilan itu sendiri bersifat
universal, jauh didalam lubuk hati setiap orang, ada kesepakatan tentang
sesuatu yang dipandang sebagai adil dan tidak adil itu. Dalam pengertian
keadilan, pada umumnya diberi arti sebagai keadilan ”membagi” atau ”
distributive justice” yang secara sederhana menyatakan bahwa kepada setiap
orang diberikan bagian atau haknya sesuai dengan kemampuan atau jasa
6

dan kebutuhan masing-masing.

2. Landasan Operasional UUPA No. 5 / 1960.

Sebagaimana yang disinggung dimuka, Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 itu telah
dijabarkan lebih lanjut didalam Pasal 2 ayat 2 dan 3 Undang-undang Nomor 5
tahun 1960 (UUPA), terutama tentang pengertian ”dikuasai negara” yaitu
memberikan wewenang kepada negara untuk :

a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan


dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.

b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-


orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.

c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-


orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan
ruang angkasa.

Sementara wewenang tersebut harus digunakan untuk mencapai sebesar-


besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan
kemerdekaan dalam negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan
makmur.

Payung bagi pelaksanaan landreform di Indonesia adalah UUPA (Undang-


undang Pokok Agraria, UU No. 5/1960) dan UUPBH (Undang-undang Perjanjian
Bagi Hasil, UU No. 2/1960). Dengan lahirnya Undang-undang Pokok Agraria atau
yang kita kenal dengan sebutan UUPA maka UUPA menempati posisi yang
strategis dalam sistem hukum nasional Indonesia, karena UUPA mengandung
7

nilai-nilai kerakyatan dan amanat untuk menyelenggarakan hidup dan kehidupan


yang berprikemanusiaan dan berkeadilan sosial. Nilai-nilai tersebut dicerminkan
oleh :

a. Tanah dalam tataran paling tinggi dikuasai oleh negara dan digunakan
sebesar- besar kemakmuran rakyat

b. Pemilikan/penguasaan tanah yang berkelebihan tidak dibenarkan

c. Tanah bukanlah komoditas ekonomi biasa oleh karena itu tanah tidak
boleh diperdagangkan semata-mata untuk mencari keuntungan

d. Setiap warga negara yang memiliki/menguasai tanah diwajibkan


mengerjakan sendiri tanahnya, menjaga dan memelihara sesuai dengan
asas kelestarian kualitas lingkungan hidup dan prosuktivitas sumber daya
alam

e. Hukum adat atas tanah diakui sepanjang memenuhi persayaratan yang


ditetapkan.

Wewenang yanng bersumber dari hak menguasai negara meliputi tanah


yang sudah dilekati oleh sesuat hak atau bekas hak perorangan, tanah yang masih
ada hak ulayat dan tanah negara. Menurut Imam Soetiknjo, hak menguasai
negara yang meliputi tanah dengan hak perorangan adalah bersifat pasif, dan
menjadi aktif apabila tanah tersbeut dibiarkan tidak diurus/diterlantarkan.
8

Terhadap tanah yang tidak dipunyai oleh seseorang/badan hukum dengan hak
apapun dan belum dibuka maka hak menguasai negara bersifat aktif.

Dalam lingkupnya dengan masalah landreform ketentuan tersebut diatas


mengisyaratkan meskipun UUPA mengakui adanya tanah kepemilikan tanah
secara perseorangan, tetapi perlakuan terhadap hak-hak tersebut harus
memperhatikan kepentingan masyarakat, dan ini merupakan kewajiban bagi
pemegang hak tersebut. Hal ini tentunya sesuai dengan prinsip-prinsip
landreform seagaimana yang tercantum antara lain dalam Pasal 7, 10 dan 17
UUPA.

3. Landasan Konstitusional: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

Secara konstitusional pengaturan masalah prekonomian didalamnya


termasuk ekonomi sumber daya alam (SDA) di Indonesia telah diatur dalam
UUD 1945. Hal tersebut dapat kita lihat dalam Pasal 33 UUD 1945 yang
selengkapnya berbunyi :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas


kekeluargaan.

2. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

3. Perekonomian nasional diselengarakan berdasarkan atas demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam


undang- undang.

Berdasarkan ketentuan Pasal 33 nampak jelas bahwa dalam rangka


meningkatkan kemakmuran rakyat peranan negara sangat diperlukan. Ikut
campurnya negara dalam urusan kesejahteraan rakyat sebagaimana
ketentuan dimaksud mengindikasikan bahwa dalam konstitusi kita dianut
sistem negara welfarestate. Lebih lanjut pengaturan masalah agraria yang
didalamnya termasuk dalam pertanahan diatur dalam Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1960. dengan demikian secara historis dapat dijelaskan
bahwa sebenarnya upaya pengaturan pertanahan (yang didalamnya
terdapat program landreform) di Indonesia telah dimulai sejak indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya.

4. Beberapa ketentuan dalam pelaksanaan Landreform

a. Undang-undang No. 56 PP. Tahun 1960 tentang penerapan batas luas


Tanah pertanian.

b. Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 yang telah diubah menjadi
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1964 tentang pelaksanaan
pembagian tanah dan pemberian Ganti Rugi.

c. Undang-Undang No.2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil.


d. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1960 yang diganti dengan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah.

BAB III
PENUTUP

• Kesimpulan
landreform berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua suku kata yakni
“Land” adalah Tanah, Negeri dan Daratan, sedangkan “Reform” adalah
perbaikan, gerakan pembaharuan (suatu sistem) sehingga dapat diartikan
sebagai gerakan pembaharuan tanah. Tujuan landreform adalah untuk
mempertinggi penghasilan dan taraf hidup para petani terutama petani
kecil dan petani penggarap tanah.
Landasan hukum landreform adalah pancasila, Landasan Operasional UUPA
No. 5 / 1960, Landasan Konstitusional: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, dan
Beberapa ketentuan dalam pelaksanaan Landreform.
• Saran
Prinsip pokok yang harus menjadi landasan dalam pemanfaatan tanah
adalah prioritas penggunaan, yaitu: pertama untuk kepentingan umum,
kedua negara, dan ketiga baru untuk masyarakat. Namun semasa Orde
Baru, makna “kepentingan umum” sering dibiaskan dan dijadikan tameng
untuk mengakuisisi sebidang tanah, baik itu milik negara maupun pribadi.
Dalam kejadian ini, petani tidak menjadi prioritas. Sejauh ini pemerintahan
telah berusaha untuk mempersiapkan pelaksanaan Reforma Agraria yang
dijanji-janjikan melalui berbagai tahap perencanaan. Meningkatnya angka
pertumbuhan ekonomi tidak berdampak positif bagi permasalahan reforma
agraria. Hal ini justru makin meningkatkan angka perampasan tanah rakyat
dan konflik - konflik agraria terutama di kalangan petani-petani kecil.
Sehingga disini pemerintahan dalam melaksanakan Reforma Agraria harus
berusaha mencari balance yang tepat antara investasi demi pembangunan,
dan reforma agraria demi kemajuan sektor pertanahan Indonesia.

10

DAFTAR PUSTAKA

• BUKU
Harsono, Boedie, 2005. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta, Djambatan.
Nyoman, I Budi Jaya, 1989. Tinjauan Yuridis tentang Redistribusi Tanah
Pertanian dalam Rangka Pelaksanaan Landreform, Liberty, Yogyakarta.

• SUMBER ARTIKEL
https://media.neliti.com/media/publications/17977-ID-land-reform-
indonesia.pdf
11

Anda mungkin juga menyukai